"Pa, Anatasya ini masih kuliah dan masih tidak ingin berfikir tentang menikah. Apalagi dengan cara di jodohin seperti ini, pokoknya Anatasya menolak!" tegas seorang gadis bernama Anatasya yang merupakan anak tunggal dari keluarga Brapto sang pengusaha properti kaya raya nan terpandang itu.
"Anatasya! Ini sudah keputusan bulat buat papa. Jadi, tidak ada alasan untuk kamu menolak" balas Brapto yang sukses membuat Anatasya menetaskan air mata tidak percaya.
"Papa jahat, Anatasya benci sama papa!" langsung berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Mendengar apa yang di lontarkan anaknya barusan membuat mama Anatasya yaitu buk Mira berusaha menenangkan pak Brapto dan memberikan pengertian agar dapat memberi sedikit waktu untuk putrinya menenangkan diri dan memikirkan ini semua.
Klekk....
pintu terbuka hingga membuat Anatasya yang tadinya terlentang langsung sontak menoleh kebelakang dan syukurlah orang yang membuka pintu adalah mama Anatasya dan bukan papanya.
Anatasya yang menyadari kedatangan mamanya langsung bangkit dan memeluknya dengan erat tangisannya pun semakin menjadi-jadi hingga membuat ibunda kesulitan untuk mendiamkannya.
"Sudahlah sayang, jangan terus-terusan nangis ah. Kamu enggak kasian yah sama mama jadi ikut-ikutan sedih nih" berusaha menenangkan putri kesayangannya yang tak kunjung berhenti menangis.
"Habisnya papa jahat. Papa gak lagi sayang sama tasya" rengek Anatasya kecewa dengan segala keputusahan yang telah dibuat oleh papanya.
"Anatasya sayang, jangan ngomong gitu dong. Papa ngelakuin ini semua bukan karena ayah tidak sayang sama Anatasya tapi papa ngelakuin ini semua agar Anatasya terlindung dari orang-orang yang mendekati Anatasya hanya seolah-olah ingin mengincar harta dan perusahaan keluarga kita sayang!" mencoba memberikan penjelasan agar Anatasya tidak terus-terusan berfikir buruk tentang papanya.
"Tapi Anatasya masih mau hidup bebas tanpa adanya sedikitpun ikatan ma" pinta Anatasya menatap mamanya dengan wajah menyedihkan.
Mira menangkap kedua pipi mulus Anatasya dan membelainya penuh kelembutan.
"Anatasya sayang, tolong turutin kemauan papa kali ini saja ya. Anatasya sayangkan sama papa?" tanya Mira kepada Anatasya yang langsung dibalas dengan anggukan pelannya.
"Nah kalau memang sayang terima perjodahan ini. Jangan membuat papa marah hingga membuat penyakit jantungnya kembali kambuh dan percayalah pilihan papa pasti yang terbaik sayang" tanpa sadar air mata Mira pun menetes tak sanggup sebenarnya dia memaksa Anatasya.
Namun semua ini juga demi kepentingan, keselamatan Anatasya dan keluarganya.
Mengingat banyak sekali saingan bisnis Brapto yang kadang-kadang mengintai Anatasya.
Mereka berharap setelah Anatasya menikah dengan putra dari keluarga Sanjaya dapat memberikan putrinya rasa aman karena bagaimana pun juga keluarga Sanjaya merupakan keluarga yang sangat ditakuti oleh kalangan pengusaha di penjuru dunia.
Jadi, siapa pun yang berani macam-macam terhadap keluarga Sanjaya dapat dipastikan tidak akan ada hari esok untuk mereka.
Pak Brapto memiliki hubungan sangat baik dengan Sanjaya hingga mereka dengan tangan terbuka mau melakukan perjodohan ini dan pak Brapto sangat memberikan kepercayaan kepada putra Sanjaya untuk menjaga putrinya setelah menikah nantinya.
