NovelToon NovelToon

Bad Boy I Love You

Hari pertama masuk

Hujan lebat tengah mengguyur kota besar yang berada di pinggiran negara yang terdapat patung Singa nya itu di kala sore hari ini.

Beruntung seorang gadis sempat membawa payung ketika ia keluar tadi, ia langsung membuka payung nya seketika tapi kunci yang ia pegang tak sengaja terjatuh ke dalam lubang selokan pembuangan air.

"Bagaimana ini," Ucapnya dengan panik pada diri sendiri.

Tiba-tiba datang seorang pria yang berjalan mendekat saat melihat gadis yang sedang duduk berjongkok di bawah payung yang tidak terlalu lebar itu lalu mulai bertanya.

"Ada apa nona, apa kau sedang kehilangan sesuatu di dalam sana..?" Tanya si lelaki itu yang melihat raut kebingungan gadis itu.

"I-iyaa, kunciku terjatuh ke dalam lubang ini." Jawabnya dengan sedikit rasa takut, wajahnya bahkan sedikit ia tutupi menggunakan payungnya.

"Boleh aku bantu, permisi tolong kau mundur sedikit aku akan mengangkat besi ini." Seru sang pria itu lagi.

Setelah mengangkat besi kecil trotoar itu ia langsung mengambil kunci itu dengan menggunakan tangannya tanpa ada rasa jijik, lalu menyerahkan benda besi kecil itu yang mempunyai gantungan menyerupai beruang kecil kepada sang gadis tadi.

"Terima kasih banyak" Ucap si gadis sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Sama-sama," Dan di balas si pria sambil berdiri walaupun sempat melirik wajah gadis itu sejenak.

Gadis itu masih berdiri di bawah payungnya dia diam sambil melihat bayangan pria itu pergi dengan tubuh yang basah kuyup, lalu ia pun bergegas juga untuk segera pulang ke rumahnya.

Sekilas dia melihat wajah laki laki tadi, di bawah payung miliknya, mengingat kembali siapa yang menolongnya barusan.

Benar dia mahasiswa pembuat onar di kampus.

Batinnya sambil berjalan seorang diri di bawah rintiknya hujan yang masih setia mengguyur Ibukota.

Dia pun pulang dengan berlari cepat, membuka kunci pintu rumah dan masuk dengan tergesa-gesa, berjalan ke arah kamarnya, namun sesaat ia memutar tubuh kembali diam sebentar melihat ke arah pintu utama.

Di depan sana ada suara seseorang yang seperti ingin membuka pintu tersebut dengan memutar kuncinya dari arah luar. Nafasnya seakan terasa tercekat.

ctikk,,ctikk,,

Seseorang masuk dan ternyata itu adalah Ibu nya yang baru saja pulang dari bekerja.

"Ada apa Yura, tadi ibu lihat di bawah kau berjalan sangat tergesa-gesa, begitu? Apa ada yang mengganggumu lagi?" Tanya sang Ibu khawatir.

Dia adalah Han Yura Fei, gadis pendiam dan tidak suka pada makhluk berjenis laki-laki, dan selalu ia jauhi sebisa mungkin.

"Tidak ada apa-apa Bu, hanya saja tadi aku bertemu seseorang di minimarket depan sana." jawab Yura.

"Siapa? Apa dia menganggumu juga?" Tanya Ibunya lagi yang terlihat panik.

"Tidak Bu, hanya saja dia punya nama jelek di kampusku, hanya membantu mengambilkan kunciku yang terjatuh masuk ke dalam selokan tadi." Jawabnya sambil berbalik kembali membuka handle pintu dan masuk ke dalam kamarnya..

Sang Ibu pun tak lagi bertanya saat putri satu satunya sudah hilang di balik pintu kamarnya. Wanita paruh baya itu pun juga ikut masuk ke dalam kamarnya sendiri yang letaknya tak jauh dari dapur.

🌷

Mentari yang sangat cerah hari ini serasa menyambut pagi ini dengan senyuman, dimana hari pertama para mahasiswa kembali masuk kuliahnya, setelah liburan panjang pergantian semester.

Beberapa mahasiswa terlihat melihat sebuah papan besar di dekat pintu masuk gedung, dengan begitu banyak kertas-kertas yang menempel di situ.

Tak lama terdengar ada suara deru motor besar yang baru memasuki gerbang tinggi menjulang Universitas, beberapa orang menatap ke arah sumber suara tersebut,

Bruuumm bruum brumm...

Motor itu berhenti tepat di depan papan pengumuman, padahal area itu di larang keras parkir sembarangan, dan terlihat seorang pria turun dari motor besar tersebut, banyak yang memandang takjub juga saling berteriak dari kalangan gadis-gadis tentunya yang super heboh,

Alrick Alexander dia adalah berandal terkenal di kampus itu, dan juga dia adalah Pangeran paling tampan di antara semua laki-laki. Mahasiswa pembuat onar yang empat kali tidak lulus semester.

