"Hasaannnn, kenapa kamu harus membawa wanita kampung ini kesini". teriak ibu mertua ku,setelah aku dan mas Hasan baru saja masuk kedalam rumah.
"Kenapaa sih mah? anita Ini istri Hasan, lagian haasan sangat mencintai nya, apa itu salah?" ucap mas Hasan sinis kapada ibunya.
"Cinta apa yang kamu bilang, lihat wanita kampungan ini kau sebut cinta, iyuuuu pakean apa ini kuno sekali, lihat wajah nya ih tidak ada cantik-cantiknya, perempuan miskin ini sama sekali tidak pantas menjadi istrimu nak". ucap ibu mertua seakan jijik menatap ku, aku hanya menundukkan kepalaku, ada desiran aneh dari hatiku antara sakit dan benci, mataku sudah berkaca kaca menahan rasa sakit yang ada di hati di saat mendengar penghinaan yang di lontar kan mertuaku.
"terserah mamah saja mau berkata apapun, yang jelas hasan sangat mencintai istri Hasan bahkan selamanya akan selalu mencintai nya, kalo pun mamah gak suka pada keputusan hasan silahkan saja tinggalkan rumah ini, karena ini rumah hasan dan anita". ucap mas hasan yang mukanya sudah merah padam menahan amarah, aku terkejut dengan apa yang suamiku ucapkan yang jelas ini pertama kalinya aku melihat mas hasan semarah ini kepadada orang lain apalagi pada mama kandungnya sendiri, bahkan adiknya pun yang sedari tadi terus mengejek ku pun langsung terdiam, apa lagi mamahnya!!.
"Kamu berani mengusir mamah hanya demi wanita yang menjijikan ini". ucap mertua ku yang ikut emosi, dia berjalan ke arahku dan menjambak rambutku dengan sangat kencang.
"Awwww awwww, ampun mah sakit hiks hiks,mas tolongin nita mas ini rasanya sakit sekali". rintihku menahan sakit air mataku mengalir begitu saja.
"Dasar kamu wanita jalang, gara gara kamu anakku sudah berani melawanku bahkan dia juga berani mengusirku ibu kandungnya sendiri, apa yang sudah kau lakukan padanya hah?apa kau sudah mengguna-gunai anakku, hingga ia berubah seperti ini!!". teriak mertuaku yang masih menarik rambutku bahkan jambakkannya semakin kencang saja,aku hanya bisa meringis menahan sakit,tak mungkin aku melawan orang yang lebih tua dariku, apa lagi ini mertuaku?sudah lah akan gagal total mendapat gelar menjadi menantu idaman, sedangkan mas hasan ia hanya mengepalkan tangannya, aku tahu saat ini dia sangat marah terlihat wajahnya yang berubah, tapi aku juga tahu dia sedangnmengontrol emosinya.
"Masssss tolong nita mas". ucap ku yang masih meringis menahan sakit. Sudah seperti kerasukan mertua dan adik iparku malah tertawa kegirangan. "bundaa". batinku memanggil bundaku yang selalu membelaku kapanpun dan dimana pun, tapi sayang bundaku bukan lah ibu peri yang bisa muncul secara tiba-tiba, mau berapa kali pun aku memanggilnya bunda tidak akan pernah ada kecuali aku sudah memintanya untuk pulang.
"CUKUP MAH CUKUP!!! LEPASIN TANGAN MAMAH,APA MAMAH TIDAK MELIHAT KALO ISTRIKU KE SAKITAN". bentak suamiku secara tiba-tiba, mas Hasan sudah berusaha melepaskan tangan mamahmya dari rambutku, aku semakin terisak saja menahan rasa sakit karena rambutku yang sudah di tarik sana tarik sini bahkan kepalaku sudah merasakan pusing sekaligus nyeri, mertuaku yang sudah seperti kesetanan itu tidak kunjung melepaskan rambutku, mas hasan sepertinya menyerah untuk melepaskan tangan mamahnya dari rambutku, ia malah berjalan kehadapan ku.
"anita dengerin ucapan ku, kamu injak kaki mamah, cepat". perintah mas Hasan padaku, aku sudah menganga tak percaya bagaimana bisa seorang anak menyuruh orang lain untuk menyakiti ibunya sendiri, apa dia sudah lupa siapa aku sebenarnya.
