NovelToon NovelToon

Cold Woman Itu Istriku

Ep 1

@Kediaman Keluarga Sharman

Pagi hari yang begitu indah dan begitu cerah diluar rumah ternyata tak sama dengan apa yang terjadi didalam rumah keluarga Sharman. Rumah mewah itu justru tampak sepi nan sunyi hanya ada Dena yang duduk di meja makan bersama Daniel yang juga sedang bersiap untuk makan. Mereka berdua hanya saling diam saja tidak berbicara satu sama lain. Padahal makanan saat ini belum tersaji didepan mereka.

Tidak ada pembicaraan sama sekali antara keduanya sampai makanan pun sudah terhidang didepan keduanya.

"Masih marah denganku?" Dena akhirnya memilih untuk mengalah. Ia terlebih dahulu membuka suaranya menatap sang adik kembarnya yang duduk bersebrangan.

Daniel yang tadi hanya menunduk sambil memakan-makanannya saat ini mendongak melihat si kembaran yang ada didepannya..

"Untuk apa aku marah padamu?itu hak mu untuk membenci siapa?" tukas Daniel lalu melanjutkan makannya lagi.

"Lalu kenapa kamu mendiami ku seperti ini? kalau kamu tidak marah. Kamu pasti marah soal aku membentak nenek dan Kakek kan?" Dena mencermati wajah kembarannya.

"Itu kamu tahu, tapi hak mu juga untuk membenci siapa?Tapi yang harus kamu tahu kamu salah jika harus membenci nenek dengan kakek" Sorot mata Daniel tampak serius.

Dena hanya diam malas untuk membahas ini semua di pagi, pagi hari yang seharusnya dilingkupi keceriaan harus ter bumbui oleh ketegangan.

"Kamu makan sendiri saja, aku sudah tidak nafsu karena dua orang yang menjijikan bergabung disini" sinis Dena saat melihat dua orang yang masih mengenakan baju tidur datang mendekat kearah mereka. Itu ayah dan ibu tiri Dena.

Daniel yang mendengar ucapan Dena itu menoleh kebelakang melihat ayahnya yang sepertinya baru bangun hendak bergabung kemeja makan bersama dengan istri barunya yang berjalan di samping. Mereka saling melempar senyum bahagia. Raut wajah Daniel langsung berubah mengeras tetapi ia masih mempertahankan dirinya untuk menyelesaikan sarapan paginya saat ini.

Beda hal dengan Dena yang telah beranjak pergi sambil melemparkan tatapan nyalang pada Ayah dan ibu tirinya.

"Mau kemana dia?" Tanya Marco pada Daniel yang mengunyah makanannya.

"Mana aku tahu" jawab Daniel sesuka hatinya.

Marco tidak begitu memperdulikan hal itu, ia melempar senyum manis pada istrinya yang berdiri disebelahnya saat ini.

"Duduk sayang,.." Marco menarik kan kursi untuk Soraya agar istri tercintanya duduk.

………………

Dena berada di balkon kamarnya menatap kebawah melihat air kolam renang yang begitu tenang dibawah sana. Mencermati setiap apa yang ada dibawah. Tanpa sengaja netra matanya beralih mengarah ke gerbang besar rumahnya diluar gerbang itu tampak sebuah mobil yang akan masuk kedalam. Matanya memincing tajam mengamati mobil tersebut, sebuah mobil asing yang baru datang. Sebelumnya Ia tidak pernah melihat mobil itu.

Terlihat satpam rumahnya berlarian untuk membuka gerbang, saat pintu gerbang telah terbuka mobil tersebut segera melaju di halaman luas milik keluarga Sharman.

Dari balkon itu Dena bisa melihat dua orang paruh baya berbeda jenis kelamin bisa dipastikan kalau kedua orang itu adalah pasangan suami istri. Tak lama setelah mereka turun keluarlah seorang pria tampan yang langsung memakai kaca matanya. Begitu tak berminat nya sama sekali melihat pemandangan itu yang menurutnya sungguh tidak penting baginya. Dena langsung melenggang pergi meninggalkan balkon saat Dena sudah pergi tiba-tiba saja pria muda itu menoleh kearah Balkon yang berada agak di samping tempat dimana Dena tadi berdiri.