Seorang teman menepuk bahu AL keras. "Hey tidak usah di lihat, kau sudah pasti masih satu kelas lagi denganku", Ucap Davin dengan percaya diri sambil merangkul bahu Al mengajaknya untuk naik ke dalam kelas.

Sementara Al langsung melempar kunci motornya ke arah seorang pria yang biasa ia minta tolongi untuk memarkirkan kuda besinya ke tempat yang lebih aman, tanpa ada gangguan dari para dosen tentunya.

Di bawah tangga meraka sudah akan naik, tapi terhenti sesaat saat tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang membungkuk mengikat tali sepatunya di depan mereka, dengan memakai rok mini yang ia perlihatkan kaki jenjangnya yang sexy itu.

"Waaww siapa gadis itu, cantik sekali kakinya, tapi sepertinya aku sangat mengenal kaki ini.." Ucap AL sambil mengingat dan melihat gadis yang mulai menoleh memandang ke arah bawah, membuat Al menepuk jidatnya malas.

"Alrick,,heii kebetulan sekali kita satu kelas lagi yaa..apa ada benang yang mengikat kita." Ucap si gadis sambil menggandeng terus lengan AL yang nampak risih sebenarnya.

AL ingat pada gadis itu, dia adalah Prita salah satu gadis yang pernah berkencan dengannya entah kapan itu ia tidak ingat, mendapati rangkulan tidak suka ia pun mencoba melepaskan tangan gadis itu namun sedikit kesulitan. Al sama sekali tidak ingin menggubrisnya.

*

Memasuki ruang kelas

"AL duduk di sebelahku ya, kenapa kau diam saja?" Rengek Prita tidak ingin melepaskan lengan AL.

"Tidak aku duduk di situ saja hanya ada dua kursi untukku, ayo Davin kau saja yang disitu," Al menarik paksa Davin untuk mengikutinya.

AL duduk di bangku paling tengah, dan Davin duduk di belakangnya, yang ternyata di sebelah kirinya ada Yura yang sudah duduk di situ, gadis itu langsung menundukkan kepalanya setelah melihat siapa yang berada tepat di sebelahnya saat ini.

Dan dengan cepat tangannya merapikan kembali barang barang yang ada di atas meja yang sempat ia keluarkan tadi dan segera mungkin pindah ke bangku lain pikirnya.

Segera Yura ingin bangun dari kursi duduknya, tapi terlambat Dosen mereka sudah masuk ke dalam kelas, akan memulai pelajaran pertama mereka. terpaksa Yura urungkan niatnya dan duduk kembali.

Untuk hari ini saja, besok harus pindah ke belakang.

"Ini hari pertama masuk, silahkan absen dulu." Ucap sang Dosen yang bernama Pak Tio itu.

AL melihat sekitarnya dan baru menyadari orang di sebelahnya itu adalah seorang gadis yang pernah ia tolong waktu itu, dia pun langsung melihat ke wajah gadis itu.

"Heii, bukannya kau gadis yang dulu kehilangan sebuah kunci, benar itu kau kan, kau tidak ingat padaku? Aku yang mengambilkan kunci untukmu , hei cantik siapa namamu,?" Dengan logat AL yang sangat genitnya.

Jari-jari AL mulai mengetuk ngetuk kecil pada pucuk kepala Yura yang sedari tadi hanya diam menunduk membisu tak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol darinya.

Giliran nama Yura di panggil," Han Yura Fei." Panggil Dosen itu kembali untuk kedua kalinya baru di sahuti oleh Yura yang langsung terkejut ternyata namanya di panggil panggil sedari tadi, tapi karena ada gangguan dari pria sableng si sampingnya ia pun tidak mendengarnya, dan di lanjutkan absennya pada yang lain.

"Heii,, Han Yura Fei bagus sekali namamu. " Ucap AL yang tak ada habisnya menggodanya.

Kini giliran Alrick sekarang di panggil namun tidak di sahuti olehnya malah proa itu justru terus menggoda Yura ,seolah dia telah menemukan mainan baru baginya.

Dosen itu terlihat geram memanggil Al tapi tidak di sahuti juga olehnya, Pak Tio langsung melemparkan penghapus papan tulis itu ke arah AL.

Dan di saat bersamaan AL yang saat itu mendongak ke depan saat mendengar teriakan dari dosennya, seperti mengerti akan mendapatkan serangan dadakan kepalanya langsung menunduk menghindar dan

Ctaakk,,,!!!

Penghapus papan itu pun meluncur sempurna dan mengenai kepala sahabatnya Davin yang memang duduk tepat di belakangnya.

Sang Dosen pun meringis melihat itu, sebab lemparannya salah sasaran, " Sorry Davin."

