NovelToon NovelToon

Satu Sendok Cinta Di Kopimu

Hidup itu cuma perlu uang

Naymila tepat berusia 19 tahun bulan februari ini, tapi sedari kecil dia dipaksa untuk bisa mandiri dan menjadi tulang punggung keluarga.

Papanya meninggal waktu Naymila berusia 8 tahun karena kanker paru. Jadi hanya tinggal Mama dan seorang adik laki-lakinya yang sekarang berusia 14 tahun, Jodi.

Sejak saat ditinggal oleh Papanya, Naymila yang awalnya anak manja dituntut berubah menjadi mandiri. Mamanya punya usaha butik kecil-kecilan di dekat pasar, mungkin cukup untuk biaya hidup sehari-hari walau pas-pasan.

Syukurnya untuk biaya sekolah Naymila dan Jodi adiknya sudah ditanggung oleh asuransi, karena almarhum Papa Naymila orangnya sangat peduli terhadap tabungan dan masa depan anaknya, jadi sejak anak-anaknya lahir beliau sudah memastikan untuk menabung kan asuransi pendidikan untuk anak-anaknya. Tapi asuransi itu cuma ditanggung sampai Naymila dan Jodi berumur 15 tahun. Setelahnya Naymila berusaha sendiri untuk membiayai uang sekolah SMAnya.

Dari kecil sudah ditinggal sosok Ayah, membuat Naymila kecil yang manja berubah menjadi Naymila remaja yg mandiri, tangguh dan selalu berpikir untuk membantu Mamanya dalam hal finansial.

Dari kecil semenjak Papanya meninggal Mama Naymila sudah menanamkan kalau Naymila harus membantu Mama, mencari uang, bekerja, kalau gak kerja gak bisa makan.

"Mah .. Nay harus beli buku untuk tugas bahasa Inggris, tugasnya di kumpul minggu depan!" Waktu Naymila masih SMA.

"Ya kamu jual dulu baju-baju daster di butik Mama, baru kamu bisa beli buku. Mama gak ada uang!".

Sudah diduga, persis.. Mama pasti nyautnya begitu, gak ada uang. Pikir Naymila dalam hati.

Naymila langsung pergi tanpa pamit ke Mama, rasa kesal memenuhi dadanya. Kenapa dia tidak bisa seperti teman-teman seusianya yang tinggal minta langsung dapat.

Kenapa semua di hidup ini perlu uang, untuk membeli sesuatu pun harus berpikir, kenapa Papanya harus pergi duluan sampai membuat dia, Mama dan adiknya yang tersisa disini menjadi susah secara finansial.

Pikiran Naymila kesana kesini.

Segera dia membuang rasa kesalnya, karena dia harus mencari cara untuk mendapatkan uang lagi. Dia ingat ada adik Papanya, Tante Ririn. Tante Ririn punya salon, dia sering mencari tenaga tambahan dan Naymila sering membantu di sana. Dia langsung bergegas ke salon Tante Ririn.

Naymila mematikan mesin motornya, senyumnya tersimpul saat melihat tulisan 'open' di depan salon Tante Ririn. Naymila langsung saja masuk ke dalam.

"Tante!" Panggilnya.

Tidak ada balasan, yang dia lihat hanya empat orang yang duduk di kursi tunggu. Matanya menjelajah mencari sosok Tante Ririn yang punya rambut pirang seperti idol Korea.

Yes... Ketemu ... Ucap Naymila dalam hati saat menemukan sosok Tantenya.

Tante Ririn ternyata dibelakang sedang mencuci rambut pelanggan.

"Loh ... Nay, kamu dari kapan disitu?"

"Baru aja Tante, Tante sibuk ya?"

"Iya nih... Pegawai Tante hari ini gak bisa masuk katanya badan meriang, jadi Tante suruh libur deh!" Tante Ririn sambil mengambil handuk kecil untuk di kepala.

"Perlu aku bantu gak Tante? Aku bisa bantuin Tante hari ini kalau Tante mau. Aku perlu uang untuk beli buku, Tante!" Naymila sedikit manyun saat ingat akan keperluan uang saat itu.