Pria itu merasakan sedari tadi sepertinya ada yang sedang menatap mereka dari balkon tetapi saat ia melihatnya tidak ada siapa-siapa di balkon itu. Hanya sebuah kekosongan di sana.

°°°°°

Didalam rumah keluarga Sharman, lebih tepatnya di ruang tamu keluarga itu. Tampak ramai dengan adanya tiga orang tamu di sana.

Mereka sepertinya sedang berbincang-bincang serius tetapi diantara perbincangan itu tampak seorang pria muda yang sepertinya tidak menyukai dengan topik pembahasan yang ia dengar. Terlihat beberapa kali ia menguap tanda ia begitu bosan saat ini.

"Dirga, yang sopan" tegur Sisil pada putra bungsunya.

Teguran itu diberikan tak kala Dirga menguap begitu keras sehingga menimbulkan suara. Serta cara duduk Pria itu yang tidak sopan sekali.

Dirga Prakarsa Suherman Putra bungsu dari pasangan Doni Suherman dengan Sisil Maheswari. Dirga adalah seorang yang pria yang bebas tidak mau diatur atau dikekang dalam keluarganya. Pria arogan nan kasar terhadap siapapun itu, tidak memandang entah itu perempuan atau laki-laki baginya siapapun yang berani mengusik ketenangannya akan menerima akibat dari semua itu.

Dia merupakan pebisnis ulung seperti ayahnya, bahkan di usianya yang masih muda saat ini ia sudah mendirikan perusahaannya sendiri. Dengan nama PRAHA Grup membuatnya malas untuk meneruskan perusahan keluarga. Sehingga perusahaan itu ia serahkan saja untuk kakaknya, bukan serahkan juga memang dari dulu ia tidak pernah di percaya untuk meneruskan bisnis keluarga alasannya karena dia orang yang tidak mudah diatur selalu membuat masalah terus sedari sekolah.

Karena tidak adanya kepercayaan dari keluarganya tersebut membuat keinginan menggebu dalam dirinya saat ini. Sebuah keinginan untuk membuktikan pada semua yang menganggapnya tidak bisa melakukan apapun.

Maka mulai dari itulah, ia berusaha mati-matian untuk bekerja dan membangun relasi di bidang pertambangan sekaligus bidang fashion. Kini kerja kerasnya itu sudah terbayarkan saat Ia berhasil mendirikan perusahaan sendiri, bahkan nama perusahaanya itu menjadi sebuah nama brand diberbagai dunia Fashion.

"Ma aku ijin ke kamar mandi sebentar ya?" Dirga menatap mamanya memohon.

"Ya.." singkat Sisil.

"Om, kalau boleh tahu dimana ya kamar mandinya?" Tanya Dirga pada Marco yang tampak asik berbincang dengan Doni.

"Oh kamar mandi ya? Kamu ke kamar mandi atas saja soalnya kamar mandi bawah masih dalam tahap renovasi jadi belum bisa digunakan"

"Ke atas ya om," ragu Dirga karena ia malas untuk menaiki tangga.

"Iya di atas, kamu cukup jalan dari tangga belok kanan lalu ada kamar dengan nama Dena kamu maju dari kamar terus dari kamar itu. lalu ujung sendiri ada kamar mandi" Marco memberikan arahan kearah kamar mandi.

"Oh, situ ya om" Dirga manggut-manggut mencoba mengerti apa yang dibicarakan Marco barusan.

Dirga lalu segera berjalan pergi meninggalkan orang-orang yang berada di ruang tamu itu mengarah menuju tangga. Secara hati-hati ia berjalan menaiki tangga sambil memperhatikan orang-orang dewasa yang menurutnya menyebalkan bagaimana bisa mereka mengatur kehidupan orang lain.

………………

"kamu bersikap seperti ini tidak akan merubah apa yang sudah terjadi" kata-kata penuh penekanan terdengar jelas ditelinga Dirga saat ia berjalan melewati sebuah kamar yang tertulis nama Dena disitu. Kebetulan kamar itu pintunya sedikit terbuka sehingga membuat Dirga secara tak sengaja melihat dua orang yang sedang berbicara serius.

Si pria tampak menahan emosinya sementara perempuan yang duduk di ranjang hanya diam wajahnya tak berekspresi sama sekali hanya wajah datar saja yang ditampakkan.

"Kamu mendengarkan apa yang ku bicarakan atau tidak sih. Aku bilang makan kak" ucap Daniel dengan nada memerintah.