Tak terasa kelaspun usai,

"Kenapa Pak Tio selalu seperti itu di kelas yaa?" Tanya AL pada sahabatnya itu yang tengah membersihkan sisa warna putih pada rambut juga wajahnya.

"Sudah kukatakan jangan terlalu genit pada semua gadis gadis di kelas, kau bisa tidak lulus lagi, jangan ganggu Yura." Seru Davin menatap tidak suka pada AL.

"Bagaimana kalian bisa saling kenal,?" Tanya AL yang justru mulai curiga, tidak seperti Davin biasanya yang terlalu cuek pada gadis gadis yang ia kencani selama ini.

"Dia teman sekelasku waktu di SMA dulu, makanya aku tahu, dia itu sangat aneh, selalu menghindari laki laki, jangan kau mendekatinya!!." Peringatan tajam itu tertuju pada AL dengan begitu seriusnya.

"Kenapa begitu, maksudnya dia tidak suka pada lawan jenis begitu,,Heii.!! Mana ada gadis seperti itu." Ucap AL tidak percaya, karna memang selama ini banyak gadis gadis yang mengantri untuk sekedar berkencan dengannya.

"Sepertinya dia takut pada laki-laki, makanya dia selalu menghindar, terutama pada laki-laki seperimu, kau ini kan PK (Penjahat Kelam*n). Lebih baik jangan mengganggunya." Ucap Davin lagi sambil masuk ke dalam kelas lain.

"Heiii bukan aku, tapi gadis gadis itu yang tidak mau." Jawab AL sambil tertawa ria tidak menyadari keberandalannya selama ini.

Kini di ruang kelas bahasa inggris,

Yura di tunjuk oleh dosennya untuk membacakan arti pelajaran tadi, ia pun berdiri memulai membacakan pelajaran, tapi karna suaranya yang kecil hampir tidak ada suara yang keluar dari bibir mungilnya. membuat semua temannya pun berteriak menyuruh dosennya untuk mengganti pada orang lain saja.

Lalu dosen itu menghampiri tempat duduk Yura dan sengaja menekan sedikit bahu gadis itu, lalu menyuruh mahasiswa lain untuk membacakannya, AL yang duduk berada agak di belakang sana pun melihat perbuatan yang menurutnya janggal yang di lakukan oleh Dosen itu, dengan raut wajah lain.

Jam istirahat di mulai di dalam kantin yang sudah dipadati para mahasiswa, Davin yang berjalan ke depan untuk memesan dua piring nasi goreng untuknya dan juga AL.

Sedangkan AL berjalan ke meja kantin mendapati Yura yang tengah duduk sendirian melahap makan siangnya, gadis itu mematung saat melihat AL mendekat lalu menarik kursi tepat di depannya.

"Heii teman, kenapa kau makan sendirian?" Goda AL padanya, Yura yang masih menikmati makanannya tetep diam tidak ingin menjawab pertanyaan konyol dari AL.

"Kenapa kau diam saja tidak menjawab pertanyaanku, apa kau mau aku membuka mulutmu itu dengan li*ahku," Goda AL memancing.

Wajah Yura seketika memerah bukan karena malu tapi terdengar ji**k ucapan yang keluar dari mulut AL. Yura lalu mengangkat wajahnya melihat AL yang tengah duduk di depannya menatap dengan tidak sukanya.

"Aku hanya ingin sendirian, jadi pergilah!" Jawabnya menatap Al sekilas lalu kembali diam menikmati makannya.

mendengar itu AL tersenyum geli.

"Suaramu terdengar begitu merdu ternyata." AL mulai melancarkan rayuan mautnya, tapi Yura nampak bergeming.

"Heiii, kau mulai diam lagi, kau benar-benar ingin aku membuka mulutmu dengan li*ahku yaa," AL mulai gemas sekali.

Tak ingin menjawabnya Yura pun beranjak pergi dari kantin sembari membawa nampan padahal makanannya masih tersisa banyak, namun selera makannya langsung meredup gara gara pria berandalan itu.

Davin yang melihat Yura pergi, karena merasa terusik oleh teman berandalnya itu pun ikut kesal.

"Kenapa kau selalu mengganggu gadis-gadis yang terlihat manis." Geram Davin ikut merasa jengkel kepada sahabatnya itu.

.......

.tbc

Terima kasih untuk yang sudah mampir membaca di novel keduaku ini. jangan lupa kasih jempolnya ya.

Pelecehan

Setelah kelas usai Yura berjalan menuruni tangga, ia ingin cepat pergi ke gedung kesenian setelah ini.

Dari atas AL juga menuruni tangga dan melihat Yura, ia pun memanggil-manggil Yura sambil melangkah cepat.

