NovelToon NovelToon

Keyra Naura

KN_Satu

Seorang gadis cilik memandang buku gambar-nya dengan mata berbinar. Mata bulatnya melirik ke sebelah kiri dimana seorang pemuda sebayanya tengah menengadahkan kepala sembari menatap langit yang cerah.

“Afka, Liat nih. Muka Bian ganteng kan di sini?” Gadis bermata amber itu tersenyum seraya menunjukan hasil gambaran nya kepada pria kecil tadi yang seketika menolehkan pandangan ke arahnya.

Beberapa detik kemudian, pria kecil itu beranjak berdiri dan tanpa aba-aba langsung menarik paksa buku gambar tersebut lalu berlari menjauh meninggalkan gadis cilik tadi yang wajahnya langsung berubah muram.

“Kejar aku! Nanti buku gambarnya aku balikin Naura....” Gadis berumur 7 tahun yang disebut Naura itu tampak mencebikan bibirnya,

ia berlari mengejar pria kecil tadi yang

merupakan tetangga nya itu.

"Yah Naura lama!” Pria kecil itu memilih menghentikan lari-nya dan memandang Naura yang masih mengejar-nya.

“Afka jangan nakal dong sama Naura! Naura kan cuman mau ngegambar mukanya Bian. Balikin nggak!” Seru Naura dengan berjinjit menggapai buku gambarnya yang di angkat tinggi-tinggi oleh pria kecil tadi. Rafka namanya.

“Naura pendek ya?” Pria kecil itu menjulurkan lidahnya mengejek. Namun matanya sungguh takjub melihat netra berwarna amber itu yang kini menatapnya.

Naura berkacak pinggang, “Naura nggak pendek ya! Buktinya tinggi kita sama!” Memang benar tinggi keduanya hampir sama, namun Rafka si anak tengil yang ingin membuat tetangganya kesal itu malah membuang buku gambar tadi ke dalam tong sampah besar yang tengah membakar isinya.

Gadis cilik itu melotot, “Afka! Mulai sekarang kita musuhan dan Naura nggak mau lagi deket-deket sama Afka, Afka jahat!” Seru gadis cilik itu keras.

Rafka hanya mengangkat bahu nya acuh, “masih banyak yang mau temenan sama aku. Memangnya kamu yang nggak punya temen!” Cetus Rafka sewot.

“Naura punya temen ya! Awas aja kalo besar nanti, Naura bakalan pamer pacar sama temen Naura ke Afka!”

Setelah mengatakan itu, Naura langsung berbalik pergi meninggalkan Rafka yang terkekeh kecil.

“Memang nya, Naura tau apa itu pacar?” Tanya Rafka pada diri nya sendiri.

★★★★

*Namaku Queensha **Keyra Naura**. Aku merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Hobby ku melukis wajah orang dan usiaku kini sudah menginjak umur 13 tahun. Hari-hari ku hanya di isi oleh tetanggaku yang super nyebelin! Rafka namanya, keluarganya merupakan orang baru di komplek tempat ku tinggal sejak umur ku masih 6 tahun*.

Afka cowok paling nyebelin yang pernah aku temui!

^^^Keyra Naura^^^

^^^8 Januari 2014^^^

Setiap harinya rumah yang dua kali lipat lebih besar dari rumahku itu selalu ramai dengan kedatangan teman-teman dari Afka. Salah satu dari teman tongkrongannya itu menganggapku sebagai adiknya, Friski namanya.

Umur Cowok itu satu tahun lebih tua dari ku. Kadang di saat aku di suruh Mama untuk pergi kerumah Afka, entah mengapa jika bertemu dengan cowok hitam manis bernama Abian, rasanya diriku sering merasakan gugup akan tatapan nya. Aku mengenal Abian semenjak masa kanak-kanak.

Hanya sebatas mengenal, begitupun dengan Rey, pria paling dingin yang pernah aku temui.

Rasa nyaman pun aku rasakan kala Abian memberi perhatian kecil pada ku. Oke, aku lebay!

^^^Keyra Naura^^^

^^^21 Agustus 2015^^^

Ma... Pa... Tahukah kalian jika Keyra selalu merasa asing dengan keluarga kita? Kalian yang selalu membangga-banggakan Alisa, sementara Keyra--- Dibentak apalagi dicuekin sama papa itu rasanya sakit. Seumur-umur Keyra nggak pernah di peluk sama papa, yang meluk malah bang Garen sama Afka. Keyra salah apa sama papa? Kepala Keyra juga sering sakit, Keyra sakit parah kah? Kenapa setiap Keyra mau bicara sama papa, papa selalu menjauh?

^^^Keyra Naura^^^

^^^23 Agustus 2015^^^

***

Keyra menutup buku bersampul bunga itu. Buku yang sudah terisi coretan seratus halaman hanya tentang dirinya dan penyakit nya. Keyra tak pernah berbagi keluh kesah pada orang lain termasuk Mama dan sahabatnya sendiri, mereka hanya bisa menjadi pendengar bukan?

Keyra beranjak lalu tubuhnya ia rebahkan di kasur kesayangannya, kelopak matanya perlahan menutup kala rasa kantuk itu tiba.

Decitan pintu tak di indahkan olehnya, gadis itu masih betah menutup matanya dan bersiap untuk berlayar menuju ke alam mimpinya.