Sedangkan Raka yang merupakan anak tunggal dari keluarga Sanjaya hanya mengangguk tidak peduli mendengar perjodohan yang dilakukan oleh papa dan rekan bisnisnya itu.
Dia tidak ingin begitu ambil pusing karena dia adalah tipe pria yang sangat dingin dan tidak peduli dengan apapun disekitarnya keculi pekerjaan yang saat ini ia geluti dan telah sukses membuat namanya menjadi melejit dimanapun.
Bagaimana tidak di usia yang bisa dikatakan cukup muda dalam dunia usaha telah membuat dia sukses mengeluti bidangnya itu dan ketampanannya merupakan nilai plus sehingga membuat dia menjadi pria yang sempurna disetiap kalangan wanita.
"Bagaimana Raka? tentunya kamu setuju dong dengan perjodohan yang papa rencanakan ini?" tanya Sanjaya kepada putra semata wayang yang telah sukses mengontrol perusahaannya itu.
"Hmm," kata andalannya yang cukup untuk menjawab keingintahuan sanjaya.
"Papa sangat bangga sama kamu, bukan hanya mampu menjalankan perusahaan kamu juga mampu menghormati keputusan papa nak" Sanjaya menepuk bangga bahu Raka.
Raka tersenyum kecil mendengar Sanjaya yaitu papanya yang sangat mempercayainya.
"Kalau begitu Raka pergi ke kamar dulu pa" izin Raka pergi setelah dipersilakan oleh papanya.
"Oh iya...jangan lupa juga Raka untuk besok malam kita akan berkunjung kerumah calon istri kamu dan papa harap kamu akan datang" mengingatkan Raka atas kunjungannya besok malam kerumah keluarga Brapto.
Raka mengangguk yang menandakan ia akan pergi besok malam menghadiri kunjungan tersebut.
Keesokan harinya...
Anatasya terlihat lemas mengikuti setiap mata kuliah yang diajarkan dosen hari ini.
Dia terlihat tidak bersemangat memikirkan keputusan yang akan dia ambil malam nanti.
Satu sisi ia ingin menolak tapi disisi lain dia tidak ingin membuat kesehatan papanya terancam. Apa jadinya jika nanti ia ngotot menentang keputusan papanya?
Kegiatan kelas telah selesai. Anatasya berniat untuk segera pulang lalu beristirahat. Namun, sahabatnya Dinda, dan Akila tiba-tiba datang mehampirinya.
"Hai Tuan putri, nanti malem ngumpul yuk dicafe biasa" ajak Dinda dan Akila mengangetkan Anatasya.
"Huuf kalian berdua ini ngagetin aja" cetus Anatasya masam.
"Hehehe kami enggak berniat kok ngagetin kamu cantik, hanya aja kamunya yang dari tadi dikelas bengong-bengong gak jelas. Ada apa sih emangnya?" tanya Dinda penasaran.
"Enggak apa-apa kok Din. Mungkin karena ngantuk" jawabnya bohong karena belum siap memberitahu yang sebenarnya kepada kedua sahabatnya itu.
"Jadi, gimana nanti malem. Mau gak?" tanya Akila lagi.
"Enggak ah...aku lagi gak enak badan, lain kali aja yah" tolak Anatasya berharap kedua sahabatnya dapat mengerti.
"Ya udah deh kalau gitu biar aku sama Akila aja" balas Dinda mengerti.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup membosankan akibat macetnya jalan. Akhirnya Anatasya tiba di kediamnnya.
Para pelayan menyambut Anatasya dengan hangat, suasana seperti ini telah begitu biasa baginya. Dilayani bagaikan seorang putri mahkota yang berada didalam istana megah tanpa sedikitpun kekurangan apapun.
Anatasya melemparkan kasar tubuhnya diatas kasur. Ia mengehela nafas panjang atas keputusan apa yang akan dia berikan nantinya.
"Seperti apa pria yang akan menjadi suamiku. Apakah ia tampan? Apakah dia baik? Apakah dia bisa memanjakan ku sebagai mana papa dan mama biasa lakukan? Aku benar-benar hampir gila memikirkannya" sambil menatap langit-langit kamarnya.