"Waduh Nay, kamu kok datang di waktu yg pas ... Hehehe. Kamu bisa kan bantuin Tante keringin rambutnya pakai hairdryer?"

Naymila mengangguk keras sambil senyum-senyum. "Bisa donk!"

Naymila mengambil alih pelanggan yang tadi Tante Ririn keramasi dan mengajaknya duduk di kursi depan kaca besar. Dengan sigap dia mengambil hairdryer di raknya. Naymila sudah hafal tempat-tempatnya karena dia bisa dibilang sering membantu Tante Ririn terutama waktu pegawainya tidak bisa bekerja. Entah hobi atau karena terpaksa supaya mendapatkan uang, lama-lama Naymila jadi terbiasa dengan situasi salon.

Waktu itu Naymila masih berumur 17 tahun.

Selama kurang lebih enam jam di salon membantu Tante Ririn, Naymila diberi upah dua ratus ribu oleh Tante Ririn.

"Makasi ya Nay kamu udah bantu Tante lagi hari ini. Malaikat penyelamat Tante, kalo gak ada kamu, Tante pasti kewalahan banget!" Tante Ririn tersenyum manis ke Naymila.

Tante Ririn ini punya kulit putih, badannya tidak terlalu tinggi, wajahnya sangat awet muda walaupun kini sudah berumur 35 tahun tapi Tante Ririn masih melajang. Rambut blondenya sangat pas untuk dia.

"Aku juga makasi ya, Tante! Selalu kasi aku uang lebih juga. Padahal ya aku cuma sisir sama keringin rambut abis itu catokin rambut orang! Eh... Dikasi dua ratus ribu." Naymila nyengir.

"Gapapa.. Itu buat jajan kamu. Tante tau kamu jarang jajan, katanya juga kamu perlu uang. Aah kamu memang selalu cari uang kan tujuannya kesini. Tapi Tante bangga banget sama kamu yang selalu usaha buat dapet uang! Mama kamu cerita katanya kamu jualan online juga ya?"

Naymila menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.

"Ya iya jualan daster, jualan tas, sepatu, semua yang ada di butik Mama. Mama paksa Nay, pokoknya harus menghasilkan uang... Ya sudah..." Naymila berhenti sebentar.

"Nay cuma pengen punya banyak uang, supaya Nay, Mama dan Jodi bisa bertahan hidup, bisa tetep makan, bisa sekolahin Jodi juga, les juga, bisa beli buku bisa beli barang-barang yang kita pengen beli. Gak hidup pas-pasan begini." Raut wajah Naymila berubah sedih.

"Kamu anak yang hebat Nay... Tante salut banget kamu bener-bener mandiri. Tante dulu seumuran kamu ya masih minta lah sama nenek kakek kamu, mana tau cari uang ... Yang di tau cuma abisin uang."

Tante Ririn mengeluarkan selembar kertas, "Nay Tante dapet brosur ini barusan dikasi sama mbak yang crimbath katanya open class untuk naik gel sama eyelash extension, maksudnya kursus gitu... Kamu mau?"

Naymila membaca seksama isi brosur itu, tapi disitu tertulis biaya kursusnya lima juta sampai bisa.

"Ini lima juta Tante ... Nay gak ada uang!"

"Kamunya mau gak? kan sekarang lagi hits banget nail gel sama ayelash extension... Kalo kamu kursus, kamu dapet ilmu, ilmu bisa dipake sampe kapan aja."

"Mau sih ... Tapi ..."

"Tante yang bayarin ... gak usah pusing!"

"Tapi ... Tapi kan mahal tante." Naymila masih ragu.

"Sudah dibilang Tante yang bayarin, kamu tinggal dateng buat kursus aja! Mau ya??? Nanti Tante daftarin kamu ya ke mbaknya itu ... Eh ada nomer WhatsApp kan di iklannya?"

Tante Ririn sibuk mencari handphone sambil mencatat nomer yang tertera di brosur itu. "Kamu percaya ma Tante, gak ada yang rugi... Apalagi kamu seneng kan di salon bantu Tante, siapa tau kamu bisa nail gel sama eyelash jadi Tante bisa nambah menu kan di salon, atau bisa juga km freelance ke rumah orang kayaknya namanya home service ya?"

