Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh!
Mohon maaf sebelumnya jika Author menulis kisah nyeleneh dan mungkin kontroversial bagi sebagian kalangan. Namun Author dapat menjelaskan tentang keabsahan kisah yang akan di buat ini.
MENIKAH DENGAN SUAMI MAMA. Itu berarti Seorang Anak perempuan menikah dengan Ayah tirinya.
Nah ini banyak di pertanyakan. Apakah boleh?
Mari kita telaah bersama dan mencari jawaban dari pertanyaan di atas.
Sebelum Author membuat kisah ini. Author telah melakukan observasi mengenai halal atau haram nya Ayah tiri menikah dengan Anak tiri bawaan si Ibu.
Maka, Author mengacu pada salah satu Ayat Al-Qur'an, yaitu:
"Diantara wanita yang haram dinikahi adalah) Anak-anak (perempuan) isterimu yang dalam asuhanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya." (QS. An-Nisa' ayat 23)
Jelas sudah! dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa seorang lelaki boleh menikahi anak perempuan tiri bawaan istrinya selama dia belum campur dengan Ibunya. Baik si anak itu tinggal dalam asuhan bapak tiri, maupun tinggalnya terpisah. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama.
Namun untuk lebih halal nya si Anak tiri tidak dalam asuhan sang Ayah tiri.
Seperti kisah berikut, tentang Damar Alfian yang menikahi Allana Faradilla karena permintaan sang Ibu. Vianny Amalia meninggal oleh sebab kecelakaan. Setelah dua hari menjadi Istri Damar.
Namun Vianny belum melakukan hubungan intim dengan sang Suami. Anak bawaan Vianny pun tidak dalam asuhan Damar sebelum nya. Vianny yang tengah sekarat meminta Damar menikahi putri nya demi untuk melindungi nya tanpa jarak karena ikatan halal.
Mengacu pada Ayat di atas. Cerita ini tidak seharusnya menjadi kisah kontroversial, karena sang Ayah tiri dan Ibu dari Allana belum pernah melakukan perhubungan intim atau berjima.
Mohon maaf jika kisah Author menimbulkan stigma kurang baik. Namun Author merasa kisah ini tidak bertentangan dengan hukum Agama. Maka Author mantap untuk menulis kisah Ini. Bila ada pendapat yang lebih baik, silakan tinggalkan Krisan dengan beradab,🙏🙏🙏 terima kasih.
Bismillah ....
Mari mulai kisah Nyeleneh dari Author, Mohon dukungan nya! semoga para Readers gemez suka.
...****************...
...----------------...
Permulaan.
Sore hari di balik mendung nya kota Purwakarta. Jerit tangis kepiluan terdengar memenuhi ruang kamar rumah sakit dari remaja berusia tujuh belas tahun yang baru saja menyaksikan sang Ibu menghembuskan nafas terakhir nya dan meninggalkan si gadis untuk selama-lamanya.
Rintik hujan yang begitu setia dari pagi menyirami bumi pasundan seakan menemani kepergian sang Ibu. Allana Faradilla, masih terdengar berteriak histeris memanggil Nama sang Ibu, tat kala sang Ibu tak juga terbangun saat ia gerak-gerak kan.
"Mama, jangan tinggalkan Lana!"
"Mama ....!!!"
"Lalu .... jika Mama tidak ada, Lana akan hidup bersama siapa nantinya?" pertanyaan Lana terdengar pilu di telinga yang mendengar.
"Mama!! Lana tidak siap untuk hidup sendiri saat ini." Tangis nya semakin pelan namun ia masih berkata dengan suaranya yang serak.
Allana Faradilla, usianya tujuh belas tahun, sejak berusia lima tahun ia telah kehilangan Ayah tercinta nya, karena kecelakaan kereta Api. Sejak saat itu ia hanya hidup berdua dengan Ibunya. kara ketamakan dari keluarga Ayahnya, maka Allana dan Ibunya terusir, dari rumah peninggalan sang Ayah.
