NovelToon NovelToon

TERPAKSA MENJADI SIMPANAN

EPS 1 : AWAL MULA

HAPPY READING 💕💕

💕💕💕💕

"PERGI DARI SINI BRENGSEKKK!!"

Syma memberontak dengan sekuat tenaga. Segala cara Syma lakukan untuk menjauh dari Roy yang ingin melakukan perbuatan bejadnya.

Syma terpaksa mengeluarkan kata kasar yang sangat tidak ingin dia katakan. Karena selama ini dia selalu bersikap lemah lembut.

PRANNGGGG.....

Hanya dengan sedikit memiringkan tubuhnya, Roy berhasil menghindari serangan Syma yang melemparkan sebuah guci padanya. Sampai akhirnya guci itu hancur menabrak dinding.

Jika saja Roy tidak menghindari lemparan guci itu, mungkin kepalanya sudah berdarah saat ini.

"Cih, jangan munafik Syma. Aku tahu kau juga menginginkanku. Bukankah suamimu seringkali mengabaikanmu?

Sekarang aku datang untukmu sayang," ucap Roy menatap Syma dengan liar. Apalagi melihat kondisi Syma yang sudah carut marut. Baju yang sudah robek sehingga memperlihatkan bahu mulusnya dan juga jilbab panjangnya yang sudah terbuka akibat perbuatan Roy sendiri.

Syma sendiri menatapnya dengan jijik sekaligus takut. Syma takut jika dia tidak bisa menjaga dirinya ketika suaminya berada jauh darinya. Syma tidak pernah dekat dengan pria manapun karena menjaga dengan baik rumah tangganya agar tetap utuh dan jauh dari fitnah.

Dan saat ini....

Dia justru dihadapkan dengan bahaya yang berasal dari teman suaminya sendiri.

"Jangan mengikuti ajakan setan, Roy. Aku ini sudah bersuami, Dan memiliki anak. Jangan melakukan perbuatan keji seperti itu.

Suamiku bahkan sudah menganggapmu sebagai saudaranya sendiri. Tapi apa yang ingin kau lakukan dibelakangnya?" ucap Syma dengan histeris. Berharap agar Roy mengerti dan mengurungkan niatnya.

Namun sayangnya pria itu seolah sedang kemasukan setan. Tidak perduli dengan semua yang Syma katakan. Dia hanya memikirkan nafsu yang ingin segera dia lampiaskan.

"Tidak perlu khawatir Syma. Revan tidak akan tahu perbuatan kita.

Lebih baik menyerah saja dan ikuti keinginan ku. Maka kau akan senang."

"Kesenangan seperti itu hanyalah sesaat. Sementara neraka sudah menunggu didepan mata.

Aku tidak akan pernah mengkhianati suamiku. Matipun aku tidak akan pernah Sudi melakukan perbuatan memalukan seperti itu!!" ucap Syma dengan nada tinggi. Sekaligus menekankan ucapannya. Menatap Roy dengan penuh kebencian.

"Kalau begitu jangan salahkan aku, jika aku akan melakukannya dengan kasar. Dasar wanita munafik!

Sok suci!"

Syma kembali berteriak melihat Roy yang kembali berhasil menariknya dan mengukung tubuhnya. Syma tidak akan menyerah, dia terus memberontak meskipun tenaganya kalah jauh dibandingkan Roy.

Tidak ada yang bisa Syma lakukan. Tubuhnya yang berada dibawah kuasa Roy akhirnya terkena sentuhan bibir pria itu. Syma memejamkan matanya dengan Isak tangis, sembari terus berdzikir dalam hatinya. Dan memohon agar Allah segera memberikan pertolongan padanya.

Dan benar saja...

Ketika Syma sudah nyaris tidak berdaya. Pertolongan segera datang.

Zea yang sedang tertidur nyenyak akhirnya terbangun dan secara tiba-tiba sudah berada dihadapan mereka. Zea menangis histeris, seolah mengerti bahwa ibunya sedang berada dalam bahaya.

Tangisan Zea yang begitu nyaring, membuat salah satu tetangga Syma mengedor pintu dengan tidak sabar. Begitu takut terjadi sesuatu pada Syma dan anaknya.

Roy yang menyadari hal itupun langsung mengumpat kesal.

"Sial. Benar-benar sial.

Gara-gara anak sialan ini, seseorang akan segera datang."

Roy yang frustasi pun bingung. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain kabur dari sana. Jika tidak, maka warga akan menghakiminya.

