NovelToon NovelToon

Next Generation— SANG PENYELAMAT

HARI PERTAMA

“Okiba, niisan” seorang anak perempuan berusia 10 tahun bernama Kaichira membangunkan kakak laki-lakinya yang lebih tua 2 tahun dari dirinya.

“Hai” jawab kakak laki-lakinya itu bernama Yonezo itu. Hari ini ayah mereka, Kaito Suyhifang akan diangkat menjadi Tsukikage ke-7 di Desa mereka.

Kedua bocah itu turun dari lantai atas menghampiri meja makan, “Ohayou kaasan” ujar Yonezo menggosok-gosok matanya, “Ohayou Yonezo.. selesai makan, segeralah mandi lalu bangunkan otoosan.. hari ini pelantikannya” jawab Yara, yang merupakan ibu mereka.

“Hai” jawab Yonezo sambil memakan sarapannya itu. Usia Yonezo saat ini ialah 12 tahun, dan adiknya Kaichira berusia 10 tahun.

Usia Yara dan Kaito sekarang ialah 30 tahun, “Sumimasen” panggil seseorang dari luar, “Hai” jawab Kaichira berlari kedepan pintu.

Ketika dia membuka pintu, wajahnya berbinar. Itu adalah Ryuji, kakak sepupu mereka yang sangat menyayangi mereka. Ryuji setahun lebih tua dari Yonezo, dan dia adalah Ninja Dasar yang pertama lulus dari Akademi.

“Ryuji-niisan” jawab Kaichira sambil memeluk Ryuji, “Ohayou Kaichira-chan” ujar Ryuji membalas pelukan Ryuji.

Yonezo yang penasaran pergi untuk melihat dan, “RYUJI-NIISAN” teriak Yonezo sambil berlari memeluk kakak sepupunya itu. Ryuji setahun lebih tua dari Yonezo, dan artinya usianya saat ini ialah 13 tahun. Dia merupakan siswa dari Akademi desa yang paling cepat lulus yaitu pada usia 11 tahun.

“Hai, Yonezo-kun” jawab Ryuji sambil membalas pelukan itu, “Ryuji-kun” panggil Yara terkejut, “Ohayou Yara-san... Okaasan memberikan ini untuk Kaito-san” jawab Ryuji sambil menyapa bibinya itu. Lalu memberikan sebuah bungkusan berwarna merah.

“Arigatou Ryuji-kun, sampaikan salam pada neesan dan niisan yah” ujar Yara berterimakasih, “Hai” jawab Ryuji, “Mata ne yo, niisan” ujar Yonezo dan Kaichira sambil melambaikan tangan mereka.

Akhirnya Yonezo pergi mandi, dan setelah selesai mandi dan berpakaian, Yonezo kekamar orang tuanya untuk membangunkan ayahnya itu yang masih tidur.

“Okiba toosan, hari ini adalah hari pengangkatan toosan sebagai Tsukikage” ujar Yonezo sambil mengguncangkan tubuh Kaito, “Hai hai” jawab Kaito bangun.

Setelah semua selesai...

Di depan aula sudah ramai sekali orang-orang. Yonezo melihat sang bibi yang ia panggil kakak, siapa lagi kalau bukan Akari.

“Neesan” panggil Yonezo sambil berlari menuju Akari, “Omedetou Yonezo” ujar Akari ketika melihat keponakannya itu.

“Arigatou neesan, apa yang sedang neesan lakukan disini?” tanya Yonezo, “Aku adalah kepala Intelijen saat ini, jadi untuk menjaga keamanan desa... setiap ada acara aku akan mengintai penduduk yang memiliki gerak gerik aneh” jawab Akari sambil menjelaskan.

“Itu pasti melelahkan” gumam Yonezo, “Tidak juga... ahh iya, sebulan lagi kamu akan masuk Akademi bukan?” tanya Akari, “Hmm, aku pasti akan bertemu dengan Daichiru, Sanosuru, Yamato, dan teman-temanku lainnya” jawab Yonezo sambil menyebutkan beberapa anak-anak yang menjadi temannya.

Daichiru ialah anak dari Daisuke dan Fionyu, Sanosuru anak dari Sanosuke dan Kumonaru serta Yamato anak dari Yamaguci dan Nito.

Masih banyak lagi anak-anak didesa mereka yang merupakan anak dari sahabat Akari, “Apa kamu tidak mengenal Mayumi?” tanya Akari menyebutkan nama anak perempuan.

“Tentu saja aku mengenalnya, dia putri dari Misae-san dan Surinato-san bukan?” jawab Yonezo balik bertanya, “Benar.. kalian bahkan teman kecil, kenapa akhir-akhir ini jarang bertemu?” tanya Akari, “Dia sibuk dengan urusannya” jawab Yonezo.

“Min'na, mari berkumpul” perintah seseorang dari atas panggung besar Aula desa, “Ayo..”, “Hai” Yonezo dan Akari menuju ke aula.

“Aku, Ryuutama Akito mengumumkan bahwa desa kita akan dilindungi oleh Tsukikage yang baru, Kaito Suyhifang” kata Akito sambil mundur kebelakang.

Sorak sorai penduduk desa menyambut Kaito sebagai Tsukikage ketujuh saat ini. Akari ikut senang, karena akhirnya cita-cita kakak termudanya itu tercapai.

Kaito melambaikan tangan kepada para penduduk. Setelah sesi acara itu, Yonezo, Kaichira, Yara, dan Kaito ambil foto bersama.

Sejak hari itu, Kaito disibukkan dengan urusan desa. Walau begitu, dia tidak pernah membiarkan keluarganya dan tetap meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya itu.

Sebulan setelah itu...

“Baiklah aku akan membagikan kelas kalian masing-masing” ujar Gyuro yang sekarang menjadi kepala sekolah di Akademi itu. Setelah kelas pertama, tiba giliran kelas Yonezo.

“Tsunari Anata, Yamato Anata, Daichiru Reomato, Imamura Sanosuru, Mayumi Anata, Kaizen Yuu.. Aonara Chibari, Kaminare Hanori, Akainori Chojin, Yonezo Suyhifang” dan Gyuro masih menyebutkan nama anak-anak lainnya.

Mayumi melirik kearah Yonezo. Akhirnya mereka menuju kelas masing-masing, “Baiklah anak-anak, walikelas kalian ialah aku.. namaku Taruzen Ayara” ujar Ayara yang dulu menjadi Bajak Laut, “Jadi ini hari pertama kalian masuk Akademi, kalian ikut aku kelapangan” perintah Ayara. Mereka menuju lapangan.

“Baiklah mungkin orang tua kalian sudah mengajarkan hal ini, jadi bagaimana kalian mencobanya seperti ini” ujar Ayara saat sampai dilapangan.

