...
...
19:03
Malam ini ...
Malam ini terasa sangat menyejukkan hati, ditambah dengan hembusan angin dan turunnya rintik-rintik hujan yang membasahi sebagian kecil bumi beserta isinya.
Tidak ada bintang yang menemani bulan, bukannya tidak ada bintang, tapi ... lebih tepatnya bintang-bintang itu terhalang oleh adanya awan hitam yang menghiasi sebagian langit malam.
Gadis cantik dengan surai rambut sebahu yang sengaja dibuat bergelombang duduk di tepi balkon apartementnya, sambil membaca sebuah novel dan secangkir teh hangat yang ia buat sendiri tadi.
Sudah puluhan kali gadis itu membaca novel yang tengah ia baca sekarang. Terkadang, ia membacanya sambil tersenyum, malu-malu, kesal, murung, marah, benci, kecewa, sesak, perih, sakit hati, bahagia, gembira, semangat, ceria, dan tentu saja dihiasi canda, dan tawa akan para pemain yang ikut andil mengambil peran dalam kisahnya.
Ia sama sekali tidak pernah bosan membaca novel itu, karena dirinya selalu berharap orang yang ada di sana juga membaca novel itu, di saat dan waktu yang sama.
Hanya satu kata yang gadis itu pikirkan yaitu, "Tidak akan terbaca".
Kenapa seperti itu?
Akan kujawab semua pertanyaan kalian, dengar dan ingat jawabanku ini, "*Karena Dia yang ada di sana, tidak suka membaca" , i**tulah mengapa Aku berkata seperti itu*.
Saat sampai di akhir bab, gadis itu tersenyum sangat manis, kemudian beralih membaca sebuah sajak yang mungkin ditujukan untuk orang yang ada di sana.
<<<<|>>>>
Lampu alam sudah padam, namun ... mengapa rindu ini tak pernah sedikit pun padam? Bahkan semakin terang, melebihi terangnya bulan dan bintang yang menghiasi malam.
Di saat seperti inilah waktu yang pas untuk memikirkan rinduku, walaupun ... tak akan bisa kusalurkan untukmu ...
Sampai akhirnya terbawa kedalam alam mimpi dan membuatku kembali memikirkannya di pagi hari saat bangun tidur.
Jika kamu, sang penguasa alam rinduku membaca ini, bolehkah Aku mengucapkan selamat malam dan selamat tidur?
Aku berharap selalu memimpikanmu, dan kuharap kau juga selalu memimpikanku, walaupun itu mustahil terjadi.
Dari Aku untukmu sang penguasa malamku.
Wanita berselimut bayangmu ...
Itu, Aku.
^^^<<<<|>>>>^^^
Itulah sajaknya jika kalian ingin tahu. Gadis itu menatap lurus ke depan, kemudian berdiri tepat di depan pagar besi pembatas balkon.
Ternyata rintik-rintik hujannya sudah berhenti, hanya menyisakan angin yang berhembus kencang, dan aroma debu yang khas saat terkena air hujan tadi sedikit tercium.
Merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum lebar, setelah itu menghirup udara sebanyak mungkin, karena tiba-tiba dadanya terasa sesak dan pasokan udaranya menipis.
Ting
Ting
Itu suara nontifikasi dari ponsel miliknya, tapi tidak ada tanda-tanda gadis itu akan melihat atau bahkan mengambil benda pipih tersebut.
Sedetik kemudian, gadis itu menoleh karena rasa penasaran yang membara. Menatap ponsel yang ia letakkan di atas meja tepat di samping teh hangat.
Terlihat ada nomor tak dikenal yang masuk, tidak tahu apa isi pesan tersebut, tapi yang pasti gadis itu belum mau membukanya.
Kalian harus ingat ini bahwa, "Gadis itu hanya menatap ponselnya."
^^^11, 7, 19, 6, 10, 2, 13, 2, 5, 10, 5, 7, 9, 16, 10, 8.^^^
...***...