"Nita tunggu apa lagi cepat injak kaki mamah ku sekarang juga, apa kau menunggu kepalamu lepas baru kau akan bertindak". ucap kembali mas hasan dengan sedikit meninggikan suaranya, mau tak mau aku mengangguk walaupun merasa ragu, sudahlah lupakan dulu gelar mantu idaman, yang jelas selamatkan dulu kepalamu sebelum putus, sebenarnya aku sangat tidak mau melakukan ini semua selain hilangnya gelar mantu idaman aku pun takut akan melukainya, tapi apa daya kepalaku sekarang sangat kesakitan, mertuaku dan adik iparku ini semakin menjadi jadi saja, dengan keberanian yang baru aku kumpulkan langsung saja aku menginjak dengan kerasa kaki ibu mertua dan adik ipraku, tak sia-sia aku melakukan itu semua rambutku sudah bisa lepas dari genggaman tangan wanita bejat itu, tak ku perdulikan iibu dan anak yang sedang meringis kesakitan, bahkan mukanya sudah merah padam menahan amarah, langsung saja aku bersembunyi di tubuh kekarnya mas hasan.
"Berani sekali kamu menginjak kaki ku jalang dan kamu juga Hasan, anak macam apa kamu berani menyuruh si jalang untuk menginjak kaki ku,aku ini ibumu ibu yang sudah melahirkan mu dan membesarkan mu sampai segede ini, mana rasa hormat mu kepada ku, apa ini balasannya setelah aku melahirkan dan merawat mu, dasar kamu anak durhaka"teriak mertuaku yang sudah di penuhi emosi.
"TERUS AKU HARUS APA MAH, APA AKU HARUS DIAM SAJA KETIKA MELIHAT ISTRI KU DI SAKITI OLEH ORANG LAIN APALAGI OLEH MAMAHKU SENDIRI, MAU BAGAIMANA PUN ANITA INI MENANTU MAMAH SEHARUSNYA MAMAH BISA MENGAKUI DIA SEBAGAI ISTRI HASAN,SEMENJAK HASAN MENIKAH MAMAH TIDAK PERNAH SEKALIPUN MENGANGGAP ANITA SEBAGAI MENANTU MAMAH, SEHARUSNYA MAMAH MENYAYANGINYA BUKAN MALAH MENYIKSANYA, SEKARANG DIA LAGI HAMIL MAH, DI DALAM PERUT NYA ADA ANAK HASAN YANG SEDANG TUMBUH DIA CUCU MAMAH. "bentak mas Hasan". HASAN TAHU KALO MAMAH IBU KANDUNG HASAN IBU YANG SUDAH MELAHIRKAN HASAN BAHKAN MERAWAT HASAN SAMPAI SEPERTI INI,HASAN AKAN INGAT ITU SAMPAI KAPAN PUN,TAPI HASAN JUGA SEKARANG MEMPUNYA ISTRI YANG HARUS HASAN JAGA DAN LINDUNGI". teriak mas Hasan kembali.
" Sekarang kalo mamah mau tinggal di rumah ini,maka bersikap sopan lah kepada sang pemilik rumah, ini bukan rumah mamah yang bisa seenaknya menindas orang lain". ucap kembali mas Hasan, mertuaku langsung terdiam membisu dan tak berani menjawab ucapan mas hasan,apa dia sudah sadar? semoga saja, tapi melihat tatapan tajamnya yang mengarah kepada ku membuatku menepis pikiran positif ku tadi, sudah terlihat dari matanya kalo dia sangat marah padaku seperti ingin memakanku hidup-hidup, aku hanya menunduk dan memegang erat tangan kekar suamiku.
Mas Hasan langsung menoleh padaku dan mengusap sisa-sisa air mata yang tadi sempat menetes ". kamu tidak apa apa kan sayang?maafpin mamahnya mas ya". ucap mas Hasan pelan dia mengecup lembut keningku seakan tidak tahu malu kalo ibu dan adiknya melihat apa yang sudah dia lakukan, aku hanya mengangguk saja dan tersenyum. mas Hasan membawaku ke pergi ke atas untuk istirahat, kebetulan sekarang aku sedang hamil 4 bulan, jadi dokter menyarankan untuk ku supaya tidak stres karena kondisi kandunganku ini sangat lemah.
