PROLOG
Yesa
Ya itu adalah namaku, aku terlahir dari keluarga miskin yang tidak harmonis. Sejak masih bayi aku sudah ditinggalkan sendiri oleh ibu ku. Dengan alasan ibu sudah tidak tahan lagi menghadapi ayah yang sering mabuk mabukan dan katanya ayah selalu memukul kepala ibu dengan botol minumannya. Dan aku tidak mengerti, selang beberapa bulan. Ayah dan ibuku di kabarkan meninggal dunia.
Sejak ayah dan ibu meninggal dunia. Aku di besarkan tanpa adanya kasih sayang dari kedua orang tua. Aku di besarkan Nenek di kampung desa halaman ku. Sekarang aku hidup seorang diri yang tinggal kostan kecil dan kumuh di tengah-tengah kota.
Dulu aku sempat bercita-cita ngin kuliah, memasuki universitas xxxx adalah harapan ku. Namun nyatanya itu hanyalah mimpi bagiku. Akhirnya aku memilih bekerja di sebuah toko. Toko kue yang besarnya sederhana, iyah gajinya juga sangat kecil, hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Itupun terkadang aku hanya makan mie instan demi menghemat uangku.
Aku adalah orang yang mandiri, ceria dan sangat mencintai kebebasan. Orang bilang, aku adalah gadis lugu dan polos sehingga aku tidak pernah tahu arti dari kata jatuh cinta. Penampilanku biasa saja, tidak ada yang istimewa. Aku orangnya cuek sekali bahkan tidak peduli dengan pendapat orang lain terhadap ku.
Arya Hendra Saputra
Ya itulah namaku, aku berasal dari keluarga kaya raya. Hidup ku sangat sempurna apapun yang aku inginkan bahkan sesulit apapun itu pasti akan ku dapatkan walau dengan cara dipaksakan.
Orang bilang aku adalah orang dingin yang tidak punya perasaan. Siapapun yang berani melawan ku. Maka dia harus siap menerima akibatnya. Hidup atau mati itu tergantung perlawanannya. Urusan cinta atau apapun namanya itu aku tidak pernah merasakannya sekalipun. Karena aku tidak mudah di dekati. Jangankan wanita, laki-laki saja tidak untuk mudah bergaul denganku.
KISAH AWAL
Malam itu saat Yesa tidak sengaja menemukan laki-laki tua terkapar di pinggir jalan raya dan tidak jauh dari mobilnya yang sudah hancur di bagian depannya. Di lihat dari kondisinya laki-laki tua itu sungguh mengenaskan. Karena tidak tega Yesa langsung bergegas menolongnya. Meraih badannya, mengangkat kepalanya lalu dia letakkan di pangkuannya.
"Tuan, apa Anda baik-baik saja?"
Laki-laki tua itu hanya diam menatap Yesa nanar. Karena wajahnya sudah di banjiri dengan darah yang bercucuran. Membuatnya tidak bisa melihat wajah Yesa dengan jelas.
"Tuan apa Anda bisa mendengar ku?"
Kondisi laki-laki tua itu semakin tidak berdaya. Akhirnya Yesa memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Bersusah payah membawa laki-laki tua itu menggunakan motornya sampai tiba di rumah sakit
Baru saja tiba di pelataran pintu rumah sakit, beberapa suster berlari menyambutnya. Gadis itu langsung meminta pertolongan para suster segera menangani pasiennya. Tanpa menunggu lama para suster menidurkan pasiennya di ranjang periksa rumah sakit. Dan langsung membawa pasiennya dengan terburu-buru ke ruangan UGD.
***
Hari sudah pagi, laki-laki tua itu sudah terlihat berbaring lemah ranjangnya di ruangan VIP.
Beberapa menit berlalu ia membuka matanya secara perlahan.
"Di mana ini ?" Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh atap langit mencari-cari jawaban. Ternyata ini rumah sakit pikirnya. Saat menoleh, ada seorang Sekretaris dan dua orang Pengawal berdiri menjaganya. Laki-laki tua itu langsung mengingat kejadian semalam. Saat kehilangan kendali setelah menyalip mobil yang menghalangi jalannya.