"Kau lolos kali ini, Syma. Tapi tidak lain kali. Aku pasti akan mendapatkanmu!" ucap Roy sebelum pergi meninggalkan rumah itu.

Syma sendiri sudah bisa bernafas lega. Dan langsung merentangkan kedua tangannya, agar putri kecilnya itu bisa memeluknya.

Syma tidak hentinya mengucapkan kalimat syukur disela isakkanya. Dan Tidak berselang lama. Seseorang telah berhasil menerobos masuk kedalam rumah itu. Melihat Syma yang carut marut serta rumah yang berantakan.

Rupanya yang datang itu adalah Mia. Teman baik yang memang kebetulan hari itu ingin berkunjung kerumah Syma. Tidak disangka dia harus menyaksikan kejadian ini.

Mia datang tepat pada waktunya. Jika terlambat sedikit saja, maka Roy pasti akan berhasil dengan rencananya.

"Syma apa yang terjadi? Kenapa semuanya berantakan?" tanya Mia dengan wajah khawatirnya. Apalagi melihat Zea yang menangis histeris, menyiratkan sebuah ketakutan.

"Mia...

Terimakasih sudah datang. Roy... pria itu, dia...." Syma bahkan tidak sanggup meneruskan ucapannya. Dia bahkan jijik ketika menyebutkan nama pria itu. Tenggorokannya seakan tercekat oleh sebuah kerikil. Namun tentu saja Mia tidak sabar menunggu jawabannya.

"Katakan padaku, apa yang terjadi Syma? Jangan takut. Dan jangan membuatku khawatir," ucap Mia dengan tidak sabar.

"Pria itu ingin melecehkanku.

Sejak awal aku sudah menduganya, bahwa dia bukanlah teman yang baik, untuk suamiku. Dia bersikap baik selama ini, hanya untuk membuat suamiku tidak mencurigainya.

Apa yang harus aku lakukan Mia? bagaimana jika pria itu datang lagi?

Aku sangat takut.

Apalagi melihatnya menodongkan senjata tajamnya padaku. Ze juga pasti sangat ketakutan," ucap Syma tergugu.

"Astaga... Syma. Tenangkan dirimu." Mia langsung memeluk Syma dan juga Zea. Berusaha agar mereka bisa lebih tenang.

"Bagaimana aku bisa tenang, Mia. Mas Revan masih diluar kota.

Aku takut Roy akan mengulanginya lagi. Dan bagaimana jika dia juga akan menyakiti anakku?

Aku tidak bisa diam saja."

"Kau benar Syma. Kita tidak bisa diam saja. Roy harus diberi pelajaran.

Kalau begitu lebih baik kau hubungi Mas Revan. Suruh dia untuk segera pulang. Aku yakin dia akan segera pulang jika tahu kalian terancam bahaya seperti ini," ucap Mia menyarankan.

Syma mengangguk setuju. Meskipun hal itu beresiko Revan akan memarahinya, karena telah mengganggu pekerjaan nya. Namun Syma terpaksa harus melakukan itu agar mereka aman. Revan pasti akan melakukan sesuatu untuk memberi pelajaran pada Roy, pikirnya.

Setelah memperbaiki dirinya, dan memasang kembali jilbabnya. Syma bergegas menelpon Revan. Sementara Mia mengasuh Zea yang baru berumur dua tahun.

*****

"Ini... minumlah dulu," ucap Mia menyodorkan segelas air pada Syma.

"Terimakasih."

Syma langsung menengguk minuman itu sampai tandas. Namun raut wajahnya masih saja terlihat murung.

"Ada apa Syma? apa Revan akan segera kembali?"

Syma mengangguk lesu. "Ya. Tapi dari nadanya bicara, aku rasa dia marah besar. Mas Revan begitu kesal sampai dia mematikan ponselnya dengan kasar. Tapi sebelum itu dia bilang dia akan segera kembali."

Mendengar hal itu, Mia langsung menepuk pelan punggung Syma. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.

Aku rasa mas Revan hanya marah pada Roy. Bukan padamu," ucap Mia begitu lembut. Syma hanya menipiskan bibirnya.

Meski begitu, Syma sangat bersyukur dengan kehadiran Mia yang selalu ada untuknya. Peran Mia begitu penting baginya yang tidak memiliki siapapun untuk berkeluh kesah.

Bahkan keluarga suaminya pun tidak memiliki hubungan cukup baik dengannya. Jangankan meminta bantuan. Bahkan kehadiaran Syma disana hanyalah dijadikan bahan ejekan oleh keluarga suaminya.

