Pov Sara.
Namaku Sara Anjani Salim, aku Anak dari Ibrahim Salim, Dan Rianti.
Ayahku seorang GM diperusahaan nomor satu dikota metropolitan ini, Bisa dibilang hidup aku sangat baik. Aku memang tak pernah kekurangan sedari kecil, Bahkan sekarang aku kuliah di Universitas elit dikota ini, dan sekarang sudah masuk semester 4kuliah.
Aku juga memiliki teman yang bernama Amelia sari, Orang Palembang yang tiap balik mudik suka bawa Empek-empek.
"Sara, bangun ini udah siang. Katanya ada kuliah" Suara mamah yang selalu indah didengar setiap membangunkan tidur itu, setiap selesai sholat subuh, aku sering tidur lagi. Karna kuliah gue masuk jam 10pagi.
"Pagi mamah," serakkusambil mencium pipi Mamahku.
"Sanah mandi, bau iler. Kebiasaan anak perawan abis subuh suka tidur lagi."Omelnya, memang setiap hari begitulah, tapi aku yang manja dan keras kepala ini memang tak pernah mendengarkan mamah.
"Siap bos" Gue bangun dari ranjang empukku, dengan rasa malas aku membersihkan diri.
Setelah 25menit gue menjingjing tas kuliah gue lalu turun untuk makan.
"Mamah mau kemana" Tanyaku saat melihat Mamah sudah rapi.
"Mamah mau kepanti, Mau liat anak-anak panti" Ujar mamah.
"Mau aku anterin gak" Tawarku, sambil mengunyah sandwith buatan mamah.
"Aku juga berangkat sekarang"
"Kan beda arah ka"Jawab mamah.
"Gapapa mah cuman beda beberapa kilo meter aja, masih banyak waktu juga" Sekali lagi tawarku pada mamah.
"Oh ya udah kalau gak ngerepotin kamu" Mamah langsung menyeretku keluar, emang deh ah, tadi gak mau sekarang malah aku yang ditarik.
Aku pun mengantarkan mamah sebelum berangkat kuliah, mamah memang suka kepanti asuhan setiap 2minggu sekali.
'Disini aja ka, mamah mau beli maenan buat anak panti dulu" ujarnya menghentikan perjalanann..
"Gapapa, aku tungguin"
"Gak usah, nanti telat lagi" cegahnya.
Karna memang waktunya 30menit lagi terpaksa aku ninggalin mamah diMall itu.
Setelah 25menit aku sampai disekolahanku.
Brukkk...
"Ehh maaf," Ujarku sambil membantu mengambil buku-buku yang tidak sengaja aku tabrak orangnya itu.
"Iya tidak apa-apa" Timpalnya, Aku menadah kepalaku saat mendengar suara itu, ternyata sikutu buku yang tidak sengaja aku tabrak itu.
"Sekali lagi maaf ya" Ucapku, karna tak enak. Aku pun meninggalkan dia yang mau ke perpus itu.
"Baru nyampe ,Ra?Tanya Amel karna aku biasanya berangkat lebih awal dari dia.
"Iyaa, nganterin mamah dulu" Timpalku sambil menyimpan tas dimeja dan duduk.
Tak lama setelah itu jam pelajaran pertama pun dimulai..
Setelah sekitar satu jam setengah itu, dosen pun keluar dari ruangan.
"Ganteng banget sih kalau lagi gitu" Racau amel.
"Liat apaan sih?" Tanyaku sambil celingukan mencari objek yang dikagumi Amel itu.
"Itu si Ari" Timpalnya sambil senyum-senyum sendiri.
Aku pun menegok melihatnya, ya biasa aku menyebutnya sikutu buku. Pantes saja dia dapat beasiswa bahkan aku denger dia direkomendasikan ke Jerman. Dia tidak memakai kaca mata tebal atau baju yang seperi jaja miharja, cuman dia kemana-mana yang dibawa cuman buku, makannya aku menamainya sikutu buku.
Aku mengerjap saat menyadari kalau dia juga lagi liatin aku. Aku kembali menghadap kedepan dan membereskan buku-buku sebelum kekantin dan melanjutkan pelajaran ke 2.
