NovelToon NovelToon

Cooking With Love

Awal Mimpi

Dimana ini kenapa tiba - tiba aku ada disini. Tempat ini begitu indah begitu damai. Rumput hijau terhampar luas dan bunga - bunga yang begitu indah. Ya aku tau bunga ini, ini bunga Cherry Blossom atau biasa disebut bunga Sakura. Aku suka bunga ini tapi mengapa bunga itu bisa ada disini. Aku terus berjalan menyusuri deretan bunga Sakura yang berjajar rapi. Dan hei siapa itu, seorang pria yang berdiri sangat gagah tapi kenapa aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Park Seo Jun ato Zayn Malik kah. Tidak.. tidak sepertinya tidak mungkin.

"Hey! Halo! Pak, Mas, Bang!"

Kenapa dia diam saja? Jangan - jangan setan,

hiii aku tergidik ngeri

Aku tetap berjalan mendekatinya, tiba - tiba langkahku terhenti karena dia berbalik berjalan ke arahku. Seorang pria yang gagah dan tinggi itu terus mendekat. Kenapa aku masih tidak bisa melihat wajahnya, siapa sebenarnya dia.

Pria itu perlahan mendekat ke arahku. Dekat, terus mendekat bahkan sangat dekat, dia lalu memegang daguku, aku menengadahkan kepalaku. Wajahnya terus mendekat, aku memejamkan mataku karena terlalu menyilaukan. Jangan - jangan dia mau menciumku, ya ini ciuman pertamaku!

Braaakkk...!!!

"Jeeenaaaarrrrrr..!!!! Ayo bangun ini hari pertama kamu kerja. Jangan sampai kamu terlambat!"

Jenar terbangun dengan sengatan di kepala yang luar biasa sakitnya, matanya mengerjap ketika merasakan sinar lampu yang menyerbu penglihatannya. Suara ibu membangunkan Jenar dari mimpi yang sangat aneh. Jenar mengusap bibirnya. "Apakah benar aku tadi hampir berciuman dengan pria itu." gumamnya.

"Eeehhh malah melamun disitu!" teriak ibu.

"Ayo cepet mandi nanti bisa terlambat, ingat ini pertama kali kamu kerja."

"Iya.. iya bu.. ini nyawanya Jenar juga masih setengah." jawab Jenar sambil berjalan menuju kamar mandi

Dengan malas Jenar segera membersihkan diri termasuk pikiran mesumnya yang sempat singgah dalam mimpinya tadi. Setelah selesai mandi Jenar segera berpakaian yang rapi. Celana panjang coklat dipadukan dengan blazer warna senada. Karena memang ini baju yang paling bagus buat kerja yang dia punya. Dipoles wajahnya dengan bedak dan lipstik. Ah make up nya tipis saja, toh nanti masukkan dapur juga pikir Jenar sambil tersenyum.

" Bu, aku langsung berangkat saja. Takut telat." ujar jenar sambil memakai sepatu sneakernya.

"Makanya kalo tidur jangan malem - malem. Anak perawan kok kalo bangun siang, mana ngorok pula." ucap ibu.

"Nih ibu siapkan bekal. Nanti kalo istirahat dimakan ya. Jangan sampai kamu sakit." ibu menyerahkan kotak makan yang sudah di isi dengan beberapa nasi dan lauk.

"Siap bosqu, pasti aku makan" Jenar berpamitan sambil tidak lupa mencium tangan ibu.

"Semalem aku tidak bisa tidur karena mikirin kerjaan bu. Terus terang aku belum ada gambaran nanti disana kerjanya apa."

Ibu mengelus pucuk kepala Jenar, mengusapnya dengan penuh kasih sayang

"Ya sudah sana berangkat nanti telat.. Ibu doakan kerjaannya lancar.."

"Terimakasih ibuku sayang, aku berangkat dulu."

Dengan semangat Jenar mengendarai Selisnya menerjang kemacetan dan kepadatan kota Jakarta. Memang hanya kendaraan ini yang ia punya.