Seketika Nay memeluk Tante Ririn.

"Tante ... love you full pokoknya, gak ada Tante yang lebih baik, lebih cantik, lebih seksi, selain Tante Ririn ... Lisa Blackpink kalah sama Tante. Heheheh."

"Bisa aja kamu!"

Hari itu menjadi awal mula Naymila mempelajari ilmu di bidang kecantikan. Naymila menekuni kursusnya, sampai dia yakin bisa menjual. Hari-hari sekolahnya di lalui sambil berdagang membantu Mama, dan semua kegiatan yang menghasilkan uang.

Sampai Naymila tamat SMA, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Naymila cuma butuh uang, bukan pendidikan yang tinggi. Entah itu doktrin yang dia terima dari kecil, atau karena tuntutan hidup yang membuatnya malas untuk bersekolah tinggi. Pokoknya hidupnya cuma untuk berjuang mencari uang untuk Mama dan adiknya Jodi.

***

 

Hari Melelahkan

Siang ini Naymila melayani lima orang pelanggan. Sila pelanggan setia meminta Naymila untuk datang ke rumahnya, karena Sila membawa empat temannya juga. Ada yang ambil eyelash tiga orang, dan dua orang lainnya nailgel. Butuh konsentrasi penuh untuk memasang helai per helai bulu mata, butuh ketelitian dan kerapian. Sama seperti nailgel juga harus rapi dan teliti, supaya pelanggan tidak kecewa dengan hasilnya.

"Nay ... kayaknya ini bulu mata yang kanan lebih tebelan deh!" Kata Sila.

"Masa sih Kak? Coba aku lihat..." Naymila mengkoreksi dengan detail. Ternyata memang benar lebih tebal sedikit. Segera dia menambahkan kembali bulu mata yang dirasa kurang sebelah kiri.

"Nay ... Kalo belum tiga hari tapi udah ada yang rontok gimana? Ada garansi gak?" Tanya Ratna, ini teman Sila yang juga pasang eyelash extension.

"Ya kalo misal nanti ada yang rontok, tinggal di service dikit aja Kak, ga apa-apa sih ... Tapi kalo udah lewat dari dua minggu itu kalo Kakak mau service lagi, nanti aku kenain biaya dikit Kak," ucap Naymila sambil tetap konsentrasi memasang bulu mata Sila yang kurang tadi.

"Pokoknya aku gak mau ya gak cetar, aku harus tetep on sama bulu mata cetar aku!" Kata Ratna sambil bersemangat menggebu di depan kaca.

Naymila tersenyum, bagi Naymila yang penting mereka puas saja, dan yang penting Naymila dapat uang. Karena Naymila sedang perlu uang untuk biaya lesnya Jodi.

"Kalo nanti nailgel ku sudah ngelupas tapi belom seminggu gimana Nay?" Tanya Tia yang pasang nailgel.

"Iya nanti aku bantu service lagi Kak Tia..." Jawab Naymila.

"Berarti setelah pasang nailgel kamu gak boleh dong pegang sapu, masak di dapur, kan biar gak cepet ngelupas itu kuku cantik." Seru Sila pada Tia.

"Ya hello... Jelas gak lah, kan aku gak bisa masak, hehehehe ... Jarang nyapu juga sih." Saut Tia nyengir.

"Lagian mana pernah si Tia nyapu atau masak atau apalah ... Semua udah pembantu kan, gak perlu pusing." Kata temannya, Karen.

"Enak aja ... Gini-gini ya aku pernah nyapu tau!" Tia merasa pede.

"Nyapu apaan?" Saut empat temannya bersamaan.

"Nyapu isi kartu credit Papi ku dong, hahahahahahaahahah..."

Tia tertawa terbahak-bahak. Sementara empat temannya cuma geleng-geleng.

Ada perasaan dimana Naymila merasa sedikit cemburu dengan kata-kata Tia. Dia yang dengan gampang mendapatkan uang tanpa perlu capek bekerja seperti Naymila. Sungguh rasanya hidup lebih nikmat menjadi anak orang kaya.