...Hai! Hai! Baru prolog loh ini, belum chapter pertama, siapa nih yang mulai jadi cenayang dadakan?...
...Bikin penasaran nggak? Prolognya pasti panjang banget, yah?...
...Gimana prolognya menurut kalian? Masih kurang ngebingungin? Atau ada yang nggak bingung sama sekali?...
...Yaudah, yaudah! Nanti kubikin biar nggak bingung, tapi syaratnya harus stay, ya!...
...***...
...Note \= Jangan suka nyimpulin jalan cerita dan ending cerita hanya karena baca prolog. Baca cerita dari awal sampai akhir nah baru tuh terserah kalian kalau mau nyimpulin sendiri....
...Jangan lupa selalu : vote, komen, saran, dan kritiknya. Karena itu yang paling ditunggu dari kalian....
...***...
...Ditulis tanggal 01 April 2020...
...Dipublish tanggal 12 Februari 2021...
...***...
...587 Words...
...Love You Readers,...
...Stay Save And...
...Stay healthy....
...
...
06:45
Seorang gadis berdiri sambil tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, dengan balutan make up tipis dan rambut hitam agak coklat tergerai panjang. Cantik.
Bersiap untuk pergi ke sekolah yang sudah ia tempati tiga hari terakhir, SMAN Tri Bakti Jakarta Pusat.
SMA yang terkenal karena tidak mengenal sogok menyogok, beli bangku dan lain-lain yang bersifat memaksa atau di paksa karena uang. Serta lebih mengutamakan kejujuran, perilaku dan yang yang terakhir adalah cara bermain otak.
Ava mengambil tas gendong nya di kasur lalu menyampirkan di salah satu bahu, dan langsung turun ke lantai bawah.
"Agnes, Ana cepetan! Gue nggak mau, yaa, kita telat!" teriak gadis itu menatap ke lantai atas.
Dia ....
...
...
...[Ava Angelina Putri]...
"Iya!" jawab salah satu gadis yang turun ke bawah menyusul Ava.
Dia ....
...
...
...[Agnes Tri Sukmawati]...
Dan di susul satu gadis lagi yang menyusul mereka. "Sabar kenapa, sih?"
Dia ....
...
...
...[Isyana Azifa Delina]...
Ava memang tidak tinggal sendirian di rumah berlantai dua ini, tapi ada dua sahabatnya juga.
Setelah semuanya siap, mereka memakai helm dan segera pergi ke sekolah dengan motor matic mereka yang telah di modif sesangar mungkin siap untuk menembus jalanan Ibu Kota.
Motor mereka berjejer rapi di parkiran sekolah, Ava dengan motor dominan warna biru tua dan warna gold, Agnes dengan dominan warna hijau agak terang dan warna ungu tua, sedangkan Ana dengan dominan warna merah dan warna orange.
Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas sambil melihat lihat seluruh siswa di koridor. Karena masa MPLSnya juga sudah selesai, jadi para siswa di haruskan memakai seragam beserta atribut sekolah lengkap yang sudah di sediakan dan di berikan pihak sekolah tepat saat pendaftarannya.
Atau justru mereka lah yang menjadi pusat perhatian di seluruh sekolah, baik anak kelas X, XI atau XII. Mereka tergolong cukup famous untuk sekelas anak baru.
Itu semua di dukung dengan motor mereka yang bisa di kategorikan mencolok, wajah cantik, ramah, dan sangat friendly.
Mereka bertiga bersyukur karena MPLS sudah selesai kemarin, jadi hari ke empat dan dua hari ke depan tidak perlu membawa barang-barang aneh itu lagi. Barang-barang khas anak didik baru seperti name tag dari kardus, tas plastik, topi separuh bola, aneka logistik, dan lain-lain.
Memang menyenangkan, tapi harus kalian tahu itu sungguh melelahkan juga sangat ribet. Permainan, peraturan juga hukuman yang di berikan kakak pembina tidak tanggung-tanggung dan sangat aneh, kalian pasti tahu, 'kan, bagaimana rasanya.
