NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Mahasiwi

Prolog

Namaku Gibran Prasetya Abimana, umur 29 tahun. tinggi badan 170 berat badan 66 kg. Aku Keturunan darah biru alias keturunan ningrat. Kedua orang tuaku asli dari kota Y, bersuku jawa asli. Nama Papa ku yaitu Admaja Abimana, dan Mama ku yaitu Ningrum Abimana. Dan sekarang Aku dan orang tuaku tinggal di kota M. Orang tua ku pindah dari kota Y ke kota M sejak Mama ku hamil diriku. Aku tiga bersaudara, aku anak bungsu. Aku punya dua kakak perempuan yang bernama Destina dan Divina. Mereka sudah berumah tangga. Dan tinggal bersama suami mereka masing-masing. Hanya tinggal aku yang masih melajang. Walaupun keturunan orang yang berada, tetapi aku tidak mau bergantung pada kedua orang tua. Setelah lulus Sekolah menengah kejuruan (SMK), aku sempat bekerja, dan karena dorongan dari orang tua, satu tahun kemudian aku kuliah. Aku lulusan S2 (Magister) jurusan Ekonomi Bisnis. Setelah aku lulus dari kuliah, aku langsung mencari pekerjaan dan karir yang bisa membuat diriku dipandang oleh orang lain dan memiliki harta dari jerih payahku sendiri. Dan sekarang aku sudah bisa nabung, dan membangun bisnis kuliner dan makanan ringan seperti sebuah cafe dan rumah roti yang terletak di tengah kota Y kota dimana orang tua ku dilahirkan, dan setiap dua bulan sekali pergi ke kota Y untuk memantau cafe dan rumah roti utama ku. Dan sekarang sudah memiliki beberapa anak cabang, terutama di kota M. Walaupun aku telah memiliki cafe dan rumah roti, aku tetap bekerja di salah satu perusahaan.

Jujur, banyak sekali wanita yang suka padaku tetapi suka pada harta ku. Rata-rata kekasihku di masa lalu hanya ingin hartaku, tetapi aku tidak masalah karena uang ku banyak dan tidak akan habis untuk shoping-shoping. Ya, bisa dikatakan bahwa diriku seorang Playboy.

Sekarang aku lagi proses mencari cinta sejati, calon pendamping hidup selamanya.

****

Di pagi buta, Sudah terdengar suara teriakan Mama ku yang membangunkan ku dari luar pintu kamar milikku. Awalnya aku hanya diam tak bergeming, karena aku sungguh lelah sehingga aku malas untuk bangun. Ya biasanya aku selalu bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Tetapi karena sekarang tubuhku begitu letih, aku mengabaikan adzan subuh itu. Walaupun aku laki-laki yang masih suka pacaran dan playboy serta masih melakukan banyak dosa tetapi aku masih menyempatkan untuk menghadap sang pencipta.

"Gibran!!!!. Bangun sekarang!!!!" Teriak Mama ku yang ketiga kalinya. Ya itulah Mama ku, jika aku telat bangun subuh, ia selalu meneriaki ku sampai aku bangun.

"Papa sudah menunggu dibawah," sambungnya.

Mau tidak mau, aku pun menyahut teriakan ibuku.

" Iya, sebentar," Sahutku yang masih malas untuk bangun.

"Mau jam berapa lagi, Nak???" Teriaknya lagi.

"Iya ini aku bangun sekarang," Sahutku.

"Cepat, Mama tunggu dibawah," Ucap Mama ku.

Saat aku menghadap sang pencipta, aku pun berdoa agar mudah mendapatkan seorang perempuan yang sederhana, dan ketika kami nanti menikah ia menjadi istri yang salehah, sayang pada kedua orang tuaku.

****

Awan putih menunjukkan pergantian gelap menjadi terang.

"Gibran, sarapan dulu!" Perintah Mama ku.

"Ini kan hari libur, Ma. Aku mau joging dulu, Ma. Setelah pulang joging, baru aku sarapan," Sahut ku dengan sopan.

"Joging terus. Tidak ada paedah nya," Celetuk Mama ku.