"Eh.. Nay, kamu udah lama belajar pasang eyelash extension ini? Soalnya aku liat kamu cukup cepet dan rapi masangnya." Tanya Bella.

"Baru dua tahun sih Kak..." Jawab Naymila singkat.

"Trus sekarang kamu gak kuliah?" Tanya Bella lagi.

"Engga Kak... Aku fokus cari uang aja sih. Sama sekalian bantuin Mama aku jualan di butiknya."

"Kok cari uang melulu, emang Papa kamu kemana? Harusnya kan kamu bisa kuliah." Saut Tia.

Naymila berhenti sebentar, lalu menoleh ke Tia. "Papa udah meninggal lama Kak... Jadi Mama single parent, aku dari dulu di wajibkan buat bantuin Mama cari uang Kak!"

"Eh sori ya Nay... Bukan maksud aku, maaf ... maaf ya Nay." Tia segera merasa bersalah dengan pertanyaan dia di awal yang mungkin menyakiti Naymila.

"Gapapa kok Kak Tia!" Saut Naymila.

"Kamu hebat Nay, masih muda tapi tanggung jawab. Mungkin kita berlima gak bisa kayak kamu yang bisa bantuin orang tua. Kalo kita kan masih pada minta ke orang tua kita." Kata Sila.

Sila dan teman-temannya sekarang masih berkuliah dia semester akhir. Dan mereka berlima memang dari keluarga berada. Rumah Sila saja bertingkat tiga, di lantai atas ada rooftopnya. Pulang pergi ke kampus bawa mobil sendiri. Sila selain cantik juga sangat ramah, dan Naymila pertama kali bertemu Sila karena iklan di Instagram yang Naymila pasang untuk eyelash extension dan nailgel. Sila juga orangnya tidak suka lama-lama di salon, jadi lebih nyaman untuk home service aja.

"Kamu gak capek Nay, udah hampir lima jam loh kamu disini. Tuh si Karen sampe ketiduran kamu pasangin bulu mata." Kata Bella.

"Yah udah biasa Kak... Gapapa sih." Saut Naymila yang sekarang memasang bulu mata si Karen. Karen ini sampai ketiduran dan sedikit mengeluarkan cairan dari bibir tipisnya, cantik-cantik juga manusia normal tetap bisa ileran kalo tidur.

Naymila menyelesaikan semua tugasnya, dan mendapatkan uang dari Sila dan teman-temannya. Ternyata Sila memberi sedikit uang lebih untuk Naymila.

"Buat kamu jajan yah ..." Sila tersenyum manis saat menyerahkan uangnya kepada Naymila. Naymila pun menyambut senyum itu dengan senyuman yang lebih lebar lagi.

"Makasi banyak ya,kak Sila ... Sering - sering aja begini!" Naymila nyengir.

Naymila pun berpamitan kepada lima perempuan muda itu. Dia segera menghidupkan motor matic-nya dan pulang.

Dijalan pulang Naymila merasakan mata, leher dan punggungnya sedikit lelah. selama hampir lima jam disana membuat Naymila lemas, apalagi perutnya belum diisi makanan. Dia menghentikan laju motornya. Menoleh ke sekitar tempat dia berhenti di pinggir di jalan, cuma ada satu kedai kopi di seberang jalan.

Segera dia melajukan motornya untuk menyeberangi jalan menuju kedai kopi.

Namanya Kedai Kopi Mu. Ada menu terpasang di depan, matanya meneliti melihat nama-nama makanan dan minuman. Dia menemukan ada roti bakar lengkap dengan isian seperti sandwich, di sana bertuliskan hari ini sedang promo jika membeli satu varian sandwich gratis satu es kopi apa saja. Ini yang Naymila suka, kata gratisnya.

Naymila memutuskan untuk masuk kedalam, karena sudah tidak tahan dengan laparnya.

Dia langsung menghampiri meja tempat memesan orderan.

"Selamat datang, Kak... Mau pesan apa?" Naymila disambut oleh seorang pelayan muda cantik yang tersenyum sangat ramah.

"Aku liat ada promo beli 1 roti bakar sandwich gratis es kopi ya Mbak ?" Tanya Naymila.