Beberapa saat kemudian Keyra mengerjapkan kedua matanya kala sebuah tangan menepuk pipinya. Matanya menyipit mendapati sebuah siluet menindihinya, akh bukan! Dengan cepat Keyra mengubah posisi nya menjadi duduk sehingga sosok tadi yang tak siap pun terjungkal kebelakang dan tubuhnya jatuh dilantai, “Adaww.”

Mata Keyra mendelik, “Afka, ngapain lo disini?” Tanya Keyra tajam.

“Bongkar pasang otak lo,” sahut Rafka sekena nya, ia berdiri dan mencengkram dagu Keyra kuat. “Lo jadi orang nyebelin bat, ya!” Sambung Rafka.

“Nggak salah Af? Bukan nya elo yang nyebelin! Cowok yang masuk ke kamar cewek sembarangan itu apa nggak nyebelin?!” Cetus Keyra menepis tangan pemuda tadi.

“Terserah gue dong mau masuk ke mana pun! Apalagi ini kamar lo, babu gue!” Sahut Rafka tak mau kalah.

“MAMA KENAPA COWOK TENGIL INI ADA DI KA....“ Ucapan Keyra terpotong karena tangan Rafka sudah membekap mulutnya.

“Sut, diem lo! Mama Indira lagi arisan sama nyokap gue. Nah, gue di suruh kesini buat jagain elo, katanya takut lo kesurupan kalo ditinggal sendiri.” bisik nya santai. Rafka menarik kembali tangan nya dan Mendudukan dirinya di kursi belajar milik Keyra. Tangannya bergerak meraih laptop milik Keyra dan membukanya.

Keyra yang melihat itu lagi-lagi melotot. Ia takut jika Rafka membuka buku diary-nya yang bisa saja di bongkar cowok bermulut ember itu jika sampai melihat nya. Dengan cepat Keyra beranjak dari kasurnya dan langsung meraih buku yang tepat berada di samping laptop nya.

Mata Rafka memincing mendapati kegugupan tetangganya itu, Rafka dengan jahil mencoba meraih buku itu namun dengan gesit Keyra langsung berlari menuju lemari dan melempar buku itu masuk kedalam nya, lalu jari lentik gadis itu langsung mengunci pintu lemari dan menaruh kunci itu di kantong celana pendeknya.

Rafka memandang Keyra aneh. “Oi, mayat idup! Lo ngerahasiain apa di buku itu? Hayoloh nanti gue aduin ke Mama kalo lo nulis jorok,” Rafka tertawa melihat wajah Keyra yang memberengut.

“Diem deh lo anak onta! Emangnya gue itu elo? Bukan nulis jorok doang, otak sama ponsel lo juga isi nya yang jorok-jorok kan? Gue aduin ke Bunda Rini tau rasa!”

“Dasar pengaduan!”

“Sendirinya,” sahut Keyra tak mau kalah.

∅∅∅∅∅

Keesokan hari nya, Keyra duduk sendirian di kursi kantin paling ujung. Gadis itu memakan nasi goreng nya dengan lahap, sesekali matanya menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan kedua sahabatnya.

Ia meraih ponsel nya yang tadi ia titipkan di Ibu kantin, Keyra hendak menghubungi kedua sahabatnya namun teriakan seseorang membuat ia menoleh dan mendelik, “Kagak usah teriak, teriak kali Ra! Telinga gue nggak budek,” gadis itu —Aura duduk di samping Keyra seraya tertawa lebar.

Gadis satu nya ikutan duduk di depan keduanya, “Berisik emang si ulet china, gue malu sumpah Key punya temen suara to'a kayak ulet china ini,” tunjuk Shahila kepada Aura dengan dagu nya.

Keyra menyudahi kegiatan nya dan menatap aneh kedua sahabatnya itu. “Lah emang si ulet china itu temen lo Sha? Gue kira dia itu cuman pawangnya si Ipang mesum doang,” sindir Keyra halus.

Aura yang merasa tersinggung pun tertawa, “Elah baperan amat sih lo pada, A' Ivan kan mintanya mojok mulu, mana bisa join sama kalian,“ ujar Aura.

“Halah mojok ngapain sih lo? Mau-mau nya aja diajakin mojok sama si kang mesum itu!” Ujar Shahila yang diangguki oleh Keyra.

“Hati gue udah terpatri sama A' Ivan. Duh, kok gue jadi kangen ya?” kata Aura lebay.

Keyra dan Shahila memutar bola matanya malas, “najes lo bucin!”

“Yang penting cantik, Mami!” sahut Aura percaya diri. Gadis itu menolehkan pandangan nya pada Keyra. “By the way, lo keluar kelas waktu ulangan pertama mulu dah, kan gue pengen!”

“Tinggal isi asal-asalan, gampang kan?” Ujar Keyra enteng.

"Yee lo mah! Lo sama Mami kan pinter, Key. Bagi contekan dong,” mohon Aura.

“Kita bertiga beda ruangan, mana bisa---”

“Cogan kelas 9A, lewat oy!” Potong suara yang sedikit mirip bisikan itu tertangkap oleh indra pendengar

Keyra, Aura dan juga Shahila.

Sontak ketiga gadis itu menolehkan pandangan mereka ke meja paling pojok.

“Gue pengen jadi ceweknya Kak Abian, Kak Ervin sama Kak Rafka!”

Cewe berambut poni itu mendengus. “Satu aja dong! Yang lain nya bagi-bagi” Kata nya.