Tok...tok
"Masuk" teriaknya malas.
Seorang pelayan membuka pintu dan memberikan penghormatan kepada Anatasya.
"Maaf Non jika saya menganggu. Tapi, nyonya memerintahkan saya untuk membawakan gaun yang akan Nona kenakan nanti malam," ucap pelayan tersebut dengan ramah.
"Mama sekarang dimana?" tanya Anatasya.
"Nyonya ada di kamar Non" jawabnya sambil menundukan kepala.
"Pergilah dan terima kasih telah membawakan gaun ini" Anatasya memberikan isyarat agar pelayan tersebut pergi meninggalkan dirinya sendiri.
Sudah setengah jam Anatasnya merenung hingga ia akhirnya memutuskan untuk berendam di bathub untuk menenangkan sejenak pikirannya.
Bersambung...
19.30
Sanjaya yang ditemani langsung oleh sang istri telah tiba di kediaman keluarga Brapto. Para pelayan ataupun seisi rumah dengan penuh hormat menyambutnya. Mereka membimbing kedua tamu tersebut untuk menuju ruangan yang telah dipersiapkan khusus untuk pertemuan yang cukup sakral malam ini.
"Pa, Raka kok belum dateng juga sih" gerutu Adelia ibunda Raka yang terlihat panik.
"Tenang Ma! Sekarang Raka sudah didalam perjalanan, sebentar lagi pasti sampai kok" jelas Sanjaya menenangkan istrinya.
Setibanya Sanjaya dan istrinya di ruangan utama kembali disambut dengan hangat oleh kedua orang tua Anatasya mereka pun hanyut dalam perbincangan seketika.
Hingga tak terasa Raka telah tiba di kediaman calon istrinya dan memakirkan mobil di dalam garasi.
Para pelayan wanita yang melihat kedatangan Raka melongo tidak percaya.
Bagaimana tidak, sangat beruntunglah majikan mereka mendapatkan pria yang begitu tampan seperti Raka. Dengan tubuh atletis, kulit putih, rahang tegas, bibir seksi dan hidung yang mancung membuat Raka terlihat sangat sempurna.
"Selamat datang Tuan, mari saya antar keruangan utama" seorang pelayan menunjukan arah jalan kemana Raka akan pergi.
Tap...tap...tap suara hentakan kaki kian mendekat dan terlihatlah wajah tampan Raka yang mempesona diruangan utama.
"Selamat malam, maaf jika saya terlambat" sapa Raka dengan hormat.
"Tidak perlu sungkan Nak. Silakan duduk, Anatasya juga masih belum turun sedari tadi karena tadi agak telat pulangnya mungkin karena macet" Brapto berusaha memberikan alasan yang tepat agar mereka tidak mencari-cari keberadaan Anatasya yang hingga saat ini tak kunjung keluar.
Hingga akhirnya Brapto memerintahkan salah satu pelayan untuk menghampiri putrinya agar segera turun dan bergabung bersama mereka.
Tak lama kemudian turunlan Anatasya dengan menggunakan gaun selutut berwarna putih dengan polesan make up yang tidak terlalu tebal namun tidak mengurangi kecantikan yang ada pada dirinya.
"Selamat malam, maaf Anatasya ketiduran" sapa Anatasya kepada orang-orang yang telah berkumpul memenuhi ruangan utama.
Raka yang tadinya tengah fokus berkutik dengan ponselnya seketika menghentikan aktivitasnya karena dicubit oleh ibundanya Adelia.
"Lihat tu, calon istri kamu Ka cantik banget," ucap Adelia menunjuk kearah Anatasya.
Mendengar ucapan Adelia, Raka langsung melihat kearah Anatasya yang kini duduk bersebelahan dengan ibunya.
Memang benar apa yang dikatakan ibunya barusan. Anatasya sangat cantik malam ini, dia sampai terpukau dengan pesona yang ditunjukkan calon istrinya itu.
