Semua orang terlihat sibuk untuk menyiapkan jamuan makan malam spesial bagi putra pertama keluarga Bagaskara. Candra Prawira Bagaskara, Presiden Direktur PT Cahya Bagaskara Group, perusahaan besar yang bergerak di bidang Property dan Kontruksi.
Keluarga Bintang, calon tunangan Candra akan datang malam ini, memenuhi undangan dari orang tua Candra, sekaligus membicarakan pertunangan mereka, yang akan berlangsung bulan depan.
"Bi... Bi Ida, itu tolong minumannya di siapkan, jangan lupa buah-buahannya! " Nyonya Bagaskara terlihat begitu repot, memastikan semua hidangan sudah tertata rapi, tanpa kurang satupun.
"Mang Damar! jangan lupa tolong bilangin Pak Yanuar, untuk stand by di pos, kata Candra keluarga Bintang sudah berangkat! " Ucap Nyonya Bagaskara,
"Heboh banget sih mih, cuman keluarga Bintang doang, kaya mau nyambut keluarga Presiden! " Pandu turun dari tangga dengan raut wajah tak suka, berbeda dengan keluarga yang lain, Pandu terlihat tidak begitu antusias dengan acara pertunangan sang kakak.
"Hush, kamu ini! Bintang.. Bintang.. aja, panggil Mbak. Bintang! " Nyonya Bagaskara menepuk bahu Pandu yang melintas di sampingnya
"Gak enak di denger mih, lagian aku biasa panggil dia Bintang kok! " Sahut Pandu dengan seenaknya duduk di meja makan yang sudah tertata rapih.
"Eits... apa-apaan kamu? " Dengan cepat Nyonya Bagaskara merebut sepotong Ayam dari tangan Pandu
"Mamih! Pandu laper! " gerutu Pandu kesal
"Tunggu! acara belum di mulai, kita makan bareng sama keluarga Bintang " tegas Nyonya Bagaskara. Pandu terlihat begitu kesal dia hanya duduk sambil menopang dagu dengan kedua tangan yang di taruh di atas meja makan.
"Apa sih ribut-ribut? " Tuan Bagaskara baru saja datang ketika mendengar keributan antara anak dan Ibu
"Ini loh Pih anakmu! bukannya bantuin apa kek, malah datang terus main comot aja ayam di meja! " keluh Nyonya Bagaskara pada sang suami, Tuan Bagaskara hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Timbang ayam doang mih.. mih..! " sahut Tuan Bagaskara
"Tau Mamih, lagian ayam juga banyak, memangnya keluarga Bintang bakalan membatalkan pertunangannya, kalau ayamnya kurang satu? " gerutu Pandu kesal
"Itu namanya gak baik tau! inikan hidangan buat tamu, emang tangan kamu bersih? " Kesalahan besar bagi Pandu jika berdebat dengan wanita yang melahirkannya, karena Nyonya Bagaskara selalu banyak kata, untuk memberi sanggahan
"Iya, Iya Pandu salah" gumamnya "Pandu keatas dulu aja deh! "
Tak ingin membuat telinganya sakit, karena mendengar ocehan sang Ibu, Pandu memilih kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua
"Hey Pandu, tolong sekalian suruh Mas Candra untuk turun! tanyain sudah sampai mana keluarga Mbak Bintang ! " teriak Nyonya Bagaskara, karena Pandu sudah lebih dulu menjauh dari pandangannya
"Iya...! " Sahutnya dari lantai atas
Pandu berjalan menuju lantai dua, dimana semua kamar anak Tuan Bagaskara berada, saat melintasi kamar Candra, Pandu menghentikan langkahnya sejenak, ia mengintip dari celah pintu. Sang Kakak, yang sedang berdiri di cermin terlihat begitu semangat.
"Hmmm! " Pandu mencoba mengeluarkan suaranya untuk memberi isyarat jika dia memperhatikan sang kakak
"Ehhh, kenapa Du? " Candra menoleh kearah Pandu yang sudah berdiri di ambang pintu
"Kata mamih suruh turun, semua udah siap! " Ucap Pandu malas
"Lo gak siap-siap? kok masih pakai kaos sama celana pendek? " tanya Candra saat melihat penampilan sang adik,
"Ini bukan acara gue, jadi bukan masalah gue pakai baju apa? " sahutnya. Candra terlihat berjalan menghampiri Pandu
"Lo masih belum bisa terima? " Candra menatap sang adik yang hanya terdiam mematung di hadapannya
"Maksud lo? " Pandu berpura-pura tak mengerti dengan pertanyaan sang kakak, meski sebenarnya dia sangat jelas mengerti maksud pertanyaan Candra
"Gue tahu, lo deket banget sama Bintang, lo gak relakan Bintang tunangan sama gue! " jawab Candra , memang setelah Pandu tahu Bintang berhubungan dengan sang kakak, yang hanya berbeda usia dua tahun darinya, hubungan mereka sedikit renggang
"Gak usah sok tahu! tahu apa lo sama perasaan gue?udah sana turun jangan sampai mamih teriak! " ucap Pandu dan berlalu pergi meninggalkan Candra yang masih memperhatikannya.