“Lah, emangnya mereka mau sama lo berdua?” Gadis tomboy menimpali.

“Y-ya nggak sih...”

“Coba dulu lo nembak kak Ervin. Kalo di tolak, biar gue nembak kak Abian. Kalo gue juga gak di acc, kita berdua nembak semuanya aja, biar malu nya sekalian." ujar Sinta— gadis berponi tadi yang membuat teman-teman nya tertawa mengejek.

“Halah, lewat deket mereka aja kalian nggak berani, apalagi nembak.” Sahut gadis tomboy bernama Kila dengan nada khas nya.

“Tu, tau!”

Keyra, Aura dan Shahila saling berpandangan. “Mereka nggak tau aja gimana tu cowok yang mereka taksir. Ganteng? Iya sih dikit! Ngesilin? Iya banget!” Ujar Keyra.

“Apalagi Kak Friski! Dia udah lulus, masih aja suka ngerusuh di sekolah kita huh, dasar troublemaker.” Timpal Shahila kesal.

“Gitu-gitu juga ada A' Ivan cowok gue! Tapi kasian ya, mereka? masa cuman bisa mengaggumi tanpa bisa memiliki,” ujar Aura yang tanpa sadar menyentil hati Keyra dan juga Shahila.

“Biannnnn, tolongin gue dari kesingle-an dan sindiran si ulet china!” batin Keyra menjerit.

“Rafka, hati lo punya siapa?” Shahila bertanya-tanya dalam hati.

“Hai, pacar!”

Ketiga gadis itu kompak menoleh, “wih, pacar gue kompak banget sih. Jadi pengen halalin sekarang,” ujar Ivan dengan duduk di sebelah Aura.

Aura mencubit lengan Ivan gemas, “pacar kamu cuma aku ya!” Ujar nya galak.

“Shh, adaw sakit yang,” pekik nya.

“Dih, pengen muntah gue gegara lo Pang,” ujar Keyra.

Shahila mengangguk setuju, "hooh, kayak ada lebay-lebay nya gitu,” sahut Shahila menimpali.

“Sialan lo pada, gelud sini!” Tantang Ivan berlagak jumawa.

“Ipang, oi! Sini kagak lo! Kalo mau pacaran nanti, nunggu lebaran monyet!” Teriak seseorang yang duduk di meja paling pojok kantin bersama teman-teman nya.

Ivan menoleh malas.

Ganggu aja lo, Ripan!

“Gue cabut dulu, ya. Bye my future wife,” Ipang beranjak dan mengerlingkan mata nya genit. Bukan pada Aura melainkan pada Keyra.

Dih, dasar pucekboi!

..

...

.

.

Tetttttttt!!

Part satu selesai~

Typo n salah kata.. hampura....garingg

Terimakasih_-

KN_ Dua

Di mansion Gandawari, nampak dua orang pria berbeda usia itu duduk di ruang tamu ber-ukuran luas dengan saling menatap datar.

“Ervin,” Ervin hanya berdeham pelan sebagai jawaban.

“Tolong hargai Reva. Dia Bunda kamu,” ujar pria dewasa itu, menekan kan di setiap kata-kata nya.

Ervin menatap jengah ayah kandung nya itu.

“Sampai kapan pun Bunda Ervin cuman Bunda Syila, bukan wanita itu!” Cetusnya malas.

Davin, pria dewasa yang sebentar lagi menginjak usia 43 tahun itu menghela nafas nya kasar. “Sampai kapan kamu seperti ini, Ervin?”

“Sampai wanita ular itu pergi dari rumah ini!”

Mata Davin menajam, giginya mengerat.

Pria itu tak suka putra sulung nya itu memaki istrinya.

“Fasilitas kamu, saya sita!” Final nya datar.

“Ervin nggak butuh semua itu, yang Ervin butuhin cuman Bunda Syila!” Sahutnya tak kalah datar, cowok itu berlalu pergi keluar dari rumah megah itu dengan motor nya.

Motor pemberian bunda-nya.

Reva datang dari arah belakang dengan raut sendu, wanita itu mengelus bahu Davin sejenak. “Gapapa, Vin. Kamu jangan tarik fasilitas Ervin, mungkin memang keberadaan aku selama ini cuman jadi penghalang kebahagian dia, aku pergi ya?”

Davin lagi dan lagi menghela. “Reva! Setua ini gue ngerasa jijik mau ngomongin ini, gue cinta sama lo dan jangan sekali-kali lo keluar dari rumah ini apalagi berniat kabur, lagi! Pikirin Raga anak kita,” ujar Davin dengan menekankan kata ‘lagi’.

Davin mencintai istrinya--- wanita yang selalu ada di saat dirinya tengah terpuruk.

Reva menepis air matanya yang terjatuh melewati pipi mulus nya, “kasian Ervin... Dia masih terpukul sampai sekarang.”

“Anak itu pasti baik-baik, aja. Lo jangan nangis gini dong, bawaan nya gue pengen nerkam mulu,” katanya.

“Davin!”

Davin terkekeh geli, entah sejak kapan ia menjadi pria cerewet bahkan sering menebarkan senyum nya disaat bersama Reva, Reva merupakan wanita kedua setelah Rhea yang mampu menarik hatinya. Ia berjanji kejadian dahulu tak akan terulang lagi yang membuat ia menyesal sampai sekarang.