Tak lama aku dikantin, suara dering hpku terdengar diruang kantin itu, membuat seluruh penghuni kantin mentapku.
"Kenapa nada telponku kenceng sekali"Gumamku pelan.
"Biar kedengaren kalau gue telpon"Ujar Amel dengan santainya.
Oh ternyata itu kerjaan Amel, memang sahabatnya ini selalu saja usil padanya.
"Hallo" Ucapku saat menerima telpon itu.
" Benar dengan keluarga Salim" Ujar seseorang disebrang telpon itu.
"Iya benar, saya sendiri!! ada apa ya pak?" Tanyaku sedikit bingung.
"Nona, keluarga anda masuk rumah sakit" Ujarnya disebrang sana, Sara yang mendengar itu pun langsung syok. Bahkan dia langsung berlari meninggalkan kantin itu membuat penghuni kantin menatap padanya, begitu pun Amel yang masih bengong.
"Dirumah sakit mana?"
"........"
Sara langsung melajukan mobilnya kealamat rumah sakit yang disebutkan itu, tanpa butuh waktu lama dia sampai disana.
"Korban kecelakaan" Ucapnya keras pada suster yang berjaga itu.
"Atas nama si..
"Keluarga Salim" ucapku memotong omongan suster, aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi, bagaimana bisa Papah dan Mamah kecelakaan, pada jelas-jelas tadi pagi mereka baik-baik saja.
"Ruangan angrek no 10, lantai 2" Ujarnya, tanya babibu aku langsung menaiki lift untuk kelantai 2.
"Tolong, kalian harus baik-baik saja" Doanya dalam hati,
Sambil terus terisak, aku terus berjalan menelusuri lorong, mencari ruangan yang disebutkan suster tadi.Udah seminggu sekarang Mamah dan Papah dirawat diRumah sakit, Pengeluaran rumah sakit yang semakin hari semakin besar.
Bahkan uang tabunganku terkuras untuk bayar operasi mamah yang ke 5kalinya.
"Sara, Saya mau bicara sama kamu" Ujar Dokter yang merawat orang tua Sara itu.
"Ah iya dok" Sara pun mengikuti Dokter itu.
"Sara benturan yang terjadi pada Papah kamu cukup keras perdarahan yang ada dikepalanya pun cukup serius, saya ti.."
"Saya mohon dok, tolong selamatkan kedua orang tua saya.. Saya pasti cari uangnya untuk biayanya." Mohonnya. Sara tak mungkin rela kalau dia membiarkan orang tuanya pergi. Apalagi kasus ini yang belum jelas apa penyebab orang tuanya sampai masuk rumah sakit.
.
"Belom dapet topiknya, Ra.? Tanya Ari. Aku pun langsung tersadar dari lamunan itu setelah Gina ikutan menatap.
"Ehhh.. ituuu ..emmm iyaaa, pusing banget" Timpalku gugup.
"Ini bagus ko topiknya" Jawab Gina datar. Kadang aku bingung, biasanya dicerita novel sama drakor yang aku tonton, cowo yang biasanya datar gitu tapi kenapa dikehidupan nyata malah kebalik.
"Iyaa, bener kata Gina. Ini bagus ko" Jawabnya timpal. Aku pun menganguk-nganguk dan mulai mengerjakan deskripsi itu.
Waktu terus saja berputar tanpa sadar sudah jam 7malam.
"Gue pulang duluan ya,!!" Pamit Gina.
"Iya hati-hati ya" Timpalku.
"Ya udah aku juga ya" sekarang giliran Ari yang pamit.
"Oh iya" Jawabku.
Setelah teman-temanku pergi, aku pun merenggangkan pinggangku yang pegel ini, sebelum itu aku pun memesan makanan, karna perutku sudah keroncongan.
Ting.
Suara hp Sara berbunyi.
📱Amel Whatsap.
Dimana lu?
📱Gue..
Dicafe xxx..
Lagi makan gue laper abis ngerjain tugas.
📱Amel Whatsap..
Gue ke sana ya..
📱Gue..
Hmmmm....
Aku pun melanjutkan makan ku setelah membalas pesan Amel itu.
"Uhukkk.. uhukkkk" Gila siapa lagi yang nepuk aku.
"Hahahaha"Tawa Amel pecah.