Hari ini Allana tidak menyangka akan kehilangan Ibunya dengan kejadian yang sama namun kali ini kecelakaan mobil.
"Lana .... sabar Nak! yang tabah! boleh bersedih asalkan tidak meratapi kepergian Mama! ini sudah menjadi jalan dan takdir dari Allah. Lana tidak akan hidup sendiri! Papa akan selalu menjaga Lana, bagaimana pun Lana sudah menjadi Anak Papa saat ini! Namun mau tidak mau kita harus menepati janji pada Mama untuk menikah sebelum Mama di kebumikan," ucap lembut seorang laki-laki berusia 34 tahun.
Damar Alfian itulah Nama laki-laki yang baru saja berbicara menenangkan Allana. Damar saat ini adalah status Ayah sambung bagi Allana.
kemarin siang Damar resmi menjadi suami dari Ibu nya yaitu Vianny Amalia. Namun takdir berkata lain, pada keesokan harinya Vianny harus kehilangan nyawa saat ia menuju ke Bandung, untuk resepsi pernikahan mereka! kecelakaan maut terjadi di jalan tol yang mengarah ke Bandung.
"Tidak mungkin Pah!" hanya itu yang meluncur dari bibir mungil Allana di sela Isak tangisnya.
"Maaf Lana, ini permintaan terakhir dari Mama! tidak mungkin pula kita abaikan," Lagi-lagi damar berkata dengan lembut nya.
"Lana sendiri baru saja mendengar Mama memohon sebelum ia pergi," ucap nya lagi.
"Lagi pula, kita tidak akan berdosa jikalau pun menikah! Maaf Papa dan Mama belum tidur bersama, dalam salah satu Ayat Al-Qur'an pun di halalkan untuk kita menikah karena Mama dan Papa belum melakukan hal intim. Terlebih sebelum nya Lana tidak dalam asuhan Papa." Tandas Damar agar keraguan Allana sirna.
Begitu lembut tutur kata Damar dan perangai nya nampak dewasa kebapakan, dalam konteks menyayangi. Usia Damar terpaut tiga tahun dari Vianny. Ia boleh di katakan berondong untuk Vianny.
Allana berpikir sejenak, mencerna penjelasan terakhir dari Damar. Ia mengingat kembali kebahagiaan Ibunya kemarin siang.
*flashback siang sebelum nya*
"Mama selamat yah! sekarang Mama sudah memiliki pendamping, Om Damar orang yang baik Mah! semoga Mama bahagia," ucap Allana sembari memeluk Mamanya.
"Terima kasih sayang! semoga pilihan Mama dengan menikahi Om damar adalah pilihan yang tepat," ucap Vianny membalas pelukan Allana dengan hangat.
"Ayo sedang membicarakan Aku yah!" tiba-tiba saja suara seorang laki-laki menghampiri mereka, dia adalah Damar.
"Ikkh, pede sekali Andah!" canda Vianny dengan tertawa kecil.
"Memang! bagaimana tidak pede yang menggosipkan Aku adalah dua bidadari cantik," ujar Damar menyanjung mereka berdua.
"Huh! resiko menikahi berondong ya begitulah sayang! Maka nya nanti kalau kamu menikah, jangan berondong yah! lebih baik yang lebih tua dari kamu," kelakar Vianny pada Allana.
Damar pun ikut tertawa. "Apalah arti dari usia baik lebih tua laki-laki ataupun perempuan kalau sudah cinta ya mentok."
"Apa sih Kamu, aku merasa tua nih!" ucap Vianny.
"Mama dan Om sudah ikh, kalian tuh baru menikah masa bertengkar," sela Allana di saat tertawa bersama.
"Eits koq Om Nak! panggil Papa dong," pinta Damar pada Allana.
"Hemmm, Pa-pa! Papa .... heee maaf koq aneh," ucap Allana sembari nyengir lebar dan memperlihatkan barisan gigi putih dan rapi.
"Belum terbiasa saja!" ujar Damar.
"Nak kami harus pulang sekarang," tiba-tiba kedua orang tua Damar menghampiri mereka.