Bagi Pandu, Bintang adalah orang yang paling spesial, sayangnya Bintang lebih memilih sang Kakak, di saat mereka sudah menjalin hubungan selama tiga tahun. Kecewa, marah, frustasi benar-benar di rasakan Pandu, tapi dia bisa apa? dia tidak mungkin memaksakan perasaan Bintang, yang ternyata sudah tumbuh saat mereka kecil.
Semua anggota keluarga sudah berada di meja makan, menunggu kedatangan calon keluarga baru mereka, hanya Pandulah yang masih berada di dalam kamarnya, seakan merenungi nasib cinta yang tak berpihak padanya.
Tok.. Tok.. Tok.. Reina mengetuk pintu kamar Pandu yang tertutup rapat
"Mas Pandu....! kata mamih cepat turun" teriak Reina, dia adalah adik bungsu sekaligus anak perempuan satu-satunya di keluarga Bagaskara, usianya baru menginjak 19 tahun.
"Gue ngantuk! bilang aja gue sibuk! " teriak Pandu dari dalam kamar tanpa membukakan pintu sang adik
"Buruan ih! jangan sampe mamih yang narik mas Pandu ya? keluarga Mbak Bintang udah mau sampai" Reina terus berusaha membujuk Pandu
"Bodo amat!!! " sahutnya
"Iiihhhh Mas Pandu cepetan, kalau mas Pandu gak mau turun, Reina pasti di suruh lagi buat panggil mas pandu! " Reina mulai memakai jurus merengek, dia tahu sang kakak tidak suka mendengarnya.
"Iya.. iya..! udah sana turun nanti gue nyusul! " sahut Pandu sambil membuka pintu kamar
"Beneran ya! " Reina memastikan jika perkataan pandu bukan hanya sekedar alasan, agar dia tak terus merengek di depan pintu kamarnya
"Iya baweeellll! udah sana turun! " sahutnya sambil mencubit hidung adik kesayangannya itu
"Ya udah kalau gitu, cepetan loh! " Reina kembali turun menuju meja makan.
...****************...
Begitu keluarga Bintang sampai di rumah keluarga Bagaskara, Tuan dan Nyonya Bagaskara di temani ketiga anaknya, langsung menyambut keluarga Bintang di depan Pintu.
"Selamat datang cantik" Sambut Nyonya Bagaskara sambil memberikan ciuman di kedua pipi Bintang yang kala itu datang dengan menggunakan Mini dress biru sungguh terlihat anggun
"Makasi tante, tante juga cantik! " jawab Bintang lembut
"Bisa aja kamu Bi, tante udah tua begini masih di bilang cantik! " ucap Nyonya Bagaskara
Setelah menyalami keluarga Bintang, mereka semua berjalan menuju meja makan besar, Pandu yang sedari tadi menampakan wajah tak suka, hanya diam sambil sesekali memandang Bintang yang duduk di sebrangnya.
Ini bukan hal mudah untuk Pandu, terutama saat Bintang dan Candra saling melemparkan senyum, begitupun dengan Bintang, mengambil keputusan untuk jujur pada dirinya sendiri itu sulit, dia tahu Pandu pasti terluka, tapi dia tak bisa terus berada pada hubungan palsu, dia sadar dia hanya menyayangi Pandu sebagai sahabat
"Jadi gimana Bi, Candra? persiapannya sudah seratus persen? " tanya Nyonya Bagaskara
"Sudah tante, tinggal acaranya aja, yah paling ada hal-hal kecil yang terkadang kelewat! " jawab Bintang ramah
"Ohh syukur deh! abis Candra gak ngasih tante, buat ngurusin acara kalian! " ucap Nyonya Bagaskara dengan nada kecewa
"Maaf mih! Candra cuman gak mau ngerepotin mamih" Candra menyentuh tangan sang Ibu, seakan mengerti dengan kekecewaannya
"Iya gak papa! mamih bercanda, lagiankan itu acara kalian! pasti lebih seru kalau kalian yang mempersiapkan! " Jawab Nyonya Bagaskara,
Semua terlihat asik berbincang, tertawa dan begitu hangat, tapi Pandu hanya diam membisu, dia hanya berbicara saat di tanya atau ada hal yang memaksanya harus mengeluarkan pendapatnya. selebihnya Pandu hanya diam dengan senyum terpaksa yamg begitu menyakitkan untuknya.
Setiap pagi aku selalu mengejar - ngejar Bus umun agar tidak terlambat, karena aku harus mengantar Arga adikku satu-satunya ke sekolah yang tak jauh dari tempat kerjaku, setelah itu aku akan menggunakan transjakarta untuk sampai di kantor.
