Sudah pernah berlari? Sampai sejauh mana kamu mampu berlari? Selama 8 tahun, Itu yang selalu berkeliaran dibenak Wawa. Yah, panggil saja begitu. Dia mengenal seorang laki-laki seusia nya sewaktu akan lulus sekolah menengah atas dan terjebak dalam cinta rumit. Berulang kali putus nyambung selama mereka pacaran. Masalah sepele , perbedaan pendapat, merasa tak adil, sampai ego. Rumit lah dunia cinta nya. Entah itu cinta pertama atau apa, diapun tak tahu. Bahkan Wawa terlalu mudah untuk jatuh cinta, sejak 3 tahun lalu pujaan hati nya itu harus pergi merantau ke kampung orang. Alasan nya, yah demi Wawa. 1 tahun, 2 tahun, dan masuk tahun ketiga Wawa pun belum mendapatkan kepastian apa-apa. Sampai akhirnya, dia mendengar kabar tak menyenangkan. Bahwa sang kekasih baru-baru ini telah menikah dengan wanita lain yang hampir melahirkan lebih dahulu.
"Waaaah, parah dasar otak mesum" begitu umpat nya dalam hati.
Dilain kesempatan keluarga besar nya juga tengah merencanakan perjodohan untuk nya, hal yang selalu dia hindari dengan baik selama ini atas nama si 'otak mesum' itu. Tapi, kali ini dia tak punya alasan lagi untuk menolak. Selama ini dia berusaha menabung untuk terbang nya kenegara lain, negara impian nya, tapi ternyata isi tabungan nya belum cukup untuk berlari sampai kesana. Akhirnya, diapun nekat melarikan diri kesebuah pulau diujung negeri . Tempat dulu dia menghabiskan masa kanak-kanak nya, berharap dia takkan mudah ditemukan.
Bermodalkan nekat. Dia ingin kebebasan, bertemu dengan hal-hal baru. Memulai impian nya untuk menjelajahi dunia, dimulai dari meninggalkan kampung kecil yang begitu menyesakkan hidup nya selama kurun waktu lebih dari satu dekade. Mengubur impian nya menemukan seorang pendamping hidup, baginya itu akan semakin menghambat jalan nya menggapai impian nya.
Selamat berjuang Wawa, garis permulaan pelarian mu baru saja kamu mulai. Mari kita lihat sejauh mana kamu mampu bertahan dipelarian mu.
...****************...
Siapa yang tahu jika ternyata ditempat yang akan dituju nya itu juga ada seorang pria yang merasa perempuan itu makhluk yang paling merepotkan, keras kepala, dan sangat menjengkelkan. Paling malas berurusan dengan permainan. Tapi dia sangat menyayangi ibu nya, wanita yang telah menjaga dan membesarkan nya dengan penuh kasih sayang. Bagi nya, cukup ibu nya saja wanita dalam hidup nya
Semua orang memiliki rahasia, lain diri mu, lain juga diri nya. Rahasia yang jika terungkap dapat merenggut nyawamu dengan mudah. Tapi itu juga tak terlalu sulit, negara membantu mu menyembunyikan rahasia itu seperti engkau menyembunyikan semua rahasia negara.
Jika Wawa memilih nekat keluar dari belenggu nya, lain juga dengan pria itu. Dia memilih untuk menantang rasa takut nya akan semua kisah panjang tak berujung yang selalu diceritakan ibu nya hampir disetiap kesempatan. Bukan nya takut, dia malah penasaran dan ingin mencoba. Pucuk dicinta, wulan pun tiba. Kesempatan itu datang sendiri kepada nya, tanpa berfikir dua kali dia menerima nya. tanpa sepengetahuan ibu nya, tanpa sepengetahuan teman-teman nya, dia gadaikan nyawanya demi negara. Berbagai misi khusus selalu dia jalani dengan bertaruh nyawa, tak jarang harus berpisah dengan rekan tim sebab kecelakaan yang tak terduga selama misi. Begitu yang terjadi dengan wanita nya, yang buat nya semakin malas mengenal wanita lagi.