"Lho Ibu, Bapak! koq pulang sekarang!" seru halus Vianny.
"Sekarang saja! agar sampai sana masih agak siang! Bapak mu ini masih banyak urusan di kantor desa," jawab Ibunya Damar.
"Iya Neng! kalian sudah Sah! maka dari itu Bapak dan Ibu serta yang lain nya pamit!" sambung Ayah Damar.
"Aku pikir Ibu dan Bapak hendak menginap," rajuk Vianny. Walaupun usianya hampir kepala empat namun Vianny terlihat begitu cantik dan muda, saat ia merujuk begitu terlihat menggemaskan sekali.
Maka dari itu Allana dan Vianny sering di kira Adik dan kakak bukan Ibu dan Anak, kecantikan mereka berdua bersaing. Allana adalah versi remajanya Vianny.
Setelah Orang tua Damar dan Family pulang maka tinggalah tiga orang yaitu sepasang pengantin baru yang mulai gelisah namun apa mau di kata putri manja sang Istri masih lah menjadi satpam untuk mereka.
Hingga sore hari terdengar dering telepon di ponsel Damar.
"Ya!" jawab Damar pada si pemanggil di ujung telepon sana.
Terlihat nada kepanikan dari wajah Damar. "Ada apa?" tanya Vianny dengan isyarat.
Allana hanya cuek menonton televisi, sembari menyuapkan camilan ke mulut nya.
"Aku harus pergi! terjadi perampokan dan ada korban di toko!" ucap Damar setelah menutup telepon nya.
"Astaghfirullah .... pergilah!" ujar Vianny.
"Lho Papa mau ke mana?" tanya Allana.
"Papa hendak ke toko! terjadi perampokan dan ada korban di sana sayang! polisi sudah ada di lokasi, Papa pergi yah! Mah, Papa Pergi," pamit damar mengecup dahi kedua perempuan itu.
Damar tidak sungkan dengan Allana karena ia menganggap Allana Anak nya sendiri jika hanya sekedar untuk cium kening dan Vianny tidak keberatan.
"Mas, pakai mobil Aku saja!" tawar Vianny.
"Biar, Mas Pakai motor saja agar lebih cepat sampai," balas Damar.
"Di luar mendung, takut tiba-tiba hujan malah berabe," ujar Vianny dan memang masuk di akal sih, karena di luar sudah gelap karena mendung.
Der!
Satu kali tembakan petir sukses membuat mereka terperanjat. Terlebih Allana. "Mama, Lana takut!" pekik Allana memeluk Mama nya.
"Hanya petir sayang!" ucap Vianny.
"Jangan takut, ada Papa di sini," ucap Damar sembari mengelus kepala Allana dengan lembut.
"Papa kan, hendak pergi!" rajuk Allana dengan manyun.
"Hehe .... kan sekarang belum, berarti Papa masih di sini bersama Lana dan Mama!" Damar mengekeh.
"Mas! maaf.. inilah Anakku! Aku harap kamu tidak keberatan dengan sikap manjanya," ujar Vianny merasa tidak enak.
"Tidak mengapa! biarkan dia menjadi se-usia nya, nanti juga pada waktu nya akan terbentuk kedewasaan dengan sendirinya," ucap lembut Damar dengan tersenyum.
Inilah Alasan Vianny menerima Damar sebagai suaminya. Walaupun Usia mereka terpaut empat tahun! Vanny berusia 38 tahun dan Damar 34 tahun. Selain Damar baik, ramah dan lembut serta penyabar, ia sangat tulus menyayangi Allana.
Padahal sebelumnya, banyak laki-laki yang Vianny tolak karena takut tidak sayang dengan Allana. Namun setelah bertemu Damar dua bulan lalu di kedai Nasi goreng milik nya, entah mengapa saat Damar yang belum ia kenal lama dan mengajaknya menikah, Vianny menyetujui nya.
"Mas! andai esok aku pergi jauh! tolong jaga Lana untuk ku!" tiba-tiba saja Vianny berkata seperti itu.