Dia berhasil melakukan posisi yang Akari sering lakukan yaitu, berjalan di dinding. Satu persatu anak-anak mencoba melakukannya.

Namun belum ada yang bisa. Kemudian Yonezo mendapat giliran terakhir. Dia satu-satunya yang berhasil melakukan hal itu.

Yonezo dengan tenang berjalan keatas dan kemudian turun kembali setelah sampai di puncak, “Sugoi.. tentu saja dia mampu, dia kan putra dari Nanadaime” bisik salah seorang murid kepada orang disampingnya.

“Baiklah, yang Yonezo tadi lakukan ialah contoh yang benar” ujar Ayara sedikit terkejut. Dia yang saat ini berusia 31 tahun itu merasa terkejut. Karena saat itu memakan waktu 5 bulan agar berhasil.

“Baiklah, sekarang kalian bermain sesuka hati saja.. tapi jangan buat keributan” perintah Ayara lalu meninggalkan mereka.

“Kau ternyata punya otak jenius” ujar Hinori— seorang anak perempuan seusia Yonezo yang memiliki jiwa tomboy, “Arigatou... Akari-neesan yang mengajariku beberapa teknik itu” jawab Yonezo sambil tertawa.

Mayumi menatap Yonezo. Ketika Yonezo sadar kalau dia sedang ditatap, Mayumi memalingkan wajahnya karena malu.

Mayumi berusaha menutupi wajahnya yang merah merona, Yonezo tersenyum melihat hal itu. Dia menghampiri Mayumi dan, “Mayumi” panggil Yonezo sambil menepuk pundaknya.

“Kau mengangetkanku” jawab Mayumi, “Warui, apa nanti Surinato-san sudah pulang?” tanya Yonezo penasaran dengan kabar ayahnya. Mendengar itu Mayumi berubah menjadi pemurung, “G-Gomen, aku tidak bermaksud untuk menyinggung dirimu” jawab Yonezo merasa bersalah.

“Tidak, mungkin Papa akan pulang minggu depan” jawab Mayumi sambil tersenyum palsu, “Soka, bagaimana jika nanti kita kerumah Akari-neesan?... hari ini dia sedang tenang dirumah” tawar Yonezo.

Wajah Mayumi kembali berbinar. Dia sangat mengidolakan bibi Yonezo itu, dia bahkan terinspirasi ingin menjadi seorang Pahlawan Wanita seperti Akari. Namun ia berniat ingin menjadi seorang Tsukikage karena terinspirasi dari Kaito, ayah Yonezo.

“Hai, aku pasti akan datang kesana” jawab Mayumi dengan nada gembira. Yonezo tertawa kecil melihat hal itu.

Pulang Sekolah...

“Okaeri niisan” sambut Kaichira yang sudah menunggu di depan pintu sembari memberi pelukan, “Hai, Kaichira... ehh dimana Okaasan?” tanya Yonezo sambil mengelus kepala adiknya itu.

“Mama pergi ke toko bunga milik Nito-san... mama ingin membantu menyiapkan acara pembukaan gedung Intelijen Rahasia yang baru” jawab Kaichira.

“Soka, apa kau ingin ikut kerumah Akari-neesan?” tanya Yonezo. Kaichira merasa senang, “HAI” teriak Kaichira dengan nada gembira. Sedikit penjelasan tentang anak-anak dari rekan Akari.

Yonezo Suyhifang, dia memiliki kepribadian mirip sang Ayah yang tenang dan tidak banyak bicara. Dia juga jenius, mirip Kaito kecil. Yonezo memiliki rambut dan matanya yang berwarna hitam berkilau. Adiknya, Kaichira Suyhifang merupakan gadis kecil dengan rambut hitam dan mata berwarna hijau gelap.

Kaichira ialah satu-satunya anggota klan Sufyhifang dengan mata Hijau gelap. Jadi orang tidak akan mudah mengenalinya. Walau begitu, kemiripannya sang adik tidak bisa dibedakan dengan sang kakak.

Yonezo membangkitkan segel pertama mata Hoshimenya pada usia 3 tahun. Kini matanya sedang mengejar ke segel 5, dia seperti Akari kedua yang punya otak jenius.

Akhirnya setelah selesai...

Mereka keluar rumah, berjalan menggunakan baju biasa menuju rumah sang bibi. Baru beberapa langkah mereka berjalan, terdengar ledakan dari utara tempat mereka berhenti.

“Ada yang tidak beres” gumam Yonezo, “Niisan, sebaiknya kita mengecek... Papa sudah memberitahu diriku, kalau ada masalah tolong dihendel sementara” ujar Kaichira, “Yosh, ayo kita lihat” jawab Yonezo.

Mereka berlari menuju sumber ledakan. Ketika sampai, mereka terkejut. Seekor tikus tanah raksasa muncul dari dalam tanah dan mulai merusak beberapa gedung. Beberapa orang berlarian ketakutan.

“Yonezo” panggil Mayumi ketika melihat Yonezo, “Mayumi, apa yang sebenarnya terjadi disini?” tanya Yonezo.

“Aku juga tidak tahu, namun setelah mendengar penjelasan Yamato tadi... dia berkata bahwa saat berjalan sebentar Tikus Raksasa itu muncul dari dalam tanah sambil marah dan mulai memberi serangan dari dalam mulutnya itu” jawab Mayumi sambil menjelaskan detail apa yang terjadi.

Kaichira menggunakan mata Hoshimenya yang masih segel 3. Dia melihat aliran bayangan berwarna hitam bercampur merah, “Titik lemahnya ada disana” ujar Kaichira sambil menunjuk ke arah ekor Tikus itu.

“Oi Yonezo” panggil Daichiru, “Kau pasti ingin bertarung, aku ikut” ujar Daichiru. Yonezo tersenyum, “Ikuzoo”, “HAI”

“Kaichira”, “Hai... dia akan bergerak ke timur” jawab Kaichira membaca pergerakan Tikus Raksasa itu, “Ki” gumam Yonezo sambil menggunakan mata Hoshimenya yang sudah mencapai segel 4.

Tikus itu tidak dapat bergerak, “Daichiru”, “Hai.. Raibu gazo” gumam Daichiru mulai melukis di sebuah gulungan yang selalu ia bawa.

“JAIANTOHANDO” teriak Daichiru. Tangan raksasa menahan badan depan tikus itu, tangan itu adalah lukisan yang keluar dari gulungan milik Daichiru.

“MAYUMI”, “HAI...INAZUMA NO KEN” teriak Mayumi meninju bagian ekor Tikus itu menggunakan tinju petir milik ayahnya.

Akhirnya mereka melepas serangan itu. Sejenak Tikus itu terkena listrik, namun ia masih bisa bangkit.

“Ini bukan tikus, tapi monster” gumam Mayumi terkejut, “Tadi itu menyakitkan” jawab Tikus itu dapat berbicara. Mereka terkejut. Karena belum terlalu paham pengaliran energi yang sempurna, mereka jadi mudah kelelahan.