"Dadah kakak! semangat ya! " Arga berteriak sambil mengepalkan tangannya di udara
"Dadah, kamu belajar yang rajin ya! " ku balas lambaian tangan Arga dengan senyum
Pagiku tidak pernah mudah! pagi-pagi sekali aku harus bangun menyiapkan sarapan untukku dan Arga, sekalian untuk bekal kami berdua, maklum penghasilanku hanya cukup untuk bayar kontrakan, uang jajan Arga, makan dan ongkos aku kerja, jadi kami selalu membawa bekal agar tidak jajan di luar, lumayan uangnya, lebih baik di tabung untuk bayar rumah.
Setelah mengantar Arga aku kembali ke halte, untuk menyebrang jalan, agar aku bisa menaiki transjakarta, saat itu hujan terus mengguyur ibu kota, sehingga terdapat beberapa genangan air di jalanan.
Baru saja aku ingin menaiki anak tangga penyebrangan, sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi, dan mengenai genangan air, hingga menyiprat ke bajuku yang putih
"Shiiittt! " aku mengumpat karena bajuku jadi kotor
"Woy...! jalan hati-hati! " teriakku, sambil membersihkan kemeja putih dengan cukup kesal
"Dasar orang kaya gak punya otak! dia fikir ini jalanan nenek moyangnya, main jalan seenak perutnya aja! mana baju gue putih! " gerutu ku sambil terus melanjutkan langkahku menaiki satu demi satu anak tangga, hingga akhirnya sampai di halte transjakarta
"Kiand! baju lo kenapa? " seseorang yang kukenal sudah berdiri di pintu masuk halte transjakarta, Dia adalah Nauval, kami sering bertemu di halte ini, dia bekerja di transjakarta sebagai penjaga karcis.
"Noh! ada orang gak punya otak, bawa mobil berasa di sirkuit! " jawabku ketus,
"Hahhah apes banget lo pagi-pagi, makanya kalau pagi mandi jangan cuci muka! " ejeknya
"berisik! " Aku langsung tapping kartuku untuk membuka pintu masuk
"Good luck Kiand! " Goda Naufal sambil melambaikan tanganku. Beruntunglah aku, tak perlu lama menunggu, transjakarta yang ingin ku naiki sudah terlihat dan berhenti di halte.
...****************...
Aku berlari menuju lobby Gedung PT Cahaya Bagaskara Group, ini adalah tempat kerjaku, gedung ini sungguh menggambarkan kemewahan sebuah bangunan di pusat kota.
"Kiand! " seseorang memanggilku dari dalam gedung, aku sangat sulit mencari dari mana arah suara tersebut, karena terlalu banyak orang hilir mudik di gedung yang memiliki 21 lantai.
"Kiand! " panggilnya lagi, kali ini terdengar lebih dekat
"Woy! " aku terkejut ternyata itu adalah Dian, teman pertamaku di kantor ini, kami bertemu saat wawancara, hingga training, dan sekarang ternyata kita satu kantor
"Lo Di, bikin gue kaget aja! " aku mengelus dada karena terkejut dengan ulah Dian yang mengejutkan ku dari belakang
"Baju lo kenapa? " tanya Dian saat melihat noda di baju putihku
"Tadi ada orang gila naik mobil kenceng banget, ampe gak liat ada genangan air, kena deh gue! sayang tuh mobil jalannya kenceng banget, kalau enggak, udah gue lempar pakai batu" jawabku menggebu-gebu.
"Ya ampun, hari pertama kerja apes banget lo! " kata Dian sambil melingkarkan tangannya di leherku. Aku berjalan menuju lift yang berada di ujung gedung, disini ada tiga lift, tapi entah mengapa lift di sebelahnya terlihat kosong tak ada yang mengantri, apa mungkin lift itu rusak? tapi tidak ada petunjuk apapun jika lift itu rusak, ahh entahlah!
"Sini Kiand! " Dian menarikku menerobos keremunan, di depan pintu lift yang berada di tengah . Saat aku sedang mengantri seseorang bertubuh tegap, memakai pakaian kerja stylish berjalan sambil melihat ponselnya, dengan santai ia masuk ke sebuah lift yang berada di samping kananku
Itu tidak rusak gumamku dalam hati.
Sebelum pintu lift tertutup dengan cepat aku masuk kedalam lift yang berada di samping kananku, Tadinya aku menarik Dian, tapi sayangnya terlepas hingga aku tersungkur mengenai tubuh pria tersebut
BRAKKKK !!!!! ponsel pria tersebut jatuh ke lantai,
Kiand! ceroboh banget si lo!
"Maaf, maaf pak, saya minta maaf! "
Melihat kemeja pria itu kusut, aku berinisiatif merapikannya dengan kedua tanganku.
"Nggak usah! " Si pria itu menghalau tanganku dari kemejanya, sehingga membuatku mendongak
Astaga... Ganteng banget, gambaran pria sempurna.