Ruang kelas mereka di lantai dua, tapi mereka tidak satu kelas sama seperti di SMP dulu. Di lantai paling bawah ruangan para guru, dan di lantai paling atas kelas X anak Ipa. Sedangkan bangunan kelas XI dan XII berbeda, secara berturut turut Agnes di X Ips 3, Ava di X Ips 4, dan Ana di X Ips 5.
"Bye." pamit mereka bersamaan. Saling melambaikan tangan dan tersenyum, lalu masuk ke dalam kelas masing-masing.
Ava sengaja memilih tempat duduk nomor tiga dari depan di dekat jendela, karena ingin melihat para cogan-cogan baru lewat, dan siapa tahu ada yang nyangkut dengannya.
"Good morning," sapa seorang gadis sambil tersenyum lalu duduk di samping Ava.
Dia ....
...
...
...[Safira Oktaviana]...
Ava tersenyum manis sebagai jawaban lalu menopang dagunya. "Nanti istirahat ke dua ke lapangan basket, yuk! Sekalian cuci mata gitu?"
Safira memutar bola matanya malas, lalu menonyor kepala Ava. "Yee ... itu mah hobi lo, oon!"
"Hai cantik, nanti pulang sekolah jalan bareng, yuk?" ajak Dino yang tiba tiba duduk di depan Safira. Teman sekelas mereka.
Dia ....
...
...
...[Dino Danaraga]...
"Nggak sudi!" jawab Ava sambil memasang wajah ingin muntah.
"Lo pagi-pagi pengen di tampol yaa, Din, kayaknya?" sinis Safira menatap tajam Dino.
Ava dan Safira kebetulan sudah agak hafal dengan teman sekelas mereka, juga beberapa siswa dari kelas lain, tidak semua siswa disana dari sekolah berbeda, ada juga yang dulunya bersekolah sama dengan mereka. Dan saat pertama kali berkenalan dengan siswa baru lainnya, kebanyakan dari mereka langsung meminta nomor WhatsApp agar semakin dekat baik di dunia maya atau dunia nyata, bukan menyimpan semua nomor WhatsApp mereka yang meminta, karena pastinya juga, 'pilih pilih'.
Jangan salah paham dengan kata 'pilih pilih' karena kalian pasti tahu apa maksudnya.
"Aelah, nggak seru lo! Kurang ganteng apa coba? Perasaan gue di tolak mulu dah?" cibir Dino masih belum pergi.
Safira bangkit dan menggertak Dino dengan ancang-ancang melayangkan pukulan ke arahnya. "Pergi nggak lo! Pagi-pagi udah nganggu aja!"
"Eeiits. Sabar, Bos. Sabar ..." Dino bangkit dari duduknya, "... kayaknya, lo kalo puasa batal mulu deh, Fir?" ledek Dino lalu berlari menuju mejanya sendiri di pojok paling belakang. Maklum, ciri-ciri orang malas.
Ava tertawa ngakak. "Thanks, Fir. Nggak ada kapok-kapoknya genitin cewek. Eeh tapi nanti awas loh kalau lo suka sama dia!" ledek Ava terkekeh geli.
"Issh apaan sih, lo? Nggak, ya, ngapain coba suka sama tu perkedel tempe?" kata Safira ngegas mengibas-ngibaskan tangannya, "... malah nanti lo lagi yang suka sama dia?"
"Idih, nggak, ya? Nggak suka gue kalau modelan kek biji kopi gitu, kalau sekelas sama kayak dewa-dewa yunani sih, gue mau!" Ava tersenyum sambil mengerjapkan matanya.
Safira menempelkan punggung tangannya di dahi Ava. "Wah, wah, mulai halu nih? Lo kayaknya udah gila deh, Va?"
"Eeh eng-" ucapan Ava terpotong karena ada seorang guru yang datang.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru laki-laki yang cukup muda dengan postur tubuh besar nan tinggi.
"Pagi, Pak!" jawab seluruh siswa dan siswi kompak.