"Yura tunggu dulu, Hei kau sudah mau pulang sekarang ya?" Tanyanya mencoba menghentikan Yura, lebih tepatnya sedikit memaksa.

"Aku akan pergi ke ruang kesenian," dengan berat Yura pun menjawab, walau dengan raut wajah yang sedikit ketakutan.

"Oh, kau anggota Klub kesenian? Berarti kita searah kalau begitu, aku juga ingin bermain basket di sebelah gedung itu, ayo kita barengan saja," Ajak Al mencoba untuk menggandeng tangan Yura.

Namun Yura langsung menjauhkan dirinya, "Tidak! Aku bisa pergi sendiri." tolak Yura dengan cepat ingin segera pergi dari pria yang ia cap pria nakal selama ini.

"AL, cepatlah semuanya sudah berkumpul." Panggil salah seorang teman AL yang mengajaknya bermain basket.

"Baiklah tunggu sebentar." Al kembali menatap ke arah gadis itu." Em, Yura apa kau punya uang? Bisa kau pinjami uang padaku sedikit ,aku pasti akan kembalikan, akan aku ganti dua kali lipat nanti." Ujar Al dengan nada begitu serius tanpa slengean seperti biasanya .

Dan Yura pun segera merogoh dompet di dalam tasnya, segera menyodorkan beberapa lembar uang pada Al tanpa berpikir panjang. Bukan karena ia sedang berbaik hati, bukan ya! Tapi, Yura hanya ingin segera lepas dari si pria nakal itu.

Masalah uangnya di kembalikan atau tidak, tidak jadi masalah asalkan tidak lagi bertemu dengan Al, begitu pikirnya.

"Eeh, tunggu pinjamkan ini juga padaku, terima kasih ya," Ucap Al sembari menarik tali rambut milik Yura berwarna hijau sebelum meninggalkan gadis itu yang masih mematung di tempat seraya terus menatapnya hingga menghilang dari pandangannya.

......................

*Di ruang klub kesenian

Yura dan beberapa mahasiswa lainnya tengah melukis dengan imajinasi mereka masing-masing.

beberapa mahasiswi sepertinya tengah asyik mengobrol di samping, memandangi beberapa mahasiswa pria yang tengah bermain basket di sebelah gedung itu.

"Hei kau sedang lihat apa?" Tanya salah satu siswi wanita kepada teman wanitanya.

"Lihat itu di lapangan basket, banyak pria tampan di sana." Jawab si wanita tadi.

"Itu AL sama Davin, pasti mereka lagi taruhan." Seru wanita yang bertanya tadi.

"Siapa pria yang tinggi, yang tampan itu, manis sekali pakek iket rambut berwarna hijau berpita pink begitu lagi, hihi," Seru kawan wanita lainnya seraya tertawa bersama yang lainnya.

"Yang itu namanya Alrick." Celetuk salah satu wanita dan mereka pun ikut tertawa bersama memandangi Al yang tengah tersenyum senang, entah karena apa di lapangan sana.

Terlihat Yura tidak ingin melihat, hanya mendengarkan obrolan dari mereka saja, dan meneruskan lukisannya tanpa terasa satu persatu mahasiswa pun meninggalkan ruangan itu.

...----------------...

Ada seseorang tanpa mengetuk pintu, masuk ke dalam ruangan kesenian, tampak mencurigakan ia juga mengunci pintu tersebut, berjalan mendekati Yura yang hanya seorang diri di dalam sana.

"Oh, Pak Kelvin, ada hal apa Bapak datang kesini,?" Tanya Yura menyadari kehadiran seseorang yang ternyata adalah salah satu Dosen, sembari merasakan tubuhnya yang gemetar karena takut, sebab hanya ada mereka berdua saja disana, tentu saja ia sangat was was.

"Tidak ada, aku hanya kebetulan lewat saja, ingin lihat-lihat disini, apa yang sedang kau lukis itu?" Sambil berjalan terus berdiri ke belakang tepat di kursi yang di duduki Yura.

Tangan dosen itu pun mulai menyentuh bahu Yura, dengan sangat lembut, Yura merasa terancam bahkan ia langsung merinding seluruh tubuhnya.

"Hmmmm...rambutmu wangi sekali Yura," Seru sang Dosen seraya memejamkan mata dan salah satu tangannya mulai naik merambah ke telinga Yura.

Yura hanya diam membisu tanpa bisa melawan, netranya memejam malah itu membuatnya mengingatkan kembali kejadian masa lalunya yang amat sangat buruk.

Saat tangan dosen itu akan mulai menjelajah turun ke dada Yura, Yura hanya bisa memejamkan matanya dengan erat erat menahan rasa takut dan gemetar.

Entahlah tubuhnya rasanya tidak bisa di gerakan juga dengan bibirnya yang seharusnya berteriak meminta tolong, walau ia tahu pasti tidak ada orang di sekitar gedung ini, mengingat hari sudah mulai gelap, pasti banyak mahasiswa yang sudah keluar dari gedung kampus.

