...“Bersemuka tak disangka menjelma rasa aneh dalam dada.”...
🗒🗒🗒🗒
SMK YPKP Sentani, penuh dengan sebuah lukisan suram ketika menjeruji nafsi dalam sunyi dengan kesibukan dunia sendiri.
Melihat mereka memelihara tawa derai, begitu menyenangkan kalau menggabungkan diri ke sana.
Tapi, masih terbayang lagi dengan trauma pertemanan.
Takut. Bakal terkucilkan juga terdampar pada luka, karena kembali memperluas hati untuk kepercayaan situasi yang ada.
Cantika Mellyana. Nama paling anggun tapi tidak dengan karakter tersebut. Begitu tomboi dan cuek.
Apakah terlalu cuek, membuat diri terasingkan dalam kelas terkesan humble itu?
Tidak. Cantika justru menggeleng, menampik semua yang ada dalam pemikiran.
Masih bertahan dalam pondasi sunyi.
Tidak tahu kenapa sejak terbungkus oleh wajah-wajah bengis di balik pertemanan sejak SD, malas mengurusi lagi arti persahabatan.
Karena bagi Cantika semua itu delusi saja.
Jangankan teman, lingkup paling dekat sejak lahir sekalipun tak pernah menanggapi diri berarti.
Seperti .. Takdir berkata kau tak pantas bahagia yang melulu merasa sesak dalam dada.
Walau dua bola mata memotret multimedia sangat ramah dan tidak memilih dalam berteman. Tetap saja kan, yang namanya trauma sulit tersingkir dalam isi kepala.
Masih berada dalam label siswa baru, kok sudah terlihat akrab? Seperti teman lama bertemu lagi dalam ruangan.
Hanya memiliki teman sama dari sekolah lama, SMP, Livy.
Itu pun sudah jauh lebih menjaga jarak dan lebih memilih bergaul dengan teman baru.
Bukannya ngajak ngobrol atau kumpul bersama, kok ditinggalkan begitu saja?
Yang menjadikan diri malas ikut bergabung. Dan lebih memilih sunyi.
Sembari menunggu guru masuk dalam kelas, gadis itu memutar lagu hingga volume kandas sekali pun, tetap bising-bising dalam kelas mengalahkan lagu sedang di putarnya itu.
Cih. Berdecak dalam diri, kenapa terlalu ribut sekali?
Sudahlah, tidak perlu di pusingkan. Oh yah, selama ini Cantika mengidamkan sebuah jurusan berbau komputer, sewaktu SMP sudah tertarik setelah masuk ke dalam laboratorium untuk kali pertama.
Eh, wali kelas masuk, memberikan sebuah penjelasan tentang guru-guru yang ada di dalam kertas ketika semua siswa sudah mendapatkannya dari beliau, di bagikan.
Cantika melirik sekilas, hanya inisial nama saja.
“Oh, kalau kita masih bingung, ada keterangannya toh di belakang?” Gumam gadis itu, saat sudah membalikkan kertas tersebut.
Tidak lupa seminggu ini diisi dengan perkenalan saja, belum masuk belajar normal.
Sungguh .. Walau pun dalam hati Cantika sangat senang masih perkenalan dalam kelas, sejujurnya sudah tidak sabar buat masuk ke ruang laboratorium, mengotak-atik komputer.
Masih ingat persis, di mana melewati proses seleksi final antara lulus atau gagal yang mengharuskan mereka menebak sebuah gambar dalam komputer, melihat angka di kertas laminating yang hanya ada titik-titik buta dan masih banyak lagi.
Dan .. Menjadi daya ketertarikan masuk jurusan multimedia adalah membuat sebuah animasi. Karena tanpa sadar berdecak kagum dalam batin, saat wali kelas Cantika membuat satu contoh sederhana di komputer, bergerak.
Walau tahu sangat terbentang sebuah kegagalan dalam kepala, karena tak bisa mengelak lagi, jika otak di bawah rata-rata, tetap buat Cantika bersemangat tidak sabar buat masuk ke dalam laboratorium komputer.