"Perkenalkan, nama saya Ahmad Risdianto, " kata Guru itu sambil menuliskan namanya di white board, "... biasa di panggil, Pak Dian. Saya guru Bahasa Indonesia, sekaligus wali kelas kalian ..." Pak Dian menyendenderkan dirinya di meja guru, dan menatap satu persatu muridnya, "... secara singkat saya sudah memperkenalkan diri saya. Sekarang giliran kalian, di mulai dari yang paling depan sebelah kanan, bentuk seperti ular, ada yang perlu di tanyakan?"
"Tidak!" jawab seluruh siswa maupun siswi.
Satu persatu mereka berdiri sambil memperkenalkan diri mereka. Suasana kelas yang asalnya hening menjadi sedikit ramai dan Ava hanya tinggal menunggu gilirannya, dan kejadian perkenalan diri sebelum sebelumnya juga pasti akan terjadi.
Safira berdiri dengan bangga dan memperkenal dirinya. "Perkenalkan, nama saya Safira Oktaviana. Asal sekolah SMPN Bina Bangsa Jakarta."
Safira kembali duduk dan sekarang giliran Ava.
Ava menghela nafas dan berdiri dengan malas, seluruh siswa di kelas itu langsung diam dan menatap ke arahnya.
"Perkenalkan, nama saya Ava Angelina Putri. Asal sekolah dari SMPN Bunga Pelita Jakarta."
"Udah tahu!" jawab seluruh siswa sambil tersenyum. Pak Dian saja yang melihat itu sampai terkekeh pelan.
Tanpa ada yang menyadari, di bagian tempat duduk paling pojok sebelah kiri sedari tadi ada dua pasang mata yang menatap Ava, lalu menunjukkan senyum smirknya.
Ava kembali duduk, dan tersenyum malu. Apalagi Safira yang selalu meledeknya dengan sebutan, 'Lucky girl'.
Ini lah kejadian yang menurut Ava unik, yang terjadi hanya di SMA setiap Ava memperkenalkan dirinya. Apa ada yang salah dengannya? Sefamous itukah dia?
Nasib orang cantik emang beda ya.
***
09:30
Kini Ava dan Safira tengah duduk di kantin paling belakang sekalian menyender dan curi curi pandang. Menunggu pesanan mereka datang, juga agar nanti Ava dan Safira terhindar dari cowo-cowo gila seperti Dino.
"Ini, Neng." kata ibu sang pemilik stand bakso datang dengan dua mangkok bakso super pedas, satu jus alpukat milik Ava, dan satu jus mangga milik Safira.
...
...
...
...
...
"Iya Ibu, makasih, yaa ..." kata Ava sebelum ibu yang Ava tak tahu namanya itu pergi.
"Di sini most wantednya siapa, sih? Nggak mungkin, 'kan, sekolah segede ini nggak ada most wanted, nya?" tanya Ava meminum sedikit jus miliknya lalu memakan bakso.
"Setiap sekolah juga punya idola kali, Va. Gue juga belum liat tuh!" jawab Safira fokus memotong bakso nya menjadi dua bagian.
Ava memberhentikan kegiatannya, menyatukan kedua tangan, mulai berkhayal. Dan saat itu juga Safira langsung fokus menatap Ava dengan wajah datar. Kumat lagi.
"Semoga most wanted di SMA kita kayak di novel-novel gitu. Yang ganteng pake banget, ketua geng motor, yang cuek-cuek perhatian, pokoknya perfect banget deh."
Ava menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum senang. Menyudahi bayangan most wanted di otaknya karena sudah tak kuat denga hal itu. Tapi kembali ke kata awal, 'Semoga'
Udah gila beneran kayaknya ni orang.
...***...
...Selamat karena kalian sudah membaca chapter pertama!...
...Bagaimana kesannya? Masih ingin lanjut, kah?...
...***...
...Ditulis tanggal 04 April 2020...
...Dipublish tanggal 13 Februari 2021...
...***...