Kllaakkk..

Tiba-tiba dari arah belakang ada suara kayu terjatuh di lantai, pandangan keduanya pun langsung tertuju ke arah tersebut.

"Sejak kapan bapak Kelvin berubah berkonsultasi ke klub kesenian.?" Tanya seseorang dengan tiba tiba, dan ternyata itu adalah Alrick menatap sinis ke arah keduanya, tepatnya ke arah sang Dosen.

"Kenapa kau bersembunyi-sembunyi?" Tanya guru Calvin dengan gugup tanpa menjawab pertanyaan dari AL, sedangkan Yura hanya diam membisu sambil mendengarkan.

"Aku tidak sembunyi -sembunyi Bapak, aku sangat terang-terangan, bapak mungkin lupa ada pintu barang di belakang sana, sangat dekat dengan lapangan basket." Jelas Al bicara dengan tenangnya.

"Kau bukan anggota klub kesenian, untuk apa kau datang kesini?" Dosen itu pun mulai gusar dan salah tingkah.

"Jadi karena bukan anggota, tidak boleh masuk kesini begitu Pak? Padahal aku mau bergabung dalam klub ini." Al masih dengan datar berbicara.

"Lupakan saja! Selain olah raga kau tidak bisa melukis." Semakin gelisah saja sang Dosen.

"Oh, belum tentu Pak, mungkin aku punya sisi yang belum di ketahui oleh orang lain, tak kusangka Guru bahasa inggris yang perhatian, baik dan tampan ini juga bisa melakukan pelecehan terhadap mahasiswinya." Celetuk Al sambil berjalan perlahan menghampiri keduanya.

"Jangan sembarang bicara kamu, aku akan menuntutmu karena telah menghina seorang guru." Elak Calvin kalang kabut, walau dirinya berusaha tenang.

"Pak jangan buru-buru mengancam orang, aku hanya mengumpamakan saja kok." Jelas Al lagi.

AL meraih sebuah cutter di atas meja dan melanjutkan langkahnya, sambil memainkan cutter itu maju mundur sehingga mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring.

"Ke-napa kau bawa itu? Kau mau apa?" Calvin mulai terbata bicaranya karena sedikit ketakutan.

"Aku tidak mau melakukan apa-apa," Jawab AL sambil terus berjalan pelan.

" Aku hanya ingin,," Al mengambil pencil di dekatnya." Meraut pencil saja, aku tidak mungkinkan menggunakan alat ini untuk mencoret wajah bapak yang alim dan jujur itu." Semakin sinis saja pandangan AL tertuju pada Dosen Calvin.

AL berjalan terus mendekati mereka, suasana menjadi sangat menegangkan, membuat dosen itu pun berangsur mundur ke belakang, Yura yang melihat AL membawa benda tajam pun langsung beranjak dari tempat duduknya bermaksud menghadang AL, membuat kursi itu pun mengeluarkan bunyi gesekan yang cukup keras.

"Kau sudah gila, benar-benar sudah gila, aku malas meladeni mahasiswa yang seharusnya sudah berhenti." Dengan ancang-ancang Dosen Calvin itu pun berlari keluar dari ruangan tersebut.

"Yah, payah! Tidak seru aahh, baru saja akan memulai permainan sudah mengalah duluan." Seru Al sambil melemparkan cutter tersebut ke sembarang arah. "Dan kau bodoh sekali membiarkan orang seenaknya memegangmu, tapi kau malah tidak menodong uang sepersen pun padanya." Yura hanya diam membisu menahan tangisnya.

"Apa kau tidak suka? Kalau tidak suka jangan lemah seperti ini, lemah tidak ada gunanya teman, dan lihat ekspresi wajahmu ini hanya akan membuat orang lain melakukan hal yang lebih jauh lagi padamu." Lirih Al berjalan lebih dekat pada Yura yang masih berdiri di tempat.

AL sebenarnya masih sangat kesal melihat ulah dosen itu tadi, dia mulai melihat-melihat sekeliling ruangan ,lalu pandangannya melihat gambar di depannya.

"Waaahhh, apa kau yang menggambar ini, sangat mirip sekali, seperti nyata ya!?" Serunya takjub saat melihat lukisan Yura.

AL mulai tertegun menatap lukisan bayi yang sedang di peluk oleh seorang Ibu dengan kasih sayang.

"Apa kau menyukainya,?" Tanya Yura karna melihat raut wajah AL yang berubah berbinar entah tengah memikirkan apa.

"Yaaa aku suka, aku jadi teringat pada Ibuku." Jawab Al saat mengingat kenangan masa lalunya.

"Kau boleh simpan untukmu, kalau kau suka." Yura berbicara sambil menunduk.