Mahesa Jenar yang biasa dipanggil Jenar adalah sosok gadis sederhana yang ramah berperawakan kecil mungil berkulit putih bersih dan memiliki tinggi seratus lima puluh lima centimeter saja. Walaupun kecil dia memiliki semangat yang tinggi. Dia dilahirkan dari keluarga yang sederhana. Ibunya seorang janda yang tidak bekerja dan hanya mengandalkan pensiunan dari ayahnya. Ayah Jenar dulu seorang guru dan sudah meninggal ketika Jenar berumur lima belas tahun. Walaupun hidup dalam kesederhanaan dia sama sekali tidak pernah mengeluh dan selalu membantu ibunya. Anehnya, Jenar dari remaja sudah suka memasak, entah dia belajar dari siapa atau itu memang bakat terpendam tapi hasil masakannya selalu enak dan bervariasi. Maka dari itu dia bertekad dengan keahliannya suatu saat dia akan menjadi sukses dan membahagiakan ibunya.

"Mudah - mudahan aku nggak terlambat nih. Gara - gara mimpi aneh sih tadi malam kan jadi terlambat bangunnya, mana masih ngantuk lagi." mulutnya komat kamit sendiri, sambil beberaoa kali menguap. Ia melajukan Selis nya dengan kecepatan tinggi. Dan ketika akan berbelok masuk ke halaman restoran tempat dia bekerja tiba - tiba ada sebuah mobil mewah yang juga akan masuk dalam restoran. Mobil jenis Rolls-Royce keluaran terbaru berwarna hitam.

Ciiittt..!!! Jenar menekan remnya kuat - kuat dan

Gubrak.. !!!

Apa daya ia tidak bisa menguasai Selisnya hingga membuatnya terjungkal ke jalan. Beruntung Jenar mengenakan helm.

"Woy!" teriaknya emosi. "Kalo nyupir pake mata dong jangan pake dengkul! Jadi nabrak kan?!" dengan napas yang masih tersengal - sengal karena kaget ia meluapkan emosinya. "Hati -hati jangan mempermainkan nyawa orang ya. Mana saya belum pernah punya pacar, sudah terluka - luka begini." gerutu Jenar sambil berusaha berdiri.

Dari dalam mobil mewah itu turunlah seorang pria yang sudah berumur. Wajahnya masih tegang dan ketakutan.

"Aduh maaf, neng nggak apa - apa?" pria itu yang mungkin sebagai sopir, membantu Jenar berdiri.

Perasaan emosi itu tiba - tiba lenyap. Kasian juga melihat raut wajahnya yang sudah tampak letih. Kalo di lihat - lihat lagi mungkin kalo ayahnya masih hidup kira - kira seusia beliau.

"Nggak apa apa pak. Saya kan masih muda. Tenaganya juga kayak kuda. Jatuh sedikit mah tidak terasa. Cuman lecet - lecet saja." jawab Jenar sambil meringis menahan sakit di sikunya

"Syukurlah kalau neng tidak apa - apa. Maaf tadi bapak tidak sengaja." tampak kelegaan di raut wajahnya.

Tiba - tiba dari dalam mobil seorang pria berteriak dengan tegas khas suara bariton nya.

"Sudah biarkan saja pak. Kan dia bilang tidak apa - apa, lagi pula yang salah juga bukan kita."

"Tttaa.. tapi den." jawab bapak tadi dengan terbata - bata.

"Ayo jalan, aku sudah terlambat. Jangan buang - buang waktu." perintah pria tadi dengan ketus.

" Baik tuan" jawab bapak tadi dan berbalik ke arah Jenar lagi. "Maaf ya neng bapak tinggal dulu."

What? Bukan salah dia! Kurang ajar jelas ini orang tidak ada sopan santunnya. Pingin aku jitak itu kepalanya biar sadar kalau orang itu harus punya etika pikirnya. Jenar menatap pria dalam mobil itu dengan geram.

Mobil itu melaju melewati jenar dan memasuki gerbang halaman restoran. Tampak samar - samar seorang pria di bangku belakang dengan perawakan tubuh yang tinggi, gagah mengenakan jas navy keluar dari dalam mobil dan masuk kedalam restoran.

"Awas kalo ketemu lagi!"ujar Jenar dengan geram. Kesadaran Jenar segera kembali karena dia juga harus segera masuk kerja sebelum terlambat. Dituntunnya Selis itu dengan cepat. Untung tidak ada yang rusak parah karena itu satu - satunya kendaraan yang ia punya.

"Ayo Jenar Semangat!" teriaknya sambil mengepalkan kedua tangannya memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Memulai hari ini dengan bekerja demi membahagiakan ibu nantinya. Karena saat ini Jenar hanya punya seorang ibu.