Next reading.➡️
Wawa nampak duduk sendiri disebuah kursi panjang yang memang disediakan untuk penumpang. Dia memperhatikan beberapa orang yg sedang asyik mengabadikan diri diatas kapal. Bahkan untuk beli tiket pesawat pun dia tak mampu, jadi nya hanya bisa membeli tiket kapal laut. Dia butuh 2 hari 1 malam untuk sampai ke tempat tujuan nya, itu pun masih harus naik perahu lokal untuk benar benar-benar sampai ketempat yg ingin dituju nya.
Dia terus menggulir layar hp nya keatas, dan kebawah berkali-kali. Nampak nomer kontak ponsel nya hanya ada 4 orang. Salah satu nya bertuliskan my brother. Katanya buat jaga-jaga kalau dia ada apa-apa bisa orang mengabari keluarga nya. Sisa nya itu Ima dan Nisa, teman nya sejak SMP dan Tania teman yang dijumpai nya sewaktu di SMA. Bahkan dia tak mengabari sahabat nya itu atas kenekatan nya melarikan diri. Selama ini dia selalu berkoar-koar akan terbang keluar negeri jika terjadi hal-hal buruk dalam hidup nya. Tapi nyata nya dia hanya mampu bersembunyi disudut negeri ini. Diperbatasan negara ini.
Selang beberapa lama terdengar informasi bahwa kurang lebih satu jam lagi diperkirakan kapal akan bersandar dipelabuhan dikota N. Yah pulau kecil itu juga memiliki kota kecil, seperti tempat tinggal Wawa. Tempat yang menghimpit nya,bahkan bernafas pun susah bagi nya disana. Akhirnya, setelah memendam keberanian selama10 tahun diapun berani mengambil keputusan untuk pergi.
"Nak, apapun keputusan mu. Kau yg akan jalani. Ingin lanjut sekolah atau tidak, tetap kamu yg menjalani. Bisa kau bayangkan mulai sekarang akan jadi seperti apa kamu jika putus sekolah sekarang. Bapak hanya ingin sebelum benar-benar memilih kau perlu renungkan lagi. Menyesal lah lebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Agar jika kau merasa dikemudian hari keputusan itu salah, tapi penyesalan mu tak ada lagi. Yg tersisa hanya pengajaran bagi mu" Wawa ingat betul wajah teduh itu. Waktu itu keadaan ekonomi keluarga benar-benar tidak baik, bapak nya tak sehat lagi. Dikampung lebih sulit mendapatkan uang. Waktu itu dia baru lulus SMP dan berniat tak ingin lanjut sekolah agar bisa tetap dirumah menjaga bapak jika ibu pergi ke kebun. Begitu lah kehidupan mereka. Namun sekarang Kata-kata itu yg memotivasi nya lalu kemudian berani bertindak sejauh ini, kata-kata itu dulu bagi nya tidaklah penting. Lalu kemudian beberapa tahun terakhir ini itu terus terngiang, setiap dia kesusahan rasa nya ingin segera pergi jauh. Tapi takut akan menyesal. Dia tengah berjuang untuk hati nya, untuk cinta nya, cinta palsu yg membuat nya harus menunggu lama. Tapi dikhianati.
"Mau kemana dek ??" Tanya laki-laki paruh baya
"Nunggu keluarga jemput bang" ucap Wawa mantap.
Dia ingat betul beberapa kali dia berada disuasana seperti itu. Tapi dulu tangan nya selalu digenggam oleh laki-laki yg gagah. Cinta pertama nya. Pak Handi. Walau tak berumur panjang, tapi syukur pak Handi banyak menyimpan kenangan manis untuk nya.
Disebelah pulau N, ada pulau S. Dulu orang tua Wawa merantau kesana, Wawa lahir disana dan bersekolah SD disana. Selama kurun waktu itu Wawa dan keluarga nya kadang-kadang balik kekampung halaman, seperti keluarga lain pada umum nya. Entah mudik hari raya atau hari libur lain nya. Dalam setahun pasti mudik. Dan jawaban yg Wawa berikan juga adalah jawaban yg bapak nya selalu bilang setiap ada yang bertanya. Kata pak Handi "itu lebih aman, dia akan berhenti bertanya dan mengikuti mu". Benar saja itu cukup ampuh.
