NovelToon NovelToon

Istri Lemah Menjadi Kuat

Prolog

Jakarta, Oktober 2013

Saira hanya mampu menatap wajah Aksa dengan penuh minat. Namun, sayangnya sudah bertunangan dengan Izora—Kakaknya. Seiring berjalan waktu, perasaan cinta tak lagi mampu ia bendung. Lalu, sebuah rencana terlintas di benaknya dan malam ini akan segera ia laksanakan. Bahkan, jika harus dibenci oleh keluarganya sekali pun. Ia sudah siap asalkan ebisa memiliki Aksa Delvin Arion.

Malam ini keluarga Aksa serta keluarga besar Saira sedang berlibur di puncak Bogor. Untuk merayakan kelulusan Izora yang lulus dengan predikat coumlade. Tentu saja membuat semua orang bersuka cita termasuk Saira.

“Ada yang mau minum?” tanya Saira pada mereka semua. Namun, hanya Aksa yang mengangkat tangan dan sebuah senyuman licik pun terlihat di bibir mungil Saira. Ia dengan segera mengambil minuman yang sudah ia bubuhi obat perangsang, gadis itu segera membawa sebuah gelas minuman pada Aksa. Pria itu langsung meneguk habis sehingga membuat senyuman Saira semakin lebar.

Lima belas menit kemudian tampak Aksa seperti kepanasan. Saat pria itu hendak beranjak, Saira datang menawarkan bantuan untuk mengantar pria itu ke kamar. Karena saat itu Izora sedang sibuk memanggang daging.

”Ma, Pa, Tante. Saira antar Aksa dulu ke kamar karena sepertinya dia tidak enak badan,” ujar Saira yang langsung disetujui oleh mereka tanpa menaruh curiga sama sekali. Karena selama ini Aksa dan Saira sudah seperti saudara dan mereka kembali melakukan kegiatan.

Saira mengantar Aksa menuju sebuah kamar lalu mengunci pintu dari dalam agar tidak ada yang melihat aksinya. Namun, ternyata kuncinya macet.

Satu jam kemudian, Saira belum juga kembali lalu, Wina menyuruh Izora untuk menyusulnya dan gadis itu pun segera beranjak menuju kamar yang di tempati oleh Aksa. Sesampainya di sana, Alangkah kagetnya ia saat melihat kedua insan yang saat ini sedang tertidur manis. Hanya dibungkus selimut tipis dan transparan. Hingga Izora berteriak dengan histeris dan semua orang langsung datang ke sumber suara dan ikut kaget saat melihat keduanya.

Aksa pun sadar saat mendengar mereka semua berteriak dengan kencang. Lalu melihat ke sisi kirinya Saira yang tidur dibalut selimut tipis. ia kini mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan mereka. Setahunya ia kepanasan lalu ... ingatannya berselancar ke beberapa menit yang lalu. Ia mengacak kasar rambutnya yang sudah acak-acakan.

“Sayang, ini tidak seperti yang kamu bayangkan,” ucap Aksa pada Izora yang sedang menangis. Netranya menatap mata merah itu dengan sendu.

Andri maju ke depan lalu memukul rahang Aksa dengan keras. Gurat marah dan kecewa terlihat si wajahnya. Kemudian ia membangunkan putrinya kasar sampai gadis itu bangun. Tanpa menunggu jeda Andri langsung menampar dengan brutal tanpa ada siapa pun yang menghalaunya. Karena mereka sudah terlanjur dikecewakan oleh Saira. Bahkan Aksa tidak peduli jika Saira mati di tangan Andri.

“Dasar anak tidak tau diri! dan kamu Aksa, kamu harus menikah dengan anak ini!” tunjuk Andri dengan marah. Ia pergi meninggalkan mereka. Rika dan suami pun menatap kecewa pada putra mereka dan berlalu pergi dari sana. Sedangkan, Izora menatap keduanya dengan amarah dan kebencian yang membara.

“Brengsek kalian!” Teriaknya lalu berlalu dari sana dan kini tinggal mereka berdua di sana.

Aksa bangkit dari ranjang dan hendak menyusul kekasihnya. Namun, niatnya terhenti karena ada hal yang harus ia bahas dengan gadis yang menatapnya dengan senyuman. Hal itu membuat amarahnya memuncak sampai ke ubun.

“Apa ini adalah rencanamu?” tanya Aksa dengan raut marah. Saira menatap Aksa dengan raut bahagia.

“Aku melakukannya karena aku mencintaimu Aksa,” ujar Saira dengan santai

Jawaban gadis itu mampu menyulut emosinya yang sudah terbakar. Matanya menatap Saira dengan tatapan membunuh.

"Apa kau sudah gila! Aku ini kekasih dan tunangan dari kakakmu sendiri!"

"Mau bagaimana lagi, aku sangat mencintaimu Aksa."