Sedangkan mertuaku hanya menatap sinis padaku begitu pun dengan adik iparku Yesi. terlihat Yesi yang sedang membisikan sesuatu pada mertuaku, ntah apa yang sedang di bicarakan hanya mereka lah yang tahu.
Keesokan harinya aku dan mas Hasan sudah terbangun untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim mengerjakan shalat subuh.
setelah selesai solat aku membereskan kamar terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas yang lainnya,sengaja aku mengurus rumah hanya sendiri tidak menggunakan asisten rumah tangga,bukanya tidak manpu untuk menggaji tapi aku ingin saja merasakan sensasi nya menjadi istri sungguhan,melayani suami tanpa bantuan orang lain.
jujur saja aku sangat beruntung sekali mendapatkan suami yang sangat mencintaiku dengan tulus, jadi jika di suatu saat ada yang menghinaku,memakiku dan membullyku seperti kejadian kemarin ada mas hasan yang selalu ada untuk membelaku.
dulu saat kami menikah keluarga dari pihak suamiku tidak ada yang merestui kecuali ayah heri,alasanya hanya karena aku terlahir dari keluarga rendahan alias miskin,terus rupaku yang tidak cantik lah,wanita cupu lah,dan banyak sekali alasan.
padahal kalo aku mau merias wajahku aku pasti akan terlihat cantik kok malahan cantik banget wkwkwk,orang tua ku adalah orang terkaya nomor 1 di beberapa kota, Alhamdulillah allah memberi rezeki lebih pada keluarga kami,aku merubah penampilan ku hanya karena masalalu yang selalu membuatku sakit hati,sehingga penampilan ini yang membuatku nyaman untuk sementara waktu,keluargaku untuk sementara ini tinggal di luar negeri karena pekerjaan.
sebelum menikah aku di Indonesia hanya tinggal sendirian di rumah utama bersama pelayan-pelayan kepercayaan ku, dulu di saat mas Hasan dan ayah mertuaku mau melamar ku,aku mengajak mereka ke rumah bude dan padeku di rumah yang sangat sederhana,ku kenalkan bude dan padeku sebagai waliku tentu saja itu atas restu dari orang tua kandungku,aku hanya ingin menguji ketulusan mas Hasan apa mereka mencintaiku dengan tulus atau akan sama seperti mantan mantan kaparatku dulu mencintai karena harta,dannn ternyata mas hasan berbeda dari yang lain.
"sayang kalo sudah selesai ayo kita turun untuk sarapan"ajak mas hasan padaku,aku hanya menggaguk dan tersenyum.
Aku dan mas hasan turun menuju meja makan,tak lama mertuaku dan Yesi pun ikut turun mengahampiri kami,aku hanya diam dan menunduk saja,bukan aku takut dengan siksaan yang akan di berikan mertuaku tapi aku hanya akan takut hilang kendali kalo harus melawan mereka,buktinya kemarin aku menginjak kaki nya saja mereka sampai teriak histeris dan lihat hasilnya berjalan pun langsung pincang.
"dimana ini makanannya?"tanya mama menatapku dan mas hasan sinis.
"Belum ada,sebaiknya kamu sekarang masak Yes,buatkan kami sarapan"pinta mas Hasan pada adiknya, mendengar itu yesi langsung menganga.
"Ta tapi kenapa bukan si jalang aja yang masak"ucap Yesi menatapku,mas Hasan langsung menatap Yesi dengan tajam.
"Kalo bicara yang sopan yes,dia itu Kaka iparmu istri ku, namanya Anita jadi panggil dia mbak Nita bukan jalang"tegas mas Hasan,ku usap-usap tangan mas hasan berusaha untuk menenangkannya,kalo di tanya tersinggung atau tidak jelas saja iya aku sangat tersinggung.
"Mmmm ya maaf "ucap Yesi ketus dia langsung menghentakan kakinya menuju dapur,kulirik mertuaku yang sedang menatapku tajam, ntah apa yang ada di pikirannya itu aku tidak tahu dan tidak peduli.
setelah beberapa menit yesi datang membawa makanan yang baru ia pasak,masakannya cukup enak wajar saja keluarga suamiku semuanya bisa masak karena ayah mertuaku yang selalu mengajarkan anak anaknya belajar masak.
tuba tiba terdengar suara ponsel yang berdering ternyata itu milik suamiku,aku hanya memperhatikan mas hasan saat mengobrol ntah dengan siapa, setelah mematikan telepon nya mas hasan langsung menatapku.