Rasa lelah dan kantuk menjadi satu, Wawa duduk diemperan depan toko yg Masih tutup. Dia nyalakan layar gawai nya hanya sekedar untuk memastikan jam berapa sekarang. 03.45 am. Masih cukup lama hingga fajar menyingsing. Dia berniat untuk tidur diemperan toko saja, dia duduk bersandar. Sebelah kaki nya dia tekuk. Ransel kecil yg ikut bersama nya turut dipeluk nya. Hanya itu harta nya yg dia punya sekarang, 5 lembar baju kaos dengan yg melekat dibadan nya, 1 kemeja yg juga melekat dibadan nya, 1 jaket lusuh yg juga dikenakan, 1 celana jins yg juga dia kenakan, 2 celana kain biasa. Semua pakaian laki-laki,Walau kain hitam tak pernah lepas dari kepala nya. Begitu juga topi iconic kesayangan nya. Hadiah ulang tahun dari tania, dia baru saja berusia 25 tahun. Seminggu yg lalu. Terbayang wajah panik sahabat nya,dia tak memberi kabar apapun kepada semua nya. Ditengah usaha keras nya agar tak tertidur pulas, dia mendengar suara yg cukup berisik dari balik tembok. Bersusah payah dia menahan kantuk, tapi penasaran juga, Kemudian rasa takut juga seketika hinggap dibenak nya.
"Semoga bukan perampokan" ujar nya dalam hati. Dia semakin menempelkan tubuh nya Kedinding, berusaha untuk mengintip dan tidak ketahuan.
"Cepetan weeeeh, nanti polisi nya datang" kata seseorang diantar 3 org itu.
"Haaah, polisi ? Ada apa ini ?" Ujar Wawa dalam hati.
Duaaar.!!!
Duaaar.!!!
Duaaar.!!!
Wawa yang mendengar suara dentuman senjata itu benar-benar shok, dia terperanjat memeluk ransel nya dengan erat lalu bersiap untuk lari. Dia tak tahu suara dentuman itu dari mana. Tapi yg dia lihat, tadi seperti orang ketakutan akan polisi sudah terduduk bersusah payah untuk tetap melarikan diri. Tapi usahanya itu akan sia-sia saja sebab kaki nya sudah mengeluarkan darah. Walau dalam hati Wawa masih sempat berfikir
"Waaaah, hebat banget tuh polisi nya. Tiga tiga nya tidak diberi kesempatan menyelamatkan diri" kemudian dia juga harus menyelamatkan diri nya.
Setelah merapikan topi nya dan bersiap lari, tiba2 seseorang menangkap tangan nya dan membekap mulut nya. Dia berusaha meronta tapi tak berdaya orang yg membekap nya jauh lebih kuat. Dia pun mulai hawatir,
"bagaimana jika ini komplotan yg ditembak tadi. Apa yg harus aku lakukan? " Ucap nya dalam hati.
Dalam kondisi pasrah diapun mulai menangis, mulai menyesal, bayangan bapak, ibu dan kakak nya mulai bergantian dikepala nya. Penyesalan nya tak mengabari siapapun datang,
"apa aku harus mati disini? Baru juga mulai. Masa aku mati kayak gini aja sih. Tragis banget" ucap nya disela tangis nya yg tak bersuara.
Setelah diseret cukup jauh, laki-laki itu melepaskan tangan kekar nya yg sedari tadi membekap mulut Wawa. Dia merampas tas milik Wawa lalu membongkar nya. Walau malu, tapi Wawa tak berani melawan. Dia mengacak-acak isi tas nya lalu kemudian membuka topi Wawa yg sedari tadi dipegang nya erat sambil menutup telinga dan mata nya erat. Tubuh nya gemetar
"Kamu cewe ?" Tanya lelaki itu. Wawa tanpa melihat yg mengajak nya berbicara hanya mengangguk saat ditanyai
"Kamu kalo kabur dari rumah tuh nginap aja dirumah temen. Ngapain nginap diemperan toko. Mana penampilan mu mencurigakan begitu." Kata lelaki itu seakan mengomeli nya, lalu merapikan kembali isi tas nya. Seakan laki-laki itu tanpa beban memegang isi tas nya yg sebagian nya adalah pakaian dalam nya.
"Sana balik ke rumah mu, atau gak nginap di rumah temen mu. Bahaya kalo berkeliaran disini. Nih, pake topi mu. Ku antar balik kerumah mu".
