NovelToon NovelToon

Kesetiaan Seorang Istri

Perkenalan

Suatu kos yang sangat rame dihuni oleh sekitar tiga puluhan mahasiswi. Mahasiswi ini berasal dari berbagai daerah yang beragam dan jurusan yang beragam serta dari kampus yang beragam.

Suatu hari sebut saja nama mahasiswi itu Gina. Gina sedang asik ngobrol dengan teman satu kosnya bernama Sari di ruang tamu kos tersebut. Karena itu kosan cewek jadi pakaian yang mereka pakai sangatlah seksi, tapi tidak dengan Gina. Gina berpakaian selalu sopan. Saat mereka asik bercerita tiba-tiba pintu kos diketuk seseorang dari luar.

"Assalamualaikum" Kata seorang pria yang sedang berdiri membelakangi pintu kosan. Gina yang sedang tidur-tiduran di kursi tamu langsung berjalan ke depan pintu untuk membukakan pintu kos.

"Waalaikumsalam" kata Gina sambil membukakan pintu kosan.

"Cari siapa bang?" Gina bertanya kepada laki-laki itu, karena Gina baru sekali ini melihat laki laki itu bertamu ke kosannya.

"Mau cari Putri dek. apa Putrinya ada?" Kata laki-laki tersebut sambil melihat kearah Gina.

"Oooo kak Putri. Ada bang, bentar dipanggilkan. Tapi sebelumnya maaf neh bang, nama abang siapa ya. Nggak mungkin kan nanti pas saya ngomong ke kak Putri, kak ada yang nunggu di bawah tapi saya nggak tau namanya. Nggak mungkin gitu bang. Jadi saya mau tanya nama abang siapa?" Kata Gina sambil menjulurkan tangannya ke arah laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut menerima uluran tangan Gina. " Perkenalkan nama saya adalah Aris, saya kekasihnya kak Putri. Kalau boleh tau nama adek siapa ya? Karena memakai kata aku dan saya dalam percakapan terkesan terlalu formal dek." Kata Aris kepada Gina tanpa melepas jabatan tangannya.

"Nama saya Gina bang." Gina menjawab sambil melepaskan jabatan tangannya.

"Oke bang Aris, silahkan tunggu sebentar, Gina akan panggilkan Kak Putri ke atas terlebih dahulu" Gina langsung masuk kembali ke dalam kos untuk memanggil Kak Putri yang berada di kamar kos lantai dua.

"Assalamualaikum Kak Putri. Di teras ada tamu, namanya Bang Aris dan katanya dia kekasih hati kak Putri." Kata Gina dari depan pintu kamar kak Putri.

"Waalaikum salam. Baik Gin, sebentar lagi Kakak turun ke bawah. Oh ya Gin kakak minta tolong kamu temanin sebentar bang Aris ya Gin, karena kakak mau siap-siap dahulu". Kata Putri, sambil Putri mengambil baju yang mau dipakainya malam ini.

Gina langsung turun ke lantai bawah, dengan sangat berat hati Gina terpaksa harus menemani Aris sampai Putri turun dari kamarnya

" Bang, silahkan duduk dulu bang. Kak Putri sedang bersiap-siap" Kata Gina, sambil Gina duduk disalah satu kursi yang ada di teras rumah itu.

Aris yang merasa dapat teman pun langsung duduk di kursi sebelah Gina. Beberapa menit mereka sibuk dengan hp mereka sendiri-sendiri. Akhirnya untuk meredakan kesunyian yang ada Aris membuka percakapan di antara mereka berdua "Gina, mahasiswa tahun berapa?"

" Baru tahun 2 bang." Gina menjawab sambil melihat ke hpnya.

Aris yang melihat Gina menjawab sambil melihat hpnya merasa kesal sendiri, baru ini ada perempuan yang terlihat enggan untuk berbicara kepadanya, padahal di kantornya, Aris termasuk orang yang disegani (tentu saja lah disegani, wong Aris CEO nya).

"Gin, kamu berasal dari daerah mana, kuliah jurusan apa?" Aris masih berusaha mengajak Gina untuk berbincang bincang.

" Gina berasal dari daerah Sumatra bang, tepatnya daerah Padang. Kuliah jurusan arsitektur bang." Kata Gina masih dengan sikap cueknya saja. Gina bukanlah seorang wanita yang angkuh atau sombong. Gina memang tipe wanita yang susah bicara dengan orang yang baru dikenalnya. Tetapi apabila kita sudah kenal dekat dengan Gina, di situ terlihatlah sifat asli Gina yang sebenarnya.