“Kau akan menyesal karena sudah menjebakku!” desis Aksa lalu memakai baju serta celana. Setelahnya pria itu berlalu dari sana dengan kemarahan. Kini Saira tersenyum puas di tempatnya dan menatap kepergian Aksa dengan sebuah kemenangan.

“Aku tidak peduli jika kamu tidak mencintaiku asalkan ragamu bisa kumiliki, toh, seiring berjalannya waktu kamu juga akan belajar mencintaiku seperti aku yang mencintaimu dengan tulus.” serunya tanpa memikirkan sesuatu yang rumit sedang menunggunya di ujung jalan.

❤❤❤❤❤

Saira Ophelia

Aksa membanting makanan yang Saira buat untuknya.

"Berapa kali sudah kukatakan jangan pernah tangan kotormu menyentuh makananku. Aku tidak sudi makan buatan dari perempuan tidak tau malu sepertimu!" bCLAUDI kemudian berlalu pergi dengan kemarahan dan meninggalkan Saira dengan perasaan hancur.

Ia lalu mengutip sisa makanan yang kini telah berhamburan di lantai. Membersihkan pecahan piring yang sudah berderai malang. Tanpa ia sengaja kakinya menginjak pecahan beling yang terselip di sela kaki meja makan.

"Auww." Ringisnya pelan. "Jangan menangis Saira, inilah risiko yang harus kamu tanggung," ucapnya menguatkan hati sambil mengusap air matanya.

Hati yang rapuh untuk kesekian kali kembali retak tak terkira. Lagi-lagi penyebabnya masih orang yang sama. Ia sadar bagaimana kebencian sangat kentara ditunjukkan oleh suami yang sangat ia cintai. Saira dengan cinta butanya dengan licik menjadikan Aksa suaminya, yang saat itu berstatus sebagai tunangan kakak kandungnya sendiri. Gadis itu memiliki keluarga. Namun, hidup tak jauh bedanya dari sebatang kara. Kakak yang dulu sangat mencintainya kini beralih membencinya. Ayah dan ibu yang dulu menyayanginya kini diliputi kekecewaan terhadapnya. Sedangkan kakak lelaki mendiaminya tanpa mau berbicara sepatah kata pun padanya.

Ia sangat tahu bahwa kekecewaan tengah menyelimuti keluarganya dan untuk kebencian adalah hal yang setimpal ia dapatkan dari semua orang yang ia sayangi.

Lengkap, itulah satu kata yang menggambarkan penderitaannya saat ini. Ia menyesal pernah menuruti egonya dan berakhir dengan semua orang membencinya. Namun, apa semua sesal itu bisa terhapuskan bila diratapi? Tidakkan. Untuk itu ia akan menjalaninya sampai hati mengatakan cukup dan berhentilah.

"Bik tolong bersihkan kamar tamunya," ucap Saira sopan pada pembantu yang sudah lama mengabdi di keluarga suaminya.

"Baiklah, Saira." Itulah panggilan yang disematkan gadis itu pada dirinya sendiri. Ia lebih nyaman dipanggil nama daripada sebutan yang lain, mengingat Bi Sum lebih tua darinya.

Saira kembali menekuri hidupnya selama dua tahun terakhir ini. Kapan terakhir kali dia tersenyum. Entahlah dia pun lupa. Badan yang dulu berisi kini kian mengurus dimakan perih.

"Saira ayo makan dulu. Kamu belum makan dari tadi pagi," ucap Bik Sum dengan lembut.

"Aku tidak begitu lapar Bik," ucap Saira singkat.

"Tapi kamu bisa sakit." tutur Bik Sum memperingati.

Tak ingin membuat orang yang sudah menyayanginya dengan tulus khawatir. Ia makan meski hanya sedikit. Entahlah Saira tidak ada selera sama sekali. Bik Sum yang melihat itupun merasa iba pada Saira, bagaimana bisa gadis sebaik dia diberikan cobaan sedemikian berat. Ia juga menyadari badan istri dari anak majikannya ini sudah kian menyusut dari minggu ke minggu.

"Kasihan sekali kamu Nak." batin Bik Sumi.

"Kenapa Bibi malah melamun," ucap Saira yang sudah selesai dengan sarapannya.

"Hanya teringat sesuatu saja, Bibik ke dapur dulu ya." pamit Bik Sum.

Saira pergi bersiap menuju kampus dengan menggunakan motor matik Honda merk Beat. Pagi ini ia ada tugas kelompok dan kebetulan dosennya adalah Aksa. Di kampus tidak ada yang tahu bahwa ia istri dari Aksa yang menjadi salah satu dosen favorit di kampus. Karena ketampanan dan kecerdasannya di tambah ia juga masih muda.

"Pagi Saira," ujar Amara sahabat satu-satunya.

"Pagi juga Am," jawab Saira dengan tersenyum.

"Kamu kurusan ya, lagi diet?" tanya Amara penasaran. Saira hanya menganggukkan kepalanya karena Aksa sudah masuk ke kelas mereka. Ia sadar akhir-akhir ini berat badannya menurun drastis.