"Sayang, kamu bicara apa sih? kita akan selalu bersama dan sampai kapan pun Aku akan tetap menyayangi Lana seperti Anak ku!" tukas Damar.
"Hehe kan seandainya!" Vianny meralat ulang kata-katanya sembari mengekeh.
"Baiklah! Aku Pergi."
"Kunci mobil nya di lemari pajangan ruang tamu Mas," ucap Vianny yang melihat Damar sudah berjalan menuju ke arah luar.
"Iya," sahut Damar.
"Sayang! Mama antar Papa ke pintu pagar luar yah!" ucap Vianny kepada Allana. Yang hanya di angguki Kepala oleh Allana.
Kini Vianny sudah berada di samping mobil dan mengahadap ke arah Damar yang sedang menstater mobil.
Damar membuka kaca mobil, lalu menatap Vianny sendu! "Aku pergi dulu, Aku pinjam mobil nya! maaf baru setengah hari menikah dengan mu, malah sudah merepotkan mu."
"Tidak Koq Mas! malah mungkin Aku yang akan merepotkan mu nantinya, karena kamu harus merawat Allana hingga waktu yang tidak dapat di tentukan." jawab Vianny dengan tersenyum.
Bersambung...
Lagi-lagi Vianny berbicara Aneh! Damar agak termenung mencerna kata-kata Vianny. Namun telepon Kembali berdering yang mengharuskan nya segera pergi. Damar adalah manager di sebuah perusahaan ritel ternama dan terkenal se Indonesia.
**
Malam hari, Damar belum juga kembali! Vianny resah menunggu kabar, hingga hampir subuh Damar baru menghubungi nya.
"Aku belum selesai di sini!"
"Lalu, rencana resepsi pernikahan kita di Bandung bagaimana?"
"Sebaik nya kamu berangkat terlebih dahulu, tidak mengapa kan? Nanti Aku menyusul dan Aku akan menjemput Allana di sekolah! sesuai dengan rencana kita kemarin, bukan nya hari ini ujian terakhir nya yah!"
"Baiklah Mas! iya Mas, hari ini adalah ujian terakhirnya Lana, tidak mengapa koq! Aku berangkat terlebih dahulu, setelah Allana pergi ke sekolah! lebih cepat sampai lebih baik kan agar aku dapat feeting gaun. Aku juga dapat beristirahat dengan tenang di sana, sebelum menghadapi acara resepsi yang tentunya akan menguras banyak tenaga." ujar Vianny.
"Nah maksud ku seperti itu! baiklah sampai jumpa disana ya sayang, Aku rindu kamu dan juga Lana," ucap Damar.
"Iya Mas! Aku pun!"
Pagi harinya ....
"Lana, berangkat sendiri tidak masalah kan, sayang? travel yang akan Mama tumpangi sebentar lagi datang," ucap Vianny ketika mereka sedang sarapan.
"Tidak apa-apa koq Ma!" jawab Allana. "Loh! Papa semalam tidak pulang Mah?" tanya Allana yang mengedarkan pandangan bahwa Damar tidak bersama mereka saat itu.
"Tidak sayang! papa mu saat ini sedang menyelesaikan laporan, kurang tahu Mama juga, laporan seperti apa yang pasti Papa sedang berada di kantor polisi," Jawab Vianny sembari mengunyah makanannya.
Hingga akhirnya hening dan mereka melanjutkan aktivitas sarapan nya.
"Mama sendiri dong, berangkat ke Bandung nya?" tanya Allana saat telah siap pergi ke sekolah.
"Iya .... Mama berangkat terlebih dahulu, karena ada beberapa gaun yang harus dicoba untuk besok pagi resepsi, Oh ya Nanti papa akan menjemput kamu di sekolah. Jadi kamu berangkat sama papa ya Ke Bandung nya, langsung berangkat dari sekolah saja maka dari itu kamu bawa pakaian satu untuk ganti, pakaian ganti untuk di sana nanti Papa yang bawa, mungkin setelah Papa istirahat baru ia akan menjemput mu saat jam pelajaran usai.