Aris yang merasa terus diacuhkan Gina akhirnya menyerah dan tidak lagi berusaha membuat Gina berbicara. Karena setiap yang ditanya oleh Aris, Gina hanya menjawab saja, tanpa Gina bermaksud untuk bertanya kembali kepada Aris.

Akhirnya tampa terasa Kak Putri turun juga dari lantai dua kos tersebut. Kak Putri langsung menyamperi Gina dan Aris yang nampak sedang sibuk dengan hp masing-masing.

"Hay sayang" kata Putri sambil mencium pipi Aris kiri kanan. "Maaf sayang kamu jadi lama menunggu. Kamu juga sih datang nggak ngomong-ngomong. Aku kan jadi nggak ada persiapan sayangku" kata Putri sambil bergelayut manja di tangan Aris.

Gina yang melihat kemesraan antara Aris dan Putri serasa mau muntah. Gina tanpa diketahui oleh Putri dan Aris berjalan masuk kembali ke dalam kos untuk membangunkan Sari yang masih terlelap dengan indahnya di sofa ruang tamu kossan mewah itu. Sedangkan Putri dan Aris sudah langsung pergi ke tujuan mereka untuk berkencan.

"Sar, ooo Sari bangun dong Sari. Elo kalau tidur kayak Kebo banget. Susah dibangunin" Gina menggoyang tubuh sari yang terbujur di atas sofa ruang tamu.

Sudah lebih dari sepuluh menit Gina membangunkan Sari, yang namanya Sari tetap berada di alam mimpinya. Gina yang sudah habis kesabarannya hanya meninggalkan Sari yang tertidur di sofa ruang tamu sendirian. Gina langsung menuju kamarnya di lantai dua kosan itu. Tujuan Gina hanya satu yaitu berendam di kamar mandinya. Karena kehadiran Aris mengganggu jadwal tidur siangnya.

Menjelang malam terlihat kosan mewah itu semakin ramai oleh mahasiswi yang sudah pulang dari aktifitas kampusnya. Berhubung ini adalah malam sabtu, maka banyaklah kekasih dari mahasiswi yang tinggal dikosan mewah itu untuk datang pergi kencan dengan kekasihnya.

Gina yang notabene tidak terlalu berminat memiliki hubungan spesial dengan laki-laki, hanya menikmati malam sabtu itu berkumpul dengan teman satu kosan yang masih jomblo untuk mengadakan kegiatan bakar jagung di teras depan kosan.

"Gina, loe kapan sih membawa kekasih lo ke sini, atau jangan bilang loe nggak punya kekasih ya Gin. Karena kami tidak akan percaya. Apa sih yang kurang dari loe. Cantik sangat, kaya juga iya, pinter apalagi. Jadi nggak ada kurangnya Gin." Kata Meli salah satu anak kos seangkatan dengan Gina, Meli merupakan teman sejurusan Gina diarsitektur. Mereka cukup dekat tetapi bukan sahabat.

Gina hanya tersenyum mendengar pertanyaan Meli. Gina memang tidak mempunyai kekasih. Bukannya karena tidak ada lawan jenis yang mau dengan Gina. Lawan jenis yang mau dengan Gina sangat banyak, tapi memang Gina sendirilah yang nggak mau berpacaran terlebih dahulu. Gina berprinsip dengan adanya kekasih maka waktu untuk dirinya sendiri akan berkurang, karena akan ada orang yang selalu mengontrol dirinya, akan ada orang yang selalu menanyakan kegiatannya. Akan ada orang yang selalu menyatakan keberatannya pada saat Gina mau mengerjakan suatu ha. Pada intinya Gina masih pengen menikmati kesendiriannya, masih pengen menikmati indahnya menjadi mahasiswi. Gina tidak mau dipojokkan sendiri. Maka Gina berbalik bertanya kepada Sari.

"Sar, loe kenapa gak pergi kencan dengan Fahmi Sar?" Kata Gina melihat kepada Sari. Gina sengaja bertanya kepada Sari, karena Gina beberapa hari ini melihat Sari sering termenung memperhatikan HP nya. Seakan akan HP akan ditelannya hidup hidup.

Sari yang mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Gina langsung kaget. Wajah Sari langsung memerah, dia tidak menyangka bahwa Gina akan bertanya seperti itu kepada dirinya.