...Jangan lupa tinggalkan jejak untuk menghargai karya Author, supaya Authornya juga senang dan semangat nulisnya. Nanti kalau kalian nemu ada yang copas cerita Aku atau apa tolong banget kasih tahu Aku, ya! Tapi ngasih tahunya jangan komen, langsung aja chat Aku. Thank you and happy reading....
...
...
11:14
"Jadi nggak nih ke lapangan basketnya?" tanya Safira pada Ava yang tengah menelungkupkan kepala.
"Nggak ah. Tiba-tiba niatnya hilang, di sini aja rebahan enak." jawab Ava malas.
Nggak ada niat, ya, nggak berangkat.
Grusak
Grusuk
Tiba-tiba seluruh siswa perempuan yang ada di kelas mereka langsung keluar. Entah ada apa? Tapi yang pasti Ava hanya ingin rebahan, sedangkan Safira tak mau tahu.
"Va! Ava i-itu ..." ucap Lia ngos-ngosan. Teman mereka yang berambut sebahu tiba-tiba datang dan menggebrak meja Safira.
"Kaget, ya, Tuhan, gue!" umpat Safira mengelus-elus dadanya.
Ava mengangkat kepalanya yang terasa amat beray menahan kantuk. "Apaan, sih? Lo ngomong yang jelas dong ..."
Lia mengatur deru nafasnya, lalu duduk di depan Safira. "Ada bidadara dunia datang nyariin lo di depan!" teriaknya antusias.
Ava dan Safira saling tatap, lalu kembali menatap Lia. "Bidadara dunia apaan, sih? Jangan ngaco, deh!"
Lia menghela nafas, memutar bola matanya malas. "Duh, lo kok kudet, sih? Udah samperin sana!"
Penasaran, Ava dan Safira bangkit lalu pergi keluar kelas. Betapa terkejutnya mereka saat ada banyak siswi cewe yang berkerumun di depan kelas. Di sana juga ada Agnes dan Ana yang langsung menyambut Ava dengan tabokan-tabokan dari tangan kotor mereka.
"Sakit tahu, main tabok-tabok aja?" cerca Ava. Agnes, dan Ana hanya menaikan kedua alisnya sambil tersenyum. Seolah tengah meledek.
"Ada apaan, nih?" tanya Ava kebingungan menatap siswi-siswi yang ada disana.
Tiba-tiba kerumunan itu terpecah belah, dan menampakkan tiga orang laki laki yang sangat tampan bak Dewa Yunani sama seperti apa yang dikatakan Lia tadi.
Ava membulatkan matanya sempurna, ketiga cowok itu memang sangat menggoda. Gila ganteng banget, ciptaanmu, yaa, Tuhan.
Ava mengamati satu persatu ke tiga cowok itu. Pertama, cowok yang ada di sebelah kiri sepertinya dia tipe cowok yang pecicilan dan playboy, terbukti dengan adanya cowok itu yang tengah merayu salah satu siswi di belakangnya. Kedua, cowok manis dengan rambut ikalnya, terlihat seperti tipe cowok yang kalem, juga terbukti dengan cowok itu yang tengah mengobrol santai dengan beberapa siswi di sampingnya. Ketiga, cowok yang ada di tengah, cowok yang berhasil menarik perhatian Ava, beuh jangan di tanya gimana rupanya. Perfect.
"Lo Ava, 'kan?" tanya cowok yang ada di tengah tadi. Cowok yang paling ganteng dan hampir sempurna dari ketiganya. Bagaimana tidak sempurna saat wajahnya saja sangat tampan, hidungnya mancung, alis tebal seperti ular, rambutnya yang acak-acakan membuat kesan manly, bentuk bibir yang indah, mata yang tajam serta tubuh yang proposional.
Seakan mampu menghipnotis kaum hawa yang melihatnya.
Ava tersenyum canggung. "I-iya ..." jawab nya malu. Entah kenapa di depan cowok itu keberanian Ava hilang.
Cowok itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya ke Ava. "Gue Aras Saputra Dewa. Biasa di panggil Aras,"
Ava meraih tangan Aras ragu. "Gue Ava Angelia Putri," jawabnya lalu melepaskan tangan Aras.