"Gila ya lu, mau bikin gue mati ya" Omelku karna kesal.
"Sorry,hehehe"
"Eh, gue nginep dirumah lu dong" Ujar Amel sambil memakan makananku.
"HAH!! ngak bisa deh Mel, gue masih ada urusan," Ujar Sara, sambil meninggalkan Cafe itu dan membayar makanannya. Dia belom bisa cerita yang sebenarnya sama Amel, apa yang terjadi pada keluarganya.
Dengan mobil yang hanya tersisa satu dirumah, menjadikan satu-satunya alat tranfortasiku.
Pembantu-pembantu dirumah pun terpaksa aku pecat, karna aku gak bisa bayar mereka lagi, duniaku benar-benar hancur dalam satu kejap mata.
"Apa yang harus aku lakukan" Tanya Sara pada dingding yang hening. Rumah besar dengan yang dulu begitu hangat dan ramai berubah seketika.
"Apa tuhan sedang menghukumku"
Tanpa sadar Sara terlelap karna lamunannya.
Tok
Tok
Tok
"Suara apaan sih pagi-pagi gini" Sara mengeliat dari tidurnya, karna mendengar suara rusuh diluar rumahnya itu.
Ceklekkk..
"Selamat pagi, Kami dari pihak bank ingin menyampaikan bahwa semua fasilitas Atas Nama Ibrahim Salim, kami sita" Ujar Petugas bank.
" Kenapa disita pak?" Tanyaku tak terima, ada hutang apa papah sampai harus disita begini.
"Papah kamu korupsi"
Sara menengok melihat siapa yang bicara begitu, mana mungkin papahnya berbuat begitu.
"Papah kamu mau kabur, tapi naas malah kecelakaan" Ujarnya lagi.
"Gak mungkin"
"Paman, papah gak mungkin begitu, Sara kenal ko seperti apa papah" Racaunya, dia benar-benar tak bisa menahan air mata yang terus keluar itu.
" Tapi emang itu kenyataannya"Jawabnya santai, sambil tersenyum menyerigai.
Sara masih saja terisak didalam pelukan pamannya itu, dia masih berharap semua ini hanyalah mimpi. Iyaa ini mimpi,, tapi kenapa sakitnya terasa nyata.
"Tolong beri saya waktu buat ambil barang-barang saya" Ujarnya sambil melepaskan pelukanya itu.
"Baik"
Setelah 35menit Sara merapihkan barang-barangnya,
"Termasuk mobil dan kartu kredit Anda juga kami sita nona"
"Hah, tapi" Dengan terpaksa Sara memberikan kunci mobil dan semua kartu berduitnya itu.
"Maafin Paman ya Sara, om gak bisa bantu kamu" Ujarnya menenangkan.
"Gapapa ko paman" Ucapnya, sambil memperlihatkan sedikit senyumannya.
"Sekarang kamu mau tinggal dimana?"
"Maaf Nona, tuan Kami permisi dulu" Pamit pekerja Bank, yang sudah menyelesaikan tugasnya itu.
"Oh iya pak"
"Aku gak tau paman, aku mau kerumah sakit dulu" Jawabnya lesu.
Paman Santoso pun mengeluarkan Dompet dari dalam sakunya itu.
" Ini paman ada sedikit uang, Bisa buat cari kontrakan sama makan kamu" Ujarnya sambil menyodorkan Uang itu pada Sara. Santosa buat saudara keluarganya, dia adalah teman papah yang sudah mereka anggap saudara sendiri.
"Makasih paman"
"ya sudah, biar paman antar ya kerumah sakitnya" Tawarnya, Sara pun hanya menganguk.
Rasanya jiwanya terlepas dari raganya. Tidak punya gairah hidup, benar-benar seperti mayat hidup.
"Mah, apa yang harus Sara lakukan. Kita udah gak punya apa-apa lagi" Isaknya didepan Mamahnya yang sedang koma itu.
"Mamah bangun dong, kuatin Sara" Ujarnya dengan menangis.
Sara pun mengusap air matanya dan mencium kening mamahnya itu,
"Sara pergi dulu ya mah" Pamitnya setelah mencium kening Mamahnya itu.