"Betul kak... hari ini kita promo, kakak mau pesan yang apa? Ini pilihan menunya kak silahkan dilihat."

"Aku pesan satu roti bakar sandwich telur keju ini ya mbak. Emmmm ... trus minumnya ..." Naymila tampak berpikir keras.

"Mbak kalo minumnya pakai air putih aja atau es teh bisa gak mbak?" Tanya Naymila kemudian.

"Maaf Kak... Kalau yang promo hari ini cuma sama es kopi aja Kak! Tapi kalo kakak mau pakai air putih atau es teh jadinya harga normal Kak."

Naymila tampak memperhatikan daftar harganya kembali, dia melihat harga air mineralnya lima belas ribu, lalu untuk menu es teh harganya mulai dua puluh ribu. Otak akuntingnya kembali berpikir.

"Ya udah pakai yang lagi promo aja Mbak... Kalo gitu es kopi americano satu "

"Baik kak, satu roti bakar sandwich telur kejunya, dengan satu es kopi americano ya kak. Mau take away atau makan disini kak??'

"Eemmm..." Naymila berpikir sebentar karena sudah lapar. "Makan disini aja mbak ya ..."

"Baik kak... Totalnya jadi tiga puluh ribu."

Naymila memberi selembar uang lima puluh ribu.

"Kembaliannya dua puluh ribu ya kak, ini nomer mejanya. Mohon di tunggu ya kak. Terimakasih." Senyum pelayan itu sangat lebar dan manis.

"Oh lupa ... tanpa gula ya Mbak, es kopinya."

"Baik kak tanpa gula, ada lagi Kak?" Tanya pelayan itu.

"Engga ... Udah, makasi ya."

Mata Naymila menjelajah mencari tempat yang nyaman. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk di pojokan sambil melihat pemandangan kebun yang ada di dalam kedai kopi ini.

Naymila baru pertama kali masuk kemari. Tempatnya tidak begitu luas, hanya saja cukup nyaman untuk anak muda nongkrong, tentunya karena harganya lumayan murah juga karena free Wi-Fi. Banyak anak sekolahan atau mahasiswa yg membawa laptopnya kemari, ada juga remaja yang berkumpul sambil bermain game di handphonenya.

Sebenarnya Naymila jarang sekali ke tempat seperti ini, dia lebih sering makan di rumah, prinsipnya harus hemat. Tapi karena kebetulan terlalu lapar jadi dia memutuskan untuk mampir kesini.

Ah ya sudah sekali - kali makan roti isian begini kan gapapa, bukannya sekarang lagi jamannya begitu, pikir Naymila.

***

Pertemuan Pertama

Seorang laki-laki tinggi dengan rambut lurus yang di sisir rapi, membawa pesanan yang dipesan Naymila. Dia terlihat sudah terlatih dan sigap.

"Sore ... Pesanannya satu roti bakar sandwich telur keju, juga satu es kopi americano tanpa gula ya." Sambil meletakkan pesanan Naymila di atas meja.

"Makasih..." Jawab Naymila.

"Tumben kesini ya, Kak ?" Tanya pelayan itu.

Naymila melirik sepintas, kemudian memasang wajah cuek.

"Ya..." Jawabnya singkat.

"Pantesan ... Saya baru pertama kali lihat Kakak kesini. Kakak tinggal dimana ?" Tanyanya lagi.

"Jauh."

"Jauh di mata dekat di hati ya?" Ucapnya dengan wajah jahil.

Naymila tetap cuek, dia cuma berpikir orang ini tidak terlalu penting. Naymila memang tidak mudah bergaul. Naymila fokus mencicipi sandwichnya, tanpa peduli pelayan tadi masih berdiri di sampingnya.

"Bagaimana rasa roti bakar sandwichnya kak? Enak?" Tanya pelayan itu lagi.

Naymila cuma mengangguk. Lalu menyeruput es kopinya. Wajahnya sedikit mengernyit saat es kopi itu masuk kerongkongannya. Pahit.

"Kenapa Kak? Pahit?" Tanya pelayan itu lagi.

Naymila diam saja.

"Kalo dikasi sedikit gula mungkin rasanya jadi lebih enak, Kak! Kakak memang gak suka gula ya?"