Seluruh siswa tadi menjerit dikala Ava membalas uluran tangan Aras.
Oh tuhan jantung ini tak bisa dikendalikan!
"Gue cuma mau ngomong, nanti pulang sekolah lo jangan pulang dulu, gue tunggu di depan kelas lo. Gue mau ngomong bentar ..." Mengedipkan sebelah matanya. "... cabut." ajak Aras pada kedua temannya yang tengah asik bermain dengan beberapa siswi.
Aras tersenyum ke arah Ava lalu pergi dengan dua cowok temannya, di barengi dengan segerombol siswi-siswi yang mengekor di belakang ketiga cowok itu. Menyisakan Safira, Ava, Agnes, dan Ana.
"Wah, wah! Kayaknya ada yang bakal jadian, nih?" sindir Safira menyenggol lengan Ava.
"Pertanyaannya, itu tiga cowok siapa? Tiba-tiba nyamperin gue?" tanya Ava dengan pandangan ke depan.
Agnes dan Ana membulatkan matanya. "Jadi, lo nggak tahu mereka siapa? Kudet banget lo, Ava?!" teriak Agnes dan Ana bersamaan.
Ava dan Safira menutup telinganya. "Ya ... nggak tahu lah, makanya gue tanya." jawab Ava ngegas.
***
"Apa?" teriak Ava kaget. Ketika Agnes mengatakan bahwa ketiga cowok itu adalah most wanted di sekolah ini.
Saat ini mereka ada di kelas Ava, membahas tentang cowok-cowok gans tadi.
"Lo atau gue nih yang jelasin?" tanya Ana pada Agnes.
"Lo aja ah. Gue malas."
Ava, Safira, dan Agnes mulai mendengarkan penjelasan yang akan di lontarkan Ana.
"Nih yaa ... gue kasih tahu yang sedetail-detailnya kalau lo berdua sama sekali nggak tahu. Yang pertama, mereka itu ngebentuk geng yang tersebar di seluruh SMA se-Jakarta, namanya Molyvdos. Dan ketuanya itu kak Aras yang ganteng parah tadi!"
...
...
...[Aras Saputra Dewa]...
"Kedua, lo liat, 'kan, tadi yang rambutnya ikal terus manisnya kebangetan? Itu namanya kak Gilang Rayhan Utama, biasa di panggil Gilang, wakil ketua Molyvdos. Liat dia yang kalem gitu bikin cewek-cewek perawan gila tahu nggak! Apalagi kalau senyum, beuh auto diabetes!"
...
...
...[Gilang Rayhan Utama]...
"Ketiga, cowo yang playboy yang agak gesrek tadi tapi tetap ganteng, namanya kak Marzuki Syariffudin, biasa di panggil Uki. Katanya sih biar nggak terlalu kuno namanya, si penyusun strategi Molyvdos keren banget astaga!"
...
...
...[Marzuki Syariffudin]...
"Keempat, mereka bertiga itu orang yang paling tajir di sekolah ini. Bokap lo, bokap lo, bokap lo, dan bokap gue aja kalah tahu nggak!" Ana menunjuk Ava, Safira, Agnes lalu dirinya sendiri.
"Kelima, mereka itu satu kelas dari kelas dua SMP sampai sekarang kelas XII Ips 2. Dan yang terakhir berita paling bagus, mereka itu jomblo!"
"Jadi pasti ada lah kesempatan buat kita. Tapi Fir, lo nggak ada kesempatan, udah pas tiga orang soalnya," kata Ana mulai berandai-andai.
"Nggak minat sama sekali, pentingan juga makan,"
Sontak jawaban itu mendapat hadiah tonyoran dari Agnes. "Makan mulu lo, Fir."
Safira meringis. "Lagian itu kalau mereka mau sama kalian bertiga? Kalau enggak?" lanjut Safira meremehkan sambil mengusap dahinya.