Aku teringat ponselnya yang terjatuh, dengan cepat aku kembali menunduk untuk mengambil ponselnya, tanpa aku tahu diapun melakukan hal yang sama, hingga tangan kami bersentuhan di atas ponsel miliknya
"Punya mata tuh di pake! " Kata si pria itu dengan kasar, membuat aku yang tadi mengangguminya berubah menjadi kesal
"Ya maaf, mana tahu kalau saya bakal kesandung! " sahutku santai, di lift ini tak ada lagi orang yang masuk, hanya ada aku dan pria itu
"Kamu tahu ponsel saya ini ponsel mahal! " Bentaknya sambil menunjukan ponsel yang sedikit retak di bagian layarnya
"Kan saya udah minta maaf pak, namanya juga gak sengaja! " Aku masih terus menyahut, tampak kekesalan di wajahnya.
"Kamu iniiii! " Dia mengepalkan tangan, sambil menggit bibir bawah menahan rasa kesal ,
Tiba-tiba lift terbuka, kulihat seorang Pria dengan pakaian kantor yang tak kalah stylish , menggandeng seorang wanita, hendak masuk ke dalam lift. Dengan cepat sebuah tangan melingkar di atas leherku, dan menarik tubuhku hingga tidak ada jarak antara aku dan dia, aku sudah berusaha berontak, tapi dia membulatkan matanya untuk memberi kode agar aku diam dalam rangkulannya
"Pandu! " Panggil Pria yang baru saja masuk
Ohh jadi pria menyebalkan itu namanya pandu.
"Itu siapa Du? " tanya wanita yang berada di sebelah pria yang menggandenganya tadi, dia begitu cantik, dan anggun mengenakan dress merah dengan balutan syal berwarna hitam.
"Hmm, ohhh i-ini cewek gue! " jawabnya ragu. Sontak aku terkejut, aku langsung menatap matanya dengan tatapan kesal, Tapi matanya lebih bulat, hingga aku hanya bisa diam mengikuti alur cerita yang dia buat
"Pacar maksud lo? " tanya Pria di sebalahnya lebih pada menegaskan
"I.. iya, ini pacar gue! " jawabnya. Pria itu terlihat bingung dan saling berpandangan dengan wanita di sampingnya
"Wahhh selamat ya! " Wanita itu mengulurkan tangannya ke arahku, aku yang masih tak mengerti dengan keadaan hanya menatap tangan putih nan lembut wanita itu, sungguh tangannya membuat aku insecure beda jauh dengan tanganku yang hitam dan kasar.
"Syuttt! " Pria yang ku tahu bernama Pandu mencolek pinggangku, membuyarkan lamunanku pada tangan mulus yang sudah terulur di depanku
Aku langsung membalas uluran tangannya dengan ragu-ragu " ma-maaf"
"Bintang! " Dia mengucapkan namanya dengan lembut
"Hmmm...!! Kiand" balasku berusaha lembut
"Nama yanga bagus! " puji Bintang, dari namanya aja sudah waw "Bintang" sesuatu yang selalu bersinar di malam hari
Aku hanya tersipu, baru kali ini namaku di puji, oleh wanita cantik lagi!
"Saya kakaknya Pandu, Candra! " Pria di sebelahnya mengulurkan tangan kepadaku, aku merasa jadi seseorang yang penting saat ini, padahal aku karyawan baru, yang gak tahu apa-apa
"Kiand" balasku
"Bajumu kenapa Kiand? " tanya Bintang saat matanya tertuju pada noda yang jelas di baju putihku
"Oh.. i-ini ta-di! "
"Ini tadi kena kopi, aku gak sengaja numpahin kopi! " Potong Pandu cepat
kopi? numpahin kopi? bisa juga nih cowok ngelesnya
"ehhh i-iya tadi kopi hehhe, itu ehh pandu, pandu, numpahin kopi! " tambahku dengan nada kikuk, bagaimana tidak, aku yang tak tahu apa-apa, dia bilang aku pacarnya, kenal aja nggak! pake acara bajuku kena kopi!
"Ohh...! kalau kamu mau cari baju, di depan ada mall, bajunya bagus-bagus! " jelas Bintang.
Mall! buat makan aja aku ketar-ketir, gimana aku bisa belanja di Mall? dan yang aku tahu, Mall di sebrang itu Mall Elite, semua barang branded
"I-iya! gampang! " jawabku gugup
Lift terhenti di lantai 12,Bintang dan Candra pamit untuk keluar lebih dulu, jadi aku dan pandu kembali berdua di dalam lift
Aku menarik napas panjang, mengumpulkan semua kekesalanku yang kupendam sedari tadi, rasanya tanganku udah gatel mau nampar pipi cowok mesum ini
PLAKKkk! tanganku melayang membuat tanda merah di pipinya
"AKkkhhhh! " Erangnya sambil memegagi pipi kananya
"Dasar cowok mesum, bisa-bisanya Anda peluk saya seenaknya, segitu random nya anda cari pacar ? " kataku pada Pria itu, kebetulan pintu lift terbuka aku langsung berbalik pergi meninggalkannya, Beberapa orang yang keluar dari lift di sampingnya menatapku heran, mereka memperhatikanku dari atas sampai bawah, apa mungkin karena baju kotorku, Ahh perduli apa aku, aku harus segera ke lantai 15, karena kemarin HRD sudah menginformasikan bagi karyawan baru untuk berkumpul di ruang meeting yang berada di lantai 15. Aku pun langsung berlari menaiki tangga darurat karena lift sudah berada di lantai 16. Lumayan ngos-ngosan, sepertinya hari ini, benar-benar hari sial ku, semoga setelah ini tidak ada kejadian aneh lagi!