Seharusnya aku sudah mati. Kenapa aku ada disini. Siapa yang berani menolong ku.
Setelah melihat majikannya membuka mata seorang Sekretaris mendekat ke arahnya karena bahagia. Seolah menganggapnya orang tuanya sendiri
"Selamat pagi Tuan, saya lega akhirnya Anda sudah sadar." Laki-laki tua yang di tanyai berusaha bangkit dari tidurnya tanpa menjawab. "Mohon biarkan saya membantu Anda tuan." Dengan segera tangannya bergegas meraih punggungnya sampai duduk di ranjangnya. Merapikan bantal di sandaran, agar tubuhnya bisa bersandar dengan nyaman. Sekarang laki-laki tua itu sudah duduk bersandar sambil meluruskan kakinya.
"Tuan bagaimana dengan perasaan Anda sekarang. Apakah saya perlu panggilkan dokter? "
"Tidak perlu." Kata laki-laki tua ini dengan setengah sadar. Mungkin akibat dari banyaknya obat bius tadi malam." Berikan aku air minum."
Sekretaris langsung menyodorkan segelas air putih yang ada di atas meja di samping ranjangnya. Laki-laki tua itu meraih gelasnya, meneguk cepat air putihnya sampai kosong tak bersisa. Saat menyodorkan gelasnya Sekretaris langsung meraihnya, menaruhnya kembali di atas meja.
"Apa yang terjadi semalaman?"
" Maafkan kami Tuan, karena kami sudah lalai tidak mampu menjaga Anda sepenuh nya dengan baik tadi malam."
Reaksi Laki-laki tua itu hanya diam seperti ingin mendengar informasi yang lebih dalam Bukan hanya alasan yang mau ia dengar.
"Semalam kami sudah berusaha mencari keberadaan Anda, tidak berapa lama kami di kejutkan dengan sebuah panggilan dari pihak rumah sakit. Memberitahu saya, ada seorang anak gadis yang membawa Anda sampai masuk di ruangan UGD. Setelahnya kami bergegas kemari untuk melihat kondisi Anda Tuan."
Ternyata dia hanya seorang anak gadis yang menolong ku. Sangat menarik.
"Lalu, di mana gadis itu sekarang?"
"Kami tidak tahu Tuan, saat kami tiba disini, gadis itu sudah menghilang" Laki-laki tua itu hanya diam, memandangnya dengan tajam. Seperti mengatakan. Dasar manusia tak berguna.
"Kenapa kau hanya diam, carikan informasinya, sekarang juga. Cepat ! " Hardiknya sambil melotot
"Baik Tuan" Sekretaris dan Pengawal pribadi itu langsung membungkuk sopan lalu bergegas meninggalkan ruangan VIP. Dalam sekejap ruangan menjadi sunyi sekarang.
Laki-laki itu berbaring kembali di ranjang dan memejamkan matanya. Selang beberapa jam Sekertaris nya sudah kembali lagi sambil membawakan datanya.
Setelah mendengar semua informasi yang mereka dapatkan. Laki-laki tua itu turun dari ranjangnya, berjalan perlahan mendekat diri ke jendela kaca, matanya melihat hamparan kota siang hari. Isi kepalanya di penuhi dengan rencana.
Sampai pada akhirnya.
"Lakukan sesuai rencana ku." Suaranya terdengar dingin. Siapapun yang mendengar tengkuknya pasti merinding.
"Baik Tuan." Kata dari semuanya serentak,
Setelah mendengar jawaban laki-laki tua itu kembali berbaring di ranjang rumah sakitnya.
Bersambung ...
Cuaca pagi ini sangat cerah, ada seorang gadis sedang mengendarai motornya menuju ke sebuah toko kecil di pinggiran ibukota. Namun siapa sangka, saat di pertengahan jalan, motornya mogok karena kehabisan bensin. Mau tidak mau dia terpaksa turun dari motornya.
"Aaah. Sial! pagi-pagi begini motor ku sudah mogok, mana pom bensin masih jauh
lagi dari sini." Ketusnya sambil menderek motornya di bawah sinar matahari yang tidak bersahabat itu. Selang beberapa menit, dia kelelahan. Keringat di sekitar dahinya pun bercucuran.