Risih dengan Raka yang tak henti-henti menatap kearahnya membuat Anatasya merasa tidak nyaman.
"Aku tau aku cantik, tapi jangan gitu juga kali ngeliatnya. Dasar pria mata jelalatan" gerutu Anatasya dalam hati.
"Ehem..." Brapto mulai angkat bicara dan Rakapun mulai tersadar akan apa yang ia tatap sedari tadi dan langsung mengalihkan pandangannya.
"Berhubung semua sudah berkumpul disini. Sebaiknya kita segera memulai membicarakan tentang rencana perjodohan ini," ucap Brapto dengan penuh wibawa dan dibalas dengan anggukan kedua orang tua raka dan ibundanya Anatasya terkecuali Anatasya dan Raka yang terlihat acuh.
"Pasti kalian sudah mengerti maksud kami menjodohkan kalian berdua karena semua ini juga demi kepentingan dan keselamatan keluarga kita dan saya selalu papanya Raka berharap kalian berdua menyetuji perjodohan ini" balas Sanjaya yakin.
"Jadi gimana keputusan antara Raka dan Anatasya, setuju?" tanya Brapto dan Sanjaya bersamaan dengan penuh harap tentunya.
Raka menjawab setuju dengan ekpresi malas sedangkan Anatasya menjawab dengan anggukannya.
"Wah...syukurlah" sambut orang tua Raka dan Anatasya bersamaan dan senyum bahagia yang merekah terukir diwajah mereka.
Cukup lama sudah 2 keluarga yang akan menjadi 1 keluarga tersebut berbincang-bincang. Hingga satu persatu orang tua Raka dan Anatasya pergi untuk membicarakan hal yang sedikit pribadi.
" Anatasya Sayang mama mau ngajak jeng Adelia buat keliling-keliling rumah dulu ya. Kamu yang baik sama Raka," ucap Mira meyipitkan matanya sebelah dan langsung bergegas pergi hingga hanya meninggalkan Raka dan Anatasya berduan di ruangan utama.
Anatasya menghela nafas panjang melihat kesengajaan kedua orang tuanya untuk membuat dirinya berduan bersama Raka.
Sedangkan Raka biasa-biasa saja menanggapi tingkah kedua orang tuanya dan kembali sibuk berkutik dengan ponsel pintarnya tanpa berinisiatif untuk menyapa maupun memulai untuk berbicara.
"Ishh...dasar pria es. Dia tampak menganggap seolah aku tidak ada di hadapannya" fikir Anatasya kesal.
Raka yang menyadari tatapan sinis dari Anatasya lebih memilih untuk tidak menanggapinya dan dia lebih memilih memberitahu asisten pribadinya untuk mengurus laporan yang tadi sempat ia tinggalkan diruang kerja.
"Hei" panggil Anatasya memberanikan diri.
"Hmm" balas Raka cuek.
"Heii, kenapa kamu menyetujui perjodohan ini?" tanya Anatasya menatap lekat pria tampan yang ada dihapannya saat ini.
"Aku tidak memiliki pilihan lain" jawab Raka yang masih tidak memindahkan pandanganya dari layar ponsel.
"Apanya yang gak ada pilihan lain? Kalau tadinya kamu ngotot buat enggak setuju tentang perjodohan ini aku juga akan bantu kamu untuk ikut-ikutan enggak setuju tau dan kamu taukan aku ini masih muda, biarpun kamu terlihat elegan dan tampan tapi aku tidak terlalu menyukai pria dewasa apalagi tua!" jelas Anatasya blak-blakan.
"Aku juga tidak menyukai anak kecil sepertimu. Tapi karena aku menghargai keputusan papa jadi aku memilih untuk menyetujuinya" sindir Raka.
Tidak terima dipanggil anak kecil membuat kepala Anatasya seketika mendidih.
"Denger baik baik ya Tuan Raka Sanjaya, aku bukan anak kecil. Umurku sudah lebih dari 20 tahun dan anak kecil usianya bukanlah 20 tahun keatas Tuan Raka terhormat" nada-nada yang penuh penekanan Anatasya lontarkan.