"Yaa jelas mau lah, kita cantik, famous, ramah, mudah begaul pula. Nggak ada yang nggak mau sama kita," Ana menyombongkan diri, mengangkat kerah seragamnya.
Ava terkekeh pelan, sedangkan Safira dan Agnes menatap datar. Pengen gue tabok lo, An!
"Terutama lo, Ava. Kayaknya kak Aras suka sama lo pada pandangan pertama." kata Ana sangat yakin, Ava hanya mengangguk mengiyakan.
Tapi kayaknya ada yang kurang?
***
15:15
Ava membereskan barang-barangnya, hanya tinggal dirinya dan beberapa siswa lainnya di dalam kelas. Safira sudah pulang duluan tadi. Ava mengintip di luar kelas sesuai janji Aras dan teman-temannya menunggu Ava di depan pintu.
Ava keluar dengan gugup, jantungnya berdebar-debar. "Kak Aras,"
Beberapa detik mata mereka saling menatap, tapi detik berikutnya tatapan mereka beralih ke arah Agnes dan Ana yang baru datang.
"Hai," sapa mereka berdua pada Ava.
"Kenalin yang ini namanya Agnes dan yang ini namanya Ana, mereka sahabat gue," kata Ava bergantian memperkenalkan Agnes dan Ana.
Sedangkan yang diperkenalkan membalas dengan senyuman dan anggukan pelan.
"Iya, kita tahu kok," kata Aras tersenyum menatap Ava.
"Siapa yang nggak tahu kalian? Secara, kalian, 'kan, lagi di bicarain satu sekolah," sambung Uki sok keren sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
Dino keluar dari dalam kelas. "Lo bikin gue sakit hati, Va." ucap Dino dramatis. Berdiri di depan Ava sambil memegangi dadanya, lalu melenggang pergi.
Mereka semua menatap kepergian Dino bingung. Dan beberapa detik berikutnya Revan keluar dari kelas dengan wajah melasnya. "Lo bikin hati gue hancur, Va." ujar Revan lalu pergi. Mahluk sejenis Dino.
...
...
...[Revan Revalio]...
"Mereka siapa? Pacar lo?" tanya Aras to the point.
"Eeh enggak kok, biasa lah mereka suka gitu," jawab Ava cepat. Agnes dan Ana saling menatap lalu detik berikutnya tersenyum.
"Pinjam hp kalian dong," pinta Aras mewakili teman-temannya. Sedangkan Ava, Agnes, dan Ana menautkan alis nya. Bingung dan untuk apa?
"Udah siniin aja," pinta Gilang lagi.
Ketiga gadis itu langsung memberikan hp mereka kepada tiga cowok itu.
Gilang memegang hp Agnes. Aras memegang hp Ava. Dan uki memegang hp Ana. Masing-masing menambahkan nomor mereka ke hp gadis-gadis itu.
Ketiga cowok itu mengembalikan hpnya pada sang pemilik. "Nih, kita udah save nomor kita masing-masing di hp kalian. Nggak lengkap kalau cewe famous nggak punya nomor cowok famous." kata para cowo itu bersamaan, tersenyum sekilas lalu melenggang pergi.
Dasar cowok-cowok aneh.
Ava, Agnes, dan Ana menatap kepergian cowok-cowok itu. Dan detik berikutnya secara bersamaan ketiga cowok itu juga menoleh ke belakang menatap Ava, Agnes, dan Ana, tersenyum lalu mengedipkan sebelah mata. Setelah itu berbalik dan kembali berjalan seperti biasa.
Ava, Agnes, dan Ana, saling menatap dan detik berikutnya mereka tertawa bersama.
...***...
...Ditulis tanggal 06 April 2020...
...Dipublish tanggal 13 Februari 2021...
...***...
...Jangan lupa tinggalkan jejak untuk menghargai karya Author, supaya Authornya juga senang dan semangat nulisnya. Nanti kalau kalian nemu ada yang copas cerita Aku atau apa tolong banget kasih tahu Aku, ya! Tapi ngasih tahunya jangan komen, langsung aja chat Aku. Thank you and happy reading....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!