"Bisa diem nggak?Keluar dari kamarku aku hanya butuh sendiri saat ini" ketus Dena menatap tajam adiknya.

"Terserah mu, aku pergi" Daniel menaruh piring yang sedari tadi ia pegang di meja. Meninggalkan saudara kembarnya yang diam tak bergeming.

Daniel berjalan cepat menuruni tangga lalu berjalan melewati ruang tamu rumahnya. Ia tahu ruang tamunya saat ini ada orang tetapi, ia tidak perduli. Daniel melewatinya begitu saja tanpa berniat untuk menyapa siapapun disitu.

Tapi saat dia melangkah begitu saja ada seseorang yang berbicara sehingga menghentikan langkahnya secara paksa.

"Marco, bukankah itu Daniel anakmu yang kembar itu." ucap Doni berbinar melihat Daniel yang membalikan tubuhnya menghadap orang-orang tersebut.

Dilihatnya disitu ada Papanya, Mama tirinya, dan Tiga orang lain yang tidak ia ketahui siapa.

"Daniel kemari sebentar," Marco menyuruh putranya untuk mendekat. Dengan terpaksa Daniel mendekat kearah mereka semua.

"Ya.." ucap Daniel malas.

"Beri salam sama tante Sisil, Om Doni sama Dirga" perintah Marco.

"Hai om, tante, Dirga" Daniel melemparkan senyum palsu pada mereka semua.

Dirga tahu itu, ia tersenyum sinis memperhatikan Daniel yang ternyata juga melihatnya.

"Aku pergi dulu" Daniel mengalihkan tatapannya kearah Papanya.

Lalu ia melangkah pergi dari ruang tamu.

"Maaf ya, sifat Daniel memang seperti itu" Soraya merasa tidak enak dengan keluarga Doni.

"Tidak apa-apa, ia persis seperti Dirga juga yang memiliki sifat dingin seperti itu" ucap Doni lalu menatap Dirga yang acuh tidak perduli.

"Lalu Dena mana?Kok tidak kelihatan" Sisil melihat ke sekeliling mencari keberadaan Dena yang sedari tadi tidak tampak.

"Emm, Dena, Dena sedang ke makam ibunya" jawab Marco dengan gagap.

Dirga yang mendengar itu langsung melihat kearah Marco yang tampak gelisah.

"Kenapa dia berbohong?" batin Dirga sambil menatap kearah Marco yang saling pandang dengan istrinya.

°°°

T.B.C

Ep 2

@Keluarga Suherman

Dirga masuk kedalam kamarnya, ia membanting pintunya dengan keras. Serta melepas jas yang ia gunakan tadi membuangnya ke segala arah Dia tampak emosi kali ini, beberapa kali ia menendang lemari baju miliknya.

Sungguh ia benar-benar emosi dengan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa kedua orang tuanya itu menjodohkan dirinya dengan rekan bisnis mereka. Bagaimana bisa mereka menerima tawaran perjodohan itu, apa mereka tidak melihat bahwa rekan mereka tadi begitu gila harta.

Mana ada orang tua pihak perempuan menawarkan perjodohan tetapi harus ada imbal baliknya yakni berupa kekuasaan. Mereka berarti sama saja menjual anaknya.

Tidak bisa, ini tidak bisa dibiarkan bagaimanapun juga ia harus mencegah perjodohan ini. Dirinya sudah memiliki kekasih jadi mana mungkin ia menerima perjodohan sialan ini.

"Tidak bisa, pokoknya tidak bisa. Aku harus mencegah ini agar tidak terjadi, aku tidak mau menghianati Clara " ucap Dirga pada dirinya sendiri.

"Tapi aku harus bagaimana, arggghh" teriaknya frustasi karena tidak tahu bagaimana caranya ia menggagalkan perjodohan ini.

"Berpikir, berpikir ayo Dirga berpikir." Dirga menepuk-nepuk kepalanya sendiri agar sebuah ide muncul di kepalanya.

Tapi tak kunjung ia mendapat ide tersebut, itu semua semakin membuatnya frustasi. Ia dengan begitu saja langsung melempar ponsel miliknya yang ia pegang saat ini ke cermin membuat cermin itu pecah dan ponselnya pun tidak jauh berbeda.