Raka menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan pandangannya langsung kearah Anatasya.
"Gadis remaja maupun dewasa akan menyukai pria yang lebih tua sedangkan anak kecil akan menyukai bocah-bocah ingusan yang masih meminta uang kepada orang tuanya. Pasti putri semata wayang dari pak Brapto akan mengerti apa maksud saya barusan" beranjak dari sofa dan langsung pergi meninggalkan Anatasya dengan wajah yang sudah terlihat sangat murka.
"Dasar pria tua" umpat Anatasya kesal.
Keesokan harinya...
Seperti biasa, Anatasya pergi kekampus sebagai rutinitasnya sehari-hari jika ada mata kuliah yang harus ia hadiri. Anatasya terbilang anak yang berprestasi jadi dia menjadi salah satu mahasiswa yang sangat populer di tempat ia menimba ilmu saat ini.
Banyak pria yang mendambakan Anatasya tapi Anatasya tidak terlalu merespon pria-pria tersebut.
Anatasya pernah menyukai seseorang yang merupakan senior di kampusnya. Namun, orang yang ia sukai tersebut baru-baru ini memiliki hubungan dengan gadis yang juga merupakan senior namun dari fakultas yang berbeda.
Anatasya awalnya terlihat kecewa mendengar orang yang ia sukai telah memiliki pacar. Tapi ia tidak mau terlalu berlarut-larut dengan hal yang belum pasti untuknya.
Setelah kelas selesai, Anatasya bersamaan dengan kedua sahabatnya mampir kesebuah kafe untuk bersantai sejenak dengan menikmati makanan dan minuman yang telah mereka pesan.
"Tasya kamu udah denger belum gosip terbaru tentang Kak Bram?" tanya Dinda sambil mencolek lengan Anatasya.
"Males ah denger nama Kak Bram, ganti topik lain dong Dinda" balasnya tidak bersemangat.
"Bener nih, gak mau tau?" goda Akila kembali.
"Iya...iya memangnya ada apa sih" akhirnya Anatasya pun menyerah.
"Kak Bram udah putus dengan sisi pacarnya itu loh" jelas Dinda dengan wajah girang.
"Putus?" Anatasya mengulangi.
"Iyah putus. Katanya sih Sisi itu selingkuh dan hanya pacaran sama Kak Bram hanya buat manfaatin untuk dia nyelesain skripsinya" jiwa tukang gosip Dinda membara.
"Kasihan yah Kak Bram" sahut Akila prihatin.
Anatasya pun ikut-ikutan prihatin dan sedih mendengar orang yang ia sukai diperlakukan jahat seperti itu, Namun Anatasya juga terlihat tidak bersemangat karena sebentar lagi dia akan menikah dan otomatis peluang seperti ini harus dia lepaskan.
"Tasya ini peluang buat kamu untuk kembali ngejar Kak Bram. Jangan kasih kendor kami akan selalu mendukung dan membantu kamu" Dinda memberikan semangat kepada Anatasya untuk kembali memiliki Bram karena itulah hal yang Anatasya inginkan sejak dulu memasuki kuliah.
"Terima kasih Din" balas Anatasya dengan senyum hambar.
Bersambung...
"Tasya, ini peluang buat kamu untuk kembali ngejar Kak Raka. Jangan kasih kendor karena kami akan selalu mendukung dan membantu kamu" Dinda memberikan semangat kepada Anatasya untuk kembali memiliki Bram karena itulah hal yang Anatasya inginkan sejak dulu memasuki kuliah.
"Terima kasih Din" balas Anatasya dengan senyum hambar.
Akila terlihat cemberut karena kedua sahabatnya masih sibuk membaper tentang Bram. Hingga lupa dengan makanan yang sudah sedari tadi terhidang ingin segera disantap.
"Udah selesai apa belom woi, udah laper banget nih" rengek Akila kepada dua sahabatnya yang masih sibuk berpandangan.