Apalagi melihat teman multimedia pada humble saat masih awal perkenalan, tidak menutupi kemungkinan kalau sudah belajar normal, tidak bakal membiarkan teman dalam kesulitan.
Tapi, Cantika tipekal orang yang sangat cuek, apakah bisa mendekati diri dengan mereka nanti?
Hanya sibuk dengan dunia sendiri, musik.
Setelah melihat wali kelas sudah keluar, karena jam istirahat sudah berbunyi lima menit lalu, dengan langkah santai gadis itu berjalan ke arah kantin, beli cilok, makanan favorit.
Dengan di temani benda pipih, duduk di salah satu bangku panjang kantin, bermain game candy crush saga.
Sama sekali tidak terusik ketika keadaan kantin sudah ramai.
Sudah tenggelam dalam dunianya sendiri, sambil sesekali mengikuti irama sedang di dengarkan lewat headset.
Tidak tahu kenapa sangat beta berlama-lama dengan nada-nada sedang bermain di balik headset tersebut? Padahal kalau mau di bilang, mereka pada mau menciptakan sebuah obrolan.
Sayang, gadis itu sangat cuek dan tertutup.
Padahal .. Yang sedang di rasakan Cantika saat ini adalah berdebat dengan diri sendiri, insecure karena tidak memiliki sebuah keistimewaan sama sekali selain menyusahkan orang sekitar dengan porsi otak di bawah rata-rata.
🧭🧭🧭
Ternyata mendapati sosok teman baik dalam kelas multimedia tidak susah. Terbukti, memiliki beberapa teman akrab, Nila, Irsya, Risa, Nining dan Wardah.
Dia sangat bruntung bisa berteman dengan mereka, bukan hanya itu, satu kelas seperti keluarga kedua setelah rumah.
Kalau pun ada pelajaran susah, mereka bahu-membahu untuk belajar di guru bersangkutan. Indahnya berbagi ilmu bersama, tanpa menjatuhkan satu sama lain.
Dalam kegiatan belajar dalam kelas, mencari cela agar bisa bertukar kabar dengan kekasih, yang memang baru-baru belakangan ini menyatakan perasaannya kepada gadis itu.
Jangan berharap di biarkan begitu saja, asik dengan benda pipih, tak mendapati teguran halus oleh keempat temannya? Oh..tentu saja mereka menegur jangan main hp saat ada pelajaran dalam kelas begitulah yang bisa di gambarkan dari sorotan tersebut, jikalau mendapati Cantika asik bermain hp.
Beberapa minggu kemudian ..
Ternyata hubungan mereka tidak semulus itu, Arsha, nama kekasihnya minta putus. Tidak tahu penyebab mereka menyudahi hubungan tersebut yang cukup buat Cantika murung terus setiap kali berangkat sekolah.
Wajah yang kusut pun menjadi pertanyaan oleh teman-teman Cantika. Ketika dia menyuarakan bahwa hubungannya sudah tidak lagi berstatus pacaran dengan Arsha, kok mereka pada bernapas lega? Yang menjadi tantangan baru lagi, keempat perempuan itu harus menghibur Cantika, supaya kembali semangat belajar dan tersenyum lagi. Nihil, ternyata serumit itu.
Sempat mengerumungi gadis itu, mengode ada apa, kok murung sih? Begitulah yang bisa diartikan oleh Cantika, saat kedapatan wajah kusut dari keempat temannya itu.
Nila, teman berbadan gumpal itu menyingkir sambil cengengesan, bisa terlihat ekor mata Cantika, melihat ke mana arah perginya temannya itu.
Pergi dengan ekspresi sukar diartikan, lalu menoleh ke arah kiri karena penasaran. Di sebalah sana terdapat teman-teman cowok multimedia bertumpuk dengan menyandarkan tubuh di tembok, duduk di atas lantai.
Alis Cantika terangkat satu, bingung, kenapa teman berbadan gumpalnya menghampiri mereka? Dalam kepala bertumpuk berbagai pertanyaan hingga mengantarkan satu teman cowok pemalu di samping Cantika. Yang memang sudah mencari incaran Nila untuk menghibur gadis itu.