Dipakirkan Selisnya berjajar dengan kendaraan karyawan restoran yang lain. Jenar diterima di restoran "Avec Amour". Restoran ini termasuk dalam restoran bintang lima. Untuk makan saja mereka harus reservasi terlebih dahulu. restoran ini tidak hanya menyajikan masakan dari Perancis saja tapi juga ada masakan Indonesia, Jepang, Turki.

Pengalaman Pertama

Sambil menarik nafas panjang Jenar langsung menuju ke dapur. Dan wow dapurnya sangat luas dengan peralatan yang tertata rapi. Jenar tidak menyangka nantinya akan memasak menggunakan peralatan ini. Dan memang ini benar - benar pengalaman pertama buat Jenar.

Pekerjaan yang amat sangat dia inginkan sejak dulu yaitu menjadi chef profesional. Walaupun saat ini posisinya hanya sebagai asisten saja, tapi ini merupakan awal yang bagus.

Tiba - tiba dari arah belakang.

"Maaf, bisa minggir sedikit" ujar seorang pria setengah baya kalo dilihat dari wajahnya dia kira - kira berumur tiga puluh tahunan.

"Oh ya, maaf." jawab Jenar sambil menggeser posisinya "Ehm, maaf mas bisa bertanya sebentar?"

Langkah pria itu terhenti sejenak dan kemudian menoleh ke arah Jenar. Matanya melihat Jenar dari atas sampai bawah dengan penuh selidik.

"Perkenalkan saya Mahesa Jenar, saya mendapat surat panggilan dari restoran ini. Kira - kira dimana saya bisa menemui chef Efendi?" tanya Jenar sambil menyerahkan surat panggilan.

"Oh, kamu calon karyawan baru ya. Kamu bisa menemui chef Efendi di ruang itu." tunjuk pria itu ke sebuah ruangan yang agak terpisah dari dapur yang didominasi warna putih tulang.

"Baik, terima kasih mas." jawab Jenar sambil menaikkan alis.

"Bayu, panggil aku Bayu" jawab pria itu

"Eh iya mas Bayu, terima kasih bantuannya saya permisi dulu." Jenar segera berpamitan, takut kalau chef Efendi sudah menunggunya. Dia tidak mau memberikan kesan tidak disiplin diawal kerja.

Dengan mempercepat langkahnya Jenar mengetuk pintu yang didominasi warna coklat tua itu. Terdengar suara yang berat dari dalam ruangan.

"Masuk."

Didorongnya pintu itu "Selamat pagi chef, perkenalkan saya Mahesa Jenar. Saya datang karena mendapatkan surat panggilan." Jenar menjelaskan kedatangannya sambil menyerahkan surat itu.

Tampak laki - laki berumur setengah abad mengenakan kacamata dan rambutnya yang mulai memutih duduk di belakang meja sambil memainkan sebuah tablet. Pandangannya fokus pada gadis yang ada di depannya. Ia meletakkan tablet yang dari tadi ia mainkan dan beralih dengan membuka surat di depannya. Perlahan ia membuka dan membacanya.

"Hmm.. ya..ya nama kamu Jenar. Nanti kamu akan menggantikan Mariska karena dia resign dari restoran ini. Dan ingat kamu harus berangkat tiga puluh menit sebelum restoran dibuka. Hari ini kamu hampir terlambat ya, tapi tidak apa - apa masih bisa saya maafkan."

"Maaf chef tadi saya mengalami kecelakaan didepan." jawab Jenar.

"It's okey, semuanya bisa terjadi di awal bekerja."

Tiba - tiba ceklek.. brakk!!!

Suara pintu dibuka dengan buru - buru. Seorang wanita masuk kira - kira berumur empat puluh tahun.

"Gawat! Gawat chef!" teriaknya panik. Wanita yang menggunakan blazer dan rok warna hitam itu terlihat panik. Rambutnya disanggul keatas dengan rapi memiliki warna kulit sawo matang. Walaupun sudah berusia tetapi tidak mengurangi kecantikan dan ketegasan nya. Melihat style nya dia pasti kepala pelayan direstoran ini.

"Tenang.. Tenang Bu Erina.. Tenang." chef Efendi berusaha menenangkan.

"Bagaimana aku bisa tenang chef, itu diluar ada Tuan Adam!" sambil menunjuk arah pintu.

"What? Tuan Adam? Waduh ini benar - benar gawat. Kenapa asistennya tidak memberitahu kita kalau dia mau berkunjung." tiba - tiba wajah chef Efendi yang semula tenang jadi ikut panik.