………………

FlashBack ON

@Kediaman Keluarga Suherman

Dirga semula duduk santai serta bertanya-tanya mengenai kebohongan keluarga Marco yang mengatakan bahwa Putri mereka sedang mengunjungi makam ibunya..Ibu?Ibu siapa batin Dirga.

Padahal putri mereka sedang ada di kamar jelas-jelas tadi Dirga melihat sendiri saat ia sedang ke kamar mandi, saat dia lewat tanpa sengaja ia mendengar percakapan dua orang yang tampak serius, tidak sengaja juga ia menguping pembicaraan itu.

"Sepertinya mereka kakak adik, apa kakak adik kembar itu" batin Dirga saat melihat ketegangan di antara Dena dan Daniel di dalam kamar.

Dirga langsung buru-buru kabur dari tempat itu sebelum salah satu dari mereka menangkap basah dirinya yang tidak sengaja menguping pembicaraan mereka.

Dengan cepat Dirga pergi dari situ dengan begitu terburu buru ia menuruni tangga dan langsung kembali bergabung dengan orang tuanya yang sedang berbicara dengan tuan dan nyonya Suherman.

"Sudah Dirga,.tidak tersesatkan" ramah Marco sambil memperlihatkan seulas senyuman.

"Tidak Om" singkat Dirga.

"Kenapa kamu ngos-ngosan begini,? kaya habis lihat setan saja" bisik Sisil ditelinga putranya. Doni melihat anaknya serta istrinya yang berbisik-bisik tampak heran dengan mereka berdua.

………………

"Bagaimana Don, kamu menerima apa yang aku bicarakan waktu itu soal menjodohkan Dena dengan Dirga" Marco mulai membuka omongannya.

Dirga yang tadinya hanya terpusat pada ponselnya tersebut langsung menatap rekan bisnis Papanya dengan tatapan tak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan perjodohan.

"Tentu saja aku menerimanya dengan senang hati Marco, makanya aku mengajak Dirga kesini agar kamu tahu betapa tampan anak ku" senyum Doni merekah tak kala ia menyebut nama anak ku. Seakan bangga dengan anaknya.

"Kamu paham kan maksud ku, aku menikahkan anakku dengan anakmu agar hubungan kita semakin erat dan aku harap kamu juga bisa membantuku untuk membuat perusahaan ku Jaya dan menjadikan aku pemimpin perekonomian di negeri ini"

"Kamu tenang saja serahkan padaku, aku pasti akan membantumu" jawab Doni santai sambil meminum tehnya.

Sementara Marco tampak tersenyum puas, sesekali ia melihat kesamping melihat istrinya Clara yang juga tampak senang.

Mereka semua tampak tersenyum bahagia tapi tidak dengan Dirga yang mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Apa-apaan ini, mereka menjodohkan ku tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu" batin Dirga dongkol.

Flashback off

°°°°°

Dena melangkah menuju dapur hendak mengambil sebotol air untuk menjadi persediannya di kamar. Agar saat tengah malam ia tidak perlu pergi ke dapur untuk mengambil minum.

Tanpa diduga di sana ada Soraya ibu tirinya yang sedang memotong kuku, Dena mendengus pelan tatapan sinis ia berikan pada Soraya yang juga menyadari kedatangan Dena.

Namun ia tidak perduli dengan anak tirinya tersebut, dia masih fokus me motongi kukunya.

"Malam-malam pamali memotong kuku, diikuti hantu baru mampus. Opps, situ kan memang temannya hantu" ucap Dena sambil menutup mulutnya saat menyebutkan kata hantu, dan tertawa sendiri dengan ucapannya barusan sambil matanya sesekali memperhatikan ibu tirinya yang juga memperhatikannya dengan kesal.

"Apa lihat-lihat?" dengus Dena sambil mendekat kearah ibu tirinya yang langsung berdiri seakan menantang Dena.

"Kamu anak pelacur kurang ajar" Soraya sungguh emosi dengan Dena saat ini sampai-sampai tangannya terangkat hendak menampar Dena tetapi harus terhenti gara-gara

"Berhenti, Jika kau berani menampar kakakku..Kau akan terima akibatnya mengerti" ancam Daniel saat ia baru masuk kedalam dapur melihat kakaknya yang akan ditampar oleh ibu tiri mereka.

Soraya langsung menurunkan tangannya dan pergi begitu saja sambil menatap kesal kearah Dena dan Daniel secara bergantian.