Dia tidak boleh begitu terus, dia harus cari kerja buat bayar rumah sakit orang tuanya yang masih koma itu, apalagi sekarang tidak ada lagi barang yang bisa dijual.
"Sekarang cari kontrakan dulu" iyaaa Semangat" Ujarnya menyemangati dirinya sendiri.
Setelah berkeliling akhirnya Sara mendapatkan kontrakan dengan bayaran termurah, meskipun seperti kandang ayam.
"Tidak apa-apa" Dia pun merapihkan kontrakan itu, dia yang dulu tak pernah memegang sapu dan pelan, kini dia lakukan.
Setelah itu dia merapihkan pakai-pakaiannya.
"Harus bisa Sara" Ucapnya yang terus menyemangati dirinya itu.
.
.
"SiSara kemana sih, Udah dua minggu gak masuk kuliah, Masa iya dia marah gara-gara gue cuman mau nginep" Gurutu, Amel begitu kesepian karna gak ada Sara itu.
Ari yang mendengar gerutuan Amel pun melihat bangku kosong yang sering Sara pakai itu. Karna memang dia juga ketemu Sara 2minggu lalu saat mengerjakan tugas.
.
"Maaf tidak ada lowongan dek"
"Bagian ob juga gapapa ko mba" Paksa Sara, ini udah ke 7 perusahaan yang Sara datangi pagi ini, namun tak ada satu pun menerima.
Dengan langkah gontai dia pun meninggalkan perusahaan itu.
kemana dia harus cari kerja, matahari yang semakin terik pun terus saja menyoroti langkahnya.
"Air mineralnya bu satu" Ucapnya pada pedagang kaki lima itu.
"Cari kerja neng?" Tanyanya sambil menyodorkan minum yang dipesan Sara itu.
"Iya bu, tapi gak ada lowongan" ungkapnya.
"Iya neng, dikota gini aga susah cari kerja,, kalau kerja haram banyak" Ujarnya sedikit tertawa.
"Maksudnya bu?" Tanyaku tak mengerti.
"Iya, banyak anak kampung merantau ke kota, niatnya cari kerja. eh malah pada jadi pelacur" Ucapnya lantang.
"Ini bu uangnya" Sara pun beranjak meninggalkan tempat itu, dia sedikit merinding jika dia harus menjual diri hanya untuk uang. Dia pun kembali melangkahkan kaki kerumah sakit sebelum pulang, sudah menjadi kebiasaannya sekarang, kaki mulus kulit putih tidak lagi menjadi pioritasnya sekarang.
Dia mengintip diluar ruangan melihat satu-satu keadaan orang tuanya itu.
"Baru sampai Ra, gak masuk?" Tanya dokter Ikbal.
"Eh dok,,Ngak.. Saya masih ada urusan" Ujarnya sambil pergi meninggalkan dokter itu sendirian.
Sara pulang kekontrakan sebelum berangkat kuliah, ini udah 2minggu dia tidak kuliah. Dia harus bisa sukses buat bangain orang tuanya, Dia yakin orang tuanya pasti bisa sembuh.
Sara menunggu bus dihalte untuk sampai keKampusya, meskipun dia tidak pernah naik angkutan umum tapi dia juga sering mendengar Amel cara pakai angkutan umum itu.
Setelah menunggu 15Menit, akhirnya bus pun datang. Untung masih ada kursi kosong jadi dia tak perlu berdiri untuk waktu yang lama.
" Sara Anjani," Teriak Amel, saat Sara baru saja mau masuk kelas. Membuat penghuni kelas itu menatap ke arah orang yang masih berdiri diambang pintu.
"Kemana aja sih, gak ngasih kabar, gak kuliah?" Tanyanya beruntun.
"Eh bentar deh, ko lo agak kusaman sih dan ini betis, kenapa jadi kaya talas bogor!! Lo abis maraton ya Ra??"
"Apaan sih lo lebay banget" Sara pun tak menjawab pertanya-pertanyaan Amel itu.
"Gue serius, lo 2minggu gak kuliah kemana aja" Tanyanya sedikit pelan, tidak seperti tadi.
"Gue gak enak badan" Jawabnya bohong.
"Kenapa gak ngabarin gue, lo tau gak gue kaya anak yang kehilangan induknya" Guraunya dengan meragakan gaya lebaynya itu.