"Itu dia chef, apa yang harus kita lakukan." jawab Bu Erina

"Oke.. kamu segera kembali ke depan dan sambut beliau, untuk urusan belakang biar aku yang atur." perintah chef Efendi.

"Siap chef aku pergi dulu." sejenak Bu Erina menghela napas panjang, merapikan rambut dan bajunya sebentar untuk kemudian mengambil langkah panjang menuju ke ruang depan. Tampak beban berat diwajahnya.

"Jenar." panggil chef Efendi. "Kamu segera berganti baju dan bantu aku. Ini akan menjadi hari yang melelahkan." perintah chef Efendi.

"Baik chef." segera Jenar mengganti bajunya dengan seragam lengkap (hat cook, necktie, apron, side towel, trousers dan safety shoes).

semua perlengkapan itu sudah sering Jenar pakai ketika kuliah. Tapi kali ini berbeda, seragam yang dia kenakan cendurung berwarna hitam dan memiliki kebanggaan tersendiri tentunya.

Setelah selesai mengenakan seragam. Dengan menarik napas panjang Jenar setengah berlari menuju dapur.

"Attention please! perkenalkan ini Mahesa Jenar panggil saja Jenar. Dia yang menggantikan Mariska menjadi asistenku." jelas chef Efendi

"Selamat pagi semua perkenalkan saya Jenar, mohon bantuan dan bimbingan teman - teman semua"

"Oh ya Jenar mari aku perkenalkan satu - satu. Ini Dirga dia asisten satu, khusus untuk hidangan appetizer."

"Hai." sapa Jenar.

Dirga ini memiliki warna kulit sawo matang khas orang jawa, berperawakan tinggi dan mata yang tajam sehingga dia terkesan angkuh. Hiii Jenar tergidik ngeri dan segera mengalihkan pandangannya menunduk ke bawah.

"Yang ini namanya Bayu dia bagian cuci piring dan bertanggung jawab atas kebersihan semua peralatan kita. Yang dipojok dan bermata sipit itu Kenzo dia keturunan Jepang, dia mengurus stock belanja kita." jelas chef Efendi.

"Hai salam kenal." sapa Jenar sambil tersenyum.

"Nah yang agak gemuk itu Hana dia yang membelanjakan semua bahan yang ada disini. Dia yang paling tahu mutu dan kualitas bahan kita. Yang disebelah yang cantik itu namanya Alina dia bertugas menyajikan hidangan kita ke tamu restoran ini. Kamu sudah mengenal semua ya Jenar?"

"Sudah chef, hai Hana, hai Alina." sapa Jenar sambil melambaikan tangan.

"Hai juga Jenar selamat datang dan selamat bergabung dengan tim kita ya." sambut Hana dengan ramah

Hmmm, Hana orangnya cukup ramah tapi untuk Alina dia sepertinya kurang bersahabat. Memang sih dia sangat cantik, berkulit putih bersih, perawakannya tinggi sebenarnya dia lebih cocok jadi model batin Jenar.

"Oke cukup perkenalannya, kita sekarang harus bergegas mempersiapkan beberapa masakan istimewa di restoran karena kita kedatangan tamu spesial yaitu Tuan Adam. Kita harus semaksimal mungkin melayani beliau." perintah chef Efendi.

"Baik chef." jawab kami semua serempak.

"Dirga kamu buat appetizer nya. Kali ini kita akan menghidangkan Escargot dengan bawang putih dan parsley. Kamu sangat ahli memasak itu." perintah chef Efendi sambil mengeluarkan daging di almari pendingin.

"Baik chef." jawab Dirga

Escargot adalah sejenis siput tanah yang berasal dari Burgundy Perancis dan ini adalah hidangan mahal. Walaupun Jenar pernah memasak siput ini tapi untuk memakannya, dia belum pernah.

Berarti tamu ini benar - benar istimewa pikir Jenar dalam hati

"Jenar kamu buat dessert dan beveragenya ya. Untuk main course biar saya yang mengerjakan." perintah chef Efendi sambil memanggang daging dengan cekatan.

"Baik chef." jawab Jenar mengambang

Aduh kenapa aku jadi blank kayak begini ya. Kira - kira nanti apa yang aku hidangkan. Berkelas atau tidak ya, duh jadi bingung begini pikir Jenar.