"Untuk tugas minggu ini dikumpulkan paling telat minggu depan. Jadi kalian memiliki waktu seminggu untuk mengerjakannya." Aksa kemudian berlalu tanpa melihat ke arah Saira.

Saira hanya bisa menarik napas pelan. Ia sangat lelah dengan semuanya. Namun, pantaskah ia menyerah untuk saat ini. Tidak, ia belum bisa menyerah begitu saja.

****

Aksa Suka Marah

Hari sudah malam dan jam menunjukkan pukul sepuluh. Saira baru selesai mencari bahan untuk tugasnya di perpustakaan. Ia pun segera bergegas pulang meski ia tahu tidak akan ada orang yang akan menunggu kepulangannya. Saira segera menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ia menaikkan kecepatan motor karena merasa diikuti. Tanpa pikir panjang ia segera melajukan kenderaannya dengan kecepatan tinggi, hingga di perempatan jalan ia tak mampu mengendalikan keseimbangan kemudian oleng hingga membuat tubuhnya terpental beberapa meter di bahu jalan.

Tidak ada luka yang serius hanya saja beberapa bagian tubuhnya terluka cukup dalam termasuk lengan dan lututnya.

Ia tidak merasakan sakit sama sekali. Beberapa orang yang membantunya menyuruh dia ke rumah sakit untuk berobat. Namun, ditolak halus olehnya. Ia kembali melajukan motornya hingga selamat sampai ke rumah. Saira lupa bahwa hari ini keluarganya berkunjung ke rumah, dengan pelan ia membuka pintu. Ia melewati beberapa anggota keluarga yang sedang bercanda tawa tanpa menghiraukan kehadirannya. Tak mau ambil pusing ia segera menaiki tangga dengan langkah pincang.

Sesampainya di kamar, ia segera mengambil kotak P3K dan segera mengobati tubuhnya yang terluka. Meski harus menahan perih yang teramat menyiksa ia tidak menangis. Bahkan ia lupa kapan terakhir kali menangis.

"Aku sudah berteman dengan luka, bagaimana bisa aku menangis." Ia mensugesti diri sendiri.

Ia sedang sibuk membersihkan dan mengobati luka. Namun, suara pintu menghentikan kegiatannya. Ia melangkah untuk membuka pintu tersebut dengan langkah tertatih.

"Kau ditunggu Mama sama Papa di bawah," ucap Tya selaku adek iparnya dengan ketus.

Saira hanya menganguk dan segera melangkah dengan susah payah menuruni tangga menuju tempat mereka semua berkumpul.

"Malam Ma, Pa," sapa Saira dengan kikuk kepada orang tua serta mertuanya yang hanya dibalas anggukan kecil oleh mereka. Sedangkan di sisi lain ia melihat suaminya sedang bercengkrama dengan Izora yang terlihat sangat serasi dan bahagia. Ia hanya mampu tersenyum pahit saat melihatnya.

"Kenapa kamu pulang malam! Apa kamu selalu keluyuran seperti sekarang dan mengabaikan suamimu di rumah!!" teriak papanya marah.

"Tidak Pa, tadi ada tugas kampus yang harus diselesaikan dengan cepat. Alasan kenapa Saira pulang terlambat karena mampir keperpustakaan," jawabnya dengan pelan sambil menunduk.

"Tidak ada yang lebih penting daripada suami. Apa yang mau kamu kejar dari pendidikanmu hidup saja menyusahkan dan memalukan orang tua!" hardik Andri pedas.

Mendengar nada penuh sindiran tersebut hati Saira kembali merepih. Namun, ia mencoba menahan sekuat tenaga agar tidak menangis karena dalam keramaian nyatanya ia hanyalah seorang diri yang kesepian. Saira undur diri sejenak dari kesesakan yang menyiksanya.

Dengan pelan ia kembali berjalan dan memaksakan lutut yang terluka seolah ia baik-baik saja. Menaiki tangga satu demi satu sambil menahan ringisan saat keringat sudah membanjiri wajahnya, ia tak mampu lagi berjalan karena rasa perih yang teramat sakit pada lututnya. Hingga pada tangga terakhir kaki kanannya oleng dan kehilangan keseimbangan. Tubuh Saira jatuh hingga berguling menuruni tangga.

Bunyi yang keras mengagetkan mereka semua. Namun, ia bangkit perlahan dan mencoba terlihat baik-baik saja karena semua tidak ada artinya bila kebencian sudah mendarah daging di hati mereka semua. "Lain kali hati-hati, mata jangan di dengkul. Taunya hanya merepotkan!" dengkus Aksa tajam. Pria itu berjalan mendekati Saira sambil menggendong menuju kamar.

"Terima kasih," ucap Saira pelan, hanya dibalas angin lalu karena Aksa sudah berlalu dari sana.

"Melihatku saja ia sudah muak bagaimana nanti bila aku pergi jauh ia pasti akan sangat bahagia." Saira tertawa miris.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!