"Boleh untukku?" Tanya Al tidak percaya.

"Yaa kenapa tidak, tapi ini belum selesai, aku akan segera menyelesaikan terlebih dulu. " Jelas Yura, memang ingin memberikan lukisannya jika itu di sukai oleh Al, anggap saja itu sebagai rasa terima kasihnya karena sudah di tolong dari sang Dosen mesum.

"Baiklah kalau itu tidak membuatmu keberatan. Oh, iya ini aku kembalikan uangmu, yang aku pinjam tadi, sudah ku ganti menjadi dua kali lipat sungguh." Sambil menyerahkan gulungan uang yang di iket tali rambut milik Yura ke dalam telapak tangan gadis itu.

"Tidak, aku tidak keberatan sama sekali, malah aku suka, mungkin juga kalau sudah habis menggambar akan aku buang setelahnya." Terang Yura seraya memasukkan gulungan uang itu ke dalam tas.

"Sayang sekali kalau di buang, Baiklah, aku pulang dulu yaa.. Terimakasih atas pinjamannya tadi." Pamit Al yang langsung keluar lewat pintu belakang yang ia lalui sebelumnya, tak lama ia kembali berbalik ke arah Yura. "Cepatlah pulang jangan sendirian di tempat yang sepi, bye teman." Ucap AL lagi setelahnya meninggalkan Yura yang masih diam saja.

Yura hanya memandangi punggung AL sampai benar-benar menghilang dari balik pintu.

Yura pun mulai mengemasi barang-barang miliknya dan bergegas untuk segera pulang, mengingat lagi pesan dari AL barusan untuknya.

.tbc

Mohon dukungan dari semuanya yaa,, dengan cara beri like vote dan juga hadiah🌷🌷🌷🌷🌷

Terima kasih yang sudah mampir baca. love u all..💓💓

Dijadikan Model

Yura terjaga dari tidurnya.. bayang-bayang kejadian di masa lalunya terus saja menghantui dirinya hampir setiap malam. Ya anggap saja itu menjadi trauma untuknya.

Wajahnya sudah berpeluh seperti sehabis lari maraton, nafasnya pun terengah-engah sesak di dada, tangannya meraih gelas di atas nakas lalu segera meminumnya, ia sangat takut kejadian itu terulang kembali.

Sementara di kamar lain AL terus terjaga, sulit dirinya untuk memejamkan matanya. pikirannya kembali ke masa lalu.

Kenangan pahit Mamanya yang seolah selalu mengganggu pikirannya, gara-gara melihat lukisan Yura tadi ia pun harus mengingat lagi kenangan itu, kenangan yang selama ini mati-matian ia berusaha lupakan.

"Aaaggghhh,, si*lan! Sebaiknya aku bersenang-senang saja." Sambil menekan beberapa nomor digit seorang gadis yang ia inginkan untuk menemaninya malam ini.

......................

Kelas pun usai, para mahasiswa berhamburan untuk keluar kelas, saat Yura tengah membereskan peralatannya di atas meja, AL menghampirinya, di ruang kelas sudah sepi hanya tinggal mereka berdua saja.

"Yura mau makan bersama.!" Ajaknya tiba tiba bahkan tak segan menarik lengan Yura, Yura hanya diam menatap lengannya di genggam oleh seorang pria.

"Uupppsss!! sorry teman, baiklah kalau tidak mau." Ujar AL sembari melangkah pergi. Namun Yura segera memanggilnya.

"Ini lukisannya sudah aku selesaikan , simpanlah." Sambil menyerahkan lukisannya, AL pun menerima lukisan itu.

"Oohh sungguh ini buatku? Cepat sekali kau menyelesaikannya, Em sepertinya aku ini tidak tahu malu yaa? Setelah aku pikir-pikir memang seperti itu." Seloroh Al menyengir kuda.

Yura hanya menundukkan kepalanya sambil mendengarkan AL bicara. "Aku tidak punya uang, tidak ada benda berharga yang bisa ku tukarkan." Jelas Al merasa tidak enak.

AL mulai diam mereka pun saling pandang sejenak,"Begini saja biar aku saja yang melindungimu, bagaimana? Apapun yang terjadi kelak, aku pasti akan membantumu, kalau begitu janji ya? Lagi pula yang bisa kulakukan hanya itu bye aku duluan." AL pun melangkah pergi, saat mau keluar pintu ia berhenti.

"Aaa..Ada lagi, ada satu hal lagi yang bisa kulakukan untukmu, Yaitu..Saat kau mau bermesraan— AL menjeda ucapannya, sedangkan Yura wajahnya sudah merona saat mendengarkan itu. "Aku bisa meminjamkan tubuhku untukmu,, GRATISS,," Menekan kata gratis sambil meringai nakal kepada Yura.