Aku tidak bergeming, terus berjalan keluar rumah dan menuju taman tempat biasa orang-orang juga berjoging. Termasuk diriku selalu joging di taman itu setiap seminggu sekali di hari libur.

"Hari ini udaranya sangat enak," Gumam ku seraya berjalan santai.

Tanpa disengaja, aku bertemu dengan seorang gadis imut sedang duduk kursi yang ada di taman itu seraya memainkan Handphone nya. Dia, tak lepas dari pandanganku. Ku berhenti sejenak di kejauhan seraya menatapnya.

Ketika ia beranjak dari tempat duduknya dan masih fokus dengan Handphone yang ia pegang, sepertinya ada hal penting yang ia ketik di layar Handphone nya. Seketika jiwa playboy ku mulai kambuh kembali.

'Bug' kami bertabrakan dengan ku sengaja.

"Maaf, aku tidak sengaja," Tuturnya. Ia mendongakkan kepalanya kearah wajahku.

"Tidak apa-apa," Sahutku. Ku kembangkan senyuman mempesona yang menjadi pusat perhatian bagi para kaum perempuan.

"Kamu tidak marah, Pak?" Tanya gadis itu tanpa dosa.

"What??, Pak??" Ucap ku tidak percaya.

"Kenapa, Pak? Ada yang salah dengan ucapan ku?" Tanyanya lagi.

"Hey gadis kecil, apa mata mu katarak? Segini tampan nya diriku kamu sebut diriku dengan kata Pak. Aku ini masih lajang," Tutur ku.

"Maaf...," Ucapnya.

"Pak, eh mas. Aku mau pergi dulu ya. Teman ku sudah menunggu di depan taman," Tuturnya.

"Permisi," Sambungnya.

"Eith, tunggu dulu!!" Ucapku seraya menahan tangan gadis kecil itu.

"Kamu harus tanggung jawab, karena kamu sudah menabrak ku," Imbuh ku lagi.

"Please, Pak. Saya buru-buru," Ucapnya. Ia pun melepas genggaman tanganku di lengannya secara paksa.

"Kalau Bapak minta tanggung jawab, Bapak cari saja aku di kampus MS. Aku sering di perpustakaan," Teriaknya seraya berlari.

"Hey, kamu!!!!," Teriakku. Yang diteriaki tak menggubris.

Aku hanya menggelengkan kepala ku. Aku berfikir sejenak. Iya, kampus yang disebutkan gadis itu adalah kampus dimana aku pernah menggantikan temanku menjadi dosen sementara disana.

"Baiklah, tunggu aku disana gadis kecil," Gumam ku.

****

Aku mulai menyusun rencana, aku membuat janji pada teman ku untuk sementara menggantikan dia menjadi dosen di kampus tersebut. Dan aku menceritakan apa tujuan ku ke sana.

"Kamu gila ya?" Tanya teman ku yang bernama Arfin.

"Tolong lah. Sekali ini saja!. Aku sudah sering membantumu dan hampir sering kamu meminta ku untuk semetara menggantikan mu menjadi dosen disana. Jadi, tolong sekali ini saja bantu aku," Tutur ku.

"Aku tau kamu sering membantuku. Sering membantu dalam hal tenaga maupun materi. Tapi masalahnya, permintaan mu ini bukan hal untuk main-main, Gibran," Tutur Arfin.

"Tolong lah!" Perintah ku.

"Kali ini aku butuh bantuan mu. Kamu tidak kasihan dengan ku? Sampai sekarang aku belum menikah, masih menjomblo terus, sedangkan umurku sudah pas untuk menikah. Kamu mah enak, sudah menikah, sudah punya anak. Jadi bantu aku ya!. Aku janji tidak akan berbuat macam-macam yang bisa merugikan mu," Sambung ku.

Arfin terlihat berfikir sejenak, mempertimbangkan keinginanku.

"Baiklah," Ucapnya.

"Tapi hanya 2 minggu," Sambungnya.

"Ok," Ucapku.