Wawa menerima topi itu dengan tangan gemetar. Wawa masih tak mampu melihat wajah lelaki, dia pasti sangat menyeramkan. Dia mengenakan sepatu boot warna hitam seperti sepatu polisi,tapi dalam drakor psikopat juga pakai sepatu itu. Celana jeans warna hitam, sobek diarea lutut nya, jaket kulit wrna hitam. Mirip Intel saja. Padahal perampok juga menggunakan itu.
"Dimana rumah mu ? Biar Ku antar pulang" kata nya sambil meraih sesuatu dari saku celana nya. Dan alangkah terkejut nya Wawa saat melihat benda apa yg diambil lelaki itu yg ditodongkan tepat diatas kepala Wawa
"Huuu.... Huuuuu. Tolong jangan tembak saya. Saya mohon. Tolong jangan bunuh saya" akhirnya Isak tangis yg sedari tadi yg bersusah payah agar tak keluar, tak mampu lagi ditahan nya. Dia merasa benar-benar akan mati saat itu juga. Tubuh nya membungkuk, Bahakan hampir bersujud dikaki lelaki itu
"Bangun lah, aku tidak membunuh orang tanpa alasan. Ayoooo ku antar pulang" kata nya sambil mengangkat kerah belakang jaket Wawa . Setelah tadi mengecek isi amunisi nya . Yah, dia berhasil dengan 3 shoot tadi.
Wawa tak berdaya, tubuh nya yg shok tak bisa lagi dikendalikan nya.
"Hei, bediri. ? Apa kau tak bisa berdiri ? " Kata lelaki itu.
"Bangun lah, jangan pura2 tidur. Aku sudah biasa dikibulin . Jangan kau anggap aku akan tertipu dan menggendong mu. Kau sama saja seperti...."
Bruuuk.!!!
Tubuh Wawa terkulai begitu saja saat lelaki itu melepas kerah leher nya.
"Ya ampun, apa dia benar-benar pingsan ? , Ini sangat merepotkan". Ujar lelaki itu, lalu menggendong Wawa dibahu nya.
"Rajawali... Rajawali... Masuk"
"Rajawali disini, ada apa ?"
"Semua target sudah diamankan"
"Baiklah, malam ini selesai. Bawadia kepos dan laporkan semua nya. Saya harus kembali kerumah."
"Apa hari ini ulangtahun ibu mu?"
"Benar kah ?"
"Tadi kulihat kau berlari kearah lain, target kita hanya 3. Apa kau berburu sesuatu tanpa kami."
"Yah, kau selalu begitu pada kami"
"Diamlah kalian, saya pamit. "
"Berburu apaaan ?? Nih cewe malah repotin banget"
Sekilas terdengar dia sedang berbicara dengan beberapa orang dari radio yg terhubung oleh benda kecil terselip ditelinga nya, entah apa nama nya.
author POV:" maaf yah direkan, baru sempat up date lagi. karena ada kesibukan. ini cerita pertama saya, baru belajar nulis juga. mohon dukungan dengan like dan komen nya. kritik dan saran nya juga🤗 terimakasih sudah membaca karya saya"
Samar-samar Wawa mendengar percakapan seseorang.
"Apa demam nya sudah turun ?" Tanya seorang wanita
"Dia tidak demam, dia hanya shok yg membuat suhu tubuh nya naik, mungkin juga dia kecapean Bu"
" Dia siapa sih ? Tumben banget lagi kamu bawa orang kesini. Perempuan lagi, dia kalo dicariin sama orang tua nya gimana ?"
"Dia bukan orang sini , kayak nya baru mulai merantau"
"Trus kamu ketemu Dimana ?"
"Dekat pelabuhan"
" Ngapain kamu disana keluyuran sampe jam 3 sih"
"Jemput temen lho Bu, dia baru datang".
"Trus mana temen nya ? Apa cewek itu temen nya"
"Ahhh, ibu ngawur aja deh. Udah aahh, aku mandi dulu"
Wawa menarik nafas dalam-dalam. Syukurlah tak terjadi apa-apa pada diri nya. Selang beberapa lama kemudian, pintu perlahan terbuka.
"Kau sudah bangun ?" Tanya wanita itu lalu tersenyum. Sangat manis dan hangat, Wawa lalu teringat pada ibu nya. Andai saja ibu nya masih hidup. Mungkin juga akan seperti itu perawakan nya.