"Kiand! " Dian terlihat melambaikan tangannya dari ujung ruangan, disana sudah berkumpul beberapa orang dengan baju persis seperti yang ku pakai, kemeja putih, dan rok mini hitam, itu berarti mereka anak baru.
Aku menghampiri Dian dengan napas yang tersisa
"Lo gimana sih? lo gak baca lift yang lo masukin itu lift khusus direksi! " Perkataan Dian cukup membuat sisa napasku terhenti sejenak
"Khusus Direksi? maksudnya? " bukan hanya napasku yang tinggal setengah, ternyata otakku juga
"Iya, itu khusus atasan kantor ini! jadi yang di dalam itu atasan kita! " Jelas Dian.
"Matiii gue! " aku menepuk jidatku
"Kenapa emangnya? " Dian mulai penasaran
"Aduuuh Dian, tadi gue nampar cowok itu, namanya Pandu! " jelasku ketar ketir
"Hah! kok bisa? " Mata Dian membulat seperti akan keluar
"Panjang ceritanya! " jawabku lemah
"Bagi karyawan baru silahkan masuk ke ruangan, karena sesi perkenalan akan segera di mulai" Terdengar suara seorang wanita dari ambang pintu ruangan meeting yang berukuran seperti lapangan sepak bola
Aku dan Dian pun masuk menyatu dengan karyawan baru lainnya,
"Silahkan duduk, di tempat yang di sediakan! " ucap Wanita yang menggunakan Blazer biru bertuliskan PT Cahaya Bagaskara Group
Aku duduk di baris ketiga dari belakang, di ruangan ini ada 15 karyawan baru yang mulai bekerja hari ini
"Oke selamta pagi semuanya! selamat datang di PT Cahaya Bagaskara Group, pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada kalian, karena kalian sudah terpilih menjadi anggota keluarga cahaya bagaskara group. Perkenalkan nama saya Yulia, saya bagian HRD disini, ini teman saya Agnes dia juga bagian HRD disini, sebelum saya melanjutkan ke sesi berikutnya, tadi saya dapat informasi, jika salah satu atasan Perusahaan ini, ingin berkenalan dengan kalian semua, jadi tolong duduk rapi, ingat pakain harus bersih dan rapi, ! " Wanita bertubuh gemuk yang bernama Yulia itu menjelaskan panjang lebar, rasanya aku tersindir saat dia bilang harus memakai baju yang rapi dan bersih, lah bajuku aja kotor banget!
"Di.. syuuttt Dian! " panggilku pada Dian yang berada di kursi samping
"Apa? " jawabnya pelan
"Baju gue gimana? " tanyaku berbisik sambil menunjukan noda yang menempel di baju
"Syuuut, lo diem aja pura-pura bego, kalau ditanya baru lo bilang! " jawab Dian . Benar juga kata dia, selagi gak di tanya cuek aja.
Tak lama sosok pria berjas hitam pun datang ke depan kami.
Ketika aku melihatnya, mataku membulat, karena atasan yang sekarang berdiri di depanku adalah Pandu, pria yang ku tampar di lift tadi
Ahhhh abis gue, perjuangan gue bakal sia-sia gumamku dalam hati
Akupun terus menundukan wajah 90 derajat seperti mengheningkan cipta, agar pria itu tidak melihatku. Sesekali aku mengedarkan pandanganku ke samping sambil menutupinya dengan tas.
" Selamat Pagi! Nama saya Pandu, Saya wakil Presiden Direktur disini, biasanya saya tidak pernah terjun mengecek karyawan baru, tapi saya ingin tahu, dan ingin kenal siapa saja karyawan baru yang berhasil di terima di perusahaan ini. " ucapnya dengan berdiri tegap di hadapan para karyawan baru. Dia memang sempurna, memiliki hidung yang mancung, wajah yang bersih, tubuh yang proporsional, tapi sayangnya dia mesum
" Perlu kalian tahu, saya paling tidak suka karyawan yang lalai dan ceroboh, semua harus disiplin, dari mulai waktu dan kebersihan diri. " tambahnya
"Hmm kamu! "
Aku sedikit menengok untuk melihat siapa yang dia panggil
"Iya itu kamu! yang ada di belakang! " Pandu menunjuk ke arah kursiku otomatis semua mata tertuju padaku,
Hmmm sial banget sih hari ini
"I-ya Pak! " Aku berdiri dengan wajah tertunduk malu
"Kalian lihat cara pakaiannya, saya tidak mau kalian seperti itu, ini adalah contoh karyawan yang tidak niat bekerja! " Pria mesum itu berhasil mempermalukan ku di hari pertama aku bekerja
"I-ya, ma-maaf Pak! " Rasanya kalau bisa aku menggali tanah, aku akan menggali tanah untuk menutupi rasa maluku
"Angkat wajah kamu, biar orang ingat karyawan seperti kamu tidak akan berhasil! " Rasanya ubun-ubunku mulai mendidih
sabar Kiand, sabar! ingat masa depanmu, karirmu
"I-ya maaf pak! " Ku angkat wajahku perlahan, lagi-lagi aku menjadi pusat perhatian, sepertinya dia ingin memberi perhitungan atas tamparanku tadi
"Setelah ini saya tunggu kamu di runangan saya! " titah Pandu
Abis gue! kelar perjuangan gue, sia-sia semuanya
"Ba-baik Pak! "
"Ya sudah, setelah ini Agnes dan Yulia akan memberi tahu kalian, SOP dan JOB DESK kalian masing-masing" Akhirnya ketegangan di ruangan ini berakhir setelah pria mesum itu pergi.
