NovelToon NovelToon

Oh, My Queen!

BAB 1 Penantian

Kyra Queensha Dirgantara kini telah berusia 17 tahun. Ia kini tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, ceria, imut dan sedikit tomboy seperti mamanya dulu. Sepuluh tahun ia lewati dengan selalu menanti kabar dari Raja. Hanya sebuah surat dan email yang Queen terima dari Raja, itupun juga tidak menentu. Bahkan email atau surat itu tidak pernah terselip foto Raja. Selama sepuluh tahun, Queen berusaha memahami dengan semua kesibukkan Raja untuk sekolah. Karena sudah jelas beda pendidikan di Indonesia dengan Swiss, apalagi Raja sebagai anak pertama yang harus mengemban besar sebuah tanggung jawab. Queen selalu menjalani hari-harinya dengan penuh semangat dan keceriaan. Sosoknya yang periang, lincah, dan mudah bergaul, sangat di sukai oleh banyak orang. Dengan ketegasan dan kecerdasan yang di warisi dari Papa dan Mamanya.

''Besok usiaku telah genap tujuh belas tahun. Akhirnya penantianku berakhir. Kak Raja, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mu. Kamu selalu menolak untuk mengirim foto untukku. Kamu selalu bilang kalau kita akan bertemu, meskipun wajah kita saling tersembunyi satu sama lain. Hanya dengan syal yang aku berikan dulu dan sapu tangan ini,'' gumam Queen sembari menatap langit malam hari dari jendela kamarnya.

''Queen, kamu belum tidur sayang?'' kata Dira, Mama Queen yang masuk begitu saja dengan membawa segelas susu untuk putrinya.

''Eh Mama.''

''Ini mama bawain susu untuk kamu. Di minum ya sayang.''

''Makasih ya, Ma. Mama selalu memperlakukan aku seperti anak kecil saja.'' Ucap Queen sembari meminum susu yang sudah berada dalam genggamannya.

''Meskipun kamu sudah dewasa, kamu tetap anak kecil Mama. Oh ya, persiapan sweet seventeen kamu udah siap lho. Semua teman-teman udah kamu undang?''

''Nggak semua kok, Ma. Cuma teman dekat saja.''

''Queen nggak sabar deh nunggu kedatangan Kak Raja besok. Kita akan bertemu di Dream Land. Besok pagi aku mau ke Dream Land dulu ya, Ma. Besok akan menjadi hari paling bahagia untuk aku.'' Kata Queen dengan antusias sembari memeluk erat mamanya. Mendengar ucapan putrinya, membuat Dira merasa bersalah. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada Queen tentang yang sebenarnya terjadi, bahwa Raja tidak akan pernah datang.

''Ya sudah kamu tidur ya. Mama mau ke kamar, mau istirahat.'' Ucap Dira sembari mengecup kening putrinya.

''Iya, Ma. Selamat istirahat juga untuk Mama.'' Dira dengan perasaan bersalah segera menuju kamarnya. Dira lalu duduk di sofa dengan air mata yang telah menetes membasahi pipinya.

''Sayang, kamu kenapa? kenapa menangis?'' kata Keenan, yang baru saja keluar dari kamar mandi.

''Aku nggak tahu bagaimana menjelaskan pada Queen. Kita sudah membohonginya, Mas. Aku takut dia marah dan membenci kita. Besok dia sudah 17 tahun dan di saat itulah, dia akan berjumpa dengan Raja. Bagaimana ini, Mas? Sepuluh tahun berlalu tapi kita tidak pernah menemukannya, bahkan kabar tentang mereka sudah tidak terdengar. Sampai dua tahun lalu, Tuan Sultan meninggal dunia, mereka juga tidak ada kabar sama sekali." Keenan lalu mendekap istrinya yang tengah terisak dalam tangisnya.

"Hhhh, mungkin besok saat yang tepat untuk memberitahukan semuanya pada Queen. Aku rasa dia sudah cukup dewasa untuk memahami ini semuanya. Biarkan dia pergi ke Dream Land, sayang. Sebentar lagi kan dia sudah masuk universitas, siapa tahu dengan suasana baru, teman baru, akan membuat Queen terhibur. Kamu jangan sedih lagi ya. Semoga Queen mengerti."