Pim pim pim ... Suara klakson mobil terdengar nyaring di telinga. Gadis itu menoleh, mobil yang tadinya berbunyi sekarang sudah terparkir manis di sebelah motornya. Seolah mempertontonkan betapa mewahnya mobil miliknya. Tanpa bertele-tela kacanya terbuka perlahan, hingga akhirnya tampaklah sesosok wanita cantik berasal dari keluarga terpandang. "Feny! Mau apa lagi dia?" Gadis itu bicara dengan suara pelan. Saat melihat orang yang di dalamnya tersenyum penuh makna.
"Yesa motor butut mu mogok lagi ya?" Feny memang bertanya, tapi dengan suaranya yang berbeda. Ada ejekan nyata yang terdengar di telinga Yesa, dia bahkan menghina motor Yesa dengan sorot matanya.
"Ada urusan apa kamu berhenti di depan ku?" Ucapnya ketus "Di situasi ku seperti ini. Kamu sengaja mendekat karena mau menghina aku lagi kan?" Yesa memberi Feny sorot mata tajam. Karena wanita itu memang suka merendahkan orang seperti Yesa. Seorang gadis miskin tidak punya apa-apa walau sekedar untuk di pamerkan.
"Ciih! Apa aku hanya terlihat manusia seperti itu dimata mu." Gumam Feny pelan, sambil tangannya mengambil dua lembar tisu dalam tas, setelahnya ia membuka pintu lalu turun dari mobilnya."Ini pakailah aku rasa kamu membutuhkannya." Ia menyodorkan tisu dengan senyuman indahnya yang di buat-buat.
"Terima kasih" Yesa meraih tisunya dengan terpaksa, karena ia memang memerlukannya juga. Sementara Feny hanya menjawabnya dengan senyum lagi. Tidak berapa lama Yesa mulai menempelkan tisu di area wajahnya dengan perlahan sambil berkata. "Ada perlu apa?"
"Aku ingin menawarkan mu pekerjaan sampingan" Feny langsung bicara pada intinya tanpa basa basi
''Pekerjaan apa?" Yesa mengerutkan keningnya bingung
Melihat respon Yesa yang mudah terpancing Feny menyibakkan rambutnya. Ada aura kesombongan yang terpancar saat dia menggoyangkan wajahnya.
"Pelayan di acara pesta ulang tahun ku. Bagaimana, kamu mau kan?" Dia bahkan berbicara dengan suaranya yang kurang ajar.
"Emmh.. Begitu ya" Yesa diam sesaat menatap wajah Feny penuh makna. Pelayan. Ciih! Aku tau, dia pasti menyembunyikan siasat lain di baliknya pada ku. Yesa berpikir dengan jernih. Entah bawaan dari lahir atau apa Feny memang mempunyai sejuta cara licik demi meraih satu tujuan."Tapi maaf. Aku tidak bisa menjawab mu sekarang." Yesa melanjutkan kalimatnya dengan suara rendahnya.
"Kenapa?" Feny bertanya sambil menahan amarahnya.
"Beri aku sedikit waktu memikirkannya" Ucap Yesa lalu senyum
Feny mendesah sesaat setelah melihat senyuman dari wajah Yesa. Karena dia tahu gadis di depannya ini, tidak mungkin begitu mudah menerima tawarannya. Dan dia juga mengetahui satu hal, walau Yesa miskin tapi ia tidak mau harga dirinya di rendahkan orang lain apalagi dengan hal-hal yang sepele.
"Oke aku beri kamu waktu tiga hari. Bagaimana? Kau setuju kan?" Sepertinya si Feny tidak mau menyerah
"Baik, jika aku mau, aku pasti akan mendatangi langsung rumah mu." Yesa senyum lagi
"Ini!" Feny menyodorkan hp miliknya tiba-tiba.Yesa malah menatap bingung pada benda itu. Kikuk.
"Untuk apa?"