“Akan kubunuh kalian—”, “KURU SHIROI KEN” teriak seseorang sambil meninju Tikus itu dari atas. Badan Tikus itu hancur berkeping-keping dan mengeluarkan cairan berwarna hijau.

“Daijobu?” tanya pelaku yang meninju Tikus itu. Orang itu ialah Akari, “Neesan” mereka bertiga terkejut, “Yokatta, kalian sudah melakukan hal yang hebat” puji Akari sambil membantu mereka berdiri.

“Sugoi Akari-san” puji Kaichira menghampiri bibinya itu, “Arigatou Akari-sama, kami terselamatkan” ujar Shirogumi yang saat ini sudah menjadi Kepala Keamanan Desa.

“Ini aneh” gumam Akari. Anak-anak Akademi yang lain datang kesana menghampiri mereka.

Itu Yamato, Sanosuru, dan Aonara menghampiri mereka, “Doustano Akari-sensei?” tanya Sanosuru penasaran, “3 hari lalu... saat aku bertugas menjaga keamanan diluar desa untuk acara minggu depan, Ular Raksasa menyerang dari pintu rahasia desa... ukurannya sama dengan tikus ini, dan ketika mati... Ular itu mengeluarkan cairan hijau, sama seperti Tikus ini” jelas Akari.

“Oyashi juga pernah menebas seekor Landak berukuran besar sama seperti tikus ini... dari belakang tempat latihan pedang” jawab Aonara yang merupakan Putri dari Aojin dan Kuuja. Dia mewarisi kemampuan ayahnya sebagai pendekar pedang.

Dan mewarisi kecerdasan sang Ibu yang merupakan Arkeolog, “Awas Yonezo” ujar Yamato sambil menarik tubuh Yonezo yang hampir menginjak cairan hijau di samping nya.

“Chottomatte” gumam Mayumi mengambil sebuah daun yang sudah layu. Dia melemparkan daun itu ke cairan hijau itu.

Daun layu tersebut melebur dan hancur berkeping-keping, “Ini mengandung bahan kimia berbahaya... artinya semua Monster yang masuk ke desa selama 4 hari ini merupakan eksperimen” ujar Yonezo mengerti.

“Hmm, itu yang aku maksud... tidak mungkin Seekor Tikus Tanah menyerang mangsanya menggunakan laser yang keluar dari tenggorokannya” jawab Mayumi.

“Sepertinya mereka gabungan” ujar Akari membuat anak-anak itu bingung, “Gabungan yang Akari-sama maksud ialah Hewan yang sudah menjadi Eksperimen dan disatukan dengan teknologi modern saat ini... mungkin Monster tadi bisa jadi seekor Tikus Tanah kecil, yang aturannya tidak bisa mengeluarkan laser namun dia bisa mengeluarkan itu... karena kemungkinan dia gabungan Cyborg” jawab Shirogumi sambil menjelaskan.

“Cyborg, aku pernah melihat itu di acara televisi... ahhh iya Jack the Cyborg, dia manusia yang 75℅ ialah Cyborg namun dia masih mempunyai pikiran jenius” ujar Yamato mengingat kembali yang ia pernah tonton.

“Kalau begitu, aku ingin ikut menyelidiki hal ini neesan” kata Yonezo dengan wajah berbinar, “Sebaiknya jangan” jawab Akari. Mereka terkejut dengan jawaban itu, “Kenapa?” tanya Kaichira penasaran.

“Aku mau kalian mengawasi dibagian Akademi” jawab Akari sambil tersenyum misterius. Mereka semakin bingung.

Mencurigakan

Akhirnya semua kembali seperti semula, “Jadi kalian ingin datang kerumah sebenarnya?” tanya Akari mengulang kembali penjelasan dari Mayumi, “Hmm, aku penasaran... apa saja yang Akari-sensei lakukan saat dirumah” jawab Mayumi tersenyum senang.

Ketika sampai...

“Wahh disini ada foto masa dulu” ujar Kaichira ketika melihat album berisi beberapa teman-teman Akari, “Surinato-san juga ada” jawab Yonezo ikut melihat.

“Tunggu dulu, pria berambut putih ini tidak ada di foto ketika kalian dewasa” ujar Mayumi sambil menunjuk seorang pria berambut putih dengan mata berwarna kuning emas.

Mayumi melihat orang itu di foto pertama, dimana foto orang tua mereka sebelum dewasa. Ketika dewasa foto Surinato baru terlihat dan Pria berambut putih tadi tidak ada.

“Ahh itu sahabatku yang sudah pindah 12 tahun lalu” jawab Akari sambil tersenyum palsu. Mereka bertiga merasa curiga.

Sorenya ketika dirumah...

“Yonezo, Kaichira ayo makan” panggil Yara menyebutkan nama putra dan putri nya itu, “HAI” jawab mereka berdua serentak.

Selesai makan...

“Kaasan” panggil Yonezo menghampiri ibunya yang sedang duduk membaca buku, “Dousta Yonezo?” tanya ibunya itu.

“Saat kami kerumah Akari-neesan... disana ada foto masa kecilnya dengan seorang pria dengan rambut putih dan mata kuning emas, dia itu siapa?” tanya Yonezo penasaran.

Sejenak Yara terdiam. Namun ia menyanggupi dirinya untuk berbicara, “Dia adalah Matsumoto Asato” jawab Yara sambil mengusap air matanya.

“Ibu kurang mengingat detail cerita tentang dirinya, jadi kalau kamu penasaran... Daisuke-kun tahu semua cerita tentang dirinya” tambah Yara tersenyum lembut.

“H-hai” jawab Yonezo ragu. Dia berencana untuk kerumah Daichiru— sahabatnya.

Ketika di rumah Daichiru...

“Soka, kamu ingin tahu sekali tentang Asato” simpul Daisuke ketika mendengar maksud dari kedatangan Yonezo kerumah mereka.

“Baiklah aku mulai” ujar Daisuke. Sejenak dia terdiam, “Matsumoto Asato ialah seorang pria yang begitu dicintai oleh Akari” kata Daisuke memulai ceritanya.

Mendengar itu Yonezo dan Daichiru terkejut mendengar hal itu, “Dari kecil mereka sudah bersama... sampai di Akademi dan aku juga merupakan salah satu sahabat kecilnya”

“Asato terkenal dengan julukan 'Hiken no Asato' karena tinju apinya yang dikenal memiliki panas lewat batas” jelas Daisuke.

“Dia juga terkenal dengan elemen lain yaitu angin... karena anginnya, dia mampu membesarkan api yang menjadi elemen utamanya... dan memiliki nilai buronan seharga 500 juta keatas” tambah Daisuke membuat kedua bocah itu kagum.