“Kenapa, Can? Katanya kamu lagi galau kah, di putusin sama pacarmu?” Deg! Dengan cepat jantung itu abnormal.
Pertanyaan itu muncul, setelah keempat temannya menyingkir, membiarkan cowok tersebut bisa leluasa menghibur Cantika.
Sebelum menjawab pertanyaan dari temannya itu, melirik kesal ke arah jendela kelas, mendapati teman-temannya pada tersenyum licik, lalu beralih ke teman cowoknya itu dan mengangguk pelan.
Bisa-bisanya Nila berinisiatif buat panggil teman cowoknya itu untuk menghibur Cantika. Dasar..teman-teman menyebalkan, gerutu Cantika dalam batin.
Mereka sudah pada angkat tangan, susah dalam menghibur gadis itu. Tetapi dengan cara seperti itu, semoga saja mengembalikan senyum Cantika yang masih belum move on dengan mantan. Ada bagusnya juga sih, dengan mendengar hubungan temannya selesai, bisa buat dia fokus dengan guru saat pelajaran berlangsung dalam kelas. Tetapi, sepertinya butuh waktu lama, karena luka masih membekas dalam hati.
“Cie..Ran, temani Cantika saja tuh, kasihan butuh teman curhat.” Nila masuk dengan sengaja menyoraki mereka berdua.
Spontan tanpa aba-aba, teman sekelas menyahuti bersama, “ciee..” Tiba-tiba mereka berdua merasakan dada panas dan pipi jadi merah karena malu.
“Eng..Can, kalau begitu, saya balik ke sana eh?” Kata Randy dengan tebata-bata.
Begitu juga dengan Cantika, mengangguk sangat kaku.
Satu minggu kemudian ..
Sejak kejadian dalam kelas, Randy yang menghibur gadis itu dalam kelas, cukup mengundang perhatian, setiap kali merengek belum bisa mendapatkan penggantinya Arsha. Dengan senantiasa cowok tersebut menghiburnya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja ada rasa nyaman setiap kali berbagi nestapa dengan Randy lewat SMS. Why? Jangan bilang cowok itu adalah penyembuh dan menggantikan posisi mantan kekasih dalam hati Cantika?
Eh, sebentar deh, menggantikan posisi sebagai kekasih? Sedangkan Randy tipekal orang yang anti-pacaran, karena ingin fokus belajar. Pun, sangat penurut dengan orangtua, tidak mungkinlah menjadi kenyataan mereka berdua berpacaran.
Namun, tak bisa mengelak bahwa bersemuka tak sengaja itulah yang menjelma sebuah rasa aneh dalam dada. Serius! Cantika tidak bohong.
Huaa..benar kah, Cantika suka dengan Randy?!
Baru saja menjadi sahabat beberapa hari lalu, karena ulah Nila yang diam-diam memberikan nomor hp gadis itu tanpa sepengetahuannya, cukup mengundang rasa yang aneh dalam dada?
Ah..Nila! Kau harus tanggung jawab perasaanku nih! Teriak Cantika dalam batin.
Jangan bilang kalau sahabat menjadi cinta? Hanya karena Randy yang sebatas menghibur. []
...“Karena curhat mengekspresikan rasa ingin gapai kata kita.”...
🥇🥇🥇
Cantika jadi tersadar, bahwa sejak berbual dengan cowok itu yang tiba-tiba datang ke mejanya di kelas, tujuan menghibur, ada rasa nyaman setelah berlanjut curhat di SMS. Pun, tak lagi merasakan ada nestapa mengurung diri.
Menyenangkan.
Hanya satu kalimat itu bisa dirasakan Cantika, setelah mengenal teman sekelas terkesan pemalu dengan perempuan.
Randy Hamas. Begitulah nama cowok yang berhasil buat hati bersiul sangat manis, setiap kali mendapati SMS darinya. Serius. Menyebalkan sih saat .. kenapa sih galau karena cowok? Macam tidak ada hal yang penting di kerjakan selain urus cowok, Randy melontarkan kalimat itu dengan polos.