"Kiand? " Panggil bu Yulia setelah Pak Pandu meninggalkan ruangan
"I-iya Bu! " jawabku gugup
"Lain kali sebelum berangkat kerja, pastikan semua oke! ini peringatan terakhir untukkamu, agar selalu memakai pakain bersih dan rapi! " ujarnya dengan pandangan sinis padaku
"I-iya Bu maaf! " Aku hanya bisa menundukan kepalaku dan meminta maaf berkali-kali. Semua ini karena mobil brengsek itu, awas aja kalau ketemu lagi, aku bakal bikin perhitungan
"Ya sudah! sekarang ke ruangan Pak Pandu di lantai 18 " Perintah Bu yulia
"Ba-baik bu! "
"Kiand! semangat, lo kasih rayuan maut ye! " sahut Dian dengan nada berbisik
Sepanjang perjalanan aku terus menarik napas lalu menghembuskannya agar aku bisa lebih rileks. Setelah keluar lift aku di hadapakan sebuah pintu kaca, dengan seorang security yang sedang bejaga. Dari luar terlihat jelas sebuah meja setengah lingkaran bertuliskan RESEPTIONIST.
"Permisi pak! saya mau ke ruangan bapak pandu! " Sapaku pada security yang bertugas,
Dia melihatku dari atas sampai bawah dengan tatapan ragu, aku bisa dengan jelas melihat keraguan itu dari matanya dan keningnya yang berkerut
"Mbak ini siapa? dan ada keperluan apa dengan Pak Pandu? " tanya Security yang kulihat bernama Amroni
"Maaf pak! saya karyawan baru nama saya Kiand, tadi Pak Pandu memanggil saya! " jelasku
"Oh...! silahkan Mbaknya ke bagian reseptionis untuk bisa bertemu bapak pandu! " Pak Amroni menunjuk ke arah meja yang berada di ujung ruangan
"Baik, terima kasih pak! " Aku pun segera menuju meja reseptionis, ada dua wanita sepertinya usianya masih di bawahku, karena terlihat begitu cantik dan polos
"Permisi mbak! saya Kiand, saya mau bertemu Pak Pandu, pak Pandunya ada? " tanyaku pada wanita yang bernama Ria
"Ohh di tunggu sebentar ya! " wanita itu segera mengangkat gagang telpon
"Pagi Bu Karin, Pak Pandu ada di ruangan? di depan ada yang ingin bertemu Pak Pandu, namanya Kiand" Rupanya Wanita itu menghubungi orangnya pandu
"Oh baik! terima kasih Bu Karin! " wanita itu menaruh gagang telepon, dan kembali fokus kepadaku yang berdiri di balik meja reseptionis
"Mbaknya silahlan masuk, Pak Pandu sudah menunggu! " ucap Wanita dengan seragam bercorak batik, bertuliskan PT Cahaya Bagaskara Group
"Oh baik terima kasih! " Aku pun berjalan Ragu memasuki pintu kaca kedua, ruangan seluas ini begitu sepi, tidak ada aktifitas kantor seperti di lantai-lantai sebelumnya, selain luas ruangan yang ku lihat memiliki tiga ruangan di dalamnya begitu merwah, lukisan -lukisan karya pelukis ternama, terpampang jelas di lorong sebelum pintu kedua, seluruh lantai di selimuti oleh karpet permadani yag indah.
Mana ruangan Pak Pandu, gumamku dalam hati
Saat aku terlihat bingung mencari keberadaan ruangan cowok mesum itu, seorang wanita menghampiriku dan mengarahkanku masuk ke ruangan yang berada di ujung
Wanita itu mengetuk pintu dan membukanya perlahan
"Selamat pagi pak! " sapa wanita itu saat pintu terbuka "Maaf pak, mbak Kiand sudah datang
" Suruh dia masuk! " titahnya.