"Menghubungi mu." Feny menjawab cepat "Ayolah... Selama ini kau belum pernah memberi nomer hp mu pada ku kan?" Dia berusaha meyakini gadis di depannya benar-benar mau menerima tawarannya.
"Begitu ya, aku sempat berpikir kau ingin memberiku hp mu barusan. Hehe. "
Yesa meraih hp di tangan Feny, mengetik beberapa nomernya dan selesai. Akhirnya ia langsung menyodorkan kembali benda kecil itu pada pemiliknya.
"Kau tidak memberi ku nomer yang salah kan?" Sedikit curiga biasanya Yesa tidak semudah itu menuruti apa yang Feny minta. Melihat reaksi Feny yang kebingungan sendiri si Yesa malah tertawa.
"Apa gunanya aku melakukan itu, kamu tau sendiri kan? Aku tidak suka mempermainkan orang. Apalagi seorang gadis sepertimu." Ujarnya datar.
Padahalmah itu nomer hp Yesa yang sudah lama tidak aktif. Dulu dia memang sempat punya, tapi saat dirinya dilanda dengan masalah ekonomi yang berat, terpaksa dia menjual hp kesayangannya juga demi bertahan menjalani hidup. Daripada aku harus berpisah dengan motor kesayangan ku. Alangkah baiknya jika aku kehilangan hp ku saja. Begitu pikiran jernihnya dulu kala.
Feny menarik ujung bibirnya sedikit setelah mendengar jawaban yang dia mau "Baiklah, aku akan menghubungi mu nanti." Setelah bicara Feny menyimpan nomer hp Yesa dalam kontaknya. "Jangan lupa, pastikan hp mu selalu dalam keadaan aktif oke! Aku pergi dulu sekarang. Selamat tinggal."
"Emmh" Yesa mengangguk saja. Sementara Feny masuk ke dalam mobilnya.
"Jalan Pak" Perintah Feny pada supirnya setelah menutup pintu." Baik Non." Pak Supir terlihat menghidupkan mesin mobil dan melaju kembali memecah jalanan hingga menghilang di kejauhan meninggalkan Yesa.
"Dasar gadis sombong" Yesa memaki sambil melanjutkan kembali menderek motor mogoknya dengan kedua tangannya, hingga tiba di pom bensin.
Setelah bersusah payah dalam perjalanan akhirnya Yesa sampai juga di depan toko kue, tempat biasa dia bekerja setiap hari. Setelah memarkirkan motornya ia langsung masuk kedalam. Menyapa pemilik toko yang sudah duduk dengan manis di meja kerjanya.
"Selamat pagi Chi." Tersenyum
Yesa baru saja menyapa, Chi langsung menatap gadis itu dengan penuh intimidasi
"Pagi, Yesa ada masalah apa dengan mu hari ini. Kenapa kamu terlambat lagi?" Suaranya tegas, layaknya bos di saat sedang marah.
"Maaf Chi, di pertengahan jalan tiba-tiba motor ku mogok karena bensinnya habis lagi hehe." Si Yesa malah menanggapinya dengan wajah tanpa dosa.
Chi menggeleng saja karena sudah terbiasa dengan kesalahan pelayan yang sudah dia anggap putrinya sendiri itu
"Ini sudah ke berapa sekian kalinya kamu terlambat?" Chi menarik nafas dalam, toh percuma marah kalau ujung-ujungnya dia pasti mendengar alasan yang sama. Chi tidak mau ambil pusing. "Ya sudah, kalau begitu lalukan tugas mu sekarang juga, bantu Icha di dapur, dia sudah menunggumu dari tadi."
"Baik Chi, terimakasih." Setelah menampakkan senyum lebarnya, Yesa menyimpan tas dalam raknya, melangkahkan kakinya menuju dapur. Saat tiba ia melihat Icha sibuk sendiri mengaduk adonan kue dengan menggunakan mixer.
"Yesa kenapa kamu terlambat hari ini, pasti karena motormu mogok lagi iya kan." Ujar Icha sedikit kesal setelah melihatnya datang.
"Iya .." Ucap Yesa datar tanpa dosa
Icha menggeleng."Huu dasar"
Yesa hanya nyengir.