Akh, Davin menjadi rindu dengan kedua anak Rhea yang selalu memanggil nya dengan sebutan ‘Daddy kedua.’

“Sekarang ikut gue,” tangan Davin menuntun istrinya untuk menuju pelataran rumah mereka.

“Kemana? Bisa nggak sih Vin pake ‘aku-kamu’. Lagian kita mau kemana sih?” Tanya Reva penasaran.

Davin mengangguk, “Kerumah Gara, ada urusan.”

“Dih, udah tua masih aja modus! Kamu kesana karena pengen ketemu Rhea kan?” Tudingnya.

“Ngapain coba? Orang istri aku aja segalak ini,” sindirnya halus. Davin mengacak rambut sebahu Reva gemas. “Kita jodohin Raga sama Avril,” ujar nya santai tanpa beban.

Reva melotot, “mereka emang seumuran, tapi yang bener dong Akh kamu mah.” Rengek wanita paruh baya itu.

Davin mendekat, pria matang itu menggigit hidung bangir istrinya gemas,

“Nanti setelah anak kedua kita lahir, pasti kamu sama Rhea yang antusias jodoh-jodohin mereka,” ujar nya mencibir.

Dalam hati Reva, apakah suaminya ini menjadi gila? Anak kedua? What the hell! Reva sudah berkepala empat dan dia masih waras untuk tidak mempunyai anak lagi, bisa jadi jika anak nya besar, ia dikira ’Nenek’ anak nya bukan ‘Mama-nya’ dan Reva tak mau itu sampai terjadi!

***

Keyra baru saja sampai di rumah nya. Ia bergegas mandi dan langsung memakai baju rumahan-nya, tangan nya bergerak meraih ponselnya yang berada di atas nakas dan keluar dari kamar nya menuju ruang tamu, Keyra mendudukan dirinya di sofa.

“Astaga, enak bat jadi Naya. Nggak punya kakak, temen ceweknya juga banyak. Nggak Kayak gue,” ujar Keyra kala layar ponselnya menampakan beberapa gadis yang tengah duduk ber pose di kursi taman dekat sekolahnya.

“Keyra, tolong kamu ambilin kue yang tadi mama pesen di rumah Bunda Rini,” pekik suara terdengar dari arah dapur.

Keyra yang tadinya fokus membalas chat dan menscroll layar ponselnya, kini menatap kearah dapur.

“Nggak mau Mah! Key nggak mau ketemu para curut!” Rengek Keyra malas.

"Key!"

“Mah, kan ada Alisa! Kenapa nggak nyuruh dia aja?”

“Diem lo anak sampah! Udah di suruh malah nyuruh balik.” Suara dari meja makan pun terdengar, itu Alisa —kakak kandung Keyra, namun sering kali membuat Keyra emosi dengan menyebut nya ‘anak sampah’.

Alisa bersekolah di SMAN 77 kelas 12, wajar saja di hari rabu ia sudah berada di rumah. Sekolahnya selalu memulangkan siswa siswi nya lebih cepat. Entah ada apa dengan hari rabu, Keyra tak peduli dan tak mau tahu.

“LISA!” Teriak Mama-nya memperingati, “Papa bentar lagi pulang loh, Key. Masa kamu nggak mau bantuin Mama?" Rayu Mama nya.

Keyra hendak menyahut, namun pintu depan yang terbuka mengalihkan atensi nya, “Alisaaaa,” Keyra memandang tanpa minat ke arah wanita yang memanggil Kakak nya itu. Seorang wanita paruh baya dengan dandanan ala kaum sosialita berjalan masuk kedalam rumah nya dengan langkah yang angkuh.

Alisa yang tadi nya masih berada di Ruang makan kini sudah berlari mendekati wanita paruh baya itu, “Tante! Lisa kangen sama Tante!” Ujar Alisa memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu.

“Tante juga kangen sayang, gimana sama sekolah kamu?” tanya wanita itu seraya mengusap rambut panjang Alisa.

“Baik dong, tan. Selalu peringkat satu,” kata nya sombong. Lalu mata nya melirik ke arah adik nya sinis, “Emangnya Keyra yang nilai nya buruk terus!” Maki Alisa.

Wanita paruh baya itu melepaskan pelukan nya dan memandang Keyra yang terdiam masih menampilkan wajah bodo amat nya, “ya jelas dong, Sa. Dia kan nurun otak bodoh dari ayah nya.” Katanya yang membuat tawa setan dari Alisa terdengar menggema.

Keyra tak mengerti. Dia —Anggi, yang merupakan adik dari Ayah nya itu selalu membandingkan dirinya dengan Alisa. Dan aneh nya lagi, Anggi selalu menyebut ’Ayah’ bukan ‘Papa’ jika bertanya kepada dirinya. “Gimana keadaan Ayah kamu, Keyra?” tanya Anggi sinis.

“A-ayah? maksud Tante itu Papa?” Tanya Keyra balik dengan raut yang kentara bingung.

Anggi menggeleng, “Ayah kamu Key! Ayah yang sekarang---”

“Anggi? Balik juga lo,” Indira —Mama nya datang dari arah dapur dan langsung menatap dengan pandangan yang sulit diartikan kearah Tante-nya itu. “Key, kamu kerumah Bunda Rini sekarang, oke?” kata Indira kepada Keyra.