Mereka pun berpisah setelah berpamitan dengan berpelukan.
****
Siang hari di sekolah Allana ....
"Sudah lama menunggu Nak?" tanya Damar pada Allana, yang baru saja sampai.
"Baru keluar kelas koq Pah!" jawab Allana.
"Bagaimana Ujian nya?" tanya Damar kembali.
"Berjalan baik Pah! oh ya Lana ganti baju dulu ya Pah!" pamit Allana pada Damar.
"Euum .... tidak perlu sayang! kita langsung berangkat saja! mmm ... Mama mu sudah menunggu kehadiran kita." perkataan Damar nampak ragu, dengan cepat ia menyambar tangan Alana lalu menariknya agak tergesa menuju mobil.
"Pah?!" wajah tidak mengerti Allana sambil menatap Damar.
Damar menarik nafas dalam, lalu ia memejamkan mata. Allana hanya diam, seperti ada hal yang di sembunyikan olehnya.
"Sudah! Lana pasti lelah, tidur saja yah! nanti di jalan Papa belikan makanan!" seru lembut Damar, seraya tersenyum pada Allana.
"Baik Pah!" Allana pun menuruti permintaan Damar tanpa banyak bicara.
Dengan rasa sedih yang mendalam Damar melajukan mobilnya. Hingga beberapa jam kemudian, sampailah di pelataran rumah sakit, daerah Purwakarta.
Damar membangunkan Allana yang tertidur. Dalih nya membelikan makanan ternyata tidak ditepati, tanpa Allana sadari karena terlelap, Damar memacu mobilnya dengan kecepatan yang lumayan di atas rata-rata, agar cepat sampai di rumah sakit tersebut.
"Pah! ini rumah sakit kan? memang kita mau beli makan di rumah sakit Pah?" tanya polos Allana yang sedang mengamati bangunan rumah sakit tersebut. Allana pikir Damar hendak mengajak nya makan di rumah sakit.
"Tidak Nak! tetapi, kita akan menemui seseorang di rumah sakit ini," jawab datar Damar. rasa sesak di dada nya sudah berkecamuk tidak menentu, matanya sudah berkaca-kaca, hampir saja air matanya terjatuh namun ia tahan agar Allana tidak curiga.
"Siapa Pah?" tanya Allana kembali.
"Sayang! kita akan menemui seorang yang begitu dekat dengan kita! kamu harus kuat, kamu harus menyiapkan diri. Tolong maafkan Papa, kalau tidak memberitahu dari sejak tadi berangkat akan ke rumah sakit! sudahlah, sekarang kita masuk, maka kamu akan tahu siapa yang ada di dalam." Satu bulir airmata meluncur bebas di pipinya Damar. Ia masih menguatkan diri, saat ini ia harus membuat Allana tegar.
"Tapi Pah!"
"Sudahlah Nak! mari turun!" seru Damar, sedikit dingin! Allana pun tidak berdebat lagi lalu ia turun dari mobil.
Setelah Allana turun, Damar menutup wajahnya dengan sebelah tangan, untuk beberapa detik ia menangis di sana.
"Maafkan Aku Vi! karena Aku yang menyuruh mu berangkat terlebih dahulu ke Bandung, hingga kecelakaan ini terjadi! Lana Maafkan Papa, tidak memberitahumu sebelumnya tentang Mama mu! Papa takut kamu terpukul dan histeris." gumam Damar dalam isak tangisnya.
Setelah Damar menyelesaikan urusan nya di kantor polisi, ia pun hendak pulang ke rumah, namun tiba-tiba telepon berdering, ternyata yang membuat ia terkejut itu telepon dari polisi! mengabarkan bahwa Vianny mengalami kecelakaan hebat, di jalan tol! dan keadaan nya kritis! Untuk sesaat Damar pun terkejut, andai saja tidak menguatkan dirinya, Damar sendiri pun mungkin sudah tidak sadarkan diri! namun ia berusaha membuat dirinya kuat.