#Bocoran episode pertama, gimana menurut kalian? Mau di lanjut nggak nih? 😁😁

BAB 2 RAHASIA RAJA

Raja Narendra Pradana Wijaya. Dia adalah sahabat kecil yang mempunyai ikatan kuat dengan Queen. Bertahun-tahun Queen menunggu kedatangan Raja. Namun Queen tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan Raja sepuluh tahun lalu. Saat itu Raja bersama orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju Rusia. Namun ternyata mereka mengalami kecelakaan pesawat. Jet pribadi yang mereka tumpangi sengaja di sabotase bahkan di bajak terang-terangan. Di alam pesawat itu, ada seorang pelayan yang mendengar rencana busuk dari salah satu pelayan. Di dalam pesawat tersebut di pasang sebuah bom waktu. Dari situlah pelayan itu dengan penuh gemetar, memberanikan diri memberi tahu Riko tentang apa yang akan terjadi. Saat melintasi sebuah hutan sebelum lautan Kaspia, Riko, Raja dan Elisa bersiap untuk terjun dan melompat dari pesawat dengan bantuan pelayan itu. Akhirnya mereka bertiga nekat melompat dengan perlengkapan parasut kemudian mereka bertiga jatuh di hutan. Sampai pada akhirnya pesawat itu benar-benar meledak dengan hebat. Pelayan itu mengorbankan nyawanya demi menolong Riko dan keluarganya. Pendaratan mereka tidak mulus, hingga mereka mengalami kecelakaan. Mereka bertiga akhirnya di tolong oleh para penduduk dan luka Raja lah yang paling parah. Raja mengalami koma selama dua tahun. Bahkan Riko pun berusaha bertahan hidup di pedesaan hingga menunggu Raja sadar karena pedesaan itu merupakan desa terpencil dan jauh dari perkotaan. Harus menempuh jarak 10km untuk sampai di kota. Kehidupan mereka pun jauh dari kata mewah. Disana Riko bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Karena ia sudah tidak memiliki uang lagi. Riko pun memutuskan merawat Raja di rumah, dengan memanggil dokter dari kota tersebut. Bantuan pengobatan herbal dan tradisional juga perlahan membantu Raja, meskipun Raja harus melewati koma selama dua tahun. Beruntung sekali warga di desa itu sangat baik pada Riko dan keluarganya. Karena terlalu bahaya jika Riko muncul begitu saja. Elisa lah yang terpukul, ia selalu menangis setiap melihat kondisi putranya. Ia tak hentinya untuk terus berdoa supaya putranya segera sadar. Hingga akhirnya Raja sadar.

"Mas, Raja sadar." Ucap Elisa dengan mata berkaca-kaca.

"Terima kasih Tuhan. Akhirnya Kau kembalikan putraku," ucap Riko dengan memeluk erat istrinya.

"Sayang, kamu sudah bangun. Kamu nyenyak sekali tidurnya?" kata Elisa dengan deraian air mata yang membasahi pipinya.

"Aku dimana?" tanya Raja lirih.

"Kita sedang liburan sayang." Kata Raja.

"Ka-kalian siapa?" kata Raja. Riko dan Elisa pun panik saat Raja tidak mengenali mereka.

"Ini Mama, sayang. Dan ini Papa." Jelas Elisa dengan membelai wajah putranya.

"Mama? Papa? Aku tidak mengenal kalian. Dan aku? Aku siapa? Kenapa aku tidak mengingat diriku?" ucap Raja dengan penuh ketakutan.

"Nama kamu Raja. Kamu anak kami dan kami orang tua kamu. Kamu tidak usah mengingatnya, kamu baru saja sadar, sayang," kata Riko yang berusaha menenangkan putrnya. Raja pun mencoba mengingat apa yang terjadi padanya namun tak ada satupun memori yang tersisa dalam ingatannya. Raja merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya.

"Sayang, tidak usah kamu paksa. Cukup kamu tahu kalau kami adalah orang tua kamu." Kata Elisa. Elisa kemudian memeluk putrnya dengan sangat erat. Riko dan Elisa pun sangat bahagia melihat putra mereka telah kembali meskipun harus dengan kehilangan memorinya.

Dan saat itulah Riko pergi ke kota untuk mengubungi Tuan Sultan. Tuan Sultan sangat bahagia mendengar kabar bahwa anak, cucu dan menantunya selamat dari maut. Tuan Sultan pun segera pergi menemui anak, cucu dan menantunya.

"Elisa, Raja, Riko," kata Tuan Sultan dengan tangisnya.

"Papa," ucap Elisa yang menghambur ke pelukan Papanya.