Yura yang mendengar perkataan absurd dari Al hanya bisa menundukkan kepalanya tidak ingin menatap wajah Al yang semakin nakal itu. Di rasa tidak ada ucapan balasan dari Yura, AL berjalan menuju pintu keluar hendak meninggalkan kelas.

Tiba-tiba saja Yura memanggilnya kembali, reflek langkahnya terhenti. "Kalau begitu pinjamkan tubuhmu padaku," Seketika AL langsung mematung dan berbalik.

"Tadi kau bilang apa?" Untuk memastikannya Al pun kembali, karena tidak percaya apa yang telah di dengarnya barusan.

"Tadi aku bilang, pinjamkan tubuhmu padaku, untuk menjadi modelku." Yura mengulang ucapannya dengan pelan.

Seketika AL yang sudah berpikiran terlalu jauh kesana, tidak percaya apa yang barusan ia dengar, ia pun hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

Yura akhirnya mengajak AL masuk ke dalam ruang kesenian, netra Yura menyapu seluruh ruangan memastikan keadaan di dalam benar-benar sepi, setelah benar-benar kondusif ia meminta AL untuk masuk.

Yura mengambilkan sebuah kursi buat AL untuk duduk, yang langsung AL menjatuhkan b*k*ng sintalnya ke kursi tersebut.

Tentu saja sintal karena tubuh Al cukup berisi walau tingginya juga di atas rata rata. Pokonya paket komplit lah bagi seorag pria.

"Aku tidak menyangka tubuhku akan digunakan untuk melukis, tadinya aku berencana kita bisa melakukan hal yang lebih menyenangkan. Hal yang bisa_bisa membuatmu puas pastinya." Ucap Al dengan seringai nakal tapi juga langsung kecewa.

Yura hanya diam saja mendengarkan dan tanganya asik menyiapkan peralatan peralatan lukisnya, sedang AL terus saja mengoceh tidak jelas.

"Aku dengar kau benci laki laki, benarkah? Kenapa benci, apa kau suka perempuan?" Tuding AL tanpa perasaan.

"Bisa jangan bergerak terus? Juga jangan bicara terus, nanti aku susah melukisnya." Yura mulai jengah sebenarnya dengan ucapan-ucapan yang di lontarkan AL, tapi demi apa coba.

"Aku bukan patung nona, aku ini manusia hidup bagaimana bisa aku tidak boleh bergerak ,tidak boleh bicara hmmm.!!" Jawab Al yang mulai bosan juga kesal sendiri, bagaimana bisa seorang Al di suruh diam saja bak patung.

Oho! Itu tidak bisa ferguso.

Yura tidak ingin menjawabnya ia hanya ingin fokus pada papan lukisnya, beberapa menit ia sudah mulai melukisnya, terus fokus sampai di rasa AL tidak bersuara lagi, Yura pun meletakkan alat lukisnya, mulai mendekati AL, dan benar saja ternyata sang Model sudah berada di alam mimpi.

"Begitu saja ketiduran." Gerutu Yura pelan dan masih dengan menatap Al, Yura mulai mengamati wajah AL yang terlelap tanpa di sadarinya tangannya mulai terulur menyentuh wajah tampan itu, ia mulia menyadari sesuatu.

Tingkah lakunya memang aneh, membuat orang sulit untuk melihatnya, tapi dia punya wajah yang bersih dan polos, aku sama sekali tidak bisa merasakan sisi jahatnya. Dan dunia ini memang terdapat banyak sekali kejahatan...yang membuat orang tidak bisa berbuat apa-apa, tidak tahu harus berusaha seperti apa, dia mengungkapkannya satu persatu, menebarkan bau yang tidak bisa dibenci orang lain. Batin Yura.

......................

*Kelas Bahasa Inggris

Calvin sang Dosen sedang mengajarkan materi di depan, ia pun ingin salah satu murid nya maju untuk membuat kalimat selanjutnya. Calvin menunjuk AL yang tengah tertidur di jam kelasnya, otak liciknya sedang merencanakan sesuatu.

"Alrick, Alrick!," Panggil ulang sang Dosen.

AL yang tengah tertidur lelap terpaksa di bangunkan oleh Davin, pun ia gelagapan mulai bangun dengan perlahan.

"AL kau di suruh maju kedepan, maju buat kalimat, cepat" Seru Davin setengah berbisik.

AL yang kebingungan pun clingak-clinguk seperti orang bodoh, sembari menyadarkan diri dan mulai mengumpulkan nyawanya yang belum sepenuhnya kembali.

"Kenapa Al? Kau 'kan sudah dua tahun belajar, pasti bisa kan, ayoo maju,,"Ucap Calvin berpura pura tenang, walau sudut bibirnya terlihat menyeringai jahat dan itu tertangkap jelas di mata Al.