Akupun masuk dengan rasa takut, berjalan perlahan sambil menundukan kepala
"Pa-Pagi pak! " sapaku gugup. Pak. Pandu terlihat berjalan mengelilingiku menatapku dari ujung rambut hingga ujung kaki
"Niat kerja gak sih? " tanyanya "Rambut berantakan, baju kotor, " dia lalu mengendus leherku "bau lagi! " lanjutnya. Sepertyinya tidak ada hal yang menarik dari diriku
"Ma-maaf pak! " ucapku tertunduk
"maaf-maaf! " sahutnya ketus " kalau gak mau niat kerja , lebih baik kamu keluar dari kantor saya! perusahaan ini bukan perusahaan abal-abal, yang menerima karyawan seenaknya, " Bentaknya "lagian gimana sih HRD bisa terima kamu sebagai karyawan! "
"maafkan saya pak! " aku membungkuk memohon maaf dengan sungguh-sungguh, rasanya ini puncak dari kesialanku,
"Kamu dengar apa yang tadi saya katakanan, saat di ruang meeting? saya butuh karyawan yang di siplin, baik waktu maupun kebersihan! kesalahan kamu tuh fatal, gak bisa saya terima kamu di perusahaan ini! mau seperti apa perusahaan jika karyawannya seperti kamu! "
mendengar kata-kata yang cukup tajam dari Pak Pandu, membuatku tak bisa menhan air mata. Aku tidak boleh gagal kali ini, ini perusahaan impianku, masa aku harus kembali menjadi penjaga toko? seperti saat aku kuliah dulu.
"Saya mohon pak! kasih saya kesempatan, saya akan buktikan pada bapak, jika saya layak bekerja disini! " Bulir demi bulir air mata sudah menetes dan mengalir di pipiku.
"Buktikan? orang itu yang di lihat first impression, kalau awalnya saja tidak meyakinkan, bagaimana saya bisa percaya kamu bisa membuktikan! " Sepertinya cowok mesum itu punya hati sekeras baca, tak bisa tergoyahkan
"Saya mohon pak! saya mohon, kasih satuuu kali kesempatan buat saya! " aku kembali memohon sambil terisak pedih
"Hmmm...! Baiklah! " jawabnya, membuat aku bisa sedikit tersenyum "Tapi dengan satu syarat! "
aku terdiam sejenak menunggu cowok mesum itu mengatakan apa syarat yang dia ajukan untukku
"Kamu harus mau jadi pacar pura-pura saya! " seketika aku mengangkat tubuhku, tepat di hadapannya, hingga kami saling melempar pandangan
"Maksud bapak? " seketika mulutku menganga
"Yah! kamu harus berpura-pura jadi pacar saya ! " tegasnya
"Ta-tapi pak! "
"Kamu masih mau pekerjaan ini apa gak? " bentaknya
"Ma-mau pak! " jawabku cepat
"Ya sudah, ikuti syaratnya! kamu tahu kesalahanmu itu fatal banget! " ucapnya "Pertama, kamu sudah memasuki lift khusus direksi!yang kedua kamu sudah menjatuhkan ponsel saya, hingga ponsel saya retak! dan yang terakhir, kamu menampar pipi saya seenaknya! " Pak Pandu membeberkan kesalahanku yang memang terjadi karena kecerobahanku
"Yah, tapikan bapak waktu itu peluk saya! pake bilang saya pacar bapak! " sahutku berusaha membela diri
"kamu tuh nyaut aja ya! itu semua karena saya terpaksa! " jawabnya sedikit membentak
"Memangnya kenapa bapak harus berbohong seperti itu? " tanyaku penasaran
"Itu bukan urusan kamu! " jawabnya sambil berjalan kembali ke kursi singgasananya
"Tugas pertama, kamuharus datang ke ruangan saya jam dua belas tepat! " perintahnya
"Untuk ? " tanyaku bingung
"Bisa gak, gak usah banyak tanya, datenga aja! " bentaknya
"Ma-maaf pak! " jawabku menunduk
"Saya tidak mau ada kata terlambat! jam dua belas tepat, kalau kamu terlambat, sayarat itu gugur, dan silahkan kamu pergi dari kantor ini! " ancamannya
"Tapi pak, bukannya menurut peraturan perusahaan, tidak boleh meninggalkna meja kerja sebelum jam dua belas, bagaimana mungkin saya sampai disini jam dua belas, saya butuh beberapa menit untuk menuju ruangan bapak, dari meja kerja saya di lantai lima belas "
"Itu bukan urusan saya! " katanya
"dua belas, lewat lima belas menit ya pak! " tawarku
"tidak, jam dua belas! "
"lewat sepuluh menit deh! "
"tidak! kalau kata saya jam dua belas tepat ya sudah jam dua belas tepat! " tegasnya.