"Tapi, aku heran dengan mu. Ngapain kamu perempuan yang masih kuliah. Kamu kan orang kaya dan berkarir, masa mencari pacar anak kuliah yang pikirannya masih labil. Diluar sana kan masih banyak perempuan yang lebih baik dan sudah berfikiran dewasa," Tutur Arfin.

"Sudah lah, jangan banyak komentar. Kamu cukup doakan saja," Ucap ku.

"Urusan dewasa atau enggak nya, itu urusanku. Aku tanggung resikonya," Ucap ku dengan senyuman.

"Terserah mu saja," Ucapnya.

"Tapi harus ingat, hanya dua minggu," Sambungnya.

"Iya, aku ingat," Sahutku.

......*......

...*...

...*...

...*...

...LIKE, COMENT, VOTE...

...BERSAMBUNG......

Mulai Mencari

Keesokan harinya, aku memulai aksi ku yaitu menjadi dosen di kampus MS. Aku mengajar di dua kelas yang berbeda jurusan. Saat aku mengajar, aku dan mahasiswa seperti teman. Biar pun seperti itu, bagiku yang penting masih dalam batas kewajaran dan masih ada rasa segan pada diri mahasiswa kepada ku. Pada dasarnya, dosen bukan lah untuk ditakuti tetapi untuk disegani.

Beberapa jam telah berlalu, kini mata kuliah yang ku ampuh sudah selesai jam mata kuliahnya. Aku keluar dari kelas dan menuju perpustakaan yang ada di kampus tersebut. Ku ambil salah satu buku tentang ekonomi bisnis di rak buku-buku. Lalu, duduk di salah satu dari beberapa kursi dan meja yang ada di perpustakaan besar itu. Ku sengaja duduk di dekat pintu masuk, sehingga aku bisa memantau datang atau tidaknya gadis itu.

"Sudah satu jam aku disini, tidak ada tanda-tanda sedikit pun kalau gadis itu datang kesini," Aku membatin.

"Ah, mungkin hari ini gadis itu tidak mengunjungi perpustakaan," Batin ku lagi.

Ku pulangkan buku itu di rak nya, lalu keluar dari perpustakaan nan besar itu. Ya, hari ini gagal.

****

"Hari ini aku gagal," Gumam ku.

"Berarti masih ada 5 kali pertemuan lagi dalam dua minggu ini. Satu minggu hanya 3 kali pertemuan. Mudah-mudahan aku bisa menemukannya," Ucap ku seraya menatap langit-langit kamar.

"Gibran, semangat-semangat," Ucap ku menyemangati diriku sendiri.

Lama kelamaan aku terlelap, tertidur dimalam itu.

Saat pagi tiba, aku melakukan aktifitas ku seperti biasa. Lalu, aku berangkat ke kampus menggunakan mobil pribadi ku hasil jerih payah ku selama ini.

****

Dua hari sudah berlalu, hari ini hari ketiga aku mengajar di kampus MS.

"Selamat pagi, anak-anak," Ucap ku. Ku menyapa mahasiswa kelas A ekonomi bisnis.

"Pagi, Pak," Sahut seluruh mahasiswa ku.

Karena ada beberapa mahasiswa perempuan di kelas itu, terdengarlah sahutan yang membuatku geleng-geleng kepala. Ya, itulah mereka terkadang suka jahil.

"Pagi juga, Bapak ganteng...," Sahut salah satu mahasiswa perempuan yaitu Disa sang ratu blak-blakan, lebay, dan centil. Ya bisa dikatakan dia mahasiswa yang paling cantik dikelas itu.

"Huuuu...," Seluruh mahasiswa laki-laki menyoraki nya.

"Sudah-sudah, jangan ribut!" Perintahku menengahinya.

"Entah tuh, Pak. Ribut amat macam pajak ikan," Celetuk Disa.

"Disa, kamu diam juga!" Perintahku pada Disa.

"Rasakan, sukurin" Ucap Tara pada Disa salah satu mahasiswa laki-laki berprestasi dan pintar dikelas itu.

"Baiklah, perkuliahan saya mulai," Ucap ku.

"Pak, tunggu dulu. Ada yang mau saya tanyakan," Ucap Disa.

"Silahkan tanyakan saja," Ucap ku.