"Sayang mas pergi ke kantor dulu ya,ada Masalah di sana bos rangga menyuruhku untuk segera datang sekarang juga"ucap mas hasan pamit,aku hanya mengangguk saja,tak lupa juga mas hasan mengecup keningku.
"Aku antar ke depan ya mas"tawarku
"Tidak usah lanjut kan saja makanya,kasian Dede bayi pasti dia lapar iyakan"ucap mas Hasan mengelus perutku yang sedikit membuncit,aku hanya tersenyum senang, alangkah bahagianya kalo anak ini sudah lahir maka kami akan menjadi keluarga kecil yang sempurna dan bahagia.
"Kalo ada apa apa telepon mas ya, assalamualaikum"pamit mas hasan,aku memandang kepergiannya di meja makan, di saat aku mau melanjutkan makan tiba tiba piring ku di tarik dan langsung di lempar oleh mertuaku ke sembarang arah.
Praaanng
"Berani beraninya kamu mengahasut anak saya,untuk membenciku dasar wanita jalang,wanita miskin,wanita jelek,kau pikir kamu siapa hahhhh"maki mertua ku,sambil memegang rahang ku dengan keras ,aku hanya meringis.
"Ampun mah,Nita gak pernah menghasut mas Hasan untuk membenci mamah atau siapapun"ucap ku masih menahan sakit,Yesi langsung berjalan kehadapan ku dan menjambak rambutku
*Gara gara kau aku di marahi oleh Kaka ku sendiri,bahkan ka Hasan tega menyuruhku memasak untuk mu,memangnya aku pembantu mu,hahhhh*teriak Yesi dan mendorong ke palaku hingga terkena benturan keras, aku hanya bisa meringis tak mau melawan bukan karena tak ada alasan,jangankan untuk melawan tenagaku saja seperti hilang mendadak. Mertuaku dan adik iparku tertawa puas saat kepalaku berlumuran darah, aku berusaha untuk bangkit dari kursi untuk pergi ke kamar,tapi yesi keburu menarikku.
"Mau kemana kamu jalang"ucap Yesi berteriak.
"Ke kamar,tolong lepaskan tanganku"pintaku masih berusaha untuk sabar.
"Enak aja emang kau nyonya,bereskan semua piring kotor dan bersihkan rumah ini sekarang juga,awas kalo kau berani melapor pada anakku Hasan"ucap mertua ku,aku hanya mengangguk dan memulai membereskan rumah,mertua dan Yesi hanya tersenyum mengejek melihatku layaknya seperti seorang pembantu.
"Kamu ini sangat pantas seperti ini jalang,jangan belaga kaya nyonya di rumah ini karena ini rumah anakku"ejek mertuaku,aku hanya acuh tak mau menjawab ucapan nya.
"cih padahal ini rumahku sendiri,kalo bukan karena aku mana mungkin mas Hasan bisa membiayai hidup manusia bedebah seperti kalian"batin ku jengkel.
"Bunda seandainya bunda tidak mengajarkan ku menjadi orang sabar, menghormati orang tua,mungkin Hari ini aku sudah merebus setan berbentuk manusia ini"batin ku,aku masih setia mengepel lantai.tiba tiba Yesi dan mertuaku mendorong ku hingga perutku menabrak meja dengan keras.
Bughhhh
"Awwww sakiiiitttt"teriakku tak terasa air mata ini mengalir begitu saja, sekali lagi Yesi menjambakku dengan keras dan langsung mendorong ku ke tembok hingga kepalaku terbentur keras,rasanya puyeng sakit di kepala dan perutku,saat aku melihat kebawah ada darah segar yang mengalir,sontak aku histeris dan tak sadarkan diri.
*****************
Wah bagaimana nasib Anita ya??
Sungguh mertua dan sodara ipar yang kejam ish ish ish??siapa yang akan menolong Anita ya??
Kenapa Anita tidak melawan??kenapa di pasrah aja??