Naymila masih diam. Naymila tidak mau ambil pusing kata-kata pelayan itu. Naymila memang anti dengan sesuatu makanan atau minuman yang manis. Karena dulu waktu SD dia pernah sakit selama seminggu, mual-mual karena konsumsi minuman coklat yang terlalu manis, sejak saat itu dia sama sekali tidak mau konsumsi sesuatu yang terlalu manis. Jadi selama ini kalau minum selalu yang hambar, selain air putih, jika dia ingin minum teh atau kopi, pasti tanpa gula.

"Kakak ditanya kok diam aja sih Kak? Ya sudah selamat makan ya Kak!" Pelayan itu tersenyum lebar, terlihat ada lesung pipinya di sebelah kiri.

Naymila tetap fokus untuk makan. Dia merasa ada yang memperhatikan dia dari jauh. Mungkin cuma perasaannya saja. Naymila terus menyeruput es kopinya sampai setengah. Dia tahu itu pahit, cuma dia merasa sayang saja untuk membuangnya, belinya pakai uang. Jika tahu kalau begini tadi seharusnya dia membawa bekal air putih, gara-gara tadi dia bergegas ke rumah Sila.

Setelah dia menghabiskan sandwich juga es kopinya, dia segera bangun dan beranjak pergi dari mejanya. Handphonenya berbunyi tanda ada pesan masuk. Dari Mama.

Kamu dimana Nay? Masih lama? Anter Mama ke rumah Tante Ririn.

Naymila segera membalasnya.

Ini otw mah...

Balas Naymila sambil lalu memasukan handphonenya kembali ke tas. Dan bergegas untuk pergi.

Di dekat pintu keluar dia disambut kembali oleh pelayan tadi.

"Terimakasih Kakak... Datang kembali ya ke Kedai Kopi Mu! Oh iya besok kita ada promo lagi kak! Beli satu es kopi tanpa gula, gratis senyum manis ku Kak!" Pelayan itu memamerkan senyum lebar dengan lesung pipi di kirinya lagi.

Naymila berjalan cuek sambil tersenyum tipis. Dia bergegas keluar dari kedai itu, lalu mengeluarkan kunci motornya. Sambil masih terbayang kata-kata pelayan tadi.

"Sori... Gak akan kesini lagi." Sambil menancap gas motornya.

***

"Nay ... Kamu sudah makan belum?" Tanya Mama Naymila yang sedang di bonceng oleh Naymila menuju salon Tante Ririn.

"Udah Mah, tadi aku mampir beli makan di jalan pulang."

"Beli makan di jalan? Beli makan apa? Jangan boros dong kamu. Mama tadi masak banyak itu gak ada makan, tadi juga Jodi cepet-cepet pergi katanya di ajak futsal sama temennya."

Naymila cuma diam. Dia malas membahas kalau masalah makan di luar selalu Mamanya memberi nada tidak setuju. Naymila tipe orang pendiam, dia juga jarang sekali curhat dengan Mamanya, dia tahu kalau curhat ke Mamanya bukannya menemukan solusi tapi malah menambah masalah. Baginya Mama selalu punya pandangan negatif tentang segala sesuatu. Selalu melihatnya dari segi negatif dulu, dan sangat jarang memeluk anak-anaknya. Buat Mama cuma mencari uang untuk bertahan hidup untuk dia dan anak-anaknya. Tanpa perlu mencari tahu perasaan anak-anaknya atau mencari tahu apa yang sedang di alami anak-anaknya.

Sampai di salon Tante Ririn. Tante Ririn tampak duduk bersantai.

"Rin ... Kamu lagi sepi?" Tanya Ibu Sinta, Mama Naymila.

"Iya Mbak Sinta... Belakangan agak sepi. Kalau ramai biasanya Nay sering bantuin kesini!" Jawab Tante Ririn.

"Nay sering kesini?" Tanya Ibu Sinta lagi sambil melihat anaknya.

"Iya Nay kan sering bantuin disini, kadang juga ada yang minta eyelash atau nailgel itu Nay yang ambil kerjaannya Mbak! Lho, emangnya Nay gak pernah cerita?" Tampak wajah Tante Ririn kebingungan.