"Eh, kamu tahu tidak, tadi pagi aku mendengar berita yang menggempar kan dunia lho." Baru saja Yesa datang, Icha sudah mulai bicara basa-basi seperti biasanya.
"Berita apa?" Yesa bertanya sambil mengikat tali celemek di belakang punggungnya
"Kamu tahu kan Hendra saputra?" Tanya Icha menggebu
Yesa menggeleng tangannya meraih tepung, margarin dan beberapa butir telur. Lalu memasukan semua bahan-bahan kue kedalam satu wadah.
"Ya ampun Yesa, apakah kamu serius tidak mengenalnya?" Icha menatap Yesa dengan heran
"Ya, aku serius, memangnya siapa dia?"
"Ya ampun Yesa, dia adalah Tuan Hendra pemilik Jewelery Grop. Salah satu perusahaan yang terkenal di negara ini." Sahut Icha dengan antusiasnya.
"Oooh." Yesa menjawab asal, padahalmah dia tidak pernah melihatnya sama sekali. Bagaimana mungkin dia bisa tahu, tv saja tidak punya. Memang dasar Icha, dia selalu bicara tanpa berpikir dulu.
"Kamu tahu enggak?" Icha melanjutkan "Aku dengar dari berita kalau Tuan Hendra mengalami kecelakaan mobil tadi malam dan polisi masih menyelediki motif kasus ini "
Yesa diam mengerutkan keningnya heran dengan sahabatnya yang satu ini, bagaimana tidak heran. Terkadang Icha membawa topik pembicaraan yang sama sekali tidak ada sangkut paut dengannya
"Terus apa hubungannya dengan mu?" Yesa berusaha tertarik dengan topiknya meski sejujurnya dalam hati dia tidak perduli sama sekali.
"Tentu saja ada, coba kau pikirkan jika salah satu putranya menikah dengan ku, menurutmu nasib ku akan bagaimana?" Ujar Icha bercanda
Yesa mengerutkan kening sambil angkat bahu."Mana ku tahu, Icha apa mimpi mu tidak merasa terlalu tinggi?"
"Hehe, aku kan cuma berkhayal." Sahut Icha
sambil nyengir.
Yesa menggeleng saja
"Dasar orang yang aneh!"
Begitulah percakapan Yesa bersama sahabatnya setiap hari. Sambil melakukan pekerjaannya dari pagi hingga malam hari sebagaimana semestinya.
Setelah selesai dengan urusan pekerjaannya. Yesa sudah terlihat mengendari motornya di awal malam menuju tempat yang ia tinggali setiap hari. Baru saja tiba, dia sudah di kejutkan dengan sebuah mobil limo hitam terparkir rapih di depan kostnya.
"Mobil siapa ini?" Yesa memarkirkan motor di sebelahnya, mengedarkan pandangannya
pada mobil berwarna hitam menyilaukan itu. Panjang sekali begitu katanya dalam hati. Tiba-tiba pintu mobilnya terbuka, seorang laki-laki memakai Blazer hitam turun dari sana.
"Maaf Nona, saya sudah menggangu kedatangan Anda, perkenalan nama saya Dani Sekretaris pribadi keluarga Tuan Hendra." Entah kenapa laki-laki itu langsung memperkenalkan diri dengan sopan.
Yesa terbelalak. Huh! Tuan Hendra? Aku pernah mendengar nama itu sepertinya, tapi di mana. Begitu pikirnya. Ia bahkan tidak ingat Icha bercerita tentang Hendra tadi pagi.
"Saya sengaja datang kemari untuk menjemput anda Nona." lanjut Dani dan masih tetap berdiri di posisinya
"Nona? Menjemput ku?" Yesa tercengang, sambil menunjuk dirinya tidak percaya."Nona siapa yang Anda maksud Tuan? maaf saya tidak paham." Bingung.