Jadi Anita kan jauh dari kedua orang tua nya,nah dia tuh merindukan sosok seorang ibu,karena Anita di lahiran jadi anak kedua,dia merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari bundanya,padahal orang tuanya tidak membeda-bedakan sama sekali,tapi kan pendapat orang beda beda mau bagaimana lagi,jadi rencananya Anita tuh ingin meluluhkan hati mertuanya,siapa tau kan mertuanya akan memberikan kasih sayang yang lebih padanya,kalo Anita melawan dia takut di Katai menantu tidak tahu diri lah atau apa lah,trus dulu bundanya pernah mengajarkan Anita untuk menghormati orang yang lebih tua dan arti kesabaran.
Eh bukannya mendapat kasih sayang malah sebaliknya.
Lanjut gak nih???kalo mau lanjut kasih komentar yang banyak ya hihi.
Atau mampir ke noveltoon yuk,kayaknya aku akan sering up di sana deh.
POV Hasan.
saat aku pergi menuju kantor, ntah kenapa di tengah perjalanan tiba-tiba saja ingatanku selalu tertuju pada istriku Anita, ku coba untuk meneleponnya secara berulang kali, hanya untuk memastikan kalo dia baik-baik saja, tapi sayangnya anita tak kunjung mengangkat telepon dari ku, perasaan yang tidak enak dan hati mendadak sangat cemas memikirkan istriku, mau tak mau aku harus memutar balikkan mobilku untuk kembali menuju ke rumah. tetapi sebelumnya aku harus meminta ijin pada bos sekaligus kakak iparku.
***
Baru saja saja mobil yang ku tumpangi sampai gerbang rumah, terlihat rumah minimalis itu terlihat sangat sepi, tidak ada suara yesi yang suka bernyanyi tidak jelas, tidak ada suara mama yang sering marah-marah. "pada kemana mamah,Yesi dan Anita? "batinku, pikiranku bertanya-tanya tidak biasanya mereka begini "apa mereka sudah akur? tapi apa itu mungkin, tadi pagi saja yesi berulah atau jangan-jangan?".
deghh ...
ntah kenapa perasaan ku mendadak sangat tidak enak sama sekali, buru buru aku turun dari mobil, sebelum masuk aku terdiam sejenak di depan pintu dengan sangat pelan ku buka pintu yang tidak di kunci seperti biasanya."Hem ternyata tidak di kunci, tumben anita ceroboh, tapi ko sepi ya, pada kemana mereka?"batinku bertambah cemas.
"Assalamualaikum" ucapku membiasakan adab masuk rumah.
Tak lama kemudian terlihat mamah dan Yesi berlari dari arah dapur menghampiri ku sambil menangis, ntah apa yang sudah terjadi.
"Kenapa mah, yes, ko kalian nangis? apa yang terjadi?? kemana anita? aku kembali pulang karena hati tidak enak, aku takut terjadi apa-apa, dia tidak kenapa-napa kan mah, anita baik-baik saja kan?"ucapku menghujani pertanyaan pada mamah, hatiku semakin tidak karuan di tambah mamah dan yesi menundukkan kepalanya tampa menjawab pertanyaan ku.
"mah, yesi dimana istriku" ucapku sedikit meninggikan suara.
"I-itu aa-ni-tta"ucap mamah terbata bata, aku mengernyitkan keningku merasa heran dengan tingkah mama yang gugup, perasaanku semakin menjadi saja melihat yesi yang sesegukan.
"Anita kenapa mah? Yesiii, dimana istriku??" teriakku mulai hilang akal.
"Mm-mbak Nita terpeleset kak, se-seka-rang di-di-a pingsan di dapur" ucap adikku yesi yang tak kalah gugup dari mamah, sebenarnya aku merasa curiga dengan gelagat mereka, tapi rasa khawatiku pada anita jauh lebih besar dari pada kecurigaan ku pada mereka, tanpa aba-aba aku berlari ke arah dapur menemui anita yang dikabarkan pingsan, seakan tak percaya hatiku terasa dicabik-cabik melihat istriku yang tak sadarkan diri dengan dilumuri darah dimana-mana.
"Astaghfirullah, kamu kenapa sayang? nit, nita ayo bangun jangan membuatku cemas seperti ini, anita sayang apa yang sebenarnya terjadi padamu" aku mengangkat tubuh mungil istriku menuju mobil.