"Lebay lu ah,"
"Sara dipanggil Keruangan Kepala sekolah" Ujar salah satu siswa.
" Iya"
Sara pun beranjak memenuhi panggilannya itu. Kenapa dia merasa kalau ini soal uang, tapi ya sudahlah lihat dulu.
Tok
tok
tok
"Masuk"
"Bapak manggil saya?"
"Duduk dulu" Titahnya
"Ada apa ya pak?" Tanyanya lagi.
"Sara, saya sudah mendengar berita tentang orang tua kamu".. Saya hanya mau ngasih tau soal uang semester kamu, sebentar lagi kamu mau ujian semester saya harap kamu bisa secepatnya melunasi pembayaranya kalau mau ikut ujian" Ujarnya panjang lebar.
"Ini kamu bisa liat pembayaran untuk semester sekarang"
Sara gak nyangka ternyata uang setiap semester yang keluar itu bukanlah uang yang sedikit, apalagi dengan keadaan yang sekarang ini.
Dimana dia harus nyari uang sebanyak ini, bahkan uang untuk makan hari ini pun dia sudah tak punya.
Sial”. Aku ingin menjerit, ingin berteriak, dan ingin menjerit mengatakanya. Tapi yang bisa aku lakukan hanyalah berbisik “Saya baik-baik saja.
Saya benci perasaan ini. Seperti aku di sini, tapi aku tidak disini. Seperti ada seseorang yang peduli, tapi tidak ada yang peduli. Seperti aku berada di tempat lain, tapi masih saja disini.
Saya lelah karena berusaha menjadi lebih kuat dari yang saya rasakan.
Mereka bertanya,” Bagaimana keadaanmu? “Tapi sebenarnya yang mereka maksud adalah” Apakah Anda sudah mengatasinya? “Bibir saya berkata,” Baik, terima kasih “, tapi mataku menceritakan cerita yang berbeda, hatiku bernyanyi Selaras, dan jiwaku hanya menangis.Sulit untuk menjawab pertanyaan – Apa yang salah? – padahal sama sekali tidak ada yang benar.
Rasanya seperti ini tidak akan pernah berakhir. Dunia tidak akan berhenti runtuh sampai tidak ada yang tersisa dariku kecuali debu.
Malam tak selamanya sepi. Sekalipun sendiri, aku sadar di ujung sana, ada seseorang yang akan mengulurkan tangannya padaku.
iya aku percaya itu!!
dttt drtttt
"Kemana aja sih, aku telponin dari tadi" Omel Amel disebrang saja.
"Gur ketiduran Mel, maaf" Jawabnya.
"Tadi lo dipanggil ada apa, ko malah langsung pulang sih, bikin gue khawatir aja"Tanyanya masih sedikit khwatir.
"Gapapa, tadi gue disuruh pulang dulu katanya." Jawabnya bohong.
"Seriusan?"Tanyanya sesikit tidak percaya.
"Iya"
"Lo gapapa kan?"
"Hah?? kenapa memangnya"tanyanya balik.
"Ya lo aneh aja akhir-akhir ini, lo lagi gak nyembunyiin apa-apakan Ra?" Tanyanya sedikit menuntut.
"Gue baik-baik aja ko, lo tenang aja Mel!!"
"Oh syukur deh, kalau ada apa-apa lo cerita sama gue,"
"Siap bos"
"Udah ah, gue cuman mau nanya itu aja"
"hmmmm"
tut
tut
Panggilan telpon pun terputus, Apakan jalan yang Sara Ambil ini benar, tapi dia takut untuk melangkah. Apa yang harus dia lakukan!!
Keadaan kedua orang tuanya yang semakin hari semakin memburuk, dan pihak rumah sakit yang selalu minta biaya administrasinya dilunasi, dan uang semester yang harus dibayar.
"Mamah, Papah semoga kalian maafin aku" Ujarnya pada cermin Yang memperlihatkan dirinya yang sudah rapih itu.
Dengan langkah yang berat dia mengambil tasnya dan melangkahkan kakinya ke sebuah hiburan malam bintang lima itu, Suara dram musik pun mengema dipenjuru ruangan itu.