"Hehehe maaf Akila sayang. Yaudah ayo kita mulai makan karena temen tersayang kita yang satu ini udah kelaparan banget kayaknya" ejek Dinda yang langsung diselingi dengan tawa Anatasya yang pecah.
"Haish kalian resek banget sih " umpat Akila langsung menyendok makanannya dengan wajah kesal.
Mereka bertiga menikmati hidangannya dengan lahap penuh canda dan tawa. Suasana gembira pun seakan tidak pernah lumput menghiasi menghiasi persahabatan mereka.
Tak lama kemudian,
Dinda menyiku lengan Anatasya dengan tiba-tiba dan menggerekan kepalanya seakan menunjukkan suatu hal kepada sahabatnya.
"Apaan sih Din, sakit tau" racau Tasya melihat tingkah sahabatnya yang super duper aneh ini.
" Sumpah, ganteng banget tu cowok . liat deh kalian berdua pasti ikut-ikutan terpukau" puji Dinda yang bergantian menyiku lengan Akila yang masih dengan lahapnya memakan hidangannya.
Dengan malas Anatasya dan Akila menoleh kebelakang dan ternyata pria yang disebut-sebut ganteng oleh sahabatnya itu adalah Raka.
Dengan begitu terkejutnya Anatasya menyadari Raka dihadapannya sekarang.
Raka yang juga menyadari Anatasya menatap dirinya hanya melintas tidak peduli dan terlihat tidak mengenali Anatasya yang merupakan calon istrinya sendiri.
"Gantengkan..." goda Dinda kepada dua sahabatnya yang terlihat terpana.
"Iya ganteng banget sumpah Din" balas Akila.
"Biasa aja kali, cowok kayak gitu mah banyak kali diluaran," ucap Anatasya dengan suara yang lantang hingga terdengar oleh Raka.
"Cih...gadis ini" gumam Raka dalam hati sedikit kesal mendengar pandangan Anatasya terhadapnya.
Hari ini Raka berpenampilan sangat santai tidak seperti biasanya yang selalu memakai jas karena terlalu sibuk dikantor.
Dia terlihat sangat tampan dan cool. Wajar saja jika seisi ruangan di kafe tersebut tidak satupun yang melepas pandangannya terhadap Raka.
Raka sekarang sedang berdua dengan sahabat dekatnya. Menghabiskan waktu bersantai karena pekerjaan dikantor yang membuat dia seketika lupa dengan istilah liburan.
"Tumben lo hari ini ngeliburin pegawai dikantor Bro. Memangnya ada hal besar apa?" tanya Agus dengan heran.
"Pengen ngeliburin mereka aja yang beberapa hari ini udah lembur gara-gara proyek besar" balas Raka mengambil menu makanan dan minuman yang disodorkan seorang pelayan yang terlihat ingin mengambil perhatian kearah Raka.
Sedangkan Anatasya dari meja yang tidak terlalu jauh dari Raka hanya memperhatikan dengan tatapan sinis dan kerap kali mengumpat benci.
"Ciee..Tuan putri lagi mandangin cowok ganteng nih" goda Alika yang menyadari bahwa sedari tadi sahabatnya itu tak henti-hentinya memandangi Raka.
"Apaan sih kamu Ka. Mana mungkin aku ngeliat cowok kaya gitu" tunjuk Anatasya kepada Raka yang sontak membuat Raka dan Agus langsung menoleh kearahnya.
"Beneran nih," goda Dinda kembali.
"Tentu dong Din, kita sebagai perempuan itu harus pintar dalam menilai seorang cowok. Jangan asal pandang dia itu tampan atau enggak, bisa aja ganteng tapi seorang gaykan liat aja tuh diner kok sama-sama cowok aneh bukan" sindir Anatasya puas mengeluarkan segala unek-unek yang ada didalam otaknya.
Raka yang mendengar itu semua, hanya mampu mengernyitkan dahi dan berusaha untuk bersabar diri agar tidak mudah terpancing.