Sudah berjalan dua tahun dari waktu Tante Ririn memberi tawaran untuk kursus ke Naymila. Waktu itu Mama Naymila cuma tahunya cerita kalau Tante Ririn yang membiayai kursusnya, tanpa tahu kalo ternyata Naymila juga sering membantunya di salon.

"Ya Mama gak pernah tanya, jadi mana tau ..." Jawab Naymila cuek.

Mamanya memandang dengan tatapan tajam ke anaknya. Tante Ririn segera berusaha mencairkan suasana.

"Udah-udah ... Maaf ya Mbak Sinta mungkin aku juga gak pernah cerita ke Mbak. Tapi ini Naymila gak sering kok kesini, paling kalo ada yang butuh eyelash extension atau nailgel aja." Tante Ririn berusaha menenangkan iparnya.

"Oh iya... Aku suruh Mbak kesini karena ada yang mau aku omongin, Mbak." Lanjut Tante Ririn.

Mama Naymila segera mengalihkan pandangannya dari Naymila ke Tante Ririn.

"Ada apa Rin?"

Tante Ririn senyum-senyum, "aku rencana nikah bulan depan, Mbak."

Naymila berdiri dari tempat duduknya. "Tante ... Beneran? Kok Tante gak cerita ke Nay?"

Tante Ririn cuma tersenyum.

"Syukurlah Rin, Mbak seneng banget dengernya. Akhirnya..."

"Iya maaf baru bisa kasi tau kalian hari ini. Calon suamiku rencana besok mau ketemu keluarga kita. Besok Mbak datang ya sama anak-anak." Kata Tante Ririn.

"Tunggu... Emang pacar Tante Ririn yang mana?" Naymila berusaha mengingat laki-laki yang pernah dekat dengan Tantenya.

"Itu yang ngajak Tante pergi naik mobil warna hitam." Saut Tante Ririn.

Naymila coba mengingatnya lagi. Memang pernah dia melihat Tantenya di jemput dengan mobil berwarna hitam, namun dia tidak jelas melihat wajahnya.

"Kamu kenal dimana? Sudah lama pacarannya?" Tanya Ibu Sinta menyelidik.

"Baru pacaran enam bulan Mbak! Dianya juga serius. Tapi...."

"Tapi?" Tanya Mama Naymila.

"Tapi duda Mbak!"

Spontan Naymila dan Mamanya melotot.

"Kamu serius? Mau nikah sama duda?" Tanya Ibu Sinta meyakinkan.

"Iya Mbak, Yakin seratus persen. Dia baik Mbak." Jawab Tante Ririn dengan yakin.

"Tapi kalo nikah sama duda itu pasti ada resikonya Rin, apa dia sudah punya anak sebelumnya? Kenapa dia duda? Cerai atau ditinggal meninggal?" Jiwa keingintahuan Ibu Sinta pun keluar, seperti bayangan Naymila, kalo Mamanya ini pasti akan berpikir negatif dulu tentang seseorang.

"Cerai Mbak... Sepuluh tahun lalu. Dan mantan istrinya sudah menikah lagi setelah mereka bercerai!"

"Trus anaknya?" Tanya Ibu Sinta lagi.

"Dia punya satu anak laki-laki Mbak, sekarang masih kuliah, tinggal sama dia juga. Sejauh ini anaknya mau menerima Ririn. Dia juga baik dan manis."

"Yang penting itu udah jadi keputusan kalian saja. Kan kalian yang menjalani, Mbak doakan yang terbaik ya."

"Tumben gak pake kotbah Mah?" Tanya Naymila pada Mamanya.

"Sssttttt..." Mama Naymila mendekatkan jari telunjuknya ke bibirnya. Naymila langsung manyun.

"Jadi besok Mbak sama anak-anak datang ya." Tante Ririn meyakinkan lagi.

"Iya Rin, Mbak pasti datang kok." Jawab Mama Naymila.

"Nanti Tante kenalin kamu sama anaknya yah..." Kata Tante Ririn pada Naymila.

Naymila cuma tersenyum tipis.