"Mana ada mau kencan, gue baru kena tikung beberapa hari yang lewat oleh teman gue di kampus." kata Sari dengan raut wajah yang sedih.

Gina merasa bersalah terhadap Sari, karena sudah membuka kembali luka Sari yang belum kering. "Sar, gue minta maaf ya Sar. Bukan maksud gue untuk membuka luka loe kembali. Sar" kata Gina sambil memandang dengan tatapan memohon maaf kepada Sari.

Sari yang heran kenapa Gina bisa selebay itu langsung tertawa terbahak bahak sambil memegang perutnya. "Gina, Gina. Elu bener bener sedang kesambet atau gimana. Gina yang gue kenal dua tahun kebelakang tidak pernah meminta maaf dengan wajah seperti itu." sambil ngelempar bonggol jagung yang telah habis dimakannya.

Gina yang kesal dengan tanggapan Sari langsung memukul kepala Sari. Obrolan receh ala mahasiswi kembali memenuhi langit malam itu. Mereka sibuk menyanyi, saling menyindir dan saling menggoda. Tanpa mereka sadari Putri dan Aris datang sehabis berkencan di luar.

" Gina, sini" kata Putri sambil mengangkat sekotak martabak.

Gina yang merasa namanya dipanggil oleh Sari, menunjukkan telunjuknya ke dadanya. Putri pun mengangguk bahwa benar Gina yang dipanggilnya. Gina pun berjalan dengan santainya ke arah Putri dan Aris.

"Kenapa kak, memanggil aku" kata Gina kepada Putri.

"Ini bang Aris membelikan kamu martabak karena sudah bersedia menjadi teman ngobrolnya saat menunggu kakak bersiap siap tadi siang." kata Putri menjelaskan kepada Gina, kenapa Gina dipanggilnya.

"Terimakasih kak, bang Aris, karena sudah susah susah membawakan Gina martabak ini. Sekali lagi terimakasih kak, bang. Gina kembali ke teman teman dulu ya." Kata Gina sambil tersenyum dengan lebarnya kepada Putri dan Aris, kemudian Gina kembali kepada teman-temannya.

Sesampainya Gina di tempat teman-temannya, mereka berebutan untuk memakan martabak yang dibawa oleh Gina tadi. Tak terasa hari sudah semakin malam. Terlihat Aris berpamitan kepada Putri sambil mencium Putri. Gina dan Sari yang tidak sengaja melihat langsung memberontak jiwa kejombolan mereka. Dalam hati mereka, begini benerlah ternyata rasanya jadi jomblo.

Pertemuan Tak Sengaja

Gina, Sari dan Mira sore itu pergi menuju mall terbesar di dekat kampus mereka. Mereka bertiga bermaksud pergi jalan-jalan hanya untuk menghilangkan rasa stres mereka sehabis ujian selama seminggu lebih di kampus.

"Kita makan dulu ya baru cuci mata. Gue laper banget." kata Gina kepada kedua sahabatnya itu.

"Oke, kita makan di foodcourt aja ya. Gue kangen makan mie goreng baksonya." kata Sari sambil melangkahkan kakinya ke tempat tujuan.

Sepanjang jalan yang mereka lalui, mereka selalu bercanda dengan recehnya, tanpa memikirkan orang di sekitar mereka. Tidak lama mereka sampai ketempat makan tujuan. Tempat yang mereka tuju, menyediakan makanan secara prasmanan. Jadi mereka mengambil sesuai dengan kapasitas perut mereka saat ini. Semua yang melihat porsi makan yang mereka ambil, pasti tidak akan menyangka seorang gadis akan makan seperti kuli yang kelelahan siap bekerja. Padahal sebenarnya mereka makan banyak, untuk berhemat, namanya juga anak kos. Jadi selagi bisa makan puas. Maka mereka akan makan sepuas-puasnya. Sampai dimeja mereka, mereka bertiga sontak tertawa lebar, melihat porsi yang mereka ambil.

"Waduah, porsi kita bertiga membuat laki-laki takut menjadikan kita kekasihnya" kata Gina dengan mimik wajah yang jijik melihat porsi makan mereka. Kedua sahabatnya langsung melihat ke piring mereka dan langsung tersenyum kecut.

"Anggap aja ini makanan ini untuk sampai makan malam Gin. Jadi nggak perlu lagi ngeluarin duit untuk makan malam." kata Sari memberikan usul. Supaya mereka tidak terlihat seperti orang kelaparan.