Jenar berjalan ke arah Hana dan Alina untuk mencari tahu siapa sebenarnya tamu spesial ini. Siapa tahu setelah mendapat informasi dari mereka, kreasi akan memasaknya bisa keluar.

"Mbak Hana, aku mau tanya boleh?"

"Boleh aja Jenar." jawab Mbak Hana

"Hmm sebenarnya siapa sih Tuan Adam? Kenapa dia menjadi tamu spesial direstoran kita ini?" tanya Jenar.

"Lho kamu belum tahu ya. Tamu kita namanya Tuan Adam Athan Akihiko dia anak satu - satunya Tuan Akihiko dan Nyonya Indira. Dia pemilik salah satu hotel bintang lima di Jakarta dan memiliki beberapa restoran di Bali dan Bandung. Rencananya dia akan membeli restoran kita ini."

Jenar mengangguk angguk. "Tuan Adam ini memiliki lidah perasa yang tajam dan selalu memberikan kritikan pedas untuk restoran yang menyajikan hidangan yang tidak berkelas." lanjut Mbak Hana

"Hmm dia keturunan Jepang ya Mbak?" tanya Jenar lagi.

"Iya betul keturunan Jepang Jawa. Kamu belum tahu wajahnya ya? Wah rugi besar kamu Jenar." ujar Mbak Hana sambil tertawa.

"Belum Mbak, memangnya kenapa?" tanya Jenar lagi

"Hmm dia sangat tampan, tinggi, putih, hidungnya mancung, wajahnya penuh kharismatik, walau matanya agak sipit tapi tatapannya tajam. Kalau aku belum punya cowok sudah aku gebet dia." jawab Mbak Hana percaya diri.

Tiba - tiba suara Dirga membubarkan obrolan mereka.

"Hei anak baru, kerjaan kamu jangan menggosip terus ya. Lihat yang lain sudah sibuk kamu malah enak - enakan disini!" teriak Dirga

"Maaf mas." jawab Jenar sambil berjalan menuju ke mejanya memulai membuat dessert.

Jenar sempat bingung, tapi setelah mendengarkan penjelasan dari Mbak Hana tadi kreasinya sedikit terbuka. Dia sudah tahu apa yang akan dia hidangkan nanti.

Ayo semangat teriak Jenar dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri..

Yes, berhasil

Jenar mengambil sebuah wadah, dimasukkannya pati jagung kedalam wadah tersebut. Dituangkannya air mawar agar adonan lebih beraroma. Setelah tercampur rata dibentuknya adonan tadi bulat - bulat kecil. Untuk isiannya Jenar merebus kacang merah dengan kayu manis, gula palem dan sedikit rum. Setelah mendidih diblend hingga menjadi pasta.

" Hmm.. perfect." gumamnya sambil menyisihkan adonan pasta dan mencari buah - buahan.

"Mbak Hana, buah - buahan segar ditaruh dimana?" tanya Jenar

"Itu di almari pendingin yang paling kecil. Memangnya kamu mau buat apa Jenar?"

"Ini mbak, aku mau buat Daifuku. Tapi yang ini sudah aku modifikasi." jelas Jenar sambil berjalan menuju almari pendingin.

"Mudah - mudahan sesuai selera Tuan Adam ya?"

"Aamiin."

Bergegas Jenar mengambil buah yang ada di almari pendingin. Ia tidak mau terkena tegur lagi oleh Dirga

Cuman ada Strowberry, Apricot dan Cherry yang cocok jadi bahan isian, yang lainnya nanti aku isi dengan Almond aja ucap Jenar dalam hati.

Dibawanya buah tadi ke meja, kemudian dicuci bersih dan direndam sebentar ke air mawar. Diambilnya adonan yang bulat tadi untuk diisi dengan pasta kacang merah dan buah segar. Setelah berbentuk bulat sempurna diletakkannya ke dalam piring saji untuk di beri garnis.

"Oke, yang dessertnya sudah selesai, tinggal beveragenya. Kira - kira apa yang cocok ya." mulut Jenar komat kamit sambil berpikir keras. Appetizernya Escargot, main coursenya steak dan dessertnya Daifuku ah iya aku buat french vanilla tea aja, karena menurutku minuman ini yang paling cocok, Jenar tersenyum lebar.