"Apa yang kamu lakukan?Sampai membuatnya marah" tanya Daniel menelisik wajah kakaknya. Ia memanggil Dena memang dengan namanya saja tetapi terkadang dia juga memanggil Dena dengan embel-embel kak tergantung suasana hatinya.

"Aku tidak mengatakan apa-apa padanya" jawab Dena datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

Lalu ia segera beranjak pergi melewati Daniel yang sudah berdiri didepannya.

"Mau kemana kamu kak?" ucap Daniel saat Dena melewatinya.

"Ke kamar" jawab Dena singkat sambil terus berjalan.

"Kakek dan Nenek ingin bertemu denganmu" ucap Daniel sehingga membuat langkah Dena berhenti lalu membalikkan tubuhnya menatap sang saudara kembar.

"Buat apa mereka ingin menemui ku?" Dena menatap Daniel tak berminat.

"Bukannya aku sudah bilang pada mereka. Kalau aku bukan lagi cucu mereka" Dena berbicara begitu dingin.

Daniel hanya diam mendengar Dena berbicara seperti itu, ia juga mengerti perasaan Dena sekarang karena mereka terhubung, mereka memiliki telepati seperti saudara kembar lainya. Tapi, kebencian tidak bisa disimpan terus-terusan, kebencian sebisa mungkin harus dihilangkan. Kalau tidak maka nanti akan membuat sakit hati sendiri dan hidup terasa tidak nyaman.

"Mereka menyesal kak, dan kakek sedang sakit sekarang dia terus menanyakan mu" ucap Daniel sendu tetapi ekspresinya datar-datar saja. Memang kepribadian Daniel tidak jauh beda dengan Dena yang dingin. Yang membedakan mereka hanyalah jenis kelamin saja.

"Penyesalan terlambat" sinis Dena lalu kembali berjalan pergi meninggalkan Daniel yang hanya diam di tempatnya saat ini memperhatikan kembarannya yang pergi.

"Aku tahu kamu membenci kakek dan Nenek. Tapi asal kamu tahu juga mereka yang menolong kita secara diam-diam saat kita diculik suruhan Soraya dulu. Dan asal kamu tahu juga mereka yang membujuk Papa agar Papa mau merawat kita sampai dewasa" Daniel berbicara sendiri saat Dena sudah pergi. Tangannya mengepal lalu memukulkannya ke tembok.

Begitu beban baginya menyembunyikan kebenaran seperti ini.

°°°

T.B.C

Ep 3

@Kediaman Sharman

Suasana malam di meja makan keluarga Sharman seperti biasanya selalu sepi karena jarang sekali ada perbincangan.

Meja makan saat ini sudah dipenuhi oleh berbagai macam makanan yang telah tersaji di sana.

Begitu juga orang-orangnya. Dimeja makan sudah ada Dena dan Daniel di sana seperti biasa juga mereka saling diam, tetapi sesekali Daniel melihat kakaknya yang hanya diam saja di meja makan tanpa menyendok kan makanan kedalam mulutnya.

"Hai anak-anak Papa yang tampan dan juga Cantik selamat malam" ucap Marco yang baru saja datang dengan menggandeng tangan istrinya.

Dia segera menarik kan kursi untuk Soraya didekatnya. Dena serta Daniel hanya memperhatikan itu semua dengan malas. Mereka berdua sama-sama menggenggam erat tangan mereka di atas meja melihat betapa romantis Papa mereka dengan istrinya saat ini.

"Kok kalian berdua diam saja sih, nggak mau balas salam Papa" protes Marco karena ia sadar bahwa salamnya tadi tidak dibalas oleh kedua anaknya.

"Selamat malam juga" sahut Daniel serta Dena ogah-ogahan.

"Bagus, kalau Papanya salam harus dijawab. Anak tahu diri memang harus seperti itu. Masa kalah sama Rayhan" sinis Soraya sambil mengambil nasi untuk suaminya.

Dua orang kembar itu langsung menatap kearah Soraya dengan tajam.

"Terimakasih honey," ucap Marco pada istrinya yang telah mengambilkannya nasi.

"Oh iya, Dena nanti kamu temui Papa di ruang kerja" tambah Marco sambil melihat kearah putrinya yang makan dalam diam.

"Untuk apa Papa menyuruh Dena untuk menemui mu?" tanya Daniel mewakili Dena yang hanya menatap Papanya penuh tanya.