Sedangkan Ibu kandungnya sendiri telah meninggal saat melahirkannya.

Syma tidak punya siapapun, selain suaminya dan Mia.

"Kau benar, Mia. Semoga saja mas Revan hanya marah pada Roy," lirihnya.

To be continue....

AFF REAL 🔥

EPS 2 : TALAK

"MEMALUKAN!

Katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya Syma? kenapa Roy bisa masuk kedalam rumah sementara aku berada diluar kota? apa yang kau lakukan sehingga dia berani menyentuhmu?" tanya Revan dengan tajam. Matanya memerah menahan amarah yang sudah siap dia ledakkan. Perasaan malu dan juga sakit hati bercampur aduk menjadi satu.

Sementara Syma hanya bisa terisak mendengar Revan yang kerap kali membentaknya. Syma pikir kedatangan suaminya akan membuat hatinya merasa tenang dan aman. Tapi ternyata dia salah besar.

Revan justru mengamuk dan melampiaskan amarah padanya. Tanpa ada rasa belas kasihan melihat istrinya yang nyaris dilecehkan. Revan malah menuduhkan hal yang tidak pernah Syma lakukan sebelumnya.

Begitu sakit yang Syma rasakan. Hatinya bagaikan ditoreh ribuan pisau yang tajam.

"Kenapa kau berpikir begitu, mas? kau tahu sendiri bagaimana aku.

Aku tidak pernah sekalipun membiarkan pria manapun masuk kedalam rumah, disaat mas pergi. Pri itu.... dia...."

"Lalu bagaimana Roy bisa masuk? Katakan padaku Syma?

Apa ini semua memang rencana kalian yang telah berselingkuh dibelakangku!" tuduhnya dengan nada yang tidak kalah tinggi.

Syma terdiam seribu bahasa. Air mata terus mengalir tanpa bisa dicegah. Segalanya telah Syma jelaskan. Namun Revan tidak mendengarnya sedikitpun. Tentu hal itu membuat Syma semakin terpuruk. Tubuhnya terasa lemas.

"Demi Allah, mas.

Jangankan untuk selingkuh. Bahkan niatnya saja tidak pernah terpikirkan olehku.

Percayalah padaku," lirih Syma yang sudah berlutut karena seluruh tubuhnya terasa lemas. Syma begitu hancur setiap kali mendengar tuduhan yang dilontarkan oleh suaminya itu.

"Bagaimana aku bisa percaya, Syma. Ini memalukan.

Aku sangat malu ketika bertatap muka dengan tetangga-tetangga kita. Apa yang akan mereka katakan tentangku nanti.

Sementara pria itu belum juga bisa ditemukan. Aku benar-benar malu tidak bisa berbuat apapun seperti ini."

BRAKKKKKK

Karena begitu kesal. Revan meninju tembok sehingga menghasilkan suara yang cukup keras. Membuat Syma dan juga putri kecil mereka kaget.

"HENTIKAN.

jangan menyakiti dirimu sendiri, mas." Syma menarik tangan Revan agar pria itu berhenti menyakiti dirinya sendiri. Namun tangan Syma langsung dihempaskan dengan kasar oleh Revan.

"Menyakiti?

Kaulah yang menimbulkan rasa sakit ini lebih dulu Syma. Luka ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perlakuanmu padaku."

"Aku harus bagaimana agar kau percaya padaku, mas? katakan padaku?" ucap Syma nyaris mengerang karena begitu kesal dan sakit.

"Hanya ada satu cara.

Cerai." ucap Revan dengan dingin.

Bagaikan tersambar petir dan juga hantaman duri yang bertubi-tubi. Tubuh Syma bergetar mendengar kalimat itu. Namun Syma masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Revan tidak mungkin dengan tega menceraikannya.

"Apa yang kau katakan, Mas. Jangan main-main dengan kalimat itu."

"Aku tidak main-main Syma.

Aku akan menceraikanmu. Tidak ada hal apapun yang bisa mempertahankan rumah tangga kita. Kau telah membuatnya hancur. Kau menghancurkan segalanya."

Syma hanya terdiam. Lidahnya terasa keluh untuk menyela kali ini. Meski Syma belum siap menerimanya. Namun dia juga tidak memiliki daya untuk menolak. Revan telah memberikan talak padanya. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan akan keluar dari mulut suami yang begitu dicintainya.

Rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Kini hancur hanya dalam sekejap mata.

Hanya senyuman ironi yang terukir diwajahnya. Dalam hatinya terus beristighfar semoga Allah memberikan jalan yang terbaik untuk mereka. Syma memejamkan sejenak matanya mencoba untuk ikhlas ketika sang suami tidak lagi menginginkannya.

"Bunda."

Suara Zea membuat mereka mengalihkan perhatian pada anak kecil yang berlari mendekati Syma.

Syma berlutut mensejajarkan tubuhnya pada Zea si putri kecil kesayangannya. "Ze sayang. Ayo bantu Bunda kemasi barang-barang. Kita akan segera pergi dari sini," ucap Syma menyelipkan anak rambut Zea yang menutupi matanya.

Anak kecil itupun menatapnya bingung. "Tapi kita mau kemana? Apa Bunda akan mengajak Ze jalan-jalan?" tanya Ze dengan wajah lugunya.

Syma menampilkan sedikit senyuman terpaksanya. Dan mengangguk pelan. "Ya."

"Horee.....

Apa Ayah juga ikut?"

Kali ini Syma menggeleng. "Tidak sayang. Ayah tidak bisa ikut. Ze kan tahu sendiri Ayah baru pulang dan dia pasti lelah."

Ze yang masih kecil pun mengangguk setuju. Namun suara Revan tiba-tiba menghentikan mereka.

"Apa maksudmu ingin membawa Zea pergi dariku? Ze tidak akan kemana-mana. Dia akan tetap disini bersamaku.

Wanita sepertimu tidak akan bisa mendidik anakku dengan benar.

Seharusnya sejak awal aku mendengarkan nasihat ibuku. Bahwa tidak seharusnya aku menikahi wanita yang lahir tanpa seorang ayah," ucap Revan dengan tajamnya. Menusuk tepat dijantung Syma.

"Apa itu kesalahanku juga? Apa kau pikir aku senang dengan kenyataan bahwa aku tidak memiliki seorang ayah?

Aku tidak akan membiarkan Zea jauh dariku. Dia anakku. Aku yang melahirkannya. Kau bahkan selalu sibuk dengan pekerjaanmu, bagaimana bisa kau menjaganya?"

"Aku akan berusaha menjaganya. Jika perlu, aku akan mencari penggantimu secepatnya. Untuk menjaga dan menyayangi anakku."

Syma kembali dibuat terbelalak oleh pernyataan Revan. Seakan tidak cukup puas telah menyakiti Syma sedari tadi. Kini dia menghantamkan kembali batu besar yang seakan mengenai kepala Syma.

"Tidak akan ada yang mau menyayangi anakku melebihi aku. Tidak akan pernah ada Revan.

Berhenti memikirkan egomu yang hanya akan menjadikan Zea sebagai korban. Aku tidak percaya jika Zea akan aman bersama wanita lain!"

"Lalu apa kau pikir Zea akan aman jika bersamamu?" ucap Revan dengan sinis dan menyela secara terang-terangan. "Aku tidak ingin anakku menjadi tidak bermoral jika berada ditangan wanita sepertimu," sambungnya lagi.

"Tidak.

Kau boleh menghinaku semaumu. Aku juga sudah ikhlas ketika kau menceraikanku.

Tapi biarkan aku membawa Zea bersamaku. Dia adalah duniaku. Bagaimana bisa aku bertahan hidup jauh dari anakku. Aku tidak akan pernah sanggup, kumohon jangan pisahkan aku dari anakku," ucap Syma yang memohon dengan merengkuh kaki Revan. Namun dengan kasarnya Revan melepaskan kakinya dari cengkraman Syma. Seakan jijik ketika wanita itu menyentuhnya.

"Tidak.

Sekarang pergilah dari sini, Syma. Aku benar-benar muak melihatmu.

jangan pernah memperlihatkan wajahmu kembali dihadapanku. Dan untuk surat cerai kita. Akan aku urus secepatnya."

Tanpa rasa iba, Revan mengusir Syma dari rumahnya. Meski Syma telah berlutut dan memohon untuk membiarkan Zea pergi bersamanya. Namun Revan tetap tidak mengizinkan hal itu.

Revan bahkan tidak memperdulikan tangisan histeris dari Zea yang ingin ikut dengan Syma.

"PERGILAH DARI SINI SYMA!! DAN JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI," usir Revan sembari menutup pintu dengan kasar. Membiarkan Syma sendirian berada diluar rumahnya tanpa membawa apapun.