Jenar mengambil teh, diciumnya daun teh itu satu persatu. Setelah dirasa ketemu yang pas kemudian dicampurkan dengan ekstrak vanilla. Perbandingan harus sama jika tidak maka rasa yang dihasilkan akan berbeda. Dengan hati - hati diseduhnya teh tersebut dengan air panas dan diaduk menggunakan batang sere. Tujuannya untuk memberikan aroma pada teh. Setelah dirasa cukup Jenar segera menyajikan dalam sebuah cangkir.

"Bagaimana persiapannya, sudah selesai semuanya?" tanya chef Efendi sambil teriak.

"Sudah chef!"

"Dessert apa yang kamu sajikan Jenar?"

"Daifuku chef, karena saya pikir Tuan Adam ada keturunan Jepang jadi mungkin saja beliau suka." jawab Jenar ragu - ragu

"Huh, terlalu sederhana." Dirga menyela dengan tatapan dingin ke arah Jenar. "Tuan Adam ini orang yang berselera tinggi, bagaimana mungkin kau memberikan hidangan yang sekelas dengan kaki lima." Dirga tersenyum remeh. "Awas jika nanti gara - gara masakanmu Tuan Adam tidak jadi membeli restoran ini." ancam Dirga

"Sudah.. sudah kita semua harus optimis." lerai chef Efendi.

"Alina cepat kamu bawa masakan ini ke depan, hati - hati kamu dalam menyajikannya."

Alina mengangguk dan bergegas menuju ke depan.

Semua yang berada di dapur harap - harap cemas terutama Jenar, setelah mendengar penjelasan Dirga dia agak menyesal kenapa menyajikan dessert yang terlalu sederhana. Tapi sudahlah semua sudah terlanjur sekarang hanya mengandalkan keberuntungan dan doa.

Sementara itu di VIP room Bu Erina sibuk menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi restoran 'Avec Amour' kepada Tuan Adam. Sesekali sambil membenarkan letak kacamatanya untuk mengurangi ketegangan di hatinya.

"Jadi begitu Tuan, sedikit penjelasan saya tentang restoran ini."

Adam masih dengan posisi duduk tegap dan memainkan Handphonenya. "Saya sudah tahu kondisi restoran ini hanya dengan melihat laporan keuangannya."

"Eh iya Tuan." tiba - tiba saja bu Erina menjadi gugup

"Pak Wijaya juga sudah menjelaskan kepada saya." masih dengan wajah yang datar Adam melanjutkan lagi perkataannya. "Beliau memang ingin menjualnya kepada saya."

"Saya mengerti tuan. Tapi saya jamin restoran kami tetap menyajikan masakan yang berkualitas." ujar Bu Erina berusaha meyakinkan.

Alina dan Bayu masuk ke VIP room sambil mendorong troli berisikan hidangan untuk Adam.

Bu Erina berdiri mendekat ke arah Alina, ia merasa lega dengan kedatangan mereka.

"Nah Tuan Adam ini hidangan istimewa dari restoran kami, silahkan menikmati." sambil terus tersenyum Bu Erina mengangkat tangan kepada Alina agar masakannya segera di sajikan. Dengan cekatan Alina membawa piring dan meletakkan di hadapan Adam.

"Ini Escargot dengan bawang putih dan parsley tuan." jelas Alina. Sejenak Alina terpaku dengan ketampanan dan aroma maskulin Adam. Membuat siapapun yang ada di posisi ini bergairah

"Ehemm." deheman dari Adam mengagetkan Alina.

Adam segera mengambil garpu dan mencicipinya

"Hmm, enak tapi biasa" tanpa ekspresi sedikitpun. "Hidangkan main coursenya." perintahnya kemudian.

Alina segera mengambil piring Escargot dan menggantinya dengan steak "Ini steak tenderloin ala chef Efendi tuan"

Adam mengambil pisau dan garpu, mengiris steak menjadi potongan kecil dan memasukkannya ke mulut. Mengunyah dengan pelan dan berkata

"Perfect." puji Adam. " Memang keahlian chef Efendi dalam mengolah daging tiada tandingannya. Daging ini matang dengan sempurna dan sausnya sangat lembut dimulut."

"Terima kasih atas pujiannya tuan" jawab Bu Erina. Terpancar kelegaan pada wajahnya. "Untuk selanjutnya kami akan menyajikan dessertnya, silahkan tuan mencicipi".

"Ini Daifuku dan french vanilla tea, tuan." Alina segera menatanya.

Adam mengernyitkan kedua alisnya. Darimana restoran ini tahu kalau aku suka Daifuku. Sudah lama aku tidak memakannya pikir Adam dalam hati.