Alrick pun berjalan ke depan sedikit sempoyongan walau akhirnya bisa,"Apa kau baru bisa bersemangat sepuluh menit menjelang pelajaran selesai." Imbuh Calvin terang sekali mengejek.

"Kau yang membuatku bangun Pak, jadi jangan menyalahkan aku nanti." Tekan AL membalas seringai liciknya.

Dosen itu pun tambah merasa senang menjahili AL, padahal dia tidak tahu saja bahwa di dalam otak AL pun merangkai kelicikan yang lebih parah darinya. AL mulai menulis kalimat demi kalimat di papan tulis.

Di belakang mereka pun para mahasiswa mulai bersuara, memperhatikan dan membaca apa yang tengah di tulis oleh AL.

Dosen yang mendengar kebisingan para mahasiswa nya itu pun, langsung berbalik melihat juga apa yang tengah di tulis AL sehingga membuat suasana kelas semakin bising, lalu tak lama AL pun membacakan apa yang ia tulis barusan di papan tulis.

"Dosen yang kelihatan baik ini, sebenarnya bajingan yang melecehkan seorang siswi." Al menerjemahkan arti tulisannya dengan menggunakan bahasa inggris dengan begitu fasih.

Dan bertambah riuh suara para mahasiswa berbicara, saling berbisik pada yang lain.

"Tenang-tenang jangan ribut," Ucap Dosen itu sedikit gusar.

"Pak Dosen tidak tahu saja, saat usiaku masih lima tahun, aku sudah tinggal di NY selama sepuluh tahun." Ucap Al yang semakin membuat gusar saja Calvin.

Sedang AL tertawa senang sambil kembali ke tempatnya, sebelum sampai kursinya ia behenti di samping Yura.

"Give me five (toast) cepatlah," Ucap AL sembari melayangkan telapak tangannya ke depan Yura, tapi Yura masih diam saja.

"Cepat balas balik sangat menyenangkan bukan." Imbuhnya lagi, setelah mendapat balasan hight five dari Yura ia pun duduk kembali ke tempatnya, keduanya sama sama tersenyum lebar.

...----------------...

Di tengah perjalanan pulang AL tidak menyadari kalau rem motornya di potong oleh seseorang, beruntung reaksinya sangat cepat sehingga saat ada truk besar di depannya ia bisa menghindarinya dengan cepat.

Ia pun langsung membawa motornya ke bengkel milik temannya, dan temannya bilang bahwa selang rem sengaja ada yang memotongnya.

Tidak salah lagi pasti sang Dosen cabul itu yang melakukannya siapa lagi, aku akan membuat perhitungan padanya besok. Gerutu Alrick dengan amarah membara.

Keesokan harinya AL benar-benar membuat Dosen itu kapok, sehingga membuat Dosen Calvin itu mengundurkan diri.

Bagaimana tidak langsung berpamitan jika ia desak akan di dorong paksa dari atas lantai gedung kampus hingga ke dasar tanah membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat saat itu juga.

*Di dalam kelas

Prita dan Al berjalan bersama memasuki ruang Kelas. "Al bagaimana kalau kelas selesai nanti, aku naik motormu kita jalan keliling. " Pinta Prita dengan bergelayut manja di lengan Al.

"Tidak bisa, kalau ada perempuan yang naik motorku bisa cemburu dia, dan bisa menjatuhkan aku." Jawab Al yang langsung duduk di sebelah Yura.

Yura yang tengah meraut pencilnya berhenti sejenak, mereka saling pandang lalu saling lempar senyum, kemudian Yura melanjutkan meraut lagi.

Prita yang melihat senyum mereka pun berjalan dengan sengaja menyenggol bahu Yura, sehingga membuat Cutter itu menggores jari telunjuk Yura.

Al yang melihat jari Yura berdarah langsung menegur Prita dengan menatapnya tajam.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya AL pada Prita kesal dan langsung memandang Yura lagi.

"Maaf, aku tidak sengaja," Ucap Prita setengah mengejek sembari duduk di belakang mereka.

"Hei, jarimu berdarah, kau bodoh sekali hanya diam saja." Tanpa aba-aba AL langsung menarik jari Yura yang berdarah itu dan langsung memasukkan kedalam mulutnya tanpa pikir panjang.

Yura yang kaget dengan aksi AL yang sedikit kurang ajar, langsung menarik paksa jarinya kembali.

Davin yang kebetulan duduk di samping Al juga melihatnya, Prita pun juga sama langsung menatap sinis dan semakin murka pada Yura, i pun tersenyum dengan seringai nakal telah merencanakan sesuatu pada Yura nanti.

Lihat saja apa yang akan aku lakukan. batinnya.

.tbc

Mohon dukungan dari semuanya yaa,, dengan cara beri like vote dan juga hadiah🌷🌷🌷🌷🌷

Terima kasih yang sudah mampir baca. love u all..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!