Mereka bertiga langsung makan dengan sangat lahap. Sambil sekali-sekali bercanda ringan. Candaan yang nggak tau kapan habisnya. Tiba-tiba saja Mira menampilkan raut wajah seriusnya kehadapan Gina dan Sari yang sedang tertawa. Melihat wajah serius Mira, Gina dan Sari langsung terdiam dan saling pandang sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Loe kanapa Mir. Mendadak jadi serius gini" kata Gina terheran-heran dengan perubahan mimik.wajah Mira yang mendadak itu.

"Gini Gin. Elo ingat nggak dengan kekasih kak Putri yang datang kemaren." kata Mira sambil memutar-mutar mie dipiringnya dengan garpu, seperti orang yang sedang berpikir keras.

Gina langsung menganggukkan kepalanya karena Gina ingat dengan orang yang dikatakan oleh Mira tadi. "Emang kenapa Mir?" kata Gina kepada Mira.

"Kemaren Gue nggak sengaja melihat di majalah bisnis. Ternyata kekasih kak Putri seorang CEO dari sebuah perusahaan besar." kata Mira dengan semangatnya bercerita.

"Terus, hubungannya dengan kita apaan Mir. Kan nggak ada. Kita juga nggak ditraktir belanja tas, baju atau sepatu mahal." kata Gina sambil memasukkan sesendok spageti kedalam mulutnya dan memakai mimik wajah yang terlihat sangat menikmati makanannya.

"Gue setuju dengan yang dikatakan Gina." kata Sari.

"Haduh, maksud gue bukan itu nya. Di majalah itu dikatakan bahwasanya, kekasih kak Putri itu akan dijodohkan dengan anak dari rekan bisnis orang tuanya." kata Mira dengan semangatnya menceritakan kepada Gina dan Sari.

"Jadi maksud lo, kak Putri nggak akan naik pelaminan dengan kekasihnya itu. Oh, malangnya kak Putri." kata Gina sambil melihatkan mimik bersedih.

"Udah deh Gin. Biasa aja kenapa muka lo." kata Mira kepada Gina.

Sari yang paham akan Maksud Gina langsung tertawa. Begitu juga dengan Gina. Mira terlihat kesal dengan kedua temannya itu, yang sangat tidak hobby dengan gosip. Apalagi gosip tentang hubungan orang lain.

"Gue pergi ngambil air minum bentar ya. Haus" kata Gina sambil langsung berdiri dari kursinya, tanpa melihat dulu ke sebelah kirinya. Karena langsung main berdiri saja, Gina tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang sedang berjalan.

"Haduh, maaf, saya tidak sengaja." kata Gina sambil membersihkan tumpahan makanan yang mengenai baju orang yang ditabraknya tadi.

"Hm" jawaban dari orang yang ditabrak Gina.

Gina yang hanya mendapat jawaban ala kadarnya, langsung mengangkat wajahnya. Kiranya yang ditabrak Gina tadi adalah orang yang baru saja dibahas oleh Gina, Mira dan Sari.' Pajang umur dah ne orang. Baru aja dibahas udah nongol aja kayak hantu'. Gina tersenyum sendiri memikirkan apa yang ada dipikirannya saat itu.

"Eh kak Aris. Maaf sebelumnya kak. Aku tidak sengaja menabrak kakak tadi." kata Gina sambil memberikan senyuman terbaiknya. Karena Gina teringat dengan tanggapan yang diberikan oleh Aris tadi.

"Nggak apa-apa Gin. Bisa dicuci nanti." kata Aris memberikan tanggapannya kepada Gina.

"Makasih kak." kata Gina sambil mau melangkahkan kakinya meninggalkan Aris.

"Eh ya Gin. Kamu sama siapa kesini tadi?" kata Aris sambil memegang tangan Gina.

Gina yang merasa tangannya di pegang Haris langsung menjawab. " Dengan Mira dan Sari Kak." sambil melihat ke arah temannya yang sedang terlena menatap ketampanan seorang Aris, seorang CEO yang barusan mereka bicarakan, tetapi sayang CEO itu sudah milik kakak kos mereka.

"Oh, boleh gabung duduk di sini?" kata Aris sambil langsung mendudukkan pantatnya ke kursi kosong, tanpa menunggu jawaban dari ketiga wanita cantik itu.