"Cari siapa dek" Tanya salah satu waitres disana.
"Itu, anu ka" Jawabnya gugup.
"???"
"Ituu, pemilik tempat ini ada?" Tanyanya sedikit gugup.
"Oh, mari saya antar" Ujarnya mengantarkan Sara pada bosnya itu.
Dengan perasaan gugup dan langkah yang berat benar benar membuat sara seperti robot yang berjalan.
"Tok
tok
"Masuk" Suara wanita, apa bosnya seorang wanita?.
Wanita yang sedang bersama laki-laki itu pun menatap kearah datangnya tamu itu.
"Maaf mami, ada yang ingin bertemu" Ujar pelayan tadi"
"Oh, silahkan masuk" "Baby kamu keluar dulu ya" Ujarnya Manja pada brondongnya itu.
"Silahkan duduk" "Ada keperluan apa mencari saya?" Tanyanya sopan"
"Itu bu, saya ...saya"
Wanita paruh baya itu pun mengeryit heran melihat tingkah Sara yang gugup itu.
"Minum dulu" Sodornya.
"Saya, ingin bekerja disini" Ujarnya sedikut gugup.
Wanita itu menatap Sara dari atas sampai bawah. Perempuan dihadapannya itu memang sangat cantik dan masih muda.
"Aku sudah kebanyakan pelayan, jadi tidak ada pekerjaan untukmu" Ujarnya sambil menyalakan sebatang roko.
"kecuali" Sembusan asap itu menerpa wajah cantik Sara.
"Kau, mau bekerja menjadi pekerja ****" Ujarnya sambil kembali mensesap batang rokoknya itu.
"Berapa bayaran untuk itu" Tanyanya sesidikit gugup, Ada perasaan takut menjalar diseluruh tubuhnya.
"Apa kau masih gadis?" Tanyanya.
"Iya"
"Berapa yang kau inginkan untuk menjual kegadisanmu itu?" Tanyanya, Sara sedikit bingung. Dia ingin memberikan ini untuk suaminya kelak, tapi semesta tak mengijinkannya.
"2 miliyar?" Jawabku
"Hahahah" Kenapa wanita ini tertawa, apa itu terlalu mahal!!..
"Oke, " Jadi wanita ini setuju.
"Baca surat perjanjian ini, selama masa kontrakmu belum habis, kau harus membayar 30 persen dari uang yang kau dapatkan, dan kau harus membekukan rahimmu selama kontrak itu berlangsung!! Jika kau setuju kau bisa tanda tangani ini" Ujarnya sambil menyodorkan berkas itu pada Sara.
Sara membaca secara teliti tiap Kata yang tertulis dalam berkas itu.
"Maafkan Sara"Batinnya. Sara pun mentanda tangani berkas itu.
"Riko, panggil dokter itu masuk" Teriak Wanita paruh baya itu.
Aku sedikit syok dan tak menyangka kalau brondong yang bersama wanita ini itu dokter kandungan.
"Apa ada lagi sayang" Tanya.
"Lakukan seperti biasa, dia penghuni baru tempat kita" Ujar wanita itu, atau sering disebut Mami.
" Oke"
Aku pun disuruh kesebelah ruangan itu untuk melakukan pencegah kehamilan , apakah jalannya ini sudah benar.
"Jangan tegang" Kau harus rileks" Ucapnya sedikit berbeda dari tadi saat dia bersama dengan Mami.
Dokter itu pun menyuntikan cairan penunda kehamilan sebelum benar-benar melakukan pencegah kehamilan dengan jangka panjang seperti IUD, karna Sara yang masih gadis.
"Ah iyaa,"
"Maafin Sara, ya Mah, Pah. Kalau ada kesempatan lagi untuk Sara. Sara akan jadi anak yang baik untuk kalian"
Cerita untuk ini aku ringkes jadi 40eps.
BANTU DUKUNG YAA..
.
.
.
Dokter pasien diruangan Angrek kondisinya semakin melemah"Ujar suster itu.
Dokter dan para perawat pun berlarian keruangan Papah Sara itu.
Dokter pun mengunakan pacu jantung, agar detak jantung Papah Sara bisa stabil. Semua perawat dan dokter itu pun terus berusaha membuat pak Ibrahim itu bisa berrtaahaan.
