Di kamar yang bernuansa hijau duduklah seorang wanita cantik di ranjang dengan novel di kedua tangannya, matanya fokus akan novelnya.
Tiba - tiba saja raut wajahnya berubah masam dan juga kesal, wanita itu melemparkan novel itu dengan kesal, lalu mendudukkan dirinya dengan kedua tangan mengepal erat, manahan emosi yang akan meluap - luap keluar.
Wanita itu bernama Fiska Haisara, yang berumur 24 tahun, dan juga salah satu Mahasiswi kedokteran yang sebentar lagi akan wisuda hanya menunggu potongan hari.
" Huh... "
" Apa - apaan tuh cerita, lemah banget sih jadi perempuan, tinggal lawan aja selesai, ini... Diam aja. Ada otak nggak tuh. Tinggalin aja kali lelaki itu, kan masih banyak lelaki yang lebih dari tu orang. Pas akhir hidupnya baru nyesel, lah terlambat. Sebagai antagonis yang akhirnya tragis dan si peran utama dari awal hingga akhir senang melulu nggak ada penderitaannya apa?. Huh ceritanya bikin naik pitam" umpat Fiska dengan geram lalu menjatuhkan dirinya di bantal yang empuk dan mengambil bantal gulingnya untuk membenamkan wajahnya dengan perlahan menutup matanya dengan perasaan kesal.
Skip...
Di salah satu kamar yang bernuansa pink dengan boneka - boneka di sekitar ranjang dengan sosok gadis yang tertidur dengan tenang, tidak ada lagi tanda - tanda kehidupan dalam diri gadis itu.
Tiba - tiba saja tangan gadis itu bergerak dengan perlahan, dahinya berkerut. tanpa pemanasan gadis itu membuka matanya lalu terduduk.
Seakan mengalami mimpi buruk, lalu mata indah itu memandang setiap sudut kamar dan tatapannya berhenti di cermin yang menampilkan sosok wanita cantik dengan kerutan di wajahnya.
" Tu... Kaca rusaknya " gumam gadis itu.
" Ah... "teriak gadis itu menggema di seluruh kamarnya, dan untungnya kamarnya kedap suara sehingga teriakan cempreng gadis itu hanya terdengar olehnya sendiri.
" Tunggu... " gadis itu berhenti dari loncat - loncatnya dan juga pukulan untuk bantal gulingnya itu.
" tenangkan dirimu, lalu ambil nafas buang " ucap gadis itu untuk dirinya sendiri.
" Sekarang pikirkan yang logis, kenapa semua ini terjadi? " ucap gadis itu dengan tangan yang satunya di dagunya dan yang satunya lagi menumpu tangannya yang lain.
" Yang logis adalah mimpi " gumam gadis itu, lalu mencubit pipinya dengan pelan.
" Aww " ringis gadis itu.
" Ini bukan mimpi. Terus apaan dong? " tanya gadis itu pada dirinya sendiri.
Matanya menerawang setiap sudut ruangan yang sepertinya tidak asing dan tatapannya berhenti di buku diare.
Kakinya secara spontan berjalan ke arah meja belajar yang terdapat buku yang ia padang dari tadi.
Ia mengambil buku itu dan membukanya, matanya terbelalak saat melihat tulisan yang bertulis Hana Lestari .
Lalu kembali membaca buku itu hingga akhir dari buku itu. Jantungnya berdetak kencang dengan ketidak percayaan tentang apa yang terjadi.
" Apa ini karma karena telah mengumpat novel itunya. Sehingga aku harus mengalami nasib ini dan merasakannya juga, tapi nggak mungkinkan " monolog Hana dengan lemah.
" Baiklah kalau gitu akan ku jalankan " ucap Hana dengan semangat empat lima.
Hana melirik jam yang berada di meja belajarnya dengan keterkejutan yang amat besar.
Jam menunjukkan tujuh pagi dengan kesetanan Hana berlari ke kamar mandi, hanya 5 menit waktu yang Hana butuhkan untuk mandi Lalu memakai pakaian sekolahnya dan berlari ke luar rumah memangil ojek yang lewat di depannya.
Sungguh di kehidupan sebelumnya tidak pernah sekalipun terlambat, dan hari ini adalah pertama kalinya terlambat.
Hana turun dari motor itu dan melihat pagar yang sudah tertutup rapat dengan lesu Hana berjalan ke arah pagar sekolah itu setelah membayar ojek.
Dengan tatapan sedih menatap sekolah yang sangat besar, hal itu tak luput dari tatapan guru yang bertugas hari ini.
" Kamu kenapa? " tanya guru itu dengan menyigitkan dahinya sambil memegang tongkat panjang yang terbuat dari rotan yang telah di iris menjadi lebih tipis, agar orang yang terkena akan merasakan sakit yang lebih parah.