Tak berperasaan sama sekali, wajar sih, tidak pernah merasakan cinta. Gadis itu juga merasa tidak tepat menjadikan Randy sebagai teman curhat mengenai kegalauan, belum move on dari mantan kekasih.
Sedikit ada perkembangan, tidak seperti pertama kali saat teman-temannya mendapati Cantika sedih sendiri dalam kelas. Karena Randy sedikit membantu dalam melupakan Arsha.
Terkadang menjadi tawa, tidak ada pulsa disusuli dengan takut ada yang kangen katanya. Spontan buat Cantika tertawa terbahak, bisa melucu juga?
Ran, salah yah kalau kita masih berharap sama mantan?
Tut..tut..tut.., SMS masuk,
Tidak salah, hanya saja kenapa sih kamu pikir cowok begitu? Macam tidak ada cowok lain saja.
Menghentak tak terima.
Kenapa semakin lama bercerita dengan Randy, mendadak seperti teman-temannya? Menyebalkan sekali.
Yang di butuhkan saat ini adalah perhatian, bukan sikap menyebalkan.
Mengerucutkan bibir, kesal sendiri memerhatikan balasan cowok itu. Ok, fine, Cantika memang masih belum sepenuhnya menyingkirkan nama mantan kekasih sudah terlanjur buat hati terluka, sangat mendalam.
Tapi, kok, ada yang lebih menjengkelkan di banding belum move on dari Arsha. Yup, tanggapan teman cowok sekelas dengannya itu cukup memutar bola mata sangat jengah.
Sudah, jangan sedih terus, belajar biar besok ada yang masuk di otak.
Tetiba, ada SMS baru yang dikirim oleh Randy.
“Ih..Randy menyebalkan!” Pekik gadis itu yang langsung dapat teguran dari ibundanya.
Walau pun kesal dengan cowok pemalu tersebut, ada rasa nyaman mulai tercipta dalam batin, ketika curhat terus mengalir bermodal SMS.
Cantika langsung sadar akan posisinya saat ini, sebatas suka saja dalam diam. Sebab tahu, sesosok sperti Randy takkan pernah mau merasakan arti pacaran selain fokus belajar saja.
Karena termasuk anak patuh dengan orangtua.
“Haha..” Kok, ketawa?
Hais, ketawa diri sendiri yang menempatkan rasa ke teman curhat yang takkan bisa menggapai diksi kita selain sahabat, titik.
Namun, sisi lain .. Luka, terima kasih, sudah mendatangkan sosok harmonis tapi sedikit menyebalkan seperti Randy, berbisik sangat manis dalam batin Cantika.
Benar, saat diri mendapati ruang bernamakan luka, nestapa, patah hati, tanpa sadar mendatangkan penawar terbaik.
Lain kali jgn melamun trus dlm kelas.
Deg! Mendadak menegang seketika mendapati SMS dari Randy.
Oh, jadi selama ini bukan sekedar menjadi teman curhat, melainkan diam-diam memerhatikan dirinya di sekolah yah?
Kok Cantika rasa, ke arah lebih perhatian lebih dari sekedar sahabat sih? Atau jangan-jangan hanya perasaan doang, prilaku sweet itu sebatas kebutuhan sebagai teman curhat, tidak lebih.
“Hm, maybe.” Gumam Cantika, berdesir.
Memang semenjak Arsha meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, sedikit menjadi kepribadian lebih tertutup, cuek, pun satu lagi sering melamun kalau jam istirahat. Bahkan sahabatnya yang beda kejurusan pun tidak tahu hal ini.
Selalu berhasil menggunakan topeng dengan tertawa riang, setiap kali Elvira, sahabatnya datang mengunjungi di kelasnya itu.
“Tik..pergi ke kantin luar sekolah kah?” Elvira mengajaknya.
Dengan cepat Cantika mengangguk dan mengatakan tunggu dulu di anak tangga, mau ngambil dompet dalam tas.
Sampai di sana, tidak banyak berbicara hanya tersenyum dan tertawa.
Bingung juga sih, apa yang buat dia setengah mati melupakan mantan kekasih, padahal sudah ada Randy yang menggantikan posisi itu.
Sebatas sebagai teman curhat, bukan untuk menjadi pacar, right?!