"Maksud saya, mohon izinkan saya membawa Anda pergi karena Saya ingin mempertemukan Anda dengan Tuan Hendra, beliau ingin bicara langsung dengan Anda." Dani tersenyum ramah
Tuan Hendra ingin bicara denganku, siapa dia? Aku mengenalnya juga tidak
"Maaf sepertinya Anda salah orang, saya tidak kenal dengan Tuan Hendra yang Anda maksud Tuan" Yesa menolak sopan namun terselip acuh menjawab
"Saya rasa Anda sudah pernah melihatnya Nona, saya sarankan sebaiknya Anda ikut dengan saya." Suara dan tatapan dinginnya seirama seperti orang yang sedang mengancam. Tidak seperti sebelumnya yang terlihat ramah dan sopan." Saya akan mempertemukan Anda dengan Tuan Hendra, beliau sangat ingin bicara dengan Anda." Bahkan dia mengulangi kata-katanya. Membuat tengkuk Yesa bergidik ngeri mendengarnya
Ya Tuhan kenapa dia jadi mengancam ku sekarang. Jika aku tidak mau menuruti kata-katanya, apakah riwayat ku akan berakhir dengan tragis. Tidak! Aku tidak mau.
"Baiklah, saya akan segera turuti semua kemauan Anda Tuan" Dasar bodoh, bagaimana bisa aku mengeluarkan kalimat yang menyerahkan diri begitu. Aku bergidik sendiri mendengarnya.
"Terima kasih, silahkan Anda masuk Nona" Dani tersenyum seraya membuka pintu mobil, meminta gadis itu segera masuk kedalam. Dengan berat hati Yesa melangkah pelan sambil berusaha menutupi rasa takut. Dani menutup pintu mobil kembali setelah Yesa sudah duduk di kursi penumpang. Dan akhirnya Dani membawa mobil itu bergerak cepat melintasi jalanan.
Selama di perjalanan Yesa memandang ke luar kaca mobil sambil berpikir. Merasa ada kejanggalan dalam hatinya
Aneh kenapa orang ini mencari ku, ingin membawaku kemana dia, Apa aku berbuat salah? Huh, mana mungkin jangankan kenal
bertemu saja aku tidak pernah. Bodohnya aku, kenapa tidak menolaknya saja tadi. Tunggu, dia bukan menculik ku lalu membuang ku ke pinggiran jalanan sepi kan? Tidak! Ya Tuhan matilah aku
Begitu isi dari kepalanya, berkeliaran kemana-mana Yesa menelan ludah. Entah kenapa seluruh tubuhnya langsung berkeringat dingin ketakutan.
"Maaf tuan, Anda ingin membawa saya kemana? Apa yang anda inginkan
dari saya sebenarnya? Apakah anda ingin menjual saya?" Persetan Yesa bertanya-tanya karena penasaran
Sekretaris Dani terkejut menatap Yesa dari pantulan kaca spion dengan tajam. Ia heran karena ini kali pertama baginya bertemu dengan gadis polos seperti Yesa.
"Maaf Nona, saya akan membawa Anda
menuju kediaman Tuan Hendra yang terletak di Kota xxxx"
"Kediaman Tuan Hendra!" Yesa terkejut
"Benar Anda tidak perlu takut dan saya tidak
mungkin melakukan hal buruk seperti yang Anda pikirkan Nona."
Yesa tercengang, hebat juga orang ini, darimana dia tahu kalau pikiranku melayang kemana-mana begitu gumamnya dalam hati.
"Syukurlah kalau begitu" Akhirnya Yesa menarik nafas lega, sedari tadi dia lelah, energinya sudah terkuras karena memikirkan banyak hal.
Dani tersenyum
"Sebaiknya Anda minumlah, tempat di samping Anda ada beberapa minuman di dalamnya."
"Baik, terima kasih Tuan."
Tangan Yesa membuka kotak tempat penyimpanan di samping, matanya terkejut setelah melihat isinya, didalamnya terdapat beberapa air mineral kaleng botol bahkan sampai wine pun juga ada.
Gila! Kenapa ada wine disini.
Yesa meraih sebotol air mineral, membuka tutupnya lalu meneguknya perlahan. Setelahnya ia hanya diam melihat pemandangan di luar kaca. Memandang kilauan lampu dari bangunan yang menjulang tinggi di pertengahan kota malam hingga tiba di tempat tujuan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!