"Papa senang kali kalian semua selamat. Dimana Riko?"

"Riko bekerja, Pa."

"Ya Tuhan, kalian benar-benar hidup seperti ini. Bagaimana Raja?"

"Raja ada di dalam, Pa." Elisa lalu mengantarkan Tuan Sultan menuju kamar Raja. Tuan Sultan menangis melihat kondisi cucunya yang lusuh, kurus dan tak terurus.

"Cucuku," tangis Tuan Sultan sembari memeluk cucunya. Namun Raja sama sekali tak memberi respon karena kondisinya.

''Kamu siapa? Kenapa menangis,'' tanya Raja.

''Ya Tuhan. Aku kakekmu dan kamu cucuku, nak.'' Kata Tuan Sultan.

''Raja, ini Kakek Sultan. Kakek kamu, Ayahnya Mama,'' jelas Elisa.

''Ada apa ini Elisa?'' tanya Tuan Sultan dengan suara bergetar.

''Pa, kita bicara di luar ya.'' Kata Elisa sembari menggandeng Tuan Sultan. Elisa kemudian menceritakan semua yang terjadi bahkan saat kecelakaan pesawat itu terjadi. Begitu pula dengan kondisi Raja. Elisa tak kuasa menahan tangisnya, begitu pula dengan Tuan Sultan. Yang harus melihat anak, cucu dan menantunya menderita dan tinggal di bilik bambu.

''Papa!" ucap Riko yang baru saja pulang dari tempat kerjanya.

''Riko, menantuku,'' kata Tuan Sultan. Mereka pun saling berpelukan melepas rindu.

''Kamu kerja apa untuk menghidupi istri dan anakmu, Riko?''

''Apapun Riko lakukan untuk mereka, Pa.''

''Kenapa kamu tidak menghubungi Papa? Kenapa harus menunggi dua tahun? Kamu tahu betapa menderitanya Papa?''

''Maafkan Riko, Pa. Ini semua terlalu bahaya untuk kita semua.''

''Apa maksud kamu Riko?'' kata Tuan Sultan sembari melepaskan pelukannya.

''Pa, kita sebenarnya hari itu benar-benar akan di bunuh. Di dalam pesawat itu sengaja di pasang bom waktu. Kami bisa selamat karena ada pelayan yang menceritakan kebenaran itu. Bahkan pelayan itu mempunyai buktinya tapi Riko tidak sempat membukanya. Karena ponsel pelayan itu rusak. Dari situ kita tahu siapa dalang di balik ini semua.''

''Riko, berikan ponsel itu. Papa akan meminta Amir untuk memeriksa memorinya. Siapapun itu, aku akan menghabisinya. Dia sudah membuatku menderita.'' Kata Tuan Sultan dengan geram. Riko segera masuk dan mengambil ponsel tersebut. Riko kemudian memberikan ponsel itu pada Tuan Sultan.

''Beruntung, Pa. Kita masih di beri selamat. Kami bertiga terjun sebelum pesawat itu meledak. Tapi maafkan Riko karena kondisi Raja yang seperti itu.''

''Papa justru terima kasih karena kamu telah mempertaruhkan semuanya untuk anak dan istrimu. ''

Sejak saat itulah, Tuan Sultan meminta Riko dan Elisa untuk memulai hidup baru di Indonesia dengan identitas baru. Elang pun ikut bersama mereka karena Elisa tak sampai hati meninggalkan Elang. Bahkan Tuan Sultan meminta Riko dan Elisa untuk mengganti nama Raja dengan nama Nathan. Ini semua di lakukan demi keselamatan Raja sebagai pewaris utama kekayaan Tuan Sultan. Di Indonesia, Tuan Sultan meminta Riko untuk hidup sederhana demi bersembunyi dari ini semua. Tuan Sultan seolah trauma dengan semua ini, ia tidak ingin anak cucu juga menantunya menderita lagi. Meskipun sederhana, Tuan Sultan tetap membantu perekonomian mereka. Tuan Sultan juga menceritakan semua rencananya bersama Keenan. Bahkan Tuan Sultan juga meminta Riko untuk menjauh dari Keenan. Karena Tuan Sultan tidak ingin Keenan terlibat dan celaka dengan urusan mereka. Tuan Sultan pun tetap meminta Keenan untuk mengurus perusahaannya. Semua ini di lakukan untuk keselamatan mereka semua. Bahkan Tuan Sultan melarang Riko dan Elisa untuk menggali memori lama Raja. Mereka menciptakan memori baru untuk Raja. Semua ini demi dendam Tuan Sultan yang harus terbalaskan, mereka harus tetap dengan identitas baru. Tuan Sultan juga membuat berita kematian palsu anak, cucu dan menantunya. Setelah para bajingan itu tertangkap, Tuan Sultan akan mengungkap semuanya. Namun takdir berkata lain, Tuan Sultan akhirnya meninggal sebelum semuanya terungkap. Terutama mengungkap kebenaran pada Keenan juga keluarganya. Selama ini Keenan lah yang membantu mengurus perusahaan Tuan Sultan, bahkan hingga hembusan nafas terakhir Tuan Sultan, Keenan pun berada disana.