" Bu... Saya terlambat, tahu nggak Bu selama hidup saya, saya belum pernah terlambat dan sekarang..." Monolog Hana dengan mata yang sudah berkaca - kaca.
Guru yang mendengarnya pun merasa iba, lalu membuka gerbang sekolah itu.
" Kau boleh ke kelas tanpa hukuman " ucap guru itu, sambil tangannya yang mengisyaratkan Hana untuk masuk.
" Terimakasih Bu "
Setelah itu Hana berjalan melewati koridor sekolah yang sudah sepi, sambil mengingat - mengingat kelas yang sedang di duduki nya di SMA ini.
Langkahnya berhenti saat melihat papan nama yang bertulisan 3 Mipa 1.
Dengan ragu Hana masuk kedalam kelas itu menatap guru dan murid yang juga menatapnya dengan berbagai ekspresi.
Hana tidak merubah penampilannya untuk sekarang, masih sama gayanya dengan pakaian ketat dan wajah penuh mikap . Dengan ragu Hana masuk dengan menundukkan kepalanya malu. Karena reputasinya sebagai wanita teladan hancur dengan terlambatnya datang ke sekolah.
Di kehidupannya sebelumnya Hana merupakan wanita yang di cap teladan dari SD, SMP, SMA ataupun Kuliah.
" Maaf Pak saya terlambat " ucap Hana dengan penuh sesal.
" Baik , tapi jangan ulang kan lagi. Sekarang duduklah di bangku mu " ucap Pak Sito dengan tegas.
Hana mengangguk lalu melangkahkan kakinya ketempat duduknya yang berada di belakang dekat jendela.
Tiba - tiba saja punggung Hana merasa merinding, Hana menatap lelaki tanpan yang duduk di sebelahnya yang berwajah datar. Hana merinding saat melihat lelaki itu dan secara bersamaan terbelalak saat tahu jika lelaki ini adalah tokoh yang juga membenci Hana dia bernama Alex Sandra.
Kembali Hana menetralkan ekspresinya, lalu lanjut berjalan ke arah meja dan bangkunya, mendudukkan bokongnya, lalu mengambil buku pelajarannya, tanpa memedulikan lelaki yang berada di sampingnya.
Bel istirahat pun berbunyi dengan angkuh Hana berjalan melewati koridor sekolah menuju kantinnya. Sudah di putuskan Hana akan tetap sama menjadi tukang bully, dan menjadi nenek lampir.
Agar Hana tidak menarik perhatian para lelaki itu yang merupakan ancaman dalam novel, ia hanya akan merubah akhir kejadiannya saja.
Hana dalam novel ini berperan menjadi antagonis di sekolah dan menjadi protagonis di luar sekolah. Hanya kaum rakyat jelata yang tahu kebaikannya, sedangkan kaum bangsawan ia menjadi wanita jahat.
Banyak bisikan - bisikan setan yang terdengar, namun Hana hanya menulikan telinganya saja.
" Nek lampir itu kembali "
" Nggak mati aja "
" Cih menjijikan "
" Sok kecentilan benget tuh nek lampir "
Hana menatap sekelilingnya, dan akhirnya manusia - manusia yang di cari Hana pun tampak oleh netral matanya.
Hana berjalan dengan angkuh lalu berhenti setelah tempat di meja yang berisi pemeran utama. 7 pemeran pria, 2 pemeran wanita Hana dengan Lara.
Hana melihat satu persatu lelaki tampan yang ada di depannya ini, Hana akuin lelaki yang berada di depannya sangat tampan.
Hana juga melirik pemeran utama wanitanya... Sedikit terpesona akan wajah yang ia lihat itu, namun kembali ia netralkan.
' Ayo mulai akting ' batin Hana menyeringai.
"Yang kok kamu jahat sih, nggak nungguin aku sih " ucap manja Hana yang tidak dipedulikan oleh makhluk yang ada di depannya.
Hana juga menahan tawa, akan perkataan yang ia lontarkan tadi. 'Untung para makhluk ini tidak ada yang meliriknya. ' batin Hana berucap.
" Heh lo sini " perintah Hana, bak seorang Ratu yang memerintahkan bawahannya. Dengan tangan yang seperti memanggil ojek.
"Ada...apa Kak ?" tanya wanita yang Hana panggil dengan ekspresi takut yang tertera diwajahnya.
" Beliin gue Somay sama es teh, cepetan " perintah Hana dengan angkuh.
Lalu mengambil uangnya dan melemparnya di muka gadis itu.
" Sana pergi " usir Hana dengan mendorong bahu wanita itu.
Hana melihat sekitarnya yang melihat Hana dengan kebencian dan kekesalan.