Damar pun langsung menuju ke rumah sakit, tempat Vianny di bawa, sembari menelpon orang tuanya mengabarkan tentang Vianny yang mengalami kecelakaan dan meminta orang tuanya untuk datang juga ke rumah sakit.
Setelah melihat keadaan Vianny yang terlihat mengenaskan dan sebelumnya tidak sadarkan diri, maka atas permintaan Vianny ia menjemput Allana. Damar yang belum istirahat dari kemarin, ia harus bolak balik Purwakarta-jakarta demi menjemput Allana. Damar tidak memberitahukan Allana terlebih dahulu tentang keadaan Mama nya, agar ia tidak merasa terpukul.
"Pah! loh koq malah diam!" Allana kembali membuka pintu mobil, karena Damar tak kunjung keluar dari dalam mobil.
"Oh iya sayang, maaf!"
"Loh, Papa menangis?" tanya Allana yang melihat mata Damar basah dan memang terlihat habis menangis.
"Tidak koq! hanya kelilipan, sudah lah mari kita bergegas!" elak nya, lalu Damar mengajak Allana masuk ke dalam rumah sakit dan menuju ruang ICU, Vianny yang sebelumnya di ruang IGD sudah di pindahkan ke ruang ICU.
Sesampainya di depan ruang ICU. "Loh Nenek, kakek? koq ada di sini juga?" tanya Allana kebingungan.
"Mama, kamu Nak!" Pekik Ibunya Damar yang langsung memeluk Allana sembari menangis.
"Mama kenapa?" tanya Allana dengan raut wajah gusar.
"Mama mu, mengalami kecelakaan, dalam perjalanan ke Bandung tadi pagi!" jawab Damar.
"Tidak! tidak mungkin! Katakan ini bohong!" teriak Allana tidak percaya.
"Papa?" tatapan menghujam demi kepastian tertuju ke arah Damar.
"Maafkan Papa Nak! Papa tidak memberi tahu mu dari tadi, agar kamu tidak histeris di perjalanan!" ucap Damar.
"Papa jahat!" buk .... buk ... buk.. sembari menangis, Allana memukul mukul dada dan lengan Damar dan Damar pun membiarkan nya.
Akhirnya Allana melemah sembari menanangis di dalam pelukan Damar! hingga beberapa detik kemudian Allana tersadar dan mengingat Mama nya.
"Mama! ini Lana Mah! Mama ...."
Bersambung ....
(Tolong komentar dan kesan2 nya agar dapat di perbaiki)🤗
"Mama ...ini Lana Mah!"
Allana berlari dan menerobos begitu saja masuk ke dalam ruangan ICU.
"Maaf Dik! tidak boleh masuk, ruangan ini harus kondusif." cegah salah satu perawat anestesi.
Tidak berapa lama Dokter anestesi pun keluar dari ruangan.
"Saya Putri dari orang yang sedang Anda rawat!" balas Allana.
“Dok! tolong izinkan putri saya, menemui Ibunya,” pinta Damar yang menyusul Allana dan melihat Dokter Anestesi baru saja hendak ke luar ruangan.
"Baiklah! tolong untuk tidak bergaduh dan tidak dapat berada lama di dalam ruangan," ucap Doker anestesi.
"Sayang, masuklah! Papa menunggu di luar bersama Kakek dan Nenek! Jika butuh Papa segera panggil Papa," ucap Damar dengan lembut dan menenangkan.
Dengan mengangguk pelan Allana pun masuk ke dalam ruangan tersebut! Damar menuggu nya di balik pintu yang telah tertutup.
"Ma! Mama ini Lana! Mama ...." panggil lirih serta getar suara Allana, ia kembali terisak saat melihat kondisi sang Mama.
Vianny tergolek lemah di atas ranjang pasien, terlihat Wajah yang tidak lagi sempurna, entah seperti apa keadaan tubuh Vianny! Karena ia nampak lemah dan tidak bergerak di balik selimut tipis yang terbentang hingga dada.