"Wah bener-bener tuh cewek bro. Enak aja dia ngatain kita gay, memang harus dikasih pelajaran," ucap Agus yang hendak menghampiri Anatasya namun di hentikan oleh Raka.
"Jangan Gus, buang-buang waktu kalau ngeladenin anak kecil kayak mereka bertiga" pinta Raka dan langsung dituruti oleh Agus seketika.
"Kok lo santai banget dikatain kayak gitu. Biasanya udah lo sikat orang-orang yang berani merendahkan diri lo" heran Agus yang hanya ditanggapi dengan senyum licik Raka.
Setelah menghabiskann seluruh makanannya, Anatasya dan kedua sahabatnya berniat untuk segera pulang.
Namun, Anatasya memerintahkan Dinda dan Akila untuk menunggunya didalam mobil karena Anatasya ingin pergi ke toilet untuk buang air kecil terlebih dahulu
Selesai buang air kecil membuat tubuh Anatasya sedikit enteng dan ketika keluar dari toilet begitu terkejutnya Anatasya melihat Raka yang sekarang berada dihadapannya.
"Wah, ngapain kamu di toilet perempuan. Jangan-jangan kamu Mau ngintip ya" tuduh Anatasya dengan tatapan murka.
Kesal dengan tuduhan Anatasya yang semakin bertubi-tubi kepadanya membuat Raka dengan geram mendorong tubuh Anatasya kedinding dan langsung menghimpitnya.
Jarak wajah antara Raka dan Anatasya sangat begitu dekat hingga membuat Anatasya kesulitan untuk bernafas dengan teratur.
"Raka lepasin aku sekarang, jangan macem-macem yah kamu. Nanti pacar Gay kamu cemburu tau" bentak Anatasya sedikit memberontak.
"Gay? Coba ulangi sekali lagi" pinta Raka yang sedikitpun tidak melonggarkan cengkramannya dilengan Anatasya.
"Memang benarkan kalau kamu itu gay, jujur aja kali jangan sungkan sama aak..." belum sempat menyelesaikan ucapannya. Raka sudah terlebih dahulu membungkam mulut Anatasnya dengan cara menciumnya.
Dengan mata terbelalak Anatasya tidak percaya jika Raka akan bertindak sejauh ini.
Sedangkan Raka yang sudah tidak mampu mengontrol emosi dan nafsunya dengan rakus ******* bibir tipis Anatasya.
Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria tampan dan sukses ini. Seketika akal pikirannya menggila melihat bibir calon istrinya yang tak henti-henti menuding dia dengan berbagai macam persepsi.
Anatasya yang berusaha melepaskan dirinya kian melemah karena tenaganya yang tidak sebanding dengan tenaga yang dimiliki Raka.
Puas di area bibir, kini Raka beralih ke leher jenjang Anatasya. Pertama dia hanya mengendus leher tersebut yang menimbukan gejolak geli kepada Anatasya mulai melemah dengan aksinya.
Hingga Raka dengan beraninya menyesap leher Anatasya sehingga meninggalkan sedikit bekas tanda kemerahan disana.
Perlahan tangannya mulai membuka kancing kemeja Anatasya dan Anatasya yang mulai sadar akan apa yang diperbuat oleh Raka membuat Anatasya dengan sekuat tenaga mendorong Raka hingga membuat dirinya terlepas dan tak lupa dia melayangkan tamparan keras kepada Raka.
Dengan air mata yang mulai menetas, tanpa bicara apapun Anatasya pergi meninggalkan Raka sendirian di toilet.
Anatasya sangat tidak terima diperlakukan tidak hormat seperti tadi. Apalagi Raka yang dengan secara paksa mencuri ciuman pertamanya.
"Dasar pria brengsek, kurang ajar, pencuri" sumpah Anatasya dalam hati keluar dari kafe dan masuk kedalam mobilnya dengan wajah yang begitu kesal.
Bersambung...
Hehehe pemanasan dulu kalau mau lebih panas jangan kasih kendor dukungannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!