Adam mengambil sendok kecil dan mulai menyuapkan Daifuku ke dalam mulutnya "Hmm, Daifuku ini benar - benar lembut, pasta kacang dan buahnya meleleh di dalam mulut dan ada aroma wangi ketika kita mengunyahnya. Ini enak dan unik rasanya." pujinya. Tanpa sadar Adam menghabiskan Daifuku ini tanpa sisa.

Sadar dengan apa yang dilakukannya segera ia meneguk teh di depannya. "What the hells, teh ini enak sekali. Perpaduan daun teh dengan ekstrak vanillanya sangat pas dan ada aroma rempahnya." untuk memastikan ia meneguk lagi minuman di depannya. Aneh aku ingin makan lagi dan lagi pikirnya keheranan.

"Bu Erina dessert dan beveragenya enak sekali." puji Adam sambil mengusap kedua sudut bibirnya dengan serbet.

"Terima kasih tuan atas pujiannya, saya harap ini awal yang baik untuk kerjasama yang akan kita bangun nanti."

"Untuk masalah itu biar nanti sekretaris dan pengacara saya yang urus"

Adam menoleh ke Bu Erina dan Alina. Tatapan matanya yang tajam membuat Bu Erina tergidik. Berbeda dengan Alina justru dia menikmati tatapan itu.

"Tapi sebelumnya saya ingin bertemu dengan chef yang membuat dessert ini." lanjut Adam

"Kebetulan ini adalah masakan chef baru kami, namanya___"

"Sebentar bu." sela Adam sambil mengangkat handphone nya

"Ya pa, baik aku segera kesana." Adam menutup telpon dan memasukkannya ke dalam jas. "Maaf Bu Erina saya harus pergi. Mungkin lain kali saya akan memintanya bertemu."

"Baik, terima kasih atas kunjungannya tuan dan kami tunggu kerjasamanya."

Tanpa menoleh sedikitpun Adam segera meninggalkan 'Avec Amour' menuju mobil Rolls Royce nya.

Heh dasar orang kaya belagu, sombong amat. Anak jaman sekarang nggak ada sopan santunnya. Kalau bukan orang yang mau beli restoran sudah aku ketok kepalanya pakai spakula batin Bu Erina

Bu Erina segera bergegas menuju ke dapur

"Chef! Chef! Ada berita baik chef!" ia menghampiri chef Efendi. "Tuan Adam puas dengan hidangan yang disajikan terutama dessert nya."

"Yes, berarti kerjasama dilanjutkan."

"Mudah - mudahan, oya yang membuat dessertnya karyawan baru ya? Yang mana orangnya?" tanya Bu Erina sambil tengok kanan kiri.

"Saya Bu." Jenar melangkah maju mendekati Bu Erina

"Hebat kamu, Tuan Adam sangat menyukai dessert buatanmu. Terus semangat dan berinovasi ya." ucap Bu Erina menggantung sambil mengerutkan dahi.

"Jenar, ya panggil saya Jenar." sambil mengulurkan tangan.

"Oke Jenar selamat ya." bu Erina membalas jabat tangan Jenar. "Oya chef aku kembali kedepan dulu. Ada beberapa berkas yang harus aku urus" pamit Bu Erina.

Mata Jenar membelalak tidak percaya bahwa masakannya akan mendapat pujian. Terima kasih tuhan, terima kasih ibu yang selalu mendoakanku doa Jenar dalam hati.

Bergantian teman - teman memberikan ucapan selamat, tapi tidak dengan Dirga. Dengan sorot mata yang penuh kebencian memandang Jenar. Dia lebih memilih menjauh dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang lain.

"Sudah nggak usah diladeni." Mbak Hana menepuk bahu Jenar. "Dia memang agak berambisi, jadi wajarlah ada kalau dia kecewa. Yang penting kamu tetap mempertahankan posisimu ini."

"Iya siap mbak." Jenarmengangkat tangan tanda hormat dan kemudian tertawa bersama.

Hari ini hari yang sangat melelahkan seperti kata Winston Churchill "Tanpa gelap kami tidak akan melihat bintang, jika rencana itu tidak berhasil, ubah rencana itu tetapi jangan mengubah tujuannya. Orang pesimis melihat kesulitan dalam setiap peluang dan orang optimis melihat peluang dalam setiap kesulitan"

Semangat Jenar..!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!