🧭🧭🧭
“Can, ke kantin yok?” Ajak Nila bersahabat.
Menoleh sekilas sambil menggeleng pelan, “tidak deh, lagi malas jalan.” Menolak sangat halus.
Cantika hanya mengurung diri dengan duduk dalam kelas, tanpa mau bergabung dengan teman-temannya yang sudah beberapa belakangan ini menjadi teman nyata, tak memberikan keterlukaan, kalau mau di bilang tulus.
Tetap saja, sikap datar, cuek, tertutup masih di perlihatkan ke mereka.
“Oh? Okay deh, kalau begitu kita ke kantin duluan eh?” Nila memberikan nada ajakan kedua kali tetap di tolak.
Saat berjalan di tangga, “Cantika kenapa tertutup sekali sih? Kalau dia ngobrol sama kita pasti tidak bakal melamun dalam kelas.” Kesal Risa.
Nila hanya menanggapi senyum tipis, ada nada bersahabat dan ingin menarik teman sekelas dari titik nestapa.
“Em..sebentar pulang sekolah ajak dia saja deh makan bakso dekat rumahnya, Ning?” Usul Nila dengan semangat.
“Ok, boleh tuh.”
Lalu di angguki serempak dengan yang lainnya.
Mereka selalu seperti ini kalau sudah kumpul dalam kantin, tertumpuk dengan teman lainnya.
Apakah Cantika tidak bisa mengendus aroma paling tulus dari teman beberapa minggu ini menjalin hubungan dengannya? Bukan sekedar tulus, terlihat seperti keluarga dalam kelas.
Selalu kok mengajak gadis itu untuk makan sama-sama di kantin, atau paling tidak, kalau tidak mau makan, bergabung dengan mereka.
Kesunyian, menjadi teman andalannya setiap kali masuk dalam kelas. Berulang kali juga, mereka berusaha untuk menarik Cantika agar berbaur, nihil, masih berada dalam dunianya sendiri.
Yang menjadi ketenangan adalah mereka tidak pernah mempermasalahkan kepribadian Cantika yang tertutup dengan mereka, sejak Arsha menyuarakan pamit dari romansa sempat terjalin dengannya beberapa bulan lalu.
“Cantika? Kenapa sendiri saja dalam kelas? Tidak mau ke kantin kah? Anak-anak ada di bawah tuh.” Randy menegurnya sangat halus penuh dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Hanya tersenyum kaku yang menjadi balasan gadis itu ke Randy. Syukur, tidak ada teman-teman lainnya, hanya ada beberapa saja dalam kelas. Kalau mereka ada, spontan bakal menyoraki lagi.
Cowok itu pun pergi dari kelas, lalu memberikan senyum tipis ke Cantika.
Selang beberapa menit, kembali dengan menyodorkan nasi kuning?
“Heh?” Melongo, itulah yang bisa Cantika berikan.
Hah. Membuang napas yang tak beraturan itu, langsung saja Cantika kembali ke tempat duduknya, takut nanti ada teman-temannya melihat adegan tersebut, begitu juga dengan Randy melangkah santai ke tempat duduknya.
Tahu saja, kalau perut Cantika sedang kelaparan dan malas turun ke kantin, ada inisiatif buat membelikan nasi kuning buat gadis itu.
Lumayan bisa mengisi perut sebelum bel pelajaran selanjutnya berbunyi, dalam batin berbisik terima kasih, Ran. Yang sangat susah dinyatakan secara langsung, sebab ada debaran jantung beririma sangat tak karuan.
Jujur, sedikit norak, tapi Cantika merasakan sangat senang bisa diperhatikan diam-diam oleh sahabat sendiri, dengan membelikannya sebungkus nasi kuning di kantin sekolah.
Setelah melahapnya hingga habis, melihat teman-temannya sudah pada datang dari kantin, mereka duduk dekat gadis itu, “Can..bentar pulang sekolah singgah makan bakso kah?” Nila mengajaknya, sangat ramah.
Mengangguk singkat, “terserah sih, saya ikut saja.”
“Oke!” Serempak menjawab.