"Iya, Mah!” Keyra langsung berlalu meninggalkan rumah nya dengan sesekali menengok ke belakang. Ia penasaran, namun ketiga wanita yang berdiri di dalam hanya diam saling memandang.

Ayah? Kenapa Mama kayak panik gitu, ya? Batin nya.

Setelah melihat punggung Keyra yang menjauh, Indira memandang adik ipar nya dengan nyalang, “Alisa masuk kamar! Segala makian kamu buat Mama pasti Mama terima, tapi jangan Keyra, dia adik kamu dan Keyra nggak tau apa-apa!”

Alisa menggeleng kuat, “Mah, Lisa tuh nggak pernah maki Mama! Lisa cuman mau anak nggak tahu diri itu pergi dari rumah ini! Dia...”

“Lisa masuk!” Bentak Indira cepat, Alisa yang pasrah pun memilih masuk kedalam kamarnya.

“Lo jangan ngebentak ponakan gue dong! Udah mending Kak Andri masih mau nerima anak haram kayak Keyra yang pantesnya mati,” ujar Anggi keras. “Davin bener-bener bodoh--”

“Cukup! Lo tuh nggak tau apa-apa tentang gue sama pak Davin! Gue tahu lo gini karena kecewa kan sama Pak Davin yang nggak pernah ngelirik lo?”

Dapat Indira lihat bahwa perubahan wajah Anggi jelas merah padam, “Dan-- jangan pernah lo ngomong tentang masalah semua ini ke Keyra,” jelas Indira dan berlalu pergi meninggalkan Anggi yang mengeratkan giginya.

“Anak haram itu harus mati,” ujarnya melirih. Tangan wanita tua itu terkepal kuat.

***

Setelah melewati gerbang, kaki Keyra memasuki sebuah rumah yang ukuran nya dua kali lipat lebih besar dari tempat tinggal nya, dan pandangannya tertuju pada beberapa motor yang terparkir rapi di depan rumah itu.

“Semoga para cecurut lagi pada ngebo, jadi gue masuk nya aman.” Gumam nya pelan.

"Assalamu'alaikum."

Seisi ruangan mengalihkan pandangan mereka kearah Keyra yang baru saja datang.

"Wa'alaikum salam."

"Eh, ada Neng kekey. Sini Neng, duduk deket A' Rivan." Seru sebuah suara yang tadinya merebahkan tubuhnya di sofa rumah itu pun kini beranjak duduk, menepuk sofa di sampingnya, menyuruh Keyra untuk duduk.

Rivan Aditama. Cowo berkulit putih pucat dengan balutan kaos merah marun itu mempunyai kebiasaan yang menurut Keyra aneh. Bagaimana tidak? Cowok itu suka sekali ber-gonta ganti pacar, dan pacarnya harus berusia lebih tua dari cowok itu, padahal Rivan masih menginjak kelas 9— seangkatan-nya.

“Kekey pala lo! Jangan SKSD sama gue deh!"

Sahut gadis SMP itu jutek, tatapannya beralih menatap tajam ketiga cowok yang sering menatapnya nyolot. "Oi kutu kupret, panggilin Bunda Rini!" seru Keyra, walau ia memanggil Rini dengan sebutan ‘Bunda’. Ia masih waras untuk tak asal masuk kedalam rumah besar itu seperti Rafka.

Cowok yang dimaksud itu menaikan dagu-nya songong, “BUNDA, ADA PENGEMIS YANG MINTA RECEH NIH, RAFKA NGGAK PUNYA DUIT RECEHAN!" Teriaknya keras.

Kalian masih ingat dengan Pria kecil yang melempar buku gambar milik Keyra, bukan?

Dia —Rafka Putra Kalandra. Tetangga super rese Keyra itu sering sekali memancing emosi gadis itu. Dari SD sampai SMP, banyak yang mengira keduanya berpacaran karena sering bersama.

"LO JANGAN TERIAK DI DEPAN ADEK KETEMU GEDE GUE, DONG!" Pemuda dengan kaos hitam polos yang membalut tubuhnya pun menyeru, pemuda itu mengeplak kepala Rafka dengan topi miliknya.

Muhammad Friski Adhiwijaya. Pemuda berkulit kuning langsat itu mempunyai sifat ke-Abangan. Umurnya memang lah yang paling tua di antara teman se tongkrongan-nya. Namun, tinggi badan yang tidak bisa dikatakan tinggi maupun pendek dan dibantu dengan bentuk wajah nya yang baby face itu mampu membuat banyak orang mengira ia masih anak SMP.

“Lo teriak itu, bangsatt!" Seru suara lain nya.

Suara ketus dari pemilik nama Ravi Abian Airlangga Madaharsa ini menyandang dua marga sekaligus. Cowok menawan dengan kulit yang eksotis ini mampu membuat banyak perempuan mengidolakan nya, termasuk Keyra sendiri.

"Diem, njing!"

Ervin— Cowok itu menendang kaki keempat teman nya dengan kesal.

Ervin Reynard, Cowok bermata sipit dengan dagu terbelah itu sering kali berkata kasar kepada orang lain. Paling tidak suka mendengar ocehan wanita, kecuali Bundanya. Maybe.

Keyra meraup wajahnya kesal, “Astagfirullah, nyebut mulu gue kalo ketemu kalian."