"La-na! ma-maaf-kan Ma-ma! Ma-ma ing-ngin La-na ba-ha-hagiaa ...."
"Ma .... cukup jangan bicara lagi! Mama masih lemah! Lana akan menemani Mama di sini! Mama, harus segera pulih, kita pulang sama-sama."
"Ti-dak Nak! to-long, pang-gil Papa Damar, Ka-kek dan Ne-nek, ser-erta Om Arwan!" Nafas Vianny tersengal dan bicara dengan terbata. Ada rasa sakit luar biasa yang ia rasa seperti nya.
"Tapi Mah!"
"To-long!"
Nada yang begitu memohon dari Vianny. Allana mengangguk dengan cepat! Ia segera berlari memanggil Damar.
Setelah petugas Anestesi mengizinkan mereka masuk secara bersaman karena paksaan Damar, maka keluarga itu kini berkumpul di hadapan tempat tidur Vianny.
"Ada apa sayang?" Damar bertanya dan menggenggamn tangan Vianny.
"Mas! maafkan A-ku! Pak-Bu, Wan! To-long jagg-ah ja-ga Allana un-untuk ku! Se-mu-a aa-set ku, di no-natries to-long di u-rus dan Ce-ceraikan Aku Mas! se-te-lah nya! ! ni-ni-kahi Allana se-se-ka-rang!" Vianny menyelesaikan kata-katanya dengan susah payah.
"Tidak Vy! Kamu ngomong apa sih? Aku tidak mau, kita menikah baru kemarin masa Aku harus menceraikan mu!" Ujar Damar dengan menangis.
"To-long Mas! hanya de-ngan ka-mu me-me nikahi Allana, Aku akan pergi dengan te-tenang, Ya Allah ...."
"Vy, tidak! Kamu akan pulih dan Aku akan mendampingi mu hingga pulih." Damar Kembali tergugu dengan isak tangis yang makin deras.
Allana bersandar lesu di sisi tempat tidur pasien dengan air mata terus mengalir.
"La-na .... se-se-telah Ma-ma pergi! ja-dilah Istri yang ba-baik untuk Pa-pa dan baik-baik lah de-dengan Ka-kek dan Ne-nek! Bu .... Pa, wan! sa-ya ti-tip Lana!" Ucap Vianny kembali. Ia menitipkan Allana pada mertua dan Adik nya Damar.
"Vy, kuatkan dirimu, kembali lah membaik!" belai lembut Ibu nya Damar.
"Iya Vy, kamu akan kembali membaik, selama kamu dalam perawatan. kami akan membawa Allana pulang,tidak perlu khawatir," Ayah Damar ikut menyemangati Vainny.
"Tidak! Mas .... ce-pat cera-i-kan aku sekarang! A-ku su-sudah tidak tahan, ah! Allah .... Mas!" Nafas Vianny tersengal lebih kuat dari sebelumnya.
"Vy! Baiklah kalau itu mau mu!"
Vianny tersenyum dalam kesakitan. Damar menatap nya iba dan beberapa kali ia menarik nafas dalam untuk menguatkan dirinya.
"Mama! tolong jangan begini," Allana memeluk nya.
"Mar! yakin?" tanya Ayah nya.
"Yakin Pak!"
Ibunya Damar, mengelus bahu Damar pertanda sedang menguatkan putranya.
"Vianny .... Saya talak kamu!" Damar menganga tidak percaya atas kata-kata yang telah ia lontarkan dan setelah nya ia menutup mulut nya dengan punggung tangannya. Damar menangis kembali dengan nafas tak beraturan karena menahan emosi.
"Te-terimakasih Mas!" ucap Vianny dengan tersenyum dan nampaklah kelegaan pada manik matanya.
"Nikahi Lana dengan segera setelah kepergian ku Mas! Saat ja-sad ku belum di kebumi-kan, Aku ikh-ikhlas .... Maaf kan Ma-ma Lan-na!"
"Mama .... hiks .... hiks ...."