Sejak masuk di sekolah smk ypkp, jurusan multimedia, harusnya Cantika merasakan keberuntungan karena mendapati teman rasa keluarga kedua setelah di rumah.
Sayang, masih mati rasa, karena Arsha mematikan kepedulian gadis itu untuk mengendus aroma ketulusan dari teman multimedianya.
Dengan wajah datar, pendiam, cuek, tidak buat mereka lelah untuk merangkul dia kembali tersenyum. Walau tahu pertama kali masuk, sudah menempati sikap cuek, tapi tidak separah saat putus dari mantan kekasih.
Biar sekali pun mendapati penawar terbaik, Randy, tetap nihil, sifat itu masih tertutup tak tersentuh sama sekali, kecuali oleh sahabatnya yang beda jurusan itu.
Tapi, terkadang kalau ada pertengkaran kecil dengan Elvira, tak menutup kemungkinan, bakal menarik diri dengan asik sama dunia sendirinya. []
...“Wajah-wajah dilapisi kebahagiaan, tak bsia mengelak kalau aku tetap ingin seperti ini, ukhuwah indahku.”...
🥇🥇🥇
Cantika ternyata tidak menarik diri dari mereka, saat ini sedang makan bakso di sekitar kawasan sekolah.
“Can, sebentar habis dari sini, mau ke mana?” Wardah bertanya, penasaran.
“Langsung balik sih ke rumah, kenapa?” Justru Cantika balik bertanya.
“Sebentar sore teman cowok pada mau lomba sepak bola. Mau ikut nggak?” Tawar perempuan itu.
“Boleh..boleh, jam berapa?” Menimpali sangat antusias.
Tidak tahu kenapa sangat bahagia, diajak dan di perhatikan oleh teman sendiri walau dengan sikap cuek di berikan oleh Cantika.
“Sore, jam empat. Nanti kita datang jemput eh?” Kali ini Nila yang berseru senang.
Tahu temannya mau berbicara dan ikut mereka nanti sore, sangat senang. Sudah lama merindukan sosok Cantika yang berbaur dengan mereka, bukan mengurung diri dalam sepi dalam kelas atau duduk melamun di tangga.
Dia memberikan kode jempol, ok. Setelah selesai makan, mereka duduk santai dulu di rumah Nining ditemani obrolan kecil serta tawa-tawa menghiasi.
Tidak dengan Cantika, hanya menimpali dengan senyum tipis sambil melihat keasikan teman-temannya itu. Lagi, tidak pernah di permasalahkan, kenapa selalu menjadi pribadi sangat tertutup.
Oh, iya, saling mengingatkan, tadi dalam kelas, sebelum datang ke tempat bakso, sambil jalan kaki ke sana .. “Eh, nanti sebentar kerja PR tadi kah?” Kata Nining mengingatkan yang diangguki cepat oleh mereka terkecuali gadis itu, hanya menimpali senyum tipis.
Dan, sekarang mereka lagi mengerjakan tugas dari guur tadi di sekolah dengan wajah serius.
Tidak bisa terbayangkan, telah mendapatkan ukhuwah sweet dari teman-temannya yang berwajah tulus mengaromakan kekeluargaan berada dalam kelas multimedia.
Terharu.
Kali pertama mendapati pertemanan tulus selain Elvira.
Tapi kenapa selalu memberikan sikap dingin, datar pun irit bicara dengan mereka?
“Ning, kita pamit eh? Ingat, sebentar sore harus ikut!” Kata Neli, pamit dengan nada ngacam tapi sedikit ada canda.
“Haha, apaan sih kau Nel. Iya..nanti saya ikut kok, asal kalian ingat jemput.” Nining membalas dengan terkekeh.
Pulang ke rumah tak henti mengucap syukur dalam batin, bisa mendapati pertemanan dengan mereka sangat tulus, ikhlas juga harmonis.
Kalau berkumpul dengan mereka, Elvira bisa memahami hal itu, tidak bisa datang ke rumah sekedar main beberapa menit doang. Kadang sahabatnya yang mendatangi rumahnya Cantika, kalau ada keperluan belanja di pasar buat kebutuhan warung di rumahnya.