****

To be continue......

EPS 3 TERPURUK

Tidak ada yang bisa Syma lakukan untuk mengambil kembali Zea dari Revan. Ingin menuntut sekalipun akan sangat percuma. Revan pasti akan membayar pengacara untuk memenangkan hak asuhnya.

Sementara Syma.

Dia tidak punya banyak uang untuk melakukan hal itu.

Namun Syma juga tidak akan bisa tenang jika jauh dari putri kecilnya itu.

Yang hanya bisa Syma lakukan hanyalah menangisi nasibnya yang begitu menyedihkan. Syma begitu terpuruk, bahkan kehilangan sosok suami yang begitu dicintainya saja sudah membuatnya cukup kalut, apalagi kehilangan anak satu-satunya.

Karena tidak tahu harus kemana dia melangkah, Syma akhirnya memutuskan untuk menemui Mia dirumahnya.

"Syma?

Apa yang kau lakukan disini? Ya Tuhan, apa yang terjadi padamu," ucap Mia yang melihat Syma sudah berada didepan rumahnya. Namun tidak mengetuk pintu sama sekali. Bahkan tanpa bertanyapun, Mia sudah mengetahuinya dari penampilan Syma yang sangat kusut dan berantakan. Wajah sembabnya karena terlalu lama menangis. Mata yang masih memerah, serta lingkar hitam disekitar matanya. Mia yakin, Syma pasti menghadapi hari yang begitu berat.

Bukannya menjawab, Syma malah semakin menangis. Dan hal itu membuat Mia semakin khawatir.

"Ayo masuklah dulu." Mia menuntun Syma memasuki rumahnya. Lalu berjalan kearah dapur untuk mengambilkan segelas air untuk Syma.

"Apa yang Revan lakukan padamu?" tanya Mia sembari memberikan gelas yang berisi air itu.

Syma pun mengambilnya dan menenggaknya sampai tandas.

"Dia menceraikanku," ucapnya pahit.

Mia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Merasa terkejut sekaligus tidak percaya. Bagaimana bisa Revan dengan tega melakukan hal itu.

"Tapi kenapa?"

"Aku tidak tahu apa yang ada didalam pikirannya, Mia. Dia menuduhku.

Dia bilang aku sengaja selingkuh dengan Roy dibelakangnya. Dan semua yang terjadi hanyalah sandiwara," ucap Syma menumpahkan segalanya.

Sementara Mia masih terdiam. Mencoba mencerna setiap ucapan Syma. Masih begitu sulit untuk dia pahami.

"Sebenarnya aku sudah ikhlas jika mas Revan menceraikanku. Aku akan baik-baik saja tanpanya meski begitu sulit. Tapi...

Bagaimana aku bisa bertahan tanpa Zea, putri kecilku. Aku tidak bisa jauh darinya Mia. Apa yang harus aku lakukan?

Bagaimana jika Zea menangis saat ini, siapa yang bisa menenangkannya selain aku.

Bagaimana jika Zea sakit? bagaimana jika Zea merasa bosan dan kesepian. Aku benar-benar hancur Mia. Seluruh dunia seakan menimpa kepalaku. Rasanya sakit sekali," lirihnya yang nampak memilukan. Tangisannya kembali pecah. Dan Mia langsung memeluk Syma untuk menenangkan pikirannya.

"Tenanglah Syma.

Aku yakin Zea pasti baik-baik saja. Revan pasti bisa merawatnya."

"Tidak.

Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, Mia? Kau tahu sendiri Revan selalu sibuk bekerja. Bagaimana bisa dia punya waktu untuk Zea. Dia pasti akan mencari pengasuh untuk Zea, dan aku tidak bisa percayakan Zea pada siapapun. Hanya aku, Hanya aku yang mampu menyayangi Zea," ucap Syma histeris.

Mia kembali terdiam. Meski Mia belum berumah tangga dan memiliki seorang anak, Namun Mia bisa merasakan bagaimana hancurnya hati seorang ibu ketika dijauhkan dari anaknya.

"Aku harus melakukan sesuatu," ucap Syma sembari berdiri.

"Apa yang ingin kau lakukan, Syma? aku harap kau tidak melakukan tindakan bodoh."

"Aku harus merebut kembali Zea dari mas Revan. Aku akan mencari uang yang banyak dan menyewa pengacara handal untuk membantuku.

Ya.

Hanya itu satu-satunya cara. Aku tidak bisa berdiam diri saja dan meratapi nasibku.