"Apa kau sudah benar-benar tak demam" tanya wanita itu lalu meraba kening Wawa
"Apa kau ingat apa yang terjadi pada mu ? Hingga anak nakal ku membawa mu pulang"
"Maaf ...Tante sudah merepotkan anak nya" ucap pelan Wawa penuh keraguan.
"Dia memang perlu direpotkan. Sarapan lah dulu, ibu tinggal yah ??" Kata wanita itu. Sambil memberikan nampan kecil pada Wawa , nampan itu berisi bubur yg masih terlihat uap nya, serta air biasa. Awal nya Wawa Ragu untuk menyantap nya, bagaimana kalau ini racun. Atau enggak ini bukan rumah orang muslim. Tapi perut nya dari tadi sudah ngajak bertengkar karena lapar. Yh udah sih, bismillah aja.
Hanya butuh beberapa menit dan semua bersih. Wawa sangat kekenyangan. Dia pun berdiri. Merapikan jilbab yg terlepas. Lalu memakai kemeja nya lagi tanpa dikancing. Jaket nya dia masukkan lagi kedalam ransel. Kemudian sekilas ingatan nya kembali dimalam tadi. Saat ransel nya diacak-acak tanpa beban oleh lelaki yg entah siapa dia. Bahkan wajah nya tak dapat Wawa lihat. Tapi sepertinya tangan nya tidak malu menyentuh kain2 kesayangan Wawa itu. "Lelaki mesum, ada dimana-mana " fikir nya. Lalu menutup ransel nya dengan kasar.
"Kau akan pergi ?" Tanya ibu tadi, dia sepertinya baru selesai membersihkan dapur nya
"Iyah Bu. Maaf sudah merepotkan"
"Apa kau sudah punya tujuan. Kata raja kau bukan dari sini ?"
"Iyah Tante, itu, anu... Saya diajak sama temen Tante. Seharusnya saya sudah dirumah nya sejak semalam. Dia pasti nunggu saya"
"Gak ada yg hubungin kamu."
Kata seseorang dari belakang Wawa, sontak saja Wawa langsung menunduk dan sedikit takut. Mengingat apa yg laki-laki itu lakukan pada nya
"Nih handphone mu, aku balikin. Maaf udah ku buka. Nyari riwayat panggilan tapi gak ada. Kontak cuma 4, kalo tadi kamu belum bangun aku telpon kakak mu saja"
"Raja ?" Terdengar wanita itu sedikit membentak
"Kamu kalo ngomong itu jangan mengintimidasi gitu dong. Gak liat apa, dia takut gitu. Kamu habis ngapain dia ??" Lanjut ibu itu lagi.
Wawa tak mampu menjawab, dia menunduk semakin dalam. Wajah nya yg kecil sudah tertutup sempurna oleh topi kesayangan nya itu
"Gak ada Bu, aku nemuin dia pingsan diemperan toko. Udah mau dijilatin anjing, yah udah aku bawa balik aja."
Biiip. Biiiip...
Dari luar rumah terdengar suara klakson kendaraan,
"Raja pergi dulu Bu, assalamualaikum.!" Ucap lelaki tadi. Lalu mengambil tangan ibu nya, mengecup nya, lalu pergi.
"Dasar, anak nakal" ucap ibu itu lalu tertawa kecil.
"Maafkan anak saya yah, dia memang seperti itu. Tapi asli nya baik kok."
" Duduk dulu yah ? Saya ambilkan air putih. Kamu pasti terkejut tadi". Ucap ibu itu lagi lalu meminta Wawa duduk di kursi dimeja makan.
"Jangan masukin dihati yah ? " Kata ibu itu lagi.
"Iyah Bu. Terimakasih banyak"
"Kamu mau kemana ? Dimana rumah teman mu. Ibu juga mau keluar. Biar sekalian ibu antar aja gimana ?"
"Gak usah Bu, nanti biar saya cari sendiri aja gak apa-apa. Maaf sudah merepotkan. Terimakasih untuk semua nya Bu"
"Tidak usah sungkan begitu. Oh yah, ini nomr ibu. Kamu simpan yah ? Kalau ada apa-apa. Hubungi ibu. Jangan sungkan-sungkan ?"
"Iyah Bu. Sekali lagi terimakasih. Kalau begitu saya pamit dulu Bu"
"Hati-hati yah ?? Hubungi ibu. Dinomer itu. Ibu menunggu "
Walau pun Wawa sudah berada diluar gerbang , ibu itu masih juga meneriakkan untuk menghubungi nya setelah Wawa sampai.