“Jadi kenapa kami belum pernah melihat dia?” tanya Daichiru penasaran. Sejenak Daisuke terdiam lalu, “Banyak dari kami yang menyatakan dia sudah meninggal” jawab Daisuke membuat mereka terkejut.

“Beberapa orang menggunakan kemampuan pengubah wujud meniru Surinato, Onadaruchi-sama, Yanara-san dan Tabutori-san... fakta ini kami dapatkan setelah mencari tahu melalui pengendalian ingatan yang dilakukan oleh Lily-sama”

“Seseorang yang meniru wujud Surinato menyerang Asato menggunakan jarum racun membuat Asato terluka parah dan kritis... karena merasa gagal, dia menjatuhkan diri dari atas jurang dan tenggelam dalam lautan” jelas Daisuke dengan wajah serius.

“Itu menyedihkan” gumam Yonezo ikut sedih mendengar itu, “Dia bahkan mengungkapkan perasaannya pada Akari sesaat sebelum menjatuhkan diri dari jurang itu... itulah kenapa hanya Akari yang selalu mempercayai kalau Asato masih hidup” jelas Daisuke.

“Jadi karena itu, dia bahkan menolak pria tampan dari banyak desa” jawab Daichiru terkekeh karena tahu fakta itu dari orang lain.

“Hai, Akari memilih melindungi desa dan orang-orang yang dia cintai... itu merupakan keinginan terakhir dari Asato” jelas Daisuke sambil tertawa memaklumi hal itu.

“Apa yang membuat Asato-san begitu dicintai oleh desa?” tanya Daichiru penasaran, “Karena Asato yang masih kecil dan muda, berhasil memimpin klan Matsumoto yang seharusnya di pimpin oleh pamannya... dan klan Matsumoto mulai dianggap kembali” ujar Fionyu sambil menyiapkan teh.

“Itulah kenapa Akari begitu setia menunggu kedatangan Asato... dia terus mengembangkan dirinya sebaik mungkin” tambah Fionyu kemudian menuangkan teh hangat ke beberapa cangkir.

“Tidak kusangka, dibalik wajah ceria Akari-neesan ternyata menyimpan sebuah kisah menyedihkan” ujar Yonezo menghela napas panjang.

“Ahh iya Daisuke-san” kata Yonezo mengingat sesuatu, “Terjawab sudah kecurigaanku, baiklah aku permisi... Kaichira sedang sendirian dirumah” ujar Yonezo sambil bangkit berdiri lalu menunduk.

“Hai, jangan terlambat ke Akademi besok” jawab Daichiru sambil mengantarkan temannya itu ke pintu keluar.

Yonezo akhirnya pulang kerumah. Hari sudah mulai gelap. Ketika dia sampai dirumah, dia masuk kerumah menuju kamar.

Membuka sebuah buku berwarna hijau. Itu buku yang dibelikan oleh Akari 2 bulan lalu, agar dia bisa lebih semangat untuk berlatih.

Buku itu berisi pengetahuan tentang pengendalian energi, ciri elemen, dan beberapa kemampuan baru lainnya.

Terdengar suara telepon. Jadi dia turun untuk menjawab telepon dan seseorang, “Halo?” tanya Yonezo, “Yonezo, ini otoosan” jawab orang ditelepon itu yang merupakan ayahnya.

“Toosan, ada apa?” tanya Yonezo, “Anu.. gomen, sepertinya aku harus pulang besok.. kami mengecek laporan mengenai peristiwa mengganggu di desa” jawab Kaito sambil memberikan permintaan maaf.

Sejenak Yonezo menghembuskan napasnya lalu, “Hai... jaga diri baik-baik, otoosan” ujar Yonezo memaklumi hal itu. Ayahnya memang harus disibukkan dengan tugas desa.

Akhirnya telepon ditutup, “Itu siapa niisan?” tanya Kaichira, “Itu toosan, dia bilang besok baru pulang” jawab Yonezo. Mendengar hal itu, Kaichira merasa sedih. Dia jadi bingung, besok dia akan mengikuti kompetisi melukis.

Jadi dia bingung, kakaknya itu harus sekolah, ibunya harus membantu menyiapkan acara, sedangkan sang ayah harus bekerja.

“Besok sebisa mungkin, aku akan meluangkan waktu untuk melihatmu di kompetisi besok” ujar Yonezo sambil mengelus kepala adiknya itu dengan lembut.

Mendengar itu, Kaichira kembali bersemangat. Dia merasa senang mendengar hal itu. Akhirnya Yonezo balik kekamarnya untuk membaca bukunya itu.

Paginya...

Kaito pulang kerumah ketika pagi hari. Dia melihat Yonezo yang akan berangkat ke Akademi sambil menggunakan Kutsu miliknya, “Okaeri toosan, seseorang sudah menunggumu disana” ujar Yonezo melewati ayahnya itu.

“H-hai” jawab Kaito namun dia belum siap berbicara. Namun dalam sekejap, Yonezo sudah menghilang.

Ketika didalam rumah...

“Tadaima” gumam Kaito pelan, “Okaeri papa” sambut Kaichira sambil keluar dari sebuah ruangan menyambut ayahnya itu.

“Papa, hari ini aku akan mengikuti lomba melukis... lihat ini” ujar Kaichira sambil menarik tangan ayahnya itu, “Hai” jawab Kaito tersenyum.

Sementara Yonezo...

“Oi, Yonezo” panggil Sanosuru ketika melihat temannya itu memasuki gerbang Akademi, “Sanosuru” jawab Yonezo. Mereka masuk kedalam bersama-sama.

“Kumonaru-san meneriakimu pagi-pagi karena masih mengantuk” simpul Yonezo sambil terkekeh ketika mendengar cerita dari temannya itu.

“Kau tidak tahu bagaimana okaasan menggunakan teknik kipas raksasanya yang hampir sama seperti Akari-sensei... sekali kibasan bisa membuat aku dan oyashi harus memperbaiki kembali sebagai gantinya” jawab Sanosuru sambil menguap.

“Akari-neesan juga begitu ketika marah” bisik Yonezo mengingatkan mereka pada sesuatu, “MO, KAU MENGAJAK DIRIKU LEBIH SERIUS BUKAN?” terngiang dikepala mereka teriakan mengamuk dari Akari dan mengingat mata putih dan rambut hitamnya yang terbang.

“Wahh kalian berani juga membicarakan Akari-sensei” ujar Aonara mendengar percakapan mereka berdua.

“Selalu saja begini” jawab Sanosuru dengan wajah malas, “Sudahlah, ayo masuk ke kelas saja” ajak Aonara sambil menarik tangan kedua temannya itu.

Ketika istirahat...