"Pak, kenapa Bapak sudah lama tidak ngajar disini?" Tanya Disa yang penasaran.

"Kalian kan sudah pada tahu dari pertama kali saya masuk ke dikelas kalian, saya hanya menggantikan Pak Arfin untuk sementara saat Pak Arfin tidak bisa ngajar, maka nya saya sudah lama tidak masuk," Sahut ku.

"Tapi enakan diajari oleh Bapak dari pada Pak Arfin," Celetuk Tara.

"Emang Pak Arfin gimana cara ngajar nya kok kalian lebih suka saya yang mengajar?" Tanya ku penasaran.

"Ya jujur aja ya, Pak. Tapi Bapak jangan bilang-bilang ke Pak Arfin, ya!" Ucap Tara.

Aku mengiyakannya.

"Jadi, kalau sama pak Arfin mengajarnya monoton, tidak bisa diajak bercanda, tidak ada senyum-senyumnya sama sekali alias galak, jadi kami pada takut, terkadang karena ketakutan kali kami jadi tidak terlalu paham dengan yang dijelaskan oleh Pak Arfin," Tutur Tara.

"Yasudah, nanti saya akan bicara pada Pak Arfin atas keluhan kalian," Ucap ku.

"Jangan, Pak. Kami takut nilai kami terancam," Ucap Disa.

"Kalian tenang saja. Masalah nilai tidak akan bermasalah," Tutur ku.

"Baiklah, Pak. Kami percaya pada Bapak," Ucap Tara.

"Yasudah, kita hari ini akan masuk ke materi ekonomi makro yang didalamnya ada pengertian, manfaat, fungsi, tahapan dan lain sebagainya," Tutur ku.

"Sudah pada baca buku cetak yang telah kalian beli?" Tanya ku pada seluruh mahasiswa satu kelas.

Para mahasiswa ada yang menjawab sudah dan ada juga yang menjawab belum.

"Baiklah, tidak masalah. Saya doakan, semoga yang malas baca buku menjadi rajin baca buku. Dan yang sudah rajin membaca buku, akan tambah rajin dan paham isi buku yang dibaca," Tuturku.

Mahasiswa mengaminkan doa ku dengan suara serentak. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah mahasiswa ku.

"Manajemen makro atau kita katakan dengan makroekonomi yang merupakan studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan, dan pasar..," Aku mulai menjelaskan kepada seluruh mahasiswa tentang materi yang ku bawakan dan melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran agar mereka tidak jenuh.

"Ok, sekian pembelajaran kita hari ini. Saya akhiri, selamat siang," Ucap ku.

"Siang, Pak," Sahut seluruh mahasiswa.

Hari ini, aku tidak pergi ke perpustakaan dan harus langsung pulang ke rumah karena di telpon oleh orang tuanya untuk cepat pulang.

****

"Ma, ngapain sih buru-buru nyuruh aku pulang cepat?" Tanya ku pada Mama ku.

"Kamu sekarang mandi!. Pakai baju yang telah Mama siapkan di kamar mu!" Perintah Mama ku.

"Tapi kita ini mau kemana, Ma?" Tanya ku lagi.

"Kita mau pergi ke acara pernikahan anak dari saudara kita , Nak," Sahut Mama.

"Ngapain aku harus ikut sih, Ma?" Tanya ku.

"Karena mereka ingin melihat kamu, sudah lama kamu tidak pernah muncul di hadapan mereka," Sahut Mama.

"Buat ribet aja!!" Kesal ku.

Aku pun mengikuti ucapan Mama ku yang sedikit bawel. Tetapi aku tetap sayang padanya.

****

Aku dan kedua orang tuaku datang ke pesta itu dalam satu mobil.

"Ma, aku ini supir atau anak mama sih. Kenapa aku yang nyetir mobil begini!!" Aku kesal. Ya, dari awal aku memang sudah kesal, rencana ku hari ini gagal karena disuruh pulang cepat, eh malah disuruh nyetir mobil lagi.

"Jangan banyak komentar," Sahut Mama ku.