"Kamu tidak perlu tahu, ini bukan urusanmu tetapi urusan Papa dengan kakakmu" sahut Marco.

Daniel langsung diam dan kembali makan tetapi sesekali pandangannya melihat papanya curiga.

Makan malam itu kini berjalan hening dentingan sendok yang terdengar.

………………

Di ruang kerjanya saat ini Marco sedang menunggu Dena yang belum datang juga sebenarnya kemana putrinya itu.

Saat sedang menunggu Dena masuk kedalam ruangan dengan wajah datar seperti biasa.

"Kamu datang juga akhirnya?Duduk dulu" Marco tampak senang melihat kedatangan anaknya.

Dena duduk di sofa yang memang tersedia di ruang kerja Papanya saat ini.

"Ada perlu apa menyuruhku kemari?" ucap Dena langsung kepada intinya.

"Santai dulu dong, putri kesayanganku." lembut Marco sambil berdiri didekat Dena yang sudah duduk mengusap lembut kepala sang Putri.

Dena melihat kearah Papanya dengan sorot mata dingin seperti tidak suka diperlakukan seperti itu.

"Aku semakin yakin, kalau kalian berdua memang anakku. Dari sikap kalian yang sama persis seperti diriku yang tidak sabaran" lanjut Marco sambil terus mengusap rambut putrinya dan tersenyum.

"Tidak usah berbasa-basi, bilang saja ke intinya" Dena menepis tangan papanya yang ada di kepalanya tak lupa senyum sinis terpampang di wajahnya.

Marco juga ikut tersenyum miring memandang putrinya itu yang bersikap dingin padanya. Ia lalu duduk tepat di sofa single yang berada di samping Dena.

"Kamu Papa jodohkan dengan anak teman Mamamu dulu yang sekarang menjadi rekan bisnis papa" ucap Papa Dena serius.

"APA!!" kaget Dena menatap papanya tajam merasa tidak terima.

Dia langsung berdiri masih terus menatap papanya

"Ada hak apa anda pada saya, beraninya anda mau menjodohkan saya dengan rekan bisnis anda" cara bicara Dena berubah formal seakan seperti orang asing.

"Sampai kapanpun saya tidak akan menerimanya mengerti,." ucapnya Tajam lalu segera berjalan kearah pintu membuka pintu dua itu dengan kasar. Dan dia berjalan pergi dari ruangan papanya.

"DENA, DENA!!!" teriak Marco saat Dena berjalan keluar dari ruangannya saat ini. Marco langsung berdiri dari duduknya dan begitu saja menendang sofa yang ia duduki tadi.

°°°°°

Sama halnya dengan apa yang dilakukan Dena tadi, Dirga juga melakukan hal demikian dia tidak bisa menerima perjodohan ini.

Ia segera saja menemui Papanya langsung yang sedang ada di kamarnya. Tidak perduli saat ini Papanya dan Mamanya sedang apa yang penting ia bisa melakukan pembatalan rencana perjodohan dirinya.

Dirga berjalan buru-buru ke kamar Papa dan mamanya menggedor-gedor pintu itu. Perlu diingat saat ini Dirga sedang dalam pengaruh Alkohol.

Benar tadi dia melampiaskan semua yang berkecamuk di kepalanya dengan minum-minuman di club bersama teman-temannya yang lain. Bukan dengan temannya saja tetapi juga bersama kekasihnya Clara yang memang baru pulang dari Singapura setelah menyelesaikan pemotretannya di sana.

Clara memang seorang yang berprofesi sebagai model, model majalah model pakaian, dan model apa saja. Itulah yang menjadi alasan kedua orang tua Dirga tidak menyetujui hubungan anaknya dengan Clara, menurut mereka juga Clara bukanlah orang yang baik.

Dirga pulang dari club diantarkan oleh Clara dan juga teman-teman Dirga yang lain karena mereka takut dengan tuan Doni sehingga mereka semua hanya menurunkan Dirga didepan rumahnya saja.

"PAPA, PAPA, MA, MAMA BUKA PINTUNYA BUKA" teriak Dirga sambil menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya.

"AKU BILANG BUKA,.." masih terus berteriak saja ia didepan pintu itu.