"Boleh kak." kata Gina, gimana mau dilarang tuh Aris sudah langsung duduk tanpa mendengar apa yang dikatakan Gina dan teman-temannya. Gina kemudian melanjutkan langkahnya menuju tempat air minum. Gina yang melihat Aris tidak membawa air minum berinisiatif membawakan air minum untuk Aris juga. Sampainya di meja mereka tadi, Gina meletakkan air minum tepat di depan Aris.

"Silahkan kak, tadi Gina lihat kakak tidak membawa air minum, maaf kalau Gina lancang kepada kakak." kata Gina kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.

"Makasih Gin. Kakak memang lupa mengambil air minum tadi." kata Aris sambil tersenyum.

Mira dan Sari yang melihat Aris tersenyum langsung tersedak oleh makanan yang ada di dalam mulut mereka. Mereka sontak langsung mengambil air minum untuk meredakan rasa tersedak makanan. Mereka baru sekali ini melihat Aris tersenyum semenjak Aris numpang duduk dekat mereka. Selama makan tidak ada terjadi percakapan diantara mereka berempat. Gina, Mira dan Sari hanya diam sambil menikmati makanan, mereka tidak tau apa yang harus mereka ceritakan, karena ada Aris di dekat mereka. Aris yang tau kecanggungan mereka karena kehadiran dia ditengah-tengah tiga gadis cantik ini, langsung berdiri dan pamit terlebih dahulu meninggalkan tempat makan itu untuk menuju kantornya.

"Kakak duluan Gin." kata Aris kepada Gina sambil menatap ke arah Gina.

"Oke kak." kata Gina menjawab.

"Huf, kita kan bertiga, kenapa dia hanya berbicara kepada Gina saja ya." kata Mira.

"Itu karena, Aris hanya mengenal Gina doang Mir. Kan Gina yang menemaninya saat menunggu kak Putri sabtu siang" kata Sari menjawab pertanyaan Mira.

"Ooooo gitu." kata Mira.

Mereka bertiga melajutkan langkah kakinya untuk mengelilingi mall dengan semangatnya. Mereka bertiga sepakat untuk pulang malam. Karena tadi adalah hari terakhir mereka ujian tengah semester. Jadi mereka berprinsip, untuk.mencuci otak mereka dari rumus-rumus yang tak jelas itu. Mereka bertiga memasuki setiap counter yang ada di mall itu tanpa niat untuk membeli. Semua yang terlihat unik oleh mereka, mereka langsung coba tidak lupa bergaya seperti model terkenal. Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak melihat tingkah mereka yang seperti tidak pernah pergi ke mall. Gina sebenarnya mampu untuk membeli apapun yang dia inginkan. Tapi Gina malas, karena dia tau kedua sahabatnya itu tidak akan membeli apapun. Sahabatnya tidak berasal dari keluarga kaya seperti dia. Kedua sahabatnya adalah keluarga berkecukupan saja. Sehingga membuat Gina segan untuk belanja apa yang dia mau. Tapi Gina akan tetap mendapatkan barang yang tadi dicobanya, karena dimana Gina berada akan ada asisten pribadinya dengan sigap mengambil dan akan langsung membayar ke kasir. Gina juga tidak mau kehidupan sebenarnya terbongkar di depan kedua sahabatnya. Teman kos Gina hanya tau bahwa ayah Gina seorang wiraswasta di daerahnya. Bukan seorang pengusaha yang sangat sukses dan terpandang.

Tak terasa jam tangan mereka sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Kemudian Gina mencari aplikasi pemesanan gocar di hp nya. Dia langsung memesan taksi online. Tak lama taksi online mereka datang dan membawa mereka kembali ke kosant

Kantor Aris

Sepulang dari makan siangnya, yang baru kali ini dilakukan Aris disebuah foodcourt membuat dia tersenyum-senyum tidak jelas. Hal ini tidak luput dari perhatian asisten yang juga merupakan sahabat masa kecilnya yaitu Bram. Bram dari tadi terus saja memperhatikan tingkah Aris yang lain daripada biasanya. Biasanya asal Aris mau makan siang, pasti membawa Bram, sedangkan tadi tidak. Begitu juga dengan tempat makan Aris hanya makan disatu rumah makan yang dikelola sahabatnya yang lain bernama Danu. Bram yang sudah tidak tahan dengan tingkah absurd bos sekaligus sahabatnya itu langsung saja bertanya (dari pada Bram mati penasaran).