"Papa dari tadi diam saja. Gantiin aku nyetir sebentar gitu. Ini sama sekali tidak ada inisiatif nya. Udah lah, mesra-mesraan di depan ku," Celotehku.

"Makanya kamu punya pacar, abis tuh tunangan, lalu menikah dan punya anak. Udah tua juga, masih betah menjomblo," Celetuk Papa.

"Buli aja terus!!" Kesal ku.

Dari mulai keluar dari rumah, sampai tempat acara pernikahan yang katanya acara pernikahan anak dari saudara ku, wajahku sudah tida enak lagi dipandang.

"Pasang wajah yang manis. Jangan di tekuk begitu," Mama ku berbisik padaku.

"Ini udah manis kok, Ma," Sahut ku.

Aku dan kedua orang tua memasuki area pernikahan dan lalu menyapa saudara ku itu. Ya, dia adalah Paman dan Bibi ku.

"Rum, akhirnya kamu sudah sampai juga," Ucap Bibi ku bernama Rina.

Paman ku juga menyapa Papa ku, mereka saling berjabat tangan dan bicara berdua. Ya seperti Mama dan Bibi ku juga.

"Ehem-ehem," Aku sengaja ber dehem agar mereka menoleh kearah ku.

"Ini putra mu, Ja?" Tanya Paman ku yang bernama Akmal.

"Iya, Mal. ini Gibran, Putra ku," Sahut Papa.

"Wah, sudah lama tidak ketemu. Eh, sekarang sudah dewasa aja," Ucap Paman Akmal.

Lalu, aku Salim tangan Paman dan Bibi ku.

Setelah itu, mereka berbincang-bincang kembali dan menanyakan kapan aku menikah dan seperti apa calon nya, dari keluarga setara dengan keluarga ku atau tidak. Dan Mama serta Papa ku menjawab terserah pilihanku, tidak perlu kaya yang penting baik hati. Karena jawaban mereka, aku pun merasa lega.

...*...

...*...

...*...

...*...

...LIKE, COMENT, VOTE...

...BERSAMBUNG......

Terbawa Emosi

"Ma, Pa. Aku ke sana dulu," Aku berkata pada kedua orang tuaku. Orang tua ku pun menyetujuinya.

Aku duduk di antara kursi-kursi yang ada, sangat ramai acara pernikahan itu. Sebenarnya aku sangat terganggu, sangat risih karena aku tidak suka pergi acara seperti ini.

"Kalau bukan karena terpaksa, aku tidak akan kesini," Diriku mendengus kesal. Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang dari tempat ini.

Beberapa kali, ku mengedarkan pandanganku. Para tamu berlalu lalang, ada yang berbicara satu sama lain, ada yang menikmati hidangan, ada yang mengucapkan selamat pada pengantin. Sedangkan diriku hanya bisa menyaksikan saja, karena aku malas.

"Bosan," Kata ku. Aku mengeluarkan senjata ku, apalagi kalau tidak handphone yang kumiliki. Aku mulai membuka aplikasi game favorit ku. Diriku tidak lagi peduli dengan orang-orang di sekeliling ku.

Sudah satu jam lamanya bermain game, lama-lama aku merasa bosan. Orang tua ku yang mengajakku kesini pun tidak peduli dengan ku karena sudah bertemu keluarga dan teman-temannya. Mereka sibuk sendiri dengan urusan mereka.

"Aku diajak kesini untuk apa sih," Gumam ku.

Aku berdiri dari tempat dudukku, lalu merapikan baju. Kemudian diriku mulai melangkahkan kaki ku.

'Bug' Aku tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai Handphone yang ku pegang terpental dan jatuh ke lantai.

"Woy, kalau jalan lihat-lihat!!" Diriku emosi.

"Lihat handphone ku jadi terjatuh!!!" Sambung ku. Suara menggelegar tidak lagi bisa ku kontrol. Bagaimana tidak, dari awal mau pergi ke tempat ini memang sudah kesal, apalagi sesampai tempat ini diriku diacuhkan.

"Ah, sakit," Ucap orang itu.

Hampir semua tamu undangan melihat kearah ku. Kedua orang tuaku serta bibi dan paman ku menghampiri diriku.