"Mamah boleh ikut gak san?" ucap mamah tiba-tiba, aku mengernyit bingung dengan ragu ku anggukkan kepalaku.
"aku juga ikut ya kak" ucap adikku yesi.
sebenarnya aku merasa heran dan curiga pada mama dan adikku, tapi aku berusaha untuk tidak mempedulikan apapun untuk sekarang, yang harus ku utamakan sekarang adalah keselamatan anita.
***
Setalah sampai rumah sakit, istriku langsung di bawa ke ruangan UGD agar segera ditangani oleh dokter, aku hanya mondar mandir tak jelas di depan pintu, sekarang perasaan ku sangat kacau, hatiku ketakutan memikirkan istri dan anakku yang sedang berjuang di dalam.
"Selamatkan istriku ya Allah, aku tidak mau kalo kehilangan mereka"
(POV author)
Sedangkan Bu Susi (mertua Anita) dan Yesi mereka hanya duduk santai memperhatikan hasan yang sedang mondar mandir seperti setrika.
"mah lihat ka hasan, lama-lama aku pusing melihatnya seperti itu"bisik yesi menggurutu.
"Sama mamah juga, mana mata mamah perih lagi, tadi sih kamu ngasih tetesan nya terlalu banyak" ucap Bu Susi kesal, sedangkan Yesi sudah cekikikan tanpa suara.
"ih mamah kan biar meyakinkan gitu, biar si ka hasan yang bodoh itu tidak curiga pada kita, emang mamah mau masuk penjara dengan kasus penganiayaan, mah semoga saja si jalang itu mati ya, supaya dia tidak ngadu macam-macam pada orang lain"bisik Yesi pada mamahnya, bu Susi hanya tersenyum dan mengangguk.
"Iya semoga saja, siapa tau dengan matinya si jalang mamah bisa dapat mantu yang kaya" bisik Bu Susi kembali. "Lagian si wanita jalang tidak ada gunanya jadi mantu mamah, udah mah miskin,jelek mana kampungan lagi penampilannya tidak ada yang bisa di bangga-banggakan, mamah heran kenapa kakak mu sangat tergila-gila" ucap pelan Bu Susi.
"mungkin si jalang mengguna-gunai ka hasan"
"awas saja kalo itu benar terjadi, mama akan santet si jalang"ucap bu susi.
**
1 jam telah berlalu dokter sudah keluar dari ruangan, melihat itu buru-buru Hasan mengahampirinya.
Sedangkan Susi dan Yesi mereka sudah pamit pergi untuk mencari makanan katanya,tapi ntah mencari kemana mereka sampai sekarang belum juga kembali.
"Dok bagaimana keadaan istri saya dan kandungnya? apa mereka selamat?" ucap Hasan harap-harap cemas,rambutnya sudah sangat acak-acakan.
"Istri anda selamat, tapi maaf kami tidak bisa menyelamatkan kandunganya??" ucap dokter menunduk.
"istri saya keguguran?" ucap hasan seakan tak percaya, sedangkan dokter hanya mengangguk saja.
Bagai tersambar petir di siang hari, Hasan langsung terduduk lemas di lantai, rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ini sudah seperti mimpi buruk baginya kalo ini benar tolong bangunkan.
padahal anak itu sudah sangat di nanti-nanti oleh nya dan anita, air mata hasan menetes begitu saja, sekarang pikirannya sudah sangat kalut. "apa yang harus aku katakan pada Nita, kalo dia sampai menanyakan tentang anak, bahkan melihatnya menangis saja aku sudah tak tega?"batin Hasan prustasi.
"Pak apa anda baik-baik saja?"tanya dokter hawatir, hasan hanya menganggukkan kepalanya tanda ia baik-baik saja.
"kondisi istri saya baik-baik saja kan"ucap hasan menatap sang dokter.
"istri anda koma"ucap sang dokter, tubuh hasan kembali lemas, anaknya sudah meninggal, istrinya dalam keadaan kritis, apa yang harus ia katakan kepada mertuanya dulu ia dengan susah payah mendapatkan restu dari sang mertua dengan banyak janji yang di lontarkan, janji yang akan membahagiakan putrinya, janji yang akan menjaga putrinya tapi apa sekarang? dia sudah gagal menjadi seorang suami.