"Cepat hubungi anaknya" Titahnya pada salah satu perawat itu.
"Baik dok" suster pun mulai menghubingi nomor Sara, tapi tidak ada jawaban satu pun.
"Tidak dijawab dok"
"Inalilahiwainalilahitojiun" ujar dokter yang bertugas itu.
Semua yang ikut menyelamatkan pak Ibrahim pun begitu sedih, apalagi saat melihat perjuangan anaknya untuk orang tuanya itu.
"Beliau sangat menyayangi anaknya" ujar dokter Ikbal sambil menutup wajah pak Ibrahim dengan kain setelah melepaskan semua alat yang menempel itu.
"Iya dok, semoga. Anaknya itu bisa tabah"
.
.
Pagi harinya, Sara membersihkan dirinya sebelum pergi dari tempat itu. Dia juga mengambil bonus yang diberikan laki-laki tua itu. Dia pin pergi setelah sudah kembali rapi.
Dia akan pulang dulu sebelum melihat orang tuanya itu.
Dengan langkah yang sedikit ngilu itu, dia membiasakan diri berjalan tegak agar tidak mengundang kecurigaan orang.
Uang 2miliyar dan berlian seharga 700juta ini sudah ditangannya. Dia bisa membayar tunggakan rumah sakit dan bayar uang kuliahnya, ini sudah seminggu dia juga membolos sekolah. Dia pun berganti pakaian sebelum berangkat sekolah, tapi sebelum itu dia mau melihat orang tuanya dirumah sakit dan membayar tungakannya dulu.
Sara pun pergi ke bank untuk mencairkan cek yang diberikan pelanggannya itu, sebagian dia tunaikan sebagian lagi dia simpan diAtmnya dan 30persen dia tranfer kerekening Maminya itu. Setelah itu dia pun mengstop taksi.
"Rumah sakit ×××" Ujarnya pada supir itu.
"Baik n0na"
Setelah menempuh jalan 45menit Sara sampai dirumah sakit itu.
Dia pin langsung menghampiri bagian administrasi.
Dengan wajah yang berseri-seri dibertanya pada suster itu.
"Saya mau bayar tungakan sama perawatan orang tua saya yang minggu ini" Ujarnya sambil mengambil uang didalam Map coklat itu.
Suster yang berjaga pun sesidikit heran, bagaimana bisa orang yang ditinggal meninggal wajahnya bisa berseri seperti ini.
"Suster" Sara pun mengibas-ngibaskan tangan diwajah suster itu.
"Oh sebentar ya" Suater pun mulai menjumlahan semua biaya rumah sakit itu.
"Totalnya 780juta" Ujar suster itu, Sara pun mengeluarkan uang yang disebutkan Suster itu, setelah selesai menghitung uang itu.
"Mau sekalian dengan pengemasannya jenazahnya" Ucap Suster itu, membuat Sara yang mau pergi pun kembali berbalik.
"Jenazah siapa?" Tanyanya bingung. Suster itu pun mengerti mengapa Sara tidak bersedih. Ternyata anak ini tidak kalau ayahnya sudah meninggal.
"Jenazah ayah anda!!"
Tidak ada hujan, tidak ada angin tapi Sara seperti tersambar petir disiang bolong.
'Apa katanya,
Dengan cepat dia pun berlari menuju ruangan orang tuanya, sambil terus terisak.
'Papah kenapa gak nungguin Sara dulu'
'Apa papah marah sama Sara'
'Papah gak sudi pakai uang ini buat pengobatan papah, makannya papah milih pergi' Sara terus saja berkecamukdengan pikiran sendiri dan isakan yang terus semakin kencang.
"Papah" Teriaknya dilorong itu, membuat penghuni lorong itu menatap Sara yang berlarian, Dokter Ikbal yang melihat Sara Datang pun langsung menghampiri.
"Akhirnya kamu kesini juga" tukas dokter Ikbal.
"Dokter saya udah bayar rumah sakitnya, kenapa papah malah pergi" Ucapnya dengan air mata yang begitu deras. Rasanya jiwanya dicabut untuk kedua kalinya.