"Gibran, kenapa kamu marah-marah ?" Ibuku bertanya pada ku.

"Wanita ini, Ma. Dia membuat handphone ku terjatuh," Tutur ku. Aku mengambil smartphone ku yang terjatuh tadi.

"Gibran, kamu tidak boleh kasar, Nak," Ucap Ibu ku.

Mama ku membantu wanita yang masih terduduk dilantai seraya memegangi kakinya. Dan aku sedari tadi tidak melihat jelas wajah perempuan yang terduduk itu.

"Kamu tidak apa-apa, Nak ?" Tanya Ibuku. Perempuan itu hanya diam saja.

"Terimakasih, Bu," Ucapnya. Lalu, ia menatap ibuku.

"Kaki ku hanya sedikit sakit," Sambungnya.

'Deg' Aku tidak percaya perempuan itu adalah gadis yang ada di taman waktu itu. Pada waktu itu diriku belum sempat berkenalan dengannya, dan sekarang diriku memarahinya didepan banyak orang. Aku menatap lekat wajahnya, perasaan menyesal ada ada benakku.

"Maafkan saya, Kak. Saya tadi tidak sengaja," Tuturnya.

"Saat saya lewat, tiba-tiba Kakak juga berjalan keluar sehingga saya menabrak Kakak. Saya akan mengganti rugi atas apa yang terjadi," Sambungnya.

Aku tidak fokus, aku terus menatap wajah.Sedangkan perempuan itu menundukkan wajahnya setelah ia selesai berbicara.

"Gibran," Papa ku memanggilku. Tetapi aku tidak sadar. Sampai-sampai papa ku memegang bahuku.

"Gibran, kamu kenapa ?" Tanyanya.

"Tidak apa-apa," Sahut ku.

"Semuanya bubar, silahkan nikmati hidangan yang telah kami persiapkan!" Paman ku memerintah semua tamu undangan.

Semua tamu undangan yang berkumpul melihat kejadian tadi pun pada pergi.

"Bu, Pak, Kak. Sekali lagi saya minta maaf. Saya berjanji, saya akan mengganti rugi," Ucap gadis itu.

"Tidak apa-apa, Nak. Tidak perlu mengganti rugi. Lagi pula, Handphone anak saya tidak rusak," Tutur Ibuku. Ia mengulas senyuman nya pada gadis yang ada disampingnya.

"Benar yang dikatakan Istri saya. Kamu tidak perlu mengganti rugi, karena tidak sepenuhnya kesalahan kamu," Papa ku menimpali ucapan ibuku.

"Bapak dan Ibu ini sangat baik hati. Walaupun mereka terlihat seperti orang kaya tetapi mereka tidak sombong," Gadis itu membatin.

"Nak," Panggil Mama ku.

"Eh, ia Bu," Sahut gadis itu.

"Kenapa bengong?"Tanya Mama ku.

Gadis itu hanya mengulas senyumannya.

"Terimakasih bu, kalian sangat baik," Ucapnya. Ia mengulas senyumannya lagi. Jantungku berdetak kencang, senyumannya sangat tulus.

"Dil, loh kamu kenapa ?" Tanya gadis lain yang tiba-tiba datang. Ya, siapa lagi kalau bukan adik dari pengantin wanita yaitu anak dari paman dan bibi ku.

"Atika, kamu kenal dengannya ?" Tanya Bibi ku.

"Astaga, Ma. Ini Adila Alesha, teman sekelas ku yang pernah ku ceritakan waktu itu," Sahut Atika.

"Mama, pikun sih," Celetuk Atika. Sang Mama hanya menghela nafas kasar.

"Oh, ternyata namanya Adila Alesha," Batin ku.

"Yuk, Dil. Ikut aku," Atika mengajak nya. Atika menopang tubuh Adila dan menuntunnya menuju kamar yang telah mereka sewa untuk beristirahat.

****

Setelah kepergian Adila dan Atika. Aku kembali duduk di tempat ku tadi. Tetapi bedanya , sekarang aku bersama kedua orang tua ku.