" Ngapain lihat - lihat mau gue colok tu mata " ucap Hana garam, sontak penghuni kantin yang melihat Hana menundukkan kepalanya tidak berani menatapnya lagi.
" Cih... "
" Yang , sini dong yang, jangan dekat - dekat sama teratai putih " ucap manja Hana sambil memegang punggung Kenzo Putrama Kintra.
Kenzo menepis tangan Hana tampa meririk Hana sedikitpun. Hana yang melihat hanya tersenyum kecil, lalu mengeluarkan hentenetaizer lalu menyemprotkannya di tangan yang terkena kuman makhluk keji itu, pergerakannya sangat cepat setelah itu mengambil tisu dan membersihkannya kembali.
Tisu yang terkena Kuman itu, ia lemparkan ke pemeran wanita yang bernama Lara Sinta Lestari.
Namun tisu itu di tangkap oleh Rehan Ris, dengan tajam menatap Hana, lalu kembali di lemparkan ke arah Hana.
Hana yang melihat pura - pura tidak tahu. Lalu bergeser kesamping, pura - pura mengambil tisu kembali. Dah... Jadilah tisu itu mengenai Putra Sanjaya.
Sontak hal itu menarik para perhatian ketujuh lelaki itu dan juga pemeran utama.
Hana hanya memperhatikan drama yang akan di tontonnya, sambil memposisikan gaya yang nyaman.
Ketujuh pemeran pria itu menatapnya dengan tajam dengan aura membunuh. Namun yang di tatap hanya diam tidak mengerti.
" Lo berani melukai wanitaku " ucap Kenzo dengan dingin.
" Ah.. Yang kamu itu milikku bukan teratai putih itu. Kan kamu tunanganku " ucap Hana dengan cemberut, lalu menatap Lara dengan sinis.
" lo -" ucap Zikran terputus.
" Kak ini makanan Kakak " ucap wanita yang berdiri di belakangnya.
Hana mengambil makanannya lalu dengan sengaja ia menumpahkan makanan dan minumannya ke Lara ,namun di gagalkan oleh Putra yang membalikan arahnya ke arah Hana, namun di tepisnya.
Hingga terdengarlah bunyi pecahan kaca yang mengundang perhatian seluruh makhluk kantin.
Garam yang terlihat di wajah ketujuh pemeran lelaki itu, menatap Hana dengan aura membunuh dan kebencian. Hana yang melihat mengambil ancang - ancang untuk kabur, lalu dengan kecepatan di bawah rata - rata Hana keluar dari kantin, takut akan di bunuh oleh psikopat yang sialnya adalah ke tujuh lelaki itu.
Ketujuh pemeran lelaki itu merupakan Psikopat yang bahkan sudah memiliki organisasi Mafia di usia dini meraka, mereka di juluki psikopat berdarah dingin, sudah banyak orang yang di bunuh oleh meraka tampa kedip.
" Huh... Huh.... "
" Akhirnya bisa melarikan diri dari pintu maut " gumam Hana dengan mata yang berbinar - binar, sambil mengembalikan nafas yang hampir habis akibat Ia lari dari pintu maut itu.
Hana melihat sekitarnya dan teryata langkah kakinya menuju kelasnya, tidak ada terlihat sedikitpun manusia yang ada dalam kelas.
Hana melangkahkan kakinya menuju bangkunya sambil melihat keluar jendela, jujur Hana tidak memiliki teman di SMA ini, semua orang menjauh padanya.
Akhirnya satu persatu murid mulai duduk di bangkunya di santai bunyi bel masuk.
Dan yang terakhir masuk membuat bulu kuduk Hana berdiri, karena orang itu adalah Alex yang menatapnya dengan aura membunuh, dia juga merupakan salah satu ketujuh pemeran lelaki.
Hana hanya pura - pura tidak melihat dengan menyibukkan dirinya dengan alat tulisnya. Hingga akhir pembelajaran.
" Akhirnya pulang " gumam Hana dengan bahagia, sambil berjalan ke luar sekolah.
Hari ini adalah hari terbahagia yang pernah di alami Hana, gimana tidak ia bisa membuat para pemeran kesal dan melihat orang - orang yang kesal dan marah padanya.
Tiba - tiba saja mulut Hana di bekap dan tercium lah obat bius di kain itu, secara perlahan matanya tertutup.
Skip..
" Nih... " Zikran melemparkan Hana ke depan, dengan jijik dan enggan menyentuh Hana.
" Kita apain nih penyihir " ucap Qio dengan dingin sambil mengingat Hana ke tembok.
" Tunggu bangun " jawab Kenzo datar.
" Ok " jawab mereka berenam serentak.
Hana yang mendengarnya hanya mendengarnya saja tampa membuka matanya, ia sudah tahu siapa pelaku penculikannya.