Friski mengalihkan pandangannya. “Makan nya lo jangan kerumah si Rafkasetan lagi Key, mending kerumah gue---"

“Udah pada selesai belum?”

Dari arah tangga rumah Rafka, seorang wanita dengan daster rumahan yang membalut tubuhnya datang, dan pandangannya langsung tertuju pada Keyra. "Eh ada Keyra, mau ambil kue Mama kamu kan?" Keyra mengangguk seraya tersenyum.

“Sini Key kebelakang, Bunda sama Nana udah buatin brownies khusus buat kamu,” imbuh nya.

Fyi: wanita yang dulunya berprofesi sebagai seorang Dokter itu kini sudah menjelma menjadi ibu rumah tangga sekaligus owner toko kue terbesar di kota Jakarta.

“Bun, Rivan juga mau," rengek Rivan tak tahu diri.

“Friski juga mau Bun!” timpal Friski.

Rafka melirik sinis, "anaknya Bunda, itu gue woy!” sahut Rafka sewot.

“Buat para anak Cowok Bunda. Nanti, ya? Nunggu ujan turun, ok?!" sahut Rini yang langsung menarik tangan Keyra menuju kearah dapur.

Sementara Rafka, Rivan dan juga Friski kompak melongo. Hari ini cuaca sangat panas dan kemungkinan hujan akan turun hanya 0,1%. Bisa sih terjadi hujan, kalo tiba-tiba mereka gabut dan mengguyur rumah Rafka dengan air laut.

Ketiganya masih melongo. Abian dan Ervin yang jengah pun kompak mengambil tisu di meja dan menyumpal mulut ketiganya.

"Lo bertiga bau! Gue masukin onta juga ke mulut lo pada!" seru Abian.

"Bau, idung lo deket mulut,” sewot Rivan.

.

.

.

KN_ Baperan

Pukul 8 malam, Keyra turun dari kamar nya menuju arah ruang makan. Di sana sudah ramai dengan Andri, Indira, Garen dan juga Alisa yang duduk seraya bercanda ria.

Namun, saat dirinya datang, keadaan langsung hening, Andri dan juga Alisa yang tiba-tiba menampilkan wajah tak minatnya sementara Indira dan Garen langsung menawarinya makanan.

“Makan dek, yawoh kamu kurus banget kayak mayat idup,” ejek Garen melihat bentuk tubuh adik nya yang nampak kurus.

Indira meletakan lauk pauk di piring lalu menyodorkan nya pada Keyra, “Bener kata Abang kamu Key. Makan yang banyak! Tidur nya dijaga jangan sampe begadang,” titahnya.

Suara kursi terdorong kebelakang mengalihkan atensi semuanya, Keyra meneguk ludahnya kasar melihat tatapan tak bersahabat Papa nya itu.

“Mah, Papa tunggu di kamar,” ujarnya dan berlalu menaiki tangga menuju kamar utama berada.

“Aku selesai. Selamat malam Mama, Abang,” Alisa ikut beranjak mendekati kursi Indira dan Garen seraya mencium pipi keduanya seraya bergantian.

“Mah, Bang. Keyra---”

“Keyra makan yang banyak biar kuat!” potong Indira cepat, “mereka cuman cape doang kok Key, jadi langsung ke kamar,” ujar nya beralibi.

Garen mengacak pelan rambut Keyra,

“Abang sayang samu kamu, Key. Jangan sedih! Kamu jelek kalo sedih gitu.”

Keyra mendengkus lalu gadis itu menghembuskan napasnya lega. Beruntung jika Abang dan Mama nya tidak membencinya, jika keduanya sama seperti Papa dan Kakak perempuan nya, mungkin Keyra tak mampu untuk berada di rumah itu. Pikirnya.

*****

Di hari kamis yang cerah, Keyra bersiap untuk pergi ke sekolah nya. Ia hari ini tak di antar oleh Garen karena pria itu harus cepat-cepat berada di SMK tempat Friski bersekolah.

Kaki nya melangkah menyusuri jalanan dengan sesekali bersenandung.

Tinn.. tinnn tinnnn...

“Astaga Dragon!" Keyra mengusap dadanya kaget, kepalanya menoleh kesamping. “Apa sih Af? Lo kalo mau nabrak gue, tabrak aja! Nggak usah pake klakson segala," sarkas Keyra.

Cowok yang memakai seragam dengan baju dikeluarkan itu nampak tercengir lebar.

"Ga asik akh kalo lo mati duluan, nanti siapa yang jadi babu gue? Ayo cepetan naik!" Cowok itu menyugar rambut legam nya kebelakang.

Keyra menatap motor matic milik cowok itu, "Gue? Naik ke motor lo? Nggak, nggak! Mending gue jalan kaki,” ujar Keyra, ia menolak tawaran dari Rafka karena ia sangat malas berdekatan dengan cowok itu.

Bayangan tentang buku gambar nya yang dibuang hingga terbakar oleh Rafka masih terngiang di kepala nya sampai sekarang.

Rafka menganggukan kepalanya,

“denger-denger di jalan pintas yang sering lo lewatin itu banyak setan sama preman nya loh,” Keyra mengabaikan. Ia memilih melanjutkan langkah kakinya dari pada meladeni cowok menyebalkan itu.

“Dan... Rumor nya disana udah beberapa cewe yang di perkosa dan mayat nya—” Keyra memundurkan langkah kakinya, ia langsung menaiki motor Rafka dan menepuk bahu pria itu, “cepetan berangkat!” Rafka tersenyum miring, ia lantas mengemudi kan motornya dengan kecepatan tinggi.