"Papah kamu udah sembuh, dia udah gak kesakitan lagi. Kamu harus ikhlas"
Satu minggu kemudian**. .
"Gue gak habis pikir sama lo Ra." .."Kita udah temenan dari Pertama masuk kuliah, sampai sekarang, tapi lo gak bisa terbuka sama gue" Cercah Amel yang sedikit kecewa itu.
Namun, Sara masih saja diam saat Amel memarahi habis-habisan dirinya itu, bahkan Sara tidak benar-benar mendengar suara Amel yang seperti memarahi Anaknya itu.
"Kenapa lo gak cerita kalau rumah lo disita, orang tua lo masuk rumah sakit dan.. gue baru tau bokap lo meninggal seminggu lalu. Kita itu masih temen bukan si Ra?" Amel yang tadi berbicara sangat keras pun kini menjadi sedikit sendu bercampur kecewa itu.
"Udahlah lupain aja" Ucapnya Meninggalkan Sara yang tak merespon itu. Sara yang merasa Amel pergi pun langsung mengejarnya.
"Mel.. mell tunggu dulu" Teriaknya, namun Amel yang terlanjur kecewa pun mengabaikan Sara yang terus meneriakinnya itu.
"Bukan gitu maksud gue mel" Ucapnya lirih, Sara hanya bisa menatap Amel yang menjauh itu.
"Nih,"seseorang menyodorkan sebotol air mineral, Sara pun mendongkak . " lo minum dulu. Tenangin diri lo. Terus nanti ngomong lagi sama temen lo itu"
"Makasih Ri" Ari pun pergi setelah memberikan Minum itu.
.
.
Serapuh apapun Sara dia masih harus menjalani kerjaannya yang sudah terikat kontrak itu. Bahkan disaat sakit pun.
"Kenapa murung gitu" Tanya Riko, sambil menuangkan minuman digelas.
"Bokap gue meninggal" Ucap Sara sambil meminum minuman yang dituang Riko itu, kini Alkohol, uang dan air keji sudah menjadi teman sehari-harinya.
"Turut berduka cinta ya"
"Thanks"
"Udah, mending lo happy happy sana mumpung belom diboking" Titahnya,
"Lagi gak mood gue"
"Ya udah ni minum aja"
"Eh tau gak tuan Leon mau kesini lo" Ucap salah satu pelayan Club malam ini.
"Iya, tapi sayang Dia gak pernah Pesen pelayan cewe" timpa satunya lagi
"Serius lu"
"Iyaa, bahkan yang bikin aneh tuh, dia selalu pake topeng kalau kesini dan di candra yang suka dia pesen buat layani dia" Ujarnya lagi pelayan itu.
Sara yang mendengar teman-teman sesama pekerja seks yang sedang membicarakan Tuannya itu pun sedikit penasaran.
"Rik, emang siapa Tuan Leon itu?" Tanya Sara pada Riko.
Riko pun hanya tersenyum mendengar pertanyaan Sara itu.
"Kamu gak bakalan dapetin dia" Kekehnya.
"Kenapa?" Tanya Sara semakin bingung.
"Mau kamu telanjang depan dia pun, dia gak nafsu sama cewe" bisiknya ditelinga Sara.
"Hah!!maksudnya Gay!!"
"Sttttttt" Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.
"Maksudnya gay?" Sara pun berbisik didepan muka Riko.
Cup
'Riko sialan, ngapain lo nyium gue" Hardik Sara yang kaget dicium Riko pun.
"Hahahahah, abisnya deket-deket. Gue kan normal" ujarnya santai.
Karna sudah biasa ditempat ini jika itu terjadi. Bahkan jika mereka ingin melakukan lebih pun masih normal-normal aja.
"Eh gue cabut dulu ya, Atm gue udah manggil ni" Ujarnya sambil mengambil tas dan merapihkan bajunya itu.
"Hati-hati".
Sara pun melenceng meninggalkan Club malam itu menuju hotel bintang Lima yang sudah dipesan oleh pelangannya itu.
Selama bekerja seperti ini, dia sudah banyak melihat pejabat-pejabat atau bos bos besar yang sering jajan diluar itu. Bahkan malam ini dia diboking oleh bos besar batu bara, yang jauh-jauh datang hanya untuk dilayani oleh Sara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!