"Aku bahkan tak tahu, akan kemana Bu" ucap Wawa dalam hati. Sambil melangkah kan kaki nya gontai mengikuti trotoar jalan.
Sementara itu ditempat lain.
"Ja, siapa itu ? Ku liat ada cewe tadi didalam" tanya seseorang
"Ibu lho itu."
"Bukan lho itu, jangan kibulin aku yah ? Mines gini mata ku tapi bisa bedain lho mana ibu , mana cewe".
"Kamu ini udah kayak ibu nah, masih pagi udah cerewet banget karena tuh cewe"
"Lagian tuh cewe kamu dapet dimana sih ? Ngapain juga kamu perduli. Kamu kerasukan apa?, biasa nya juga sesusah apapun tuh cewe pasti kamu gak peduli"
"Gak tau ahh, bisa gak cewe itu gak usah jadiin pembahasan lagi ?"
"memang nya kamu ada masalah apa sih Ampe gitu banget benci nya Ama semua cewe. Aku cuma heran aja, apa gak aneh kamu bawa pulang cewe"
"Diam gak, atau ku dorong nih"
"Gila kamu yah, ini mobil aku yg bawa. Kalo kamu dorong. Kita mati bego"
"Kamu yang mati, aku enggak."
"Iyah iyah , tuan seribu nyawa".
Dan akhirnya Reza memilih diam saja setelah mengucapkan tuan seribu nyawa. Benar, itu julukan raja Mahendra. Lelaki yg tengah duduk disamping Reza itu sambil memijat pelan pelipis nya. Raja anak satu-satunya dari pasangan pak Mahendra dan ibu Lusi . Saat raja berumur 1 tahun, ayah nya harus bertugas diperbatasan. Saat itu terjadi gencatan senjata yang sejak bertahun-tahun lama nya tidak bisa dihilangkan,bahkan sampai sekarang masih kadang-kadang terjadi . Dan pak Mahendra harus berkorban nyawa disana. Tanpa sepengetahuan ibu nya, raja juga menerus kan itu, walau berbeda sedikit tapi resiko nya tetap sama. Jika ayah nya memilih menjadi marinir, lain hal nya dengan raja. Dia malah memilih menjadi orang tersembunyi yg mengukir banyak prestasi. Spy, Intel, atau apalah itu sebutan tepat nya. Tapi dia pasukan khusus yg tak terlihat. Terdiri dari 5 Anggota. Dan dia ketua nya. Sangking tertutup nya, banyak polisi juga yg beberapa kali menangkap nya karena terkecoh.
Entah seperti apa raja mampu mengukir prestasi cemerlang itu. Bahkan ibu nya tak tahu jika dia anggota pasukan khusus, dia berbadan tegap dan berbodi atletis sebab memang hobi dibidang olahraga. Termasuk lah seni bela diri. Jadi tak heran jika badan nya tegap, berisi, namun tidak menyeramkan. "Apa kau tidak ingin menjadi pegawai negeri seperti teman mu yg lain nak ?" Kata ibu nya suatu waktu
"Enggak Bu"
"Trus gelar sarjana mu itu buat apa ?"
"Akukan udah ada usaha Bu"
" Percuma saja ibu berdebat dengan mu. Kau tak pernah mau mendengarkan ibu. Disuruh jadi pegawai gak tertarik. Apa lagi diminta untuk menikah ? Wanita saja selalu kau bikin sakit hati."
"Tapi ibu enggak kan ??"
"Coba aja, kalau kamu mau durhaka. Jadi batu seperti Malin Kundang"
"Ouhhh, tidak ibu." Kata raja manja lalu memeluk ibu nya.
"Aku hanya akan membahagiakan ibu"
" Bohong, kau selalu pergi entah kemana tengah malam dan pulang pagi"
"Ibu tau dari mana ?"
"Aku ini ibu mu, kenapa kau berani berkata begitu heeeeh". Sontak si ibu lalu menjewer telinga putra nya. Dan begitu lah kebahagiaan kecil mereka. Raja merasa, dia tak perlu wanita lain. Dia hanya perlu ibu nya saja. Walau berkali kali ibu nya meminta, tetap saja dia pandai menolak nya dengan baik.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!