👍👈🙏

Sesampainya di Warung Laperpoll yang letaknya tepat berada di belakang sekolah SMP Bina Abadi, Keyra langsung turun dan beranjak pergi. Namun urung kala sebuah tangan mencekal lengan kirinya.

"Lo jadi cewek ga ada rasa terimakasih nya? Ya! Nyesel gue nganterin, mana kagak nyumbang uang bensin lagi!" Cetus Rafka.

Keyra berdecak, gadis itu membalikan badannya dan menunjuk Rafka dengan telunjuknya.

"Gini ya Af. Gue nggak maksa buat lo anterin, terus... Perasaan lo boncengin Cewek kagak pernah tuh di tagih, lah sama gue? Astaga berasa ngojek gue tau nggak?!" Keyra menyahut sewot.

Rafka menautkan alisnya, “lo tau dari mana kalo gue kagak pernah nagih ke cewe yang gue anter?”

“Aciee, Kekey merhatiin cewek yang dibonceng Rafka nih, YSJ noh.” Rafka dan Keyra menoleh, menatap Rivan yang baru saja datang bersama Friski.

Friski merupakan anak SMK yang letak nya lumayan jauh dari SMP Bina Abadi. Entah mengapa cowok itu berada di sini sekarang.

Keyra mendelik, "Rivan--- lo mau gue bejek-bejek hah? Inget, orang yang sok tau biasanya mati duluan!” Kata Keyra tajam.

Rafka tertawa mendengarnya.

"Eh buset Key, lo pas SD imut-imut kek babi, kok gedenya sadis bener tu bibir. Makan berapa cabe lo pas lulus?"

Tanya Friski.

“Tau tuh Kekey omongan nya pedes bener, untung adik ipar!" Ujar Rivan ngegas yang membuat Keyra menyikut perut Cowok itu keras.

“Adik ipar your head! Gue mirror dari lo kali Ki!" sahut Keyra dan berlalu pergi meninggalkan ketiga cowok itu.

“Bener-bener adik ipar durhaka!” Itu teriakan Rivan yang terakhir Keyra dengar, gadis itu semakin mempercepat laju langkah nya.

"Kenapa sih harus lewat gerbang belakang? Gue kan harus muter-muter,” dumel Keyra meraih tas nya dan mencari sesuatu disana, hari ini merupakan hari terakhir ia akan mengikuti penilaian akhir semester satu.

Karena terlalu fokus dengan tas nya, saat ia akan berbelok, Keyra menabrak seseorang hingga tubuhnya hampir oleng.

“Jalan tuh liat depan! Ga usah so' sok-an jalan sambil nunduk! Lo tuh pendek dan gampang keinjek." ujar seorang dengan nada dinginnya.

Keyra mati-matian menahan emosinya, “lo kira gue semut? Seenak gigi lo ngatain gue pendek lagi! Lo nya aja yang ketinggian," ujarnya dengan masih menunduk mencari pena dan juga buku nya.

Tiba-tiba dagunya di cengkram kuat oleh Cowok di depannya, “kalo ngomong sama gue tuh liat orangnya! Ga usah nunduk, lo ngomong sama lantai?"

Keyra mendongak. Matanya menyipit tajam melihat Cowok di depan nya ternyata Ervin —si cowok beku.

Keyra menepis tangan milik Ervin.

“Mending gue nunduk, dari pada ngeliat komuk lo yang kek setan--- Rey." ujarnya dan berlalu dengan berlari.

Di tempat nya, Ervin menyunggingkan senyum sinisnya, “baru kali ini, ada yang manggil nama itu, lagi.”

****

🔨🔨🔨🔨

“Pstt, oi Key,” Keyra memutar matanya mendengar desisan milik Ivan.

“Paan?” Tanya Keyra. Posisi duduk di ruangan 11 tempat Keyra mengisi lembar jawaban, Ivan duduk di meja ketiga di bagian tengah, sementara Keyra duduk di meja paling pojok di belakang.

Ivan menggerakan jarinya membentuk angka lima. Keyra mengangguk kecil dan mengambil sebuah kertas di laci meja nya, ia menulis sesuatu di sana. Dengan cekatan, Keyra meremas kertas itu dan melemparnya tepat di meja milik Ivan.

Sementara di tempat Ivan duduk, cowok itu dengan antusias membuka kertas dari Keyra, matanya melebar kala mendapati kertas itu kosong, hanya ada tulisan angka ‘5’ di sana.

"Sialan lo, Key!" Umpatnya mendesis.

₱₱₱₱₱

Bel pulang sekolah berbunyi, berhubung ini hari terakhir Keyra mengikuti penilaian akhir semester satu. Keyra memutuskan untuk langsung meluncur menuju kantin dimana tempat kedua sahabat nya berada. Menunggu staf guru mengumumkan info tentang study tour untuk seluruh siswa kelas 9.

“Key!” Seseorang melambaikan tangannya pada Keyra, gadis itu memilih mendekat kearah stand makanan untuk memesan batagor dan juga Es jeruk kesukaannya. Lalu Keyra berjalan menghampiri kedua sahabatnya.

Keyra duduk di kursi yang berhadapan dengan Aura dan juga Shahila. “Lo berdua kok cepet banget? Biasanya juga gue duluan yang keluar kelas kalo urusan ulangan.” Ujar Keyra.