Cantika tidak bisa banyak istirahat, kalau ketiduran bakal gagal ikut nonton pertandingan tersebut. Jauh lebih menyibukkan diri dengan benda pipih, menggulir beranda facebook.
Tidak terasa sudah sore dan mereka sudah pada menunggu depan rumah, sesuai janji, di jemput di rumah. Gadis itu pun mengeluarkan motor dari dalam pagar rumah.
“Tan, pamit dulu. Anaknya pinjam bentar, tidak lama-lama kok, assalamualaikum.” Ucap Nila lalu mencium punggung tangan beliau yang diikuti oleh lainnya.
Kebetulan Nining rumahnya berdekatan dengan lapangan, jadi orang paling terkahir di jemput. Setelah merasa komplit, langsung menuju lapangan.
Eh, kok sudah ada Randy di sana? Tiba-tiba saja teman curhatnya itu melempar senyum samar, apa takut ketahuan teman cowok makanya langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain?
Cantika gemas sendiri, tanpa sadar senyam-senyum, salah tingkah.
Serius tanya, cowok itu kok bisa buat hati Cantika salah mengartikan dengan segala bentuk perhatian juga senyum sulit dijabarkan. Karena tahu porsi buat jatuh cinta bagi Randy bukan semasa sekolah, lantas kenapa ada dentum-dentum aneh itu sih.
Yang lain sudah pada sibuk ngambil tempat duduk, di sediakan oleh panitia lomba.
“Eh, kita duduk di sana sudah? Dekat tuh sama teman cowok.” Kata Nining.
Ada guru bahasa inggris juga ikut menonton pertandingan itu. Sesekali ngobrol ringan dan tak lupa selfie.
Oh iya, penasaran, kenapa Randy tidak ikut serta dalam perlombaan futsal? Apa memang bukan tim sparta yah?
Ini pengalaman pertama Cantika, datang nonton pertandingan futsal. Biasanya saja hanya jalan ke suatu tempat hits jayapura dengan teman SMP tapi untuk kali ini berbeda.
Sejak kembali berbaur dengan mereka, ada banyak hal-hal manis di tawari tanpa sengaja yang tidak lagi mengurung diri dengan sepi.
“Tik, mereka itu sudah tulus sama kamu, kenapa masih dingin sih?” Sempat Elvira menegurnya dengan ekspresi greget pengen sentil jantung sahabatnya sendiri itu.
“Loh, kamu tahu dari mana?” Yang dibalas bingung dari gadis itu sendiri.
“Tahu toh! Waktu mau jemput kamu di kelas, tidak sengaja lihat kamu lagi sibuk dengan duniamu, padahal mereka sudah berusaha masuk ke pintumu, tapi selalu saja tertutup dengan sikap cuek dan datarmu itu.” Cetus Elvira, berdecak.
Cantika langsung meringis. Ternyata selama ini sahabatnya diam-diam memerhatikan kah?
“Can, tidak mau minum kah?” Tawar Wardah, membangunkan dia dari lamunan.
“Hm, nanti saja, thanks?”
Lalu kedua bola mata itu melihat ke arah minuman yang ada dalam kardus, sekilas lalu kembali melihat ke arah lapangan dengan pikiran yang bertumpuk persoalan penilaian Elvira soal sikapnya yang sangat tertutup itu.
🧭🧭🧭
Pertandingan yang berlangsung itu tidak buat arah bola mata Randy fokus ke lapangan melainkan curi-curi pandang ke gadis itu yang lagi sibuk ngobrol bersama teman-teman ceweknya.
Sebentar, ada irama bersiul beda dalam hati, saat tak sengaja melihat ke arah wajah yang tertawa tipis itu. Lalu dengan kuat menggeleng, membuang semuanya begitu tegas.
Tidak! Harus fokus belajar. Gumam Randy.
Fandy yang sadar akan hal ganjal itu, “Ran, kayaknya kamu cocok pacaran sama Cantika.” Mengusulkan dengan asal.
“Ah, sembarang saja.” Yang di tolak mentah oleh Randy.