Sepuluh tahun pun berlalu, Keenan sendiri bersiap berangkat menuju Swiss untuk mendiskusikan kembali perjanjian mereka dengan tenggang waktu yang telah di tentukan. Apakah sisa saham akan di jual? Atau di teruskan oleh pewaris Tuan Sultan? Dan Keenan selalu berharap ada kabar baik tentang Raja.

Bersambung...

BAB 3 Pertemuan Tanpa Sadar

Keesokan harinya, Queen begitu bersemangat. Ia sedang merias dirinya secantik mungkin untuk bertemu dengan Raja. Tak lupa sapu tangan dari Raja ia bawa.

''Queen! Ayo sarapan sayang!" panggil Dira dari lantai bawah.

''Iya Ma, sebentar." Sahut Queen.

''Kakak pasti lagi sibuk dandan,'' sahut Arsen samb menyantap roti di hadapannya. Kini Arsen sudah berusia 10tahun. Dan ia tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sangat tampan.

''Wajar lah kan Kakak cewek, sayang.'' Kata Dira.

''Pa, Arsen bareng Papa aja ya. Udah lama kita nggak ngobrol, soalnya Papa sibuk.''

''Siap jagoan Papa yang tampan,'' kata Keenan sambil mengusap kepala putranya.

''Kalau mau sarapan nungguin Kakak, keburu lapar,'' sindir Arsen yang melihat kakaknya berjalan menuruni anak tangga.

''Biarin. Anak kecil cerewet banget,'' kata Queen sambil mengacak rambut adiknya.

''Ihhh Kak! Aku paling benci ya kalau rambut aku di pegang-pegang. Kakak tahu berapa lama aku menata rambut ini?'' kata Arsen dengan kesal.

''Hmmmm masih SD aja kebanyakan gaya.'' Kata Queen.

''Bukan gaya kan kita harus selalu rapi dan sempurna. Aku kan pingin kayak Papa.''

''Tuh, Ma. Arsen benar-benar persis kayak Papa.'' Kata Queen.

''Kan bibit unggul, jadinya ya seperti ini,'' timpal Keenan terkekeh.

''Udah ah, ayo makan dulu. Kalau di meja makan pasti ramai gini.'' Kata Dira.

''Queen kamu ke Dream Land sama siapa?'' tanya Keenan.

''Sama Mona dan Nina, Pa. Ini mereka juga udah di jalan.''

''Kakak mau nemuin pangeran kakak itu ya? Kenapa nggak sama yang lain aja sih? Untuk apa menunggu yang tidak pasti,'' celetuk Arsen.

''Wah, wah, adik aku bijak banget. Ma-Pa lihat nih anak kecil udah mulai ikut campur urusan orang dewasa,'' kata Queen.

''Tapi yang di katakan Arsen benar juga lho,'' timpal Keenan.

''Tuh, Papa juga ikut belain Arsen.'' Rengek Queen.

''Arsen, Papa, nggak boleh gitu. Kakak ngambek nanti mogok makan,'' bela Dira.

''Sorry, Mom!" Jawab Keenan dan Arsen dengan kompak.

...****************...

Queen bersama Mona dan Nina pun akhirnya sampai di Dream Land. Queen sangat antusias untuk bertemu dengan Raja.

''Queen, serius pangeran elo mau datang sekarang?'' tanya Mona.

''Iya lah. Kita udah janji untuk ketemu tepat saat gue berusia tujuh belas tahun.''

''Hhh, sebenarnya gue ragu sih kalau dia bakalan datang. Kalau emang dia mau datang, kenapa dia nggak telepon elo, chat elo atau kirim email. Kita kan sudah hidup di jaman modern.'' Sambung Nina.