Aura menoleh sinis, “lo tau nggak Key? Gue mati matian ngejawab itu soal! Mana depan belakang tempat gue duduk, mantan gue semua lagi,” Keyra dan Shahila tertawa cekikikan.

“Andai pas ulangan gue seruangan sama lo, merdeka bat hidup gue!” Aura menampilkan raut nelangsa nya.

Shahila tertawa pelan mendengarnya, “makannya belajar Ra! Untung baru semester satu, gimana kalo dua? Auto nggak lulus lo,” tutur Aura.

Keyra merangkul bahu Shahila. “Nah bener nih kata sahabat gue! Nanti lo netep di kelas 9, si Riki makin semangat deketin lo.” timpal Keyra mengejek.

Aura mendengus, “jahat bener lo berdua, gue ke kantin sebelah aja lah.” kata Aura pura-pura merajuk.

“Elah, baperan amat lo. Op baperan!”

Teh Anisa datang dengan menaruh sepiring batagor dan es jeruk pesanan Keyra, wanita itu langsung berlalu saat Keyra mengucapkan 'terimakasih'.

“Wih, adik ipar gue pada akur, ya. Duduk bareng mulu,”

Keempat cowok berparas memikat itu duduk di kursi yang kosong dekat Keyra dan kedua sahabatnya.

“Yo, kekey.”

Sapa Rivan pada Keyra yang tengah memakan batagornya dengan lahap, mengacuhkan keberadaan keempat cowok itu.

“Gue nggak punya kakak cewek ya, Van. Lo mau kawin sama kakak cowok gue?” tanya Aura sinis.

“Tau tuh, gue ada nih Mbak Kun. Keknya dia cocok banget sama lo yang ganteng Van,” timpal Shahila. Bukan hal aneh lagijika gadis itu berkata seperti itu, gadis yang disebut-sebut bisa melihat dan ber-interaksi langsung dengan makhluk tak kasat mata.

Rivan bergidik ngeri mendengar kedua ujaran yang keluar dari mulut Aura dan juga Shahila.

“Dih, nggak jadi dah! Mending gue sama kakak nya si Kekey!” Ujar Rivan merangkul bahu Keyra layaknya teman lama.

“Sekali lagi lo manggil gue ‘Kekey’, gue cekek lo Van!” ancam Keyra.

“Oh, lo mau sama Bang Garen nih, Van? Oke,” Sambung gadis itu.

"Nggak ada yang bener lo bertiga. Lebih cocok si Rivan sama Keyra aja, sering ribut tandanya jodoh.” celetuk Ivan memakan Bakso milik Aura yang notabe-nya adalah pacarnya.

Uhuk uhuk....

Keyra terbatuk mendengar nya. Tangan Abian menyodorkan minuman yang langsung di terima dengan senang hati oleh Keyra, “pelan-pelan! Nggak akan ada yang ngambil batagor lo,” tutur nya.

“Mama gue nggak bakalan setuju kalo punya mantu kek si Rivan onta,” bukan Keyra yang menjawab melainkan Rafka. Cowok itu mengikuti jejak Ivan dengan mengambil alih piring batagor milik Keyra dan memakannya.

Keyra mendelik pada Ivan “Syalan lo, Ipang! Kalo gue mati karena kesedek gimana?” Ivan hanya tertawa dan menggombali Aura kembali. Mata Keyra memincing tak mendapati si cowok beku.

“Bian! Itu batagor gue diambil Afka! Kata lo nggak bakalan ada yang ambil,” sungut Keyra sebal.

Abian mengangkat bahunya acuh.

“Maksud gue manusia, Rafka kan setan makan nya bebas ngambil.”

“Buangke lo, Yan.” umpat Rafka tak terima.

Tangan Keyra di gunakan untuk menopang dagu gadis itu. Ia memandang Rafka dan Abian bergantian, “Af, Bi. Lo berdua mau nggak jadi cowok gue?” tanya nya dengan polos.

Uhuk uhuk..

Kali ini giliran Rafka yang tersedak batagor. Cowok itu meraih minuman milik Keyra dan langsung menegaknya cepat.

Sementara Abian hanya berdeham pelan.

“Lo waras, Key? Nembak satu aja dong! Masa temen gue, lo embat semua,” Ivan bersua tak suka.

Ada apa dengan Ipang?

“Sinis bener lo sama gue,” ujar Keyra. Yang lain nya hanya diam menyimak adu argumen keduanya, “niat nya sih mau sekalian sama si beku alias Rey, tapi dia nya nggak ada ya udah duo curut aja yang gue tembak.” ujar Keyra tanpa beban.

Mata Ivan melotot. “Heh, mayat idup! Trio curut mau lo gaet semua?” kata nya keras.

“Heh, Babi ngepet! Itu tadi gue ngewakilin adik kelas yang mau gaet kalian semua, ya! Dih, baperan lo Ipang oneng! Op baperan,” jelas Keyra yang langsung beranjak pergi. Aura dan Shahila yang merasa di meja itu terasa hening pun spontan berdiri dan langsung berlari mengejar Keyra.

****

Tadi gue baper duluan, anjing!

.

.

.

Tetteeeeeet

Typo n kalimatnya kagak jelas:v

Thanks yang udah buacaaaaaaaa:v

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!