(POV hasan)
Aku melihat wanita yang aku cintai sedang terbaring lemah tak sadarkan diri, terlihat kalo ia sedang tak berdaya bahkan air matanya mengalir begitu saja padahal dia sedang tidak sadarkan diri, kepalanya sudah di balut dengan perban, tangan kanannya di infus, hidungnya menggunakan selang oksigen, di sisi kanannya ada monitor yang setiap detik nya berbunyi.
Aku langsung duduk di sebelah istriku, rasanya tak percaya kalo aku bisa melihat keadaanya yang seperti ini.
" seberapa menderita nya kamu, nit? sampai-sampai kamu terus menangis seperti ini" ucapku pilu, air mataku juga sudah menetes, rasa sakit yang dirasakan anita dan penderitaannya aku seakan merasakannya.
"Sayang cepat bangun, jangan tinggalkan mas, cukup anak kita saja yang meninggalkan kita tapi kamu jangan" ucap ku lirih.
"Apa yang sebenarnya terjad nit? kenapa kamu bisa sampai seperti ini? mas mohon ayo bangun sayang, mas gak mau kehilangan kamu, mas sangat mencintai mu,mas tak sanggup jika harus di tinggalkan oleh kalian berdua, mas mencintaimu sayang. "ucap ku lirih, tak terasa air mata ini terus saja menetes tanpa mau berhenti, kupegang tangan kiri istriku dan sesekali kukecup.
Selang beberapa menit mama dan yesi masuk kedalam ruangan yang dimana anita di rawat, tanpa ada rasa iba mereka langsung duduk di sopa tanpa berniat menghampiri kami, setelah anita di pindahkan keruangan VVIP aku menghubungi mamah untuk memgabari anita sudah di pindahkan ruangan.
sengaja aku memesan ruangan khusus, agar anita tidak terganggu oleh orang lain.
"Bagaimana keadaan si jalang, san?" tanya ibuku yang sudah merebahkan tubuhnya di sopa empuk, aku hanya
memejamkan mata sudah jengah dengan ucapan ibu yang terus menerus mengatai istriku jalang, padahal Anita wanita yang baik-baik, dari pada melakukan keributan lebih baik aku diam, aku tidak mau istriku terganggu.
"Hadeh wanita ini bisanya hanya merepotkan saja, dasar wanita kampung, kerjaanya cuman mencari perhatian orang lain saja" ucap ibuku kembali.
"sudah diam lah mah, sebaiknya kalian pergi saja dari sini, jangan pernah membuat ku marah, lagian kalian disini tak ada gunanya sama sekali" ucapku ketus tanpa menolehnya.
"Kamu mengusir mamah, san?"ucap mamahku, dia sudah memicingkan matanya.
"Mah, lebih baik kita pulang aja yuk, lagian aku sudah tidak betah diam disini, buat apa sih nungguin si jalang yang sekarat, mungkin bentar lagi tuh orang akan mati"
ucap adikku yesi yang sudah angkit dari duduknya sambil mengambil tas selempang nya, mendengar ucapannya yang seperti itu tanganku langsung mengepal,darah ku tiba tiba saja mendidih
, ada rasa tak terima dengan ucapan yesi, dengan perlahan aku mendekati yesi.
"Plaaakkkkkkk
Tanganku mendarat di pipi mulus adikku, pipinya sudah sangat merah itu sudah jelas karena aku menampar nya dengan sangat keras, matanya pun sudah terlihat memerah dan berkaca-kaca, tapi aku berusaha untuk tidak peduli.
"Kenapa Kaka menamparku? apa salah ku pada mu "teriak Yesi menatapku tajam, dengan air mata yang terua saja mengalir.
"Kamu masih bilang kenapa? jangan so polos kamu, kamu sudah tahu kalo dia itu istriku, harusnya kamu bisa menghargai nya sebagai kaka iparmu, bukan hanya menghargai uangku saja, dan satu lagi tolong jaga ucapan mu tadi, aku bingung kenapa kamu terlihat sangat bahagia melihat istriku menderita, atau jangan-jangan ini ulah kalian, iya?" teriak ku kesal, karena tak ada rasa sedih di wajah ibu dan adikku. bukan kah tadi di rumah mereka menangis karena hawatir pada istriku atau jangan-jangan mereka hanya pura-pura.
kalo memanf benar keterlaluan sekali mereka.