"Gibran, Mama mau tanya ke kamu," Ucapnya.

"Tanya apa, Ma?" Tanya ku.

"Gibran, Kenapa kamu semarah itu pada gadis tadi ? Mama tidak pernah loh melihat kamu semarah itu pada wanita," Tuturnya.

"Maaf, Ma. Aku tadi terbawa emosi. Mama kan tahu sendiri, aku sedari tadi sudah bosan disini dan aku sebenarnya tidak mau diajak kesini. Tetapi Mama memaksaku," Sahut ku.

Mama ku hanya menghela nafasnya, sedangkan papa ku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ma, Mama punya nomor handphone Atika ?" Tanya ku.

"Punya," Sahutnya.

"Aku minta nomor handphone nya," Ucap ku.

Mama ku menautkan kedua alis matanya dan menyipitkan matanya tanda menyelidik.

"Tenang lah, Ma. Aku tidak akan membuat masalah," Aku menyakinkan nya.

Mama ku memberi nomor handphone Atika pada ku. Lalu aku langsung menelepon Atika.

"Halo, Tika," Ucap ku.

"Siapa?" Tanyanya.

"Aku Gibran. Kakak sepupu mu. Anak dari tante Ningrum dan Om Admaja," Sahutku.

"Kamu sekarang dimana ?" Tanya ku.

"Di kamar nomor xx. Di samping ruang pesta," Sahutnya.

"Oke," Sahut ku. Aku mematikan sambungan telepon secara sepihak. Mungkin saja Atika kesal pada ku. Tapi aku tidak perduli yang penting aku sudah mendapatkan informasinya.

****

Tidak butuh lama, aku sampai di kamar itu. Aku memencet tombol bel yang ada di depan pintu kamar. Tidak butuh lama, orang dari dalam kamar pun membukakan pintu.

"Ngapain Kakak kesini ?" Tanya Atika pada ku.

"Boleh aku masuk ?" Aku balik bertanya.

Atika hanya bengong saja. Aku langsung masuk tanpa seizin nya. Aku bisa melihat Adila terbaring di atas ranjang dengan mata terpejam.

"Kakak jangan ribut, dia masih tidur," Ucap Atika.

"Kak, ngapain masuk ?" sambungnya.

"Bukan urusan mu," Sahut ku dengan ketus.

"Kalau bukan saudara ku, sudah ku gorok leher mu," Atika sedikit kesal.

Tanpa Ba Bi Bu, aku menarik tangan Atika menuju luar kamar ya walaupun Atika meronta-ronta. Ketika sudah sampai depan kamar, aku langsung menanyakan keadaan Adila.

"Ya begitulah, sepertinya kakinya terkilir. Tetapi tadi sudah di kompres dengan es dan sudah dikasi salep," Tuturnya.

"Adila celaka gara-gara Kakak, dia tadi sudah cerita semuanya padaku. DASAR TIDAK MEMILIKI HATI," Atika menekan beberapa kata.

"Kau!!" Aku kesal dengan ucapan Atika.

"Apa ??" Atika menantang diriku. Aku hanya menahan emosi ku.

"Dia kenal dengan ku tidak ?" Tanyaku.

"Dia bilang tadi ke aku, kalau dia baru kali ini ketemu Kakak," Sahutnya. Aku mengangguk paham.

"Berarti dia tidak ingat kejadian di taman waktu itu," Aku membatin.

"Kamu sudah kenal lama dengan Adila ?" Tanya ku. Atika hanya menggelengkan kepalanya.

"Kalian satu kampus ?" Tanya ku.

"Bukan hanya satu kampus, tetapi satu kesal juga," Sahutnya.

"Oooh," Ucap ku.

"Kenapa ?" Tanyanya.

"Tidak apa-apa," Sahut ku.

"Sampaikan maaf ku pada nya ya. Aku tadi hanya terbawa emosi," Ucapku.

"Oke," Sahutnya.

Aku langsung meninggalkan tempat itu.

"Woy, Dasar tidak jelas!!" Ucap Atika.

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...LIKE, COMENT, VOTE...

...BERSAMBUNG......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!