“Neesan, hamburger keju satu... mayonesnya jangan terlalu banyak dan pakai saus tomat saja” pesan Yonezo pada seorang gadis yang menjadi pelayan di restoran burger dekat Akademi mereka, “Aku dan dia samakan saja menunya” tambah Daichiru dan Sanosuru.

“Minuman?” tanya gadis itu, “Es teh” jawab mereka serentak. Pesanan mereka segera dibuat oleh gadis itu.

“Oi Yonezo, minggu depan kita sudah mulai ulangan... apa kau tidak takut?” tanya Daichiru, “Untuk manusia seperti Yonezo, dia pasti mengatakan tidak” jawab Sanosuru memotong Yonezo lebih dulu.

Yonezo terkekeh mendengar hal itu, “Kalau kita belajar, itu sudah membantu untuk sebuah ulangan atau ujian” saran Yonezo.

“Benar... ahh iya, aku jadi penasaran biang kerok dari semua masalah monster yang ada di pertengahan desa beberapa hari lalu” jawab Daichiru masih penasaran.

Daichiru mewarisi sifat penasaran ibunya, Fionyu dan sifat polos dari ayahnya itu Daisuke. Jadi tidak heran, jika Daichiru orang yang penasaran dan membuat dia dianggap sebagai salah satu klan Reomato yang jenius.

“Aku juga... bagaimana jika kita menyelidiki hal ini secara diam-diam?” tanya Sanosuru tidak kalah penasaran. Sanosuru mewarisi sifat malas namun pintar dari ayahnya, Sanosuke. Sedangkan sifat penasaran miliknya itu turunan dari ibunya, Kumonaru.

“Baiklah... tapi kita menyelidiki ini sebaiknya saat sore hari, aku tidak yakin jika kita bolos” jawab Yonezo setuju.

Mereka menyusun rencana mereka. Berencana pada malam hari ingin mencari tahu dalang dibalik kejadian monster yang terus menerus menyerang desa.

Pesanan mereka akhirnya datang. Ketiga bocah itu mulai menikmati makan siang mereka. Setelah selesai mereka kembali ke Akademi untuk bersiap masuk kelas.

Bel berbunyi tanda mereka harus masuk ke kelas masing-masing dan pelajaran kembali dimulai. Kelas Yonezo dan teman-temannya dinamai sebagai kelas A-2. Karena mereka masih siswa baru dan dasar.

Seluruh murid kelas itu menunggu kedatangan Taruzen atau kerap dipanggil Ayara-sensei itu tidak datang kekelas sudah hampir sejam.

Akhirnya seseorang masuk kedalam, “Jadi ini kelas yang diajar oleh Taruzen” ujar seorang pria sambil berjalan masuk kedalam kelas dengan sikap yang kurang sopan.

Melihat hal itu, Yonezo menggunakan mata Hoshimenya itu untuk melihat isi pikiran secara diam-diam. Dia berhasil melakukan itu secara diam-diam, “Dimana Ayara-sensei?” tanya Aonara dengan wajah khawatir, “Ayara? dia sudah kami urus” jawab pria itu, “Anda siapa ojisan?” tanya Yamato, “Aku Haonoki Nakanori” jawab pria itu sambil menyebutkan nama aslinya.

“Apakah disini ada gadis yang bernama Mayumi Anata?” tanya Nakanori dengan wajah kejam. Mereka semua terdiam, karena merasa nyawa seorang teman mereka terancam.

“JAWAB!!” teriak Nakanori dengan marah. Akainori- anak perempuan seusia Yonezo yang merupakan sahabat Mayumi memberanikan diri untuk menjawab.

“Aku adalah Mayumi Anata” jawab Akainori membuat Mayumi terkejut. Akainori menghampiri Nakanori, “Ikut aku” ujar orang itu. Kedua orang itu pergi keluar kelas.

Mayumi yang tidak tega melihat pengorbanan sahabatnya itu, memutuskan untuk mengikuti Akainori. Namun seorang pria menahan dirinya, “Namaku Taichimura Amazaki... kalian kami jadikan sandera” ujar pria itu.

“Kalian—” gumam Mayumi kesal. Yonezo berdiri dari meja belajarnya, “Bocah kurang ajar” gumam Amazaki merasa kesal.

Jari tangan Yonezo bergerak dengan cepat membuat teman-teman sekelasnya itu terkejut ketika melihat itu.

“Berhenti”, “Shinwa”, “Aku bilang berhen—”, “KAMINARI KYUSHU” teriak Yonezo melemparkan bola angin yang bernama Shinwa ciptaan Akari.

Ukurannya memang kecil, namun dengan teknik itu lawan dapat lumpuh cukup lama. Dan akhirnya Amazaki terkapar lemas setelah mendapat serangan itu sekaligus sengatan petir dari Yonezo, “Kalian cari bantuan ke kelas lain... Mayumi ikut aku” ujar Yonezo, “HAI” jawab teman-temannya menurut.

Mayumi dan Yonezo berlari keluar kelas mencari Akainori dan Nakanori. Baru pertengahan jalan, mereka melihat sebuah jalan teleportasi berbentuk lingkaran besar.

“Yonezo” panggil Mayumi dengan wajah sedikit khawatir sambil menatap jalan teleportasi itu, “Sepertinya kita sepemikiran” jawab Yonezo ikut manatap jalan itu.

Dari dalam jalan itu, keluar beberapa ekor serangga kecil itu. Yonezo menarik tangan Mayumi untuk menghindari serangga itu.

“Dousta?” tanya Mayumi bingung, “Lihat ini” jawab Yonezo. Dia melemparkan salah satu surhiken kecil ke serangga berwarna ungu berbentuk cicak.

Surhiken itu berhasil mengenai cicak itu. Dan cicak itu meledak akibat serangan itu, “Serangga ini terbuat dari lilin ungu yang dicampurkan dengan bahan peledak... sekali sentuh, kita bisa terluka parah dan terlempar jauh” jelas Yonezo membuat Mayumi paham.

“Bagaimana cara menghabisi mereka semua?” tanya Mayumi, “Lilin pasti akan mencair jika terkena panas, bagaimana jika kita mencairkan mereka terlebih dahulu lalu menyegel semua dengan segel air” jawab Yonezo membuat Mayumi terkejut.

“Bukankah kita masih baru mempelajari itu?” tanya Mayumi bingung. Menurutnya segel air ialah segel yang sulit digunakan.

“Dalam situasi begini, kita tidak bisa mengeluh bahwa kita belum sanggup melakukan hal yang menurut kita sulit” jawab Yonezo bijak. Mendengar kalimat itu, Mayumi merasa kagum dengan sosok teman kecilnya itu.

“Baiklah, mari kita lakukan” ujar Mayumi bersemangat. Mereka kembali menyusun rencana mereka, dengan tujuan pertama harus menghancurkan gerbang masuk serangga lilin ungu yang dapat meledak itu.