Adikku dan ibuku sangat terkejut mendengar aku mengucapkan kata-kata itu, mereka terdiam sebentar lalu mulai kembali berbicara seakan menghilangkan rasa gugupnya.
."kenapa kamu menuduh adik mu seperti itu Hasan? apa kamu punya bukti,hah?"bentak ibuku yang merah padam.
"Aku memang tidak punya bukti, tapi aku akan cari bukti itu sampai dapat. lagian bukanya kalian sangat membenci istriku bahkan di hadapan ku saja kalian berani menyiksa Anita, apa lagi tadi aku tak ada di rumah, bisa saja kalian akan menggila" teriakku kesal, kenapa aku baru menyadari ini, tapi aku pun tak bisa berbuat apa-apa, ini hanya kecurigaanku saja, lagian aku masih belum mempunyai bukti kuat untuk melaporkan mereka.
"Aku memang sangat membencinya ka, apa kaka tahu apa penyebabnya? karena dia Kaka berubah menjadi kejam bahkan kaka sudah berani menampar ku, mana sekarang kaka jadi pelit, jarang mengasih aku uang, lagian biarkan saja si jalang itu mati, karena itu akan membuatku dan mamah jauh lebih baik" teriak yesi kembali, lagi-lagi darahku mendidih dengan ucapannya.
Plaaakkkk "tamparan keras kembali mendarat di pipi sebelah kanan yesi.
"Berani sekalii kau berbicara seperti itu pada istriku, sekali lagi aku mendengar ucapan kotor mu itu, maka siap siap lah untuk pergi dari rumah ku" ucap ku tegas.
"Hassan, kau berani mengancam akan mengusir adikmu demi wanita jalang itu?"ucap mamahku tak terima sambil menunjuk istriku yang tak berdaya, aku hanya menatap adikku tajam tanpa memperdulikan ucapan mamah, ntah kenapa aku merasa yakin kalo yang melakukan ini semua ada mereka.
"sudah dua kali kaka menamparku, itu pun karena wanita sialan itu, padahal dulu kaka tidak berani menyakiti ku sedikit pun, tapi semenjak si jalang itu hadir di kehidupan Kaka, kau sudah berubah drastis, AKU BENCI KAMU KAK, AKU BENCI SANGAT BENCI" teriak yesi berlalu pergi sambil menangis.
"Kamu keterlaluan Hasan, mamah sangat kecewa padamu" ucap mamahku sambil berlalu pergi menyusul Yesi. aku hanya bisa menatap kepergian mereka, tak ada sedikit pun rasa menyesal karena sudah menampar Yesi. Padahal dulu aku begitu sangat menyayangi nya, aku selalu menjaganya hanya untuk memastikan kalo dia tidak terluka tapi seiringnya waktu semua bisa berubah.
Aku kembali terdiam saat melihat istriku, ku usap air mata yang dari tadi mengalir, ntah sedang bermimpi apa dia.
"Mas berjanji akan mencari keadilan untuk mu sayang" ucapku pilu.
***
"bunda andra disini" ucap seorang anak kecil sambil melambai-lambaikan tanganya.
"sayang kamu mau kemana nak, ayo peluk bunda" ucap anita yang sudah merentangkan tanganya.
"tidak bunda, andra harus pergi bunda mau ikut"ucap andra sambil tersenyum.
"kenapa harus pergi, bagaimana dengan ayahmu? apa kamu tidak menyayangi ayah dan bunda?" ucap anita yang berusah untuk menghampiri andra.
"andra sayang kalian, tapi disini andra tidak merasakan kesakitan lagi, ayo bunda kita pergi" ajak andra mengulurkan tanganya.
"tapi sayang" ucap anita ragu.
"yasudah andra pergi sendiri saja, jaga diri bunda baik-baik ya aku mencintaimu bunda" ucap andra pergi menjauh.
"andra tunggu bunda ndra, andraaaaaaa" teriak anita menatap kepergian anaknya, saat anita ingin mengejar anaknya, tiba-tiba seseorang menariknya dari belakang.
"aaagggghhhhhh"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!