Hanya terdengar kekehan geli dari Fandy. Tidak mau bertanya apa yang lucu? Cowok itu memilih buat buang muka dan pura-pura fokus nonton pertandingan, padahal pikiran tidak lagi di sana melainkan perkataan juga perasaan sedang berkecamuk.
Benar kah saya jatuh hati dengan sahabat sendiri? Pikir Randy lagi, sangat kalut.
Kalau tidak, kenapa bisa menjawab pertanyaan Fandy dengan perasaan gugup?
“Buktinya, Cantika dari tadi lihat kamu trus dari sana.” Fandy menunjuk ke arah gadis itu menggunakan dagu.
“Mana? Serius kah?” Sedangkan Randy tidak percaya.
Jujur, sangat gusar tahu ada perasaan aneh selalu mengusik hati, akan tetapi sebisa mungki buat menghiraukan hal tersebut.
Cowok itu juga tidak pernah merasakan jatuh cinta, karena semasa SMP masuk sekolah pesantren hanya di kelilingi sahabat cewek, tidak melebihi dari kata sahabat, titik.
Tapi, untuk kali ini, bersama dengan Cantika lewat curhat-curhat di balik SMS juga ditarik tiba-tiba oleh Nila untuk menghibur gadis itu karena baru putus dari sang kekasih, kok sekarang Randy merasakan ada yang beda?
Apa yang sudah gadis itu berikan, sampai tidak bisa mengartikan irama-irama aneh berada dalam hati? Padahal sekedar teman curhat, kenapa bisa melampaui kalimat sahabat?
Harus bisa kasih nilai terbaik adalah prinsip utama Randy saat masuk smk. Seriusan, tidak bohong dan buat pacaran, tidak ada pemikiran ke sana.
Tapi, bertemu dengan Cantika, berubah secara pelan-pelan. Pikirannya terganggu dengan kehadiran gadis itu.
Pun, teringat dengan saudara yang jauh lebih unggul, kebanggaan keluarga, memicu Randy buat tidak boleh gagal bawakan nilai bagus di rumah.
Jadi, tolong Cantika kenapa tidak mau pergi dari pikirannya agar keinginannya yang juga mau berada di posisi saudaranya itu? Di akui oleh keluarga, kalau ia bisa jadi anak yang dibanggakan selain abangnya.
Kalau seperti ini terus, bisa-bisa tidak fokus buat mengejar mimpinya, diakui oleh keluarga sendiri.
Tidak ada yang salah dari jatuh cinta, tapi harus bisa jaga porsi rasa itu. Tiba-tiba ada kalimat yang membisik dalam batin Randy, sedikit menenangkan kegusaran diri.
Boleh saja tidak berada dalam ikatan pacaran, sebisa mungkin cowok itu menahan perasaan aneh yang pertama kali hadir dalam hati.
Pun, harus tetap berdiri pada prinsip utama, membahagiakan orangtua dengan nilai-nilai terbaik di sekolah.
Setelah melewati pertandingan, Randy tidak begitu menikmati selain gusar sendiri, bertengkar dnegan hati seorang diri. Melihat mereka pada bersorak riang, untuk singgah di salah satu tempat makan dekat sekolah, tim sparta menang.
“Pertandingannya kalian tadi bagus sekali! Berarti besok final nih?” Seru Nila.
Memang, baru masuk final dan uang buat traktir mereka dari tim sparta, pribadi. Solidaritas.
Diam-diam Cantika begitu senang, bisa menatap bola mata teman curhat pemalu itu sebelum balik ke rumah masing-masing.
“Haha..tenang, kalau tim menang, kita traktir kalian makan.” Timpal Raka, selaku kaptem tim futsal.
“Beh, enak apa makan gratisan.” Celetuh Wardah.
Biar untuk saat ini makan dengan uang masing-masing, yang bukan berarti teman-teman multimedia matre melainkan menghargai dan mendukung dengan cara datang menonton pertandingan mereka. Kalau pun memang di traktir, bersyukur, rejeki tidak boleh di tolak.
Kok, sejak masuk dalam warung, memerhatikan Randy tidak banyak bicara selain menimpali lewat senyum? []
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!