Pintu akhirnya terbuka Papa Dirga dan Mamanya merasa terkejut melihat pemandangan didepannya. Bagaimana tidak terkejut saat mereka membuka pintu anak mereka sedang dalam kondisi melantur dan tercium begitu menyengat nya bau alkohol.

Sampai-sampai Sisil menutup hidungnya,.

Wajah Doni mengeras melihat apa yang putranya lakukan saat ini.

"Kamu mabuk?" tegas Doni

"Iya kenapa papa tidak suka?" jawab Dirga seakan tidak takut.

"Semenjak kapan kamu mabuk-mabukan seperti ini, apa yang mendasari mu" Doni masih berusaha menahan emosi dalam dirinya.

"Papa ingin tahu, Papa yang membuatku melakukan seperti ini" ucap Dirga dengan nada keras di akhir kata.

"Papa kenapa seenaknya menjodohkan ku, kenapa?Papa tahu sendiri kan aku sudah mempunyai kekasih yang akan aku nikahi. Tapi kalian tidak setuju"

"Masuk ke kamarmu sekarang sebelum Papa menghajar mu" perintah Doni sambil menunjuk ke lantai atas.

"Dirga, Dirga mama mohon kamu pergi ke kamarmu sekarang" Sisil memegang lengan Dirga menyuruh putranya untuk pergi ke kamar pria itu. Karena ia takut anaknya akan dihajar oleh suaminya yang masih berusaha.

"Lepas ma!! aku tidak akan kembali ke kamarku sebelum Papa membatalkan perjodohan ini" Dirga menghempaskan kuat tangan Mamanya sampai membuat Sisil terjatuh kesakitan.

Doni yang melihat istrinya kesakitan gara-gara putranya itu, seakan emosinya meledak. Ia segera mendekat kearah Dirga mendorong kuat tubuh anaknya sampai terjatuh dan dia langsung memukuli putranya tersebut.

"Kamu sudah kurang ajar sama Mamamu ya, inilah alasan Papa menyuruhmu tidak minum-minuman. Karena minuman bisa membuatmu gila sampai tidak sadar kamu melukai orang yang kamu sayang" ucap Doni marah sambil terus memukuli putranya yang kini berada dibawah dirinya.

Sisil yang melihat itu langsung bangkit mendekat kearah suaminya yang membabi buta memukuli anaknya sendiri.

"Pa,..Pa. Berhenti kamu bisa membunuh Dirga" Sisil berusaha melerai emosi suaminya yang masih terus memukuli putra mereka.

"Birkan saja dia mati, anak tidak tahu di untung" Doni benar-benar telah emosi.

"Pa cukup, kalau Papa terus saja memukuli Dirga lebih baik aku mati saja" ancam Sisil dan langsung berjalan menuju Dapur untuk mengambil pisau.

Doni langsung berhenti saat melihat istrinya yang berjalan mendekat kearahnya sambil memegang Pisau dan ia segera bangkit dari tubuh Dirga yang sudah lemah. Berlari cepat kearah istrinya dan segera merebut pisau itu lalu ia membuangnya begitu saja.

"Kamu apa-apa sih Ma," marah Doni melihat Sisil yang menangis. Sisil tidak menanggapi ucapan Doni, ia berjalan mendekati Dirga yang mulai bangkit dengan begitu lemahnya.

Namun saat Sisil sudah dekat tiba-tiba saja Dirga jatuh tidak sadarkan diri. Membuat Sisil langsung memeluk anaknya sambil menangis, sementara Doni segera berlari ke kamar mengambil Ponsel untuk menghubungi dokter.

………………

Pagi harinya di rumah keluarga Sharman seusai sarapan pagi Dena langsung pergi ke halaman belakang rumahnya untuk menanam bunga. Dena memang suka sekali menanam bunga bahkan di setiap halaman rumahnya Dena lah yang menanaminya.

Setelah kemarin ia menanam bunga didepan rumah kini gantian belakang rumah yang harus ia tanami.

Tetapi langkahnya terhenti saat dia sudah berdiri di rerumputan taman. Papanya ada di ayunan belakang rumah tempatnya dulu selalu menghabiskan waktu saat dimarahi oleh Papanya.

"Kenapa Papa disitu?" ketusnya saat melihat Papanya yang langsung berdiri mendekati dirinya.

"Papa ingin bicara denganmu" tukas Marco.

"Soal apa?"

°°°

T.B.C

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!