Karena elemen utama Yonezo ialah, angin, petir, dan air, maka dia yang akan menggunakan segel air itu.

Sementara Mayumi memiliki elemen api, petir, dan angin. Jadi Mayumi bertugas mencairkan serangga-serangga kecil itu.

“Gulungan itu—”, “Benar.. ini gulungan senjata, didalamnya aku menyimpan sebuah Kipas Raksasa yang diberikan khusus pada anggota Suyhifang ataupun Hamari” jawab Yonezo lebih dulu sebelum Mayumi menyelesaikan perkataannya itu.

“Ikuzoo” ujar Yonezo turun lebih dulu. Mayumi masih di dalam terowongan atap gedung Akademi, “SENPU” teriak Yonezo mengibaskan kipasnya itu sekuat mungkin.

Serangga itu terbang. Sementara serangga itu terbang, Mayumi turun untuk menggunakan teknik rahasia milik klannya itu.

Getorokku, teknik ini dapat mencegah pengaliran energi ditubuh, gerbang teleportasi, penghapusan serangan, dan dapat memberikan efek mengerikan bagi lawan.

Namun teknik satu ini bukanlah sembarangan, biasanya usia 15 tahun keatas yang mampu menguasai teknik ini dengan baik, karena penggunaan energi yang cukup banyak.

“Sekarang Mayumi” perintah Yonezo. Mayumi mulai menggerakkan tangannya dan, “GETOROKKU” teriak Mayumi meninju tanah.

Gerbang itu mulai tertutup. Dari dalam gerbang itu terlihat seekor singa lilin mulai mendekat. Karena penggunaan energi terlalu banyak, energi Mayumi sudah mulai habis.

Yonezo memegang pundaknya, “Inilah yang Akari-neesan ajarkan padaku, NAGARE ENURUGI” aliran energi biru milik Yonezo.

Energi Mayumi bertambah. Akhirnya gerbang itu tertutup sebelum singa itu sampai.

“Selesai” gumam Yonezo sedikit kelelahan, “D-daijobu Yonezo?” tanya Mayumi khawatir, “Aku baik-baik saja... kita harus lanjut” jawab Yonezo bangkit kembali.

Perkembangan

Sementara Sanosuru dan Daichiru...

“Aku merasa seperti mengenali wajah-wajah pria yang kita hajar tadi” ujar Sanosuru sambil berlari disamping Daichiru.

“Mengenali mereka?” tanya Daichiru bingung, “Benar... mereka tidak menyebutkan nama mereka, tapi kalau dilihat dari semua kejadian ini... mereka sama seperti monster yang ada di depan Toko Bunga milik Nito-san” jawab Sanosuru membuat Daichiru semakin bingung.

Karena hal itu, Daichiru menghentikan langkahnya. Sanosuru yang bingung, tentu saja ikut berhenti, “Dousta Daichiru?” tanya Sanosuru bingung.

“Apa kau ingat pesan terakhir yang Akari-sensei katakan beberapa hari lalu?” tanya Daichiru. Ingatan Daichiru sangat kuat, sama seperti Daisuke kecil. Daichiru mampu mengingat apa yang sudah lampau dan dapat mengulang kembali ingatan itu.

“Aku mau kalian menyelidiki disekitar Akademi secara diam-diam, perhatikan teman kalian dan jangan mudah lengah dengan sikap lembutnya” Sanosuru akhirnya mengingat pesan terakhir yang Akari berikan.

“Tentu saja, lalu hubungannya apa?” tanya Sanosuru, “Aku merasa kalau apa yang kau katakan tentang pria tadi ada hubungannya dengan ini... bisa jadi mereka merupakan orang-orang yang juga bagian dari eksperimen” jelas Daichiru membuat Sanosuru paham dan pikiran mereka terus bekerja.

“Ahh iya, kau ingat pria yang dihajar telak oleh Yonezo tadi... dia sempat batuk darah namun darahnya bisa membakar bagian tangan bajunya” ujar Sanosuru mengingat kembali apa yang dia lihat.

Daichiru sejenak mengingat kembali. Dan dia mengangguk tanda setuju bahwa benar pria yang kalah telak dengan Yonezo itu mengeluarkan batuk darah yang aneh.

“Dia sepertinya termasuk eksperimen” jawab Daichiru. Sanosuru mengangguk tanda setuju.

Sementara Yamato dan Aonara...

“Bagaimana cara kita mencari mereka sekarang?” tanya Yamato pada Aonara. Aonara tidak bisa mendengarkan Yamato, karena ia selalu menggunakan headset kecil di telinganya itu.

Kebiasaan ini dia dapatkan dari Aojin, yang suka sekali mendengarkan musik klasik ciptaan Lily— yang kini menjadi istri Tsubaki.

Yamato yang merasa kesal, menarik sebelah headset Aonara agar Aonara mendengarkan dirinya yang sedang berbicara saat itu.

“Mo, apa yang lakukan?” tanya Aonara bingung, “Dengarkanlah dulu aku baru kau kembali menikmati musikmu itu saat bertarung dengan lawan nanti” jawab Yamato.

Aonara melepas headset sebelahnya dan mematikan musiknya itu. Dia juga membuka tudung jaket berwarna putih berlengan gantung itu, “Bagaimana cara kita mencari tahu keberadaan mereka?” tanya Aonara, “Itulah yang tadi aku tanyakan padamu... seharusnya kau yang menjawab pertanyaanku ini” jawab Yamato terkekeh.

“Ahh aku ada ide” ujar Aonara teringat sesuatu. Dia ingat, kemampuan ibu Yamato yaitu Nito. Nito bisa mengubah seseorang menjadi batu dengan cara menebar pesonanya.

Itu karena dia mendapatkan kemampuan itu melalui buah iblisnya. Karena hal itu, Yamato mewarisi pesona ibunya itu.

Aonara juga ingat, kalau Yamato merupakan klan Anata. Hanya saja, Yamaguci yang merupakan ayah Yamato, belum pernah memperlihatkan dirinya menggunakan mata Haname khas klan Anata pada semua orang.

“Kau pasti bisa menggunakan mata Haname bukan?” tanya Aonara penasaran, “Aku belum membangkitkan itu sama sekali... jadi kita akan tetap kesulitan saat ini jika bergantung pada itu” jawab Yamato dengan bijak.

Mendengar itu, Aonara mengingat kemampuan turunan Nito pada Yamato. Dia pernah melihat Yamato berlatih bersama dengan ibunya dengan sebuah teknik yang dia anggap sulit.

“Bagaimana dengan teknik pelacak?” tanya Aonara membuat Yamato terkejut. Yamato masih mempelajari teknik yang satu itu. Dan walau sudah mulai menguasainya, Yamato masih harus berlatih lebih keras lagi.

“Aku memang sudah mulai menguasainya, tapi masih sedikit” jawab Yamato dengan wajah sedikit khawatir.