Dasar cowok mesum, keras kepala, kalau aja dia bukan atasan, udah ku kasih jurus sejuta cubitan! gerutuku kesal
"Lima menit boleh ya pak! " aku masih berusaha menawar
"Kamu punya telinga? bisa dengar? " tanyanya
"Punya pak ! ini telinga saya! " jawabku sambil memegang kedua telingaku
"ya sudah, dengerkan apa yang saya bilang barusan? " tanyanya lagi
"I-Iya pak! " jawabku
"Ya sudah, sekarang kembali kerja, dan jangan lupa saya tunggu jam dua belas, di ruangan saya! " tegasnya .
Akupun segera berbalik, dan meninggalkan ruangan yang membuat tubuhku bergetar ketakutan.
...****************...
Aku duduk lesu di meja kerjaku yang berada di lantai dua belas. Sesuai dengan bidangku, aku di tempatkan sebagai fit out officer, beberapa Job Desk yang harus aku kerjakan seperti mengecek pengerjaan unit, atau project , mengawasi pemakaian material bangunan, dan yang berhubungan dengan infrastruktur lainnya, aku juga di tuntut untuk bisa menggambar design bangunan.
Selama jam kerja fikiranku hanya fokus pada perkataan Pak Pandu, bagaimana mungkin dia memilihku sebagai pacar bohongan, dan buat apa? apa mungkin dia sedang bersaing untuk mendapatkan pacar dengan Pak Candra?
Ahhhh pusing-pusing, pertama kerja udah ketimpa masalah, Kiand-Kiand gini banget nasib lo!
BRAKKK!!!! Seseorang menggebrak mejaku, mebuatku terkejut
"Kalau kerja jangan bengong! " Ternyata Dian, dia memang selalu membuat jantungku copot
"Apa-apaan sih lo? " ujarku kesal "Kalau gue jantungan gimana? "
"Maaf, Maaf abis lo di panggil gak nyaut, kenapa sih? " tanyanya
"Kepooo! " sahutku dengan wajah kesal "Lagian bukannya kerja, malah keliaran, nanti ketauan Bu Yulia di omelin lo! "
"Hehehhe, gue cuman mau anterin ini! " Dian menyerahkan tumpukan kertas putih berisi SOP dan JOB DESK ku yang belum semoat Bu Yulia kasih untukku, karena aku harus menemui Pak Pandu
"Ohhh ya udah thanks ya! "
"Kiand, lo tadi di omelin sama Pak Pandu? apa katanya? dia tuh ganteng tau Ki, coba tadi gue aja yang di suruh keruangannya! " kata Dian sambil menyandarkan tubuhnya di ujung mejaku
"Ahhh lo ganggu aja, gue lagi pusing, sana-sana nanti di omelin, masih anak baru juga lo! bukannya kerja! " Aku segera mendorong tubuh Dian agar menjauh dari meja kerjaku
"Huh! gitu aja ngomel, ! " gerutunya sambil berjalan kembali ke meja kerja yang tak jauh dari meja ku
Aku kembali fokus pada pekerjaan yamg di berikan Bu Ambar, salah satu manager fit out disini, sesekali di bantu Kak Nanda, bagian fit out officer senior, karena masih banyak yang belum aku mengerti, terutama tentang pekerjaan di lapangan.
Tepat pukul dua belas kurang lima menit, aku merapikan semua kertas, dan mematikan laptop yang tersedia diatas meja kerjaku.
"Kiand! mau kemana? " Tanya Kak Nanda saat melihatku mulai tergesa-gesa
"Aku mau ke toilet ka, terus langsung istirahat! " jawabku
"Ohh ya sudah, pastikan laptop kamu sudah mati ya! " sahutnya
"Iya ka! " Aku segera bergegas meninggalkan meja, waktuku hanya tiga menit untuk sampai di ruang Pak Pandu, Setelah sampai pintu lift, ku lihat angka sepuluh dan satu, itu tandanya lift masih berada di lantai bawah
"Shiiittt" Akupun berlari menggunakan tangga, dari lantai dua belas ke lantai delapan belas , dengan nafas tersenggal-senggal aku terus berlari, sesekali melihat jam tanganku, tersisa satu menit lagi, dan akhirnya tepat pukul dua belas aku baru sampai di meja reseptionis
Dengan napas yang tersisa, serta wajah yang kacau, aku meminta untuk bertemu Pak Pandu, Reseptionis itu langsung menyuruhku masuk ke ruangannya
Tok.. Tok.. Tok... aku mengetuk pintu setelah meminta izin sebelumnya kepada sekertaris Pak Pandu
"Masuk! " sahutnya dari dalam ruangan
ku buka pintu perlahan, dengan rasa takut aku memberanikan diri menatap Pak Pandu yang sedang duduk di kursinya
"Jam berapa ini? " tanyanya ketus
"Jam dua belas! " jawabku gugup, lebih gugup saat aku menghadapai sidang kuliah dulu
"jam dua belas dari mana? ini jam dua belas lewat dua menit! " bentaknya.
"Ma-ma-maaf pak! tadi saya sudah berusaha lari dari lantai dua belas ke lantai delapan belas " jawabku sambil membungkuk
"Alasan! " Pria ini benar-benar menyebalkan, harusnya aku tidak berurusan dengan dia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!