Aku harus bertindak."

"Kerja?

Kau hanya lulusan SMA, pekerjaan seperti apa yang membuatmu akan menghasilkan uang banyak hanya dengan mengandalkan ijazah itu."

"Sudah kukatakan aku akan melakukan apa saja, Mia.

Apa saja.

Asal anakku kembali padaku. Jika perlu, aku akan menghabiskan waktuku dua puluh empat jam, hanya untuk bekerja," ucap Syma dengan bersungguh-sungguh. Tidak ada keraguan sedikitpun didalam dirinya.

Hanya tekad yang kuatlah yang akan membuatnya bangkit dari keterpurukan. Meratapi kesedihannya tanpa bertindak sedikitpun hanyalah sebuah kesia-siaan. Syma tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Dia segera bangkit dan pergi menuju panti asuhan, dimana tempatnya dulu tinggal.

"Syma.

Berhati-hatilah,"

"Tenang saja Mia. Aku bisa menjaga diriku kali ini."

******

"Jidah," Panggil Syma terhadap seorang wanita yang sudah begitu tua, yang telah merawatnya sejak kecil.

Wanita tua itupun menoleh. Diusianya yang sudah begitu tua, mungkin dia tidak begitu mudah mengingat hal apapun. Namun ketika matanya menatap sosok yang ada dihadapannya. Wanita tua itupun langsung mengenali dengan keyakinan dan nalurinya sebagai pengganti orang tua Syma sejak kecil.

"Syma?"

"Iya Jidah. Ini aku, Syma."

"Apa kau bertengkar dengan suamimu?" sebuah pertanyaan yang langsung tepat pada sasarannya. Melihat hanya dari penampilan serta raut wajah Syma.

("Apa aku semenyedihkan itu?") batin Syma.

Sebelum Syma menjawab pertanyaannya. Wanita tua yang bernama Alma itupun langsung menuntun Syma untuk masuk.

"Jidah, apa Jidah masih menyimpan semua berkas-berkasku? aku membutuhkannya saat ini. Untuk melamar pekerjaan," ucap Syma lembut. Sorot matanya yang memperlihatkan kepedihan itu tidak bisa luput dari pandangan Alma.

"Tentu nak. Aku masih menyimpannya dengan baik.

Tapi... apa bisa kau jelaskan padaku apa yang terjadi? Kenapa kau begitu murung?"

"Hanya pertengkaran kecil, Jidah tidak perlu khawatir. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Syma dengan senyuman terpaksa. Bukannya dia tidak ingin membagi masalahnya. Namun karena Syma sadar bahwa Alma sudah begitu tua. Tidak seharusnya Syma menambahkan beban pikiran yang akan membuat Alma stres. Ditambah lagi penyakit darah tinggi yang dia derita, bisa-bisa wanita tua yang hanya dimiliki Syma satu-satunya itu juga akan pergi meninggalkannya. Tentu Syma tidak ingin hal itu sampai terjadi.

"Lalu kenapa kau ingin bekerja? apa ekonomi kalian saat ini sedang sulit?"

"Ya. Sedikit sulit... tapi Jidah tidak perlu khawatir. Kami pasti bisa melewatinya."

"Baiklah nak. Kau harus selalu mengingat nasihat Jidah. Siapa tahu umur Jidah tidaklah lama lagi.

Jangan pernah membantah suamimu. Meski dia sedang kesusahan dalam mencari materi, jangan pernah tinggalkan dia. Tetap hormati dan layani dia dengan baik.

Bukankah Jidah pernah bercerita bahwa para bidadari di surga akan marah, jika melihat seorang suami disakiti oleh istrinya. Maka dari itu jangan pernah menyakiti suamimu."

Syma terdiam. Semua yang dikatakan Alma sangatlah bertolak belakang. Seharusnya Revan lah yang diceramahi oleh Alma.

"Tapi Jidah, kenapa menurutku hal itu tidak adil.

Jika seorang istri dimarahi bidadari surga ketika menyakiti suaminya, Lalu bagaimana dengan seorang suami yang tega menyakiti istrinya? siapa yang akan memarahinya? adakah disurga bidadara yang akan memarahi seorang suami?

Dan lagi...

Bagaimana nasib seorang istri yang berharap akan pergi bersama ke Jannah dengan suaminya jika disana sudah banyak para bidadari surga yang menunggunya. Bagaimana dengan nasib kami para istri, membayangkannya saja sudah membuat kami cemburu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!