"Ris, dari tadi loe gue perhatiin, senyam senyum, lain dari pada biasanya." kata Bram sambil menatap Aris penuh dengan kecurigaan.

"Nggak, gue biasa aja. Loe aja yang berlebihan" kata Aris langsung mengubah raut wajahnya kembali seperti biasanya, Aris tidak mau dicurigai oleh Bram.

"Oke-oke gue percaya sama cerita loe." kata Bram mengakhiri percakapannya dengan Aris. Dia tidak mau merusak mood Aris yang lagi sedang bagus-bagusnya, karena sebentar lagi mereka akan melakukan meeting intern kantor.

Aris berkutat kembali dengan pekerjaannya yang sempat tertunda karena keinginannya mencoba makan siang difoodcourt sebuah mall besar itu. Bram juga sudah kembali keruangannya menyiapakan keperluan meeting nanti siang. Bram tidak mau meeting tadi siang tidak berjalan dengan lancar, karena meeting itu dipastikan akan membuat Aris murka. Saking sibuknya kedua sahabat di dunia nyata dan bos dengan bawahan di dunia kerja, mereka tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul dua siang, berarti meeting tersebut haris segera dilaksanakan. Bram berjalan menuju ruangan Aris.

"Ris, kita mulai meetingnya." kata Bram kepada Aris yang masih berkutat dengan laptop yang berada tepat didepan mukanya itu dengan mimik wajah seriusnya.

Aris yang mendengar suara Bram yang memanggilnya untuk meeting, langsung berdiri dam memakai kembali jas yang sempat dibukanya sesaat sebelum melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkannya saat jam makan siang. "Oke mari kita basmi secara perlahan tikus got yang sudah bermain dibelakang gue." kata Aris dengan memasang tampang dingin dan penuh kekejaman itu.

Bram yang sudah paham dengan gelagat Aris pun sudah memasang mimik wajah yang tak kalah menyeramkan daripada Aris. Kedua pria tampan dan keren yang merupakan orang nomor satu dan dua di perusahaan Soetomo itu berjalan dengan langkah pasti menuju ruangan meeting yang melewati dua ruangan staffnya mulai dari bagian administrasi dan bagian keuangan. Para staff perumpuan yang melihat kedua pria itu jalan hanya mampu menelan kembali saliva yang hampir menetes itu.

Tak lama kedua pria tampan yang terkenal kejam kepada orang yang mencoba untuk mengkhianati mereka sudah sampai di ruang meeting. Aris langsung membuka pintu ruangan itu tanpa menunggu Bram. Aris ingin memperlihatkan kepada dewan direksi di dalam ruangan itu bahwasanya dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Bram kemudian menyusul masuk keruangan meeting.

Aris duduk dibangku kebesarannya dengan tatapan tajam membunuh kesemua dewan direksi. Dimana salah satu dari mereka sudah berani mengkhianatinya. Bram duduk tepat di sebelah Aris.

"Baik, terimakasih kepada seluruh dewan direksi yang sudah hadir siang ini. Walaupun undangan kami berikan baru tadi pagi." kata Bram sambil menatap tajam ke masing-masing wajah dewan direksi itu.

"Langsung saja ke inti dari kenapa kita semua sekarang berada di dalam ruangan ini." Bram melanjutkan pembukaannya.

"Baik, untuk lebih jelasnya kita akan dengarkan masalah apa yang terjadi dalam perusahaan ini langsung dari CEO yang sudah ada di dalam rungan." kata Bram melanjutkan dan memperilahkan Aris untuk mengutarakan maksud dan tujuannya mengumpulkan secara mendadak dewan direksi siang itu.

Haris kemudian berdiri dan menatap satu satu dewan direksi yang ada. Dewan direksi yang ditatap dengan tatapan membunuh dari Aris membuat mereka nyali mereka menciut. Mereka bertanya-tanya apakah gerangan yang membuat mereka mendadak dikumpulkan siang ini dengan pemberitahuan yang mendadak pula.

"Baik, saya manusia yang tidak suka bertele-tele. Saya buka kesempatan bagi yang merasa sudah menghianati saya untuk mengaku. Peluang Anda untuk selamat dari saya terbuka lebar. Tapi kalau sudah saya yang membeberkan orangnya maka Anda saya yakinkan beserta keluarga Anda akan menikmati hidup menjadi gembel." kata Aris sambil menatap tajam ke semua dewan direksi.