''Justru itu yang namanya cinta sejati, Nin. Hati kita yanh saling menyatu, meskipun terpisah oleh jarak dan waktu,'' kata Queen.

''Cieeee, sok puitis banget.'' Kata Mona.

''Ya udah lah, elo tungguin aja tuh pangeran. Gue sama Mona mau jalan-jalan dulu. Rugi dong udah nyampe sini cuma nungguin elo.''

''Iya-iya, kalian senang-senang sana!" kata Queen. Queen lalu duduk di bawah pohon cemara, tepat dimana ia dan Raja mengikat janji bersama. Hari pun sudah semakin siang, matahari semakin terik tapi Raja pun tak kunjung datang. Pandangan Queen terus mengedar, mengamati setiap laki-laki yang mengenakan syal. Namun tidak ada satupun yang memakai syal di hari itu. Tentu saja tidak ada karena ini Indonesia yang mempunyai iklim tropis. Queen yang mulai bosan dan haus, beranjak dari duduknya. Queen menuju sebuah food truck dan membeli minuman disana.

''Apa kamu tidak datang? Apa kamu lupa akan janji kamu? Ini adalah usia tujuh belas yang aku nanti sejak dulu. Apa kamu lupa? Atau memang sengaja?'' gumam Queen dalam hati dengan perasaan yang semakin gelisah. Perlahan, matahari mulai berjalan kembali ke peraduannya. Senja pun mulai menyapa, namun tak ada tanda-tanda bahwa kekasih yang di puja, tak jua terlihat nyata.

''Queen! Pulang yuk!" Ajak Mona sembari berlari menghampiri Queen.

''Iya nih udah sore. Elo nggak lupa kan kalau Papa sama Mama elo, udah nyiapin pesta ulang tahun ke 17 tahun elo,'' kata Nina. Queen pun menunduk sedih, penantiannya selama ini sia-sia.

''Queen, mungkin kalian belum berjodoh. Elo jangan putus asa. Banyak hal terjadi selama sepuluh tahun disana, Queen,'' kata Mona.

''Queen, bukanya kita nggak ngedukung elo tapi kita nggak mau elo kecewa dan sakit hati. Masih banyak kok cowok yang baik di luar sana. Kita sahabatan udah lama, kalau elo sedih, kita juga sedih, Queen.'' Ucap Nina yang berusaha menyadarkan Queen.

''Iya, gue ngerti kok. Ya udah kalau gitu kita pulang. Nanti Papa sama Mama khawatir.'' Kata Queen yang sedari tadi berusaha menahan bulir matanya. Nina dan Mona lalu kompak memeluk Queen. Saat Queen bersama Mona dan Nina hendak berjalan menuju pintu keluar, langkah Queen tiba-tiba terhenti saat melihat suatu kerumunan.

''Eh ada apa tuh? Gue mau lihat.'' Kata Queen.

''Ini udah mau malam, Queen. Acara elo jam 7, kasihan Papa dan Mama elo,'' cegah Mona.

''Udah lah, gue nggak peduli sama ulang tahun gue. Gue mau kesana dulu,'' ketus Queen. Mona dan Nina hanya bisa menyerah dan mengikuti kemana langkah kaki Queen berjalan. Langkah Queen berjalan menuju pada tepi danau buatan, entah ada apa disana, yang membuat orang berkerumun. Tubuh mungil Queen pun berusaha menerobos kerumunan itu. Dan ternyata ada seorang pengamen jalanan yang sedang menghibur para pengunjung. Tetapi untuk seorang pengamen, penampilan pria mudah itu terlalu keren.

''OMG, Queen! Sejak kapan disini ada pengamen yang ganteng kayak gini. Bukan pengamen sih ini tapi apa ya? Mungkin artis lagi ngeprank kali,'' cerocos Nina yang sudah berdiri di samping Queen.

''Iya nih, terlalu keren penampilannya,'' sahut Mona. Namun Queen sama sekali tidak menghiraukan celotehan Nina dan Mona. Queen justru menikmati suara petikan gitar akustik dan suara merdu pengamen itu. Queen pun bertepuk tangan mengikuti penonton yang lain karena pengamen itu membawakan lagu yang sangat ceria. Nina dan Mona pun ikut terhanyut dalam suasana sore yang syahdu itu. Tiba-tiba Mona meraskan ponselnya bergetar. Ada nama Tante Dira dalam layar ponselnya