Sebenarnya Hana tidak terpengaruh oleh obat bius itu, tubuhnya tahan akan obat , karena obat tidak berpengaruh pada tubuhnya dan itu adalah keunikan dari tubuh ini yang Hana sukai.
3 menit
' Nggak ada apa pembicaraan lain selain diam aja ' batin Hana prustasi
Tidak ada sekalipun rasa takut dalam dirinya, karena ia tahu, ia tidak akan mati secepat itu.
Akhirnya kantuk melanda dalam diri Hana, Hana tidur dengan nafas teratur.
1 jam kemudian
" Nih... Penyihir belum bangun juga! " tanya Putra yang sudah tidak sabar.
" Cik "
" Jam 9 malam " ucap Kevin, berlalu pergi meninggalkan teman - temannya. Yang di susul teman lainnya, membiarkan Hana sendirian di gudang itu.
jam 8 malam.
Hana terbangun dari tidurnya, lalu menatap sekelilingnya.
" Huh... "
Hana menekan tombol kecil di gelangnya yang merupakan silet kecil yang panjang dengan perlahan, ia menggesekkan tali yang terikat di pergelangan tangannyandan juga kakinya.
Hana dalam karakter ini juga licik, dan juga waspada, karena hidupnya di penuhi teror sejak umurnya 5 tahun ia harus mendapat penderitaan di culik oleh mafia kejam dan di siksanya, sampai sekarangpun, banyak orang yang menginginkan nyawanya.
Hingga Hana harus menjadi wanita dewasa di usia dini nya, ia harus bisa bertarung, ilmuan dan bisnis.
Hana mengeluarkan manusia boneka buatannya yang sama dengan wajahnya. Itu buatannya, untuk menjaga - jaga jika ia mendapat masalah atau penculikan seperti ini lagi, seperti halnya sekarang.
Setelah itu Hana mengikatkan manusia boneka itu sama seperti ikatan tadi.
Hana berlari keluar gudang dan duduk di salah satu kelas, sambil memperhatikan layar, dengan menyeringai . Setelah menunggu beberapa menit akhirnya para makhluk itu datang dengan wajah datar dan aura membunuh.
' Ayo kita mulai akting nya' seringai Hana.
Hana mendekatkan jamnya ke bibirnya, agar suaranya jelas, karena manusia boneka itu tidak bisa bicara, perlu bantuannya agar bisa.
" Yang, bantu aku dong yang, masa aku di ikat gini " ucap Hana dengan kesal sekaligus manja.
Yang dipanggil hanya menyeringai kecil.
Mereka mendekat ke arah Hana palsu, lalu berjongkok di sana.
Prak
Prak
Prak
" Yang kok kamu gini sih " tanya Hana dengan sedih.
" Ini hukuman buat lo, karena telah mencelakai wanitaku " ucap Kenzo dengan datar.
' Keluarkan air mata buaya ' batin Hana dengan senyum simpul.
" Hiks... Hiks... Yang....jahat... Hiks... "
" Lakukan " pinta Kenzo pada teman - temanya.
Aska mencekik Hana dengan kuat, setelah, melihat Hana hampir kehabisan nafas, langsung melepaskannya.
" Ini tangan yang telah buat Lara terluka " Kevin mulai menyayat tangan Hana, dan keluarlah darah dari tangannya.
" Hiks... Hiks... Jangan " tangis Hana pecah.
" Jijik gue sentuh tu penyihir " ucap mereka serentak. Dengan tampang jijik menatap Hana.
" Nggak bosan - bosan apa Lo?, mau lebih dari ini, dari dulu udah di peringati masih aja lo lakuin " ujar Putra dengan garam.
" Teratai putih yang jahat, dia mengambil tunangan ku harusnya dia yang kalian lukai, kan aku cinta sama kamu " ucap Hana dengan geram.
" Cih... Nggak pernah sadar " ucap Aska dengan jijik.
" Hiks... Hiks.. Bang... " panggil Hana yang tidak di pedulikan.
Berlalu pergi meninggalkan Hana dengan kecoak yang di keluarkan Zikra dari sarang dan menghujani seluruh tubuh Hana.
" Hiks... Hiks... Hus... Pergi..." teriak Hana takut.
Hana mengepalkan tangannya atas apa yang telah ia lihat, lalu menekan tombol dan manusia bonekanya sudah berada di depannya dengan ke adaan yang sedikit menganaskan, ia mengembalikan ke tempatnya kembali, lalu berlalu pergi menuju rumahnya dengan amarah yang menggebu - gebu.
Saat pulang lampu tidak lagi menyala, Hana langsung masuk kedalam rumah, berjalan menuju kamarnya, membersihkan dirinya setelah itu kembali tertidur, seolah tidak ada hal yang terjadi. Namun dalam hatinya mengutuk para makhluk itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!