Ada suara motor didepan salon Tante Ririn. Tidak lama motornya terparkir tepat di depan salon. Seorang laki-laki yang menaiki motor Vespa keluaran terbaru berwarna putih itu tampak membuka helmnya. Dengan menggunakan jaket kulit tebal berwarna coklat, juga headset terpasang di telinganya. Dia tampak menyapukan rambutnya dengan jari agar kembali rapi. Laki-laki itu masuk ke dalam salon dengan senyum manis dan lesung pipinya di sebelah kiri tampak terlihat jelas.

"Halo Tante cantik ..." Sapa orang itu.

Naymila mencari sumber suara itu, menoleh ke orang yang berdiri depan pintu salon. Badannya tinggi dengan rambut lurusnya. Naymila yakin pernah melihat orang ini. Tapi tidak mau ambil pusing, Naymila mengalihkan perhatian dengan mengambil handphonenya dan membuka sosial medianya.

"Loh ... Miko, kamu kok tiba - tiba kesini? Sama siapa? Sendirian?" Tanya Tante Ririn yang sedikit kaget dengan kehadiran orang itu.

"Iya Tante ... Aku sendirian, tadi kebetulan lewat jadi aku mampir. Oh iya ini aku bawain kue brownies." Dia memberikan bungkusan kepada Tante Ririn. Tante Ririn langsung mengambilnya.

"Makasi ya Miko ... Kamu repot-repot banget."

Miko tersenyum lagi pada Tante Ririn, Juga tersenyum pada Ibu Sinta. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada Naymila yang sedang asyik mengutik handphonenya.

"Oh iya Mbak Sinta, ini kenalin namanya Miko. Dia anaknya calon suamiku, yang tadi aku ceritain yang masih kuliah." Tante Ririn mengenalkan Miko pada Ibu Sinta.

Ibu Sinta tersenyum manis. "Ganteng ya..."

"Tapi bukan ganteng - ganteng serigala Tante ya ..." Miko melempar senyum lesung pipinya pada Ibu Sinta. Ibu Sinta malah tersipu malu.

"Miko, ini kakak ipar Tante, namanya Ibu Sinta. trus yang duduk pegang Hp itu anaknya, namanya Naymila." Tante Ririn memperkenalkan pada Miko.

Miko mengangguk. "Seneng bisa ketemu Tante." Sambil meraih tangan Mama Naymila lalu mencium punggung tangannya.

Ibu Sinta kesemsem melihat anak laki-laki tampan yang sopan. Dia yang selalu melihat orang dari sisi negatif, tapi kalau melihat anak muda yang ganteng semua yang dia lihat jadi positif.

"Tante... Saya boleh minta ijin?"

"Hah? Ijin apa?" Tanya Mama Naymila.

"Ijin ngobrol sama anaknya Tante." Sambil menoleh ke Naymila yang sibuk main Hp.

"Aduh... Gitu aja pake ijin, ya langsung aja kesana gapapa."

Miko tanpa pikir panjang langsung duduk di sebelah Naymila. Ada kursi rotan panjang berwarna putih. Naymila tetap cuek.

"Hai ... Ternyata dunia sempit ya." Sapa Miko.

Naymila menoleh sekilas. Melihat Miko dari atas sampai bawah. Merasa tidak penting jadi Naymila kembali sibuk dengan handphonenya.

"Kamu lupa ya? Yang tadi sore di kedai kopi." Miko mengingatkan kembali.

Otak Naymila langsung memutar kembali ingatannya. Iya ini pelayan yang di kedai kopi tadi.

Miko menjulurkan tangannya, hendak berkenalan.

"Namaku Miko ... Kamu Naymila ya?"

Tapi Naymila tidak membalas tangan Miko. Dia cuma mengangkat satu alisnya, dan kembali sibuk dengan layar handphonenya.

"Aku baru tau kalo kamu keponakan Tante Ririn. Nanti kita jadi sering ketemu lagi." Kata Miko lagi.

Naymila merasa terganggu. Dia beranjak pergi dari tempat duduk itu. Pandangan Miko tidak lepas dari Naymila, walau Naymila cuek bebek padanya.

***

kasi coment ya temen2 yang baca ... biar aku semangat nulisnya 😀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!