Dewan direksi semua saling memandang, bertanya-tanya siapakah yang sudah berani mengusik seorang Aris Soetomo seorang CEO muda yang terkanal dingin dan kejam di dunia bisnis. Aris yang sudah habis kesabarannya menunggu pengakuan dari salah seorang dari dewan direksi langsung berkata kepda Bram Asistennya. "Bram beberkan buktinya, kayaknya tikus got itu mau dibuat malu dengan bukti tanpa mau berkata jujur di hadapan Saya dan semua dewan direksi." dengan sorot wajah yang dingin dan menakutkan.

Bram kemudian langsung memperlihatkan semua bukti yang diminta Aris tadi. Sontak semua dewan direksi melihat ke arah salah seorang dewan direksi yang bernama Tejo. Pak Tejo yang melihat bukti yang selama ini telah berusaha dimusnahkannya menjadi terkejut dan pucat melihat Aris menemukan bukti yang sudah dihilangkannya. Keringat dingin muncul diwajah pak Tejo. Dia merasa tidak kuat lagi berdiri dengan kakinya sendiri.

"Bagaimana Tuan Tejo. Apakah Anda akan menyangkal bukti yang sudah Saya tanyangkan ini?" kata Aris dengan dinginnya.

"Maaf Pak Aris. Saya terpaksa berbuat begitu, karena tuntutan dan gaya hidup istri saya dan anak saya." kata pak Tejo dengan air mata yang sudah turun. Pak Tejo sadar dengan konsekuensi yang harus diterima nya karena sudah berani mengkhianati perusahaan Soetomo.

"Maaf kata Anda? Maaf Pak Tejo, Saya bukan manusia yang berhati malaikat yang bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang yang sudah merugikan perusahaan yang telah susah payah dibangun ayah saya." kata Aris dengan suara yang menggelegar.

" Bram eksekusi. Sita semua asetnya lemparkan istri dan anaknya kejalanan. Kemudian seret pria tua bangka yang tidak tau rasa terima kasih ini ke sel." kata Aris sambil melangkah keluar ruangan.

Bram mengambil alih rapat dewan direksi yang sudah ditinggalkan Aris. "Ini adalah contih bagi siapa saja yang berani berkhianat kepada Soetomo Grub. Semoga Anda semua dapat mengambil pelajaran. Rapat says tutuo. Terimakasih." kata Bram dengan dingin.

Kemudian Polisi masuk kedalam ruangan rapat dewan direksi dan membawa pak Tejo dengan tangan terborgol. Semua karyawan yang melihat langsung terkejut dengan keadaan pak Tejo. Hal ini sekaligus memberikan bukti kepada seluruh pekerja di Soetomo Grub untuk tidak berani berkhianat. Atau nasib mereka akan sama dengan Pak Tejo. Mendekam dibalik penjara dan keluarga menjadi gembel dalam hitungan menit.

Aris langsung masuk keruangannya, kemudian tak lama Bram juga masuk ke ruangan Aris.

"Gimana Bram, selesaikan?" kata Aris.

"Aman, dia akan menjadi pelajaran bagi semha dewan direksi dan semua karyawan supaya tidak berani mengkhianati perusahaan lagi." kata Bram sambil melapangkan dasinya. Kemudian Bram.kembali keruangannya karena ada sedikit lagi pekerjaan yang harus dikerjakannya.

Tak terasa jam pulang kantor sudah datang, semua karyawan keluar dari ruangan masing -masing menuju kekeluarga yang tengah menunggu mereka. Begitu juga dengan Aris, dia sudah berjalan dengan Bram sahabatnya menuju mobil yang terparkir. Aris tidak pernah mau menunggu mobil di lobby kalau dia mau pulang. Aris tidak mau menjadikan Bram sopirnya karena Bram adalah sahabatnya kalau sudah diluar jam kerja.

Bram.mengemudikan mobilnya menuju kediaman keluarga Soetomo. Bram juga tinggal dirumah utama tersebut. Hal ini disebabkan karena Bram memang dari kecil sudah tinggal disana. Bram sudah dianggap anak oleh keluarga Soetomi, karena Bram sudah menjadi anak yatim piatu dari kecil. Bram bertemu dengan Aris saat Aris membela dia saat ada segerombolan orang menyakiti Bram. Semenjak itu Bram menjadi manusia yang loyal kepada Aris dan keluarga Soetomo.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!