“Apa yang membuatmu sedikit khawatir?” tanya Aonara penasaran, “Teknik ini membutuhkan jenis energi keluasan wilayah... energiku masih sangat terbatas” jawab Yamato dengan wajah serius.

Aonara yang kreatif mengingat sesuatu yang pernah diajarkan Kuuja padanya. Dia mengambil kunai penanda miliknya.

Kunai itu diberikan oleh Akari saat Akari berkunjung ke rumahnya dan melatih dirinya. Setiap calon ninja di desa diberikan Akari sebuah kunai kenang-kenangannya.

Aonara melemparkan itu ke beberapa tembok, “Apa yang kau lakukan?” tanya Yamato bingung, “Hahaoe pernah mengatakan kalau kunai yang Akari-sensei berikan ini bukan kunai biasa, saat kita menyentuh kunai ini maka energi kita akan tertinggal disana... jadi ini sebenarnya kunai penanda sekaligus penanda energi, kau bisa membantumu menggunakan teknik pelacak itu dengan menyalurkan energiku pada”

“Karena teknik ini membutuhkan keluasan sebuah energi, jadi aku bisa mengalirkan sedikit energiku jika energimu mulai habis... sama seperti gambaran hidup milik Daichiru, hanya saja ini senjata” jelas Aonara dengan bijak. Karena kecerdasan Kuuja menurun pada Aonara, otomatis Aonara cepat berpikir.

“Jadi itu cara kerjanya baiklah kita mulai” jawab Yamato paham sambil tersenyum.

Sementara Yonezo dan Mayumi...

“Dia disana” ujar Yonezo berhenti di depan sebuah ruangan. Mayumi meninju pintu itu hingga lepas dari bautnya.

Tenaga besar itu dia dapat dari Misae yang mempunyai kemampuan pengaliran energi yang sangat sempurna.

Ibunya itu kini menjadi kepala ninja medis didesa, karena Misae sangat menyukai bidang medis dan merupakan murid Kizarhi.

“Kalian lagi” gumam pria yang di dalam itu dengan wajah tersenyum kesal, “Kau—” ucapan Nakanori terputus ketika melihat wajah Yonezo dan Mayumi yang menggunakan mata Hoshime dan Haname.

“Kenapa kau tiba-tiba memucat begitu?” tanya Mayumi sambil mencekik Nakanori, “Jadi kau Mayumi yang sebenarnya?!” gumam pria itu pelan. Mayumi tidak mendengarnya tapi Yonezo bisa mendengarnya.

“Matte, Mayumi” ujar Yonezo menahan Mayumi. Mayumi menurunkan pria itu, “Siapa yang menyuruhmu?” tanya Yonezo pada Nakanori yang lemas.

“Kau tidak perlu tahu, tapi misi kami ialah menghancurkan setiap gadis yang mendekati dirimu” jawab Nakanori terengah-engah.

“Bukankah kau bisa mencari tahu siapa orang itu melalui pikirannya?” tanya Akainori bingung melihat Yonezo, “Dia bukan manusia asli” jawab Yonezo membuat kedua temannya itu terkejut ketika mendengar jawaban Yonezo.

“Sebaiknya kau pergi, dan katakan bahwa misi telah selesai” ujar Yonezo berbalik lalu menarik kedua tangan temannya itu.

Mereka semakin di bingungkan dengan sikap Yonezo yang aneh. Mereka meninggalkan Nakanori begitu saja.

Namun ketika sudah sedikit jauh, dari ruangan tempat Akainori dan Nakanori ditahan, ruangan itu meledak.

“Itu yang aku maksud” ujar Yonezo sambil melepas genggamannya, “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Akainori bingung, “Kalian pernah mendengar bukan dengan istilah sentuhan sensitif?” tanya Yonezo memulai penjelasannya.

Mayumi dan Akainori mengangguk tanda mereka pernah mendengar hal itu, “Pria itu merupakan eksperimen dengan tubuh yang mudah meledak” jelas Yonezo membuat mereka terkejut, “Meledak?”, “Benar”

“Karena Mayumi baru saja menggunakan elemen api... itu masih akan bersisa ditubuh pengguna, jadi tanganmu tadi masih terasa panas dan badan pria itu mengandung zat yang sangat anti dengan api”

“Dia termasuk eksperimen itu, aku bisa melihat aliran energinya... sehingga untuk membuat kita seolah-olah tidak mau repot, aku menarik kalian karena tubuh akan meledak” jelas Yonezo membuat mereka takjub.

Menurut mereka, sosok Yonezo ialah anak yang jenius dan juga tenang. Dia mampu memanipulasi segala sesuatu dengan mudah dan sangat teliti.

“Lalu dalang dari semua ini siapa?” tanya Akainori penasaran. Sejenak Yonezo terdiam lalu, “Ketua kelas” jawab Yonezo membuat mereka terkejut.

“Dia benar-benar merasa tersaingi, aku bingung kenapa dia bisa begitu tertariknya padaku” ujar Yonezo sambil tertawa. Namun tawa Yonezo itu tidak membuatnya menunjukkan rasa senang atau bahagia.

Kenyataannya dia menganggap itu hal menyakitkan, karena bisa saja akibat perbuatan ini dia bisa saja kehilangan teman-temannya terutama anak perempuan.

“Kalian pergilah lebih dulu melapor pada kepala sekolah, aku akan menyelesaikan ini sendirian” perintah Yonezo. Mayumi dan Akainori yang merasa khawatir, hanya bisa menurut lalu pergi.

“Gomen minna, aku telah membuat kalian dalam bahaya” batin Yonezo lalu berlari. Tanpa dia sadar, Daichiru sudah memperhatikannya.

Daichiru secara diam-diam mengikuti Yonezo. Karena Daichiru berasal dari klan Reomato, dia tidak bisa di deteksi dengan mudah.

Kemampuan ini diajarkan Asahi pada Daichiru. Biasa disebut teknik "Ruang Rahasia". Menggunakan apapun, teknik ini tidak dapat di hancurkan jika tidak klan Reomato saja yang bisa menghancurkannya.

Sebelumnya...

“Apa kau yakin, dengan hal ini?” tanya Tsunari sepupu Daichiru yang satu kelas dengan Daichiru. Tsunari ialah gadis yang tidak banyak bicara, namun kemampuannya tidak bisa dipungkiri atau diremehkan. Dia memiliki kepribadian yang menyenangkan.

Wajahnya lebih mirip ke Tsuzori, dan sifatnya sedikit tomboy. Dia juga sering sekali dilatih oleh kakeknya, Asahi sama seperti Daichiru.

Walau berasal dari keluarga utama, kemampuan Daichiru bisa menyaingi Tsunari, “Kita tidak bisa membiarkan manusia yang satu itu menghadapi masalah ini sendiri... dia itu sedikit keras kepala” jawab Daichiru membuat mereka memaklumi sifat buruk yang kadang Yonezo lakukan.