"Berjanjilah kalian akan menikah," pinta Vianny dengan masih terbata.
Hemm .... Damar menghela nafas dalam. "Baik, Aku berjanji," ucap nya dengan terpaksa.
"Nak!" Vianny menatap Allana.
Allana menutup matanya sejenak. Lalu membukanya kembali dan menatap Vianny dengan sendu. "Lana janji Mah!" kata-kata yang terlontar pun terdengar pelan.
Vianny meraih tangan Damar serta tangan Allana, setelah itu ia menautkan tangan keduanya di atas perutnya, ia genggam kedua tangan itu dengan kedua tangan nya.
Tanpa bicara, Vianny tersenyum sempurna. Satu tarikan nafas cukup dalam, dibarengi dengan lafaz Allah, Vinny menghembuskan napasnya untuk terakhir kali.
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah."
Artinya: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
"Laaillaha Illalahu."
"Allahuakbar."
Lep! Setelah kata-kata terakhir nya Nafas Vianny hilang di ujung tenggorokan, alat monitor detak jantung berbunyi panjang dengan nyaring, pertanda jantung berhenti berdetak dan suaranya memekik telinga, menggema di ruangan tersebut, tak berapa lama menyusul jerit pilu dari Allana.
"Mama .... Mama ....! Mama bangun! Lana masih butuh Mama."
"Dokter .... dokter! tolong dokter!"
Damar berlari keluar karena bel yang ia tekan tidak berfungsi. Damar berteriak memanggil dokter. Beberapa detik kemudian team dokter pun dengan sigap berlari masuk dan memeriksa Vianny dengan sebelum nya mereka meminta Damar dan yang lain nya Keluar.
"Pah! Mama ...." ucap lemah Allana bersandar di pelukan Damar.
"Sabar sayang! Mama akan baik-baik saja!" hibur Damar meyakinkan Allana.
Dokter pun segera melakukan pertolongan pertama menggunakan alat Defibrilator (alat kejut jantung) namun hasilnya nihil.
Lima belas menit kemudian team dokter pun keluar ruang ICU dengan wajah-wajah lesu dan penuh penyesalan.
"Bapak! Ibu, mohon kuatkan diri kalian, maafkan Kami! Kami sudah berusaha dengan sebaik mungkin, namun Allah berkehendak lain! Ibu Vianny tidak dapat kami selamatakan, Kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas kepergian Ibu Vianny." Dokter berusaha berbicara dengan setenang mungkin.
"Innalilahi wa innailaihi Rodjiun." ucap mereka serempak.
"Mama .... tidak! Mama .... lalu Lana akan hidup bersama siapa? saat ini Lana sebatang kara Mah!" jerit pilu Allana dan ia menerobos ke dalam ruangan ICU.
"Mama bangun, Mah!" jerit histeris Allana terdengar hingga luar ruangan ICU berusaha membangunkan Vianny walaupun itu tidak mungkin, karena Vianny telah berpulang ke Rahmatullah.
Hampir satu jam Allana menangisi kepergian Mama nya. Di sela duka dan kesedihan nya Damar sekuat mungkin menengkan Allana.
"Sayang! sudah ikhlaskan Mama mu! ini sudah menjadi kehendak yang kuasa, kita harus segera membawa nya pulang dan mengebumikan Mama mu, namun sebelum itu, kita harus menikah, penghulu sebentar lagi tiba." bujuk Damar, dengan terus berusaha tegar.
Damar pun merasa ini bagaikan mimpi. Tidak percaya, dua hari berturut-turut ia harus mengucapkan ijab Qobul untuk Ibu dan Anak.
"Haruskah kita lakukan Pah?" tanya lirih Allana.
"Tentu! kita harus melakukannya, bukankah tadi kita sudah berjanji pada Mamamu!" ucap Damar lirih.
Hingga satu orang penghulu dan dua orang saksi masuk ke dalam ruangan tersebut. Di ikuti dokter dan kedua orang tua Damar serta Adik nya.
"Sudah siap?"
"Insya Allah."
Bersambung ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!