“Ini mungkin akan merepotkan, tapi ini satu-satunya jalan agar dia bisa sadar... bahwa dia terkadang harus merepotkan orang lain” ujar Daichiru. Mereka akhirnya setuju.

“Aonara, kau pergi cari Akari-sensei... Yamato kaulah satu-satunya dari kita yang mampu mengalirkan energi dengan baik, jadi tolong alirkan energi pada Tsunari ketika dia melacak keberadaan kami”

“Sanosuru, tolong gunakan bayanganmu nanti untuk menahan Yonezo” jelas Daichiru sambil membuat rencana, “Jika kau lebih dulu kesana... bagaimana bisa aku menyusulmu?” tanya Sanosuru bingung.

“Mayumi adalah ahli buka tutup sebuah portal teleportasi” jawab Daichiru membuat mereka bingung, “Bukankah itu membutuhkan tenaga yang besar dan dia bisa mendapatkan luka besar?” tanya Akainori khawatir, “Itulah kenapa kau cocok dalam hal ini... Akainori gunakan kemampuan energi medis, jadi dia tidak akan mendapatkan efek apapun atau luka besar apapun” jawab Daichiru membuat mereka paham berkat penjelasan itu.

“Mari kita mulai” gumam Daichiru sambil tersenyum penuh semangat.

Di tempat lain...

“Dia kekiri... lalu belok lagi kekanan” ujar Tsunari melalui batin pada Daichiru, “Mayumi buka portal itu sekarang... Sanosuru, bersiaplah” perintah Daichiru.

Portal akhirnya terbuka. Dan beruntung, Tsunari memberi tahu posisi yang tepat pada Mayumi untuk menempatkan portal nya itu. Jadi Sanosuru mendarat di ruangan tepat berada di belakang Yonezo.

Sanosuru tidak akan bisa dilacak, karena Sanosuru sudah diberi segel oleh Daichiru. Akhirnya Yonezo berhenti.

Daichiru melihat sebuah portal berwarna ungu. Akhirnya Daichiru keluar dari persembunyiannya, “Yonezo” panggil Daichiru.

Yonezo berbalik kearah suara itu, “Daichiru, bagaimana bisa kau sampai kesini?” tanya Yonezo bingung.

“Jangan bodoh, kita seharusnya bisa melakukan ini semua bersama-sama” ujar Daichiru, “Ini terjadi karena aku, jadi jangan ikut campur” jawab Yonezo dengan wajah serius.

Akhirnya Yonezo tersadar, dia sudah terjebak dalam bayangan milik Sanosuru.

“Bagaimana bisa?!” gumam Yonezo terkejut, “Aku memberimu kesempatan untuk melihat kebelakang” jawab Sanosuru menggerakkan tubuhnya. Yonezo terkejut ketika melihat Sanosuru berhasil berdiri di dinding.

Dia melakukan itu agar suara langkah jatuh tidak terdengar. Tangan kanan Yonezo mulai bergerak perlahan. Melihat hal itu Daichiru sadar, “LEPAS SANOSURU” teriak Daichiru.

Beruntung, Sanosuru melepas lebih dulu bayangannya sebelum tombak air keluar dari telapak tangan kanan Sanosuru.

“Nami” gumam Yonezo menyemburkan gelombang air besar melalui mulutnya kearah Sanosuru dan Daichiru, “Inazuma no hirogari” gumam Yonezo menambahkan petir.

Tangan Daichiru dengan cepat melukis sebuah Angsa raksasa. Lalu dia menarik Sanosuru untuk menaikki Angsa itu.

“Mayumi”, “Hai” . Kumonaru memiliki 2 elemen yaitu Angin dan Petir. Tapi yang Sanosuru wariskan ialah elemen angin.

Gelombang air besar yang dikendalikan oleh Yonezo terus mengejar mereka. Sanosuru mengambil gulungan senjata yang selalu ia kantungi, lalu mengambil sebuah kipas raksasa mirip punya Kumonaru.

Sebuah portal terbuka dan itu berasal dari Mayumi, “Sekarang Sano”, “Hai... KAZE SUIRYOKU” teriak Sanosuru mendorong gelombang itu masuk kedalam portal.

Yonezo terkejut melihat hal itu, “Baiklah... bermain dengan sesama angin” gumam Yonezo mengambil gulungan senjata miliknya lalu mengeluarkan kipas yang berukuran sama namun dengan motif yang berbeda.

Milik Yonezo bermotif bulan sabit, sedangkan Sanosuru berbentuk bunga matahari. Yonezo mengibaskan kipasnya begitu kuat namun, “Hogo suru” gumam Daichiru mengeluarkan perisai berwarna hijau.

Perisai itu dapat menahan serangan apapun baik lemah maupun kuat. Yonezo terkejut melihat kemampuan itu.

“Kage” gumam Yonezo mengeluarkan sebuah bayangan mirip dirinya, “Dia sudah sejauh itu?!” ujar Sanosuru terkejut.

Yonezo dengan bayangannya itu membentuk sebuah bola spiral, perlahan bola itu semakin besar. Setelah sebesar bola basket, Yonezo hendak melemparkan itu ke mereka.

Yonezo juga sudah mengunci pergerakan mereka membuat kedua temannya itu tidak bisa bergerak. Ketika dia hampir sampai dan akan melemparkan bola itu, mata Kurome Daichiru bangkit.

Mata itu menyerap serangan Yonezo tanpa disadari oleh Daichiru. Yonezo bahkan terkejut ketika serangannya tiba-tiba terserap masuk kedalam mata Daichiru.

“Daichiru matamu” ujar Sanosuru. Daichiru mengambil pecahan cermin disebelahnya yang terbelah akibat serangan mereka tadi. Betapa terkejutnya dia ketika melihat mata putih dengan pupil hitam besar ada diwajahnya. Mata ini ialah mata khas klan Reomato, dan untuk membangkitkan mata ini mamakan waktu yang lama.

Namun mata ini memakan banyak sekali energi, dan bagi yang belum tahu kemampuan mata ini biasanya mudah kelelahan.

“Bagaimana bisa kau membangkitkan mata itu?” gumam Yonezo memberi pertanyaan sambil menggunakan mata Hoshimenya.

Dia melihat aliran energi hijau yang besar keluar dari tubuh Daichiru, “Ahhh.. apa yang terjadi?!” tanya Daichiru merasa mata kanannya terasa sedikit sakit.

Yonezo yang khawatir mendekati Daichiru dan secara refleks, Daichiru dan Yonezo merasa badan mereka seperti terserap.

“DAICHIRU YONEZO” teriak Sanosuru ketika melihat kedua temannya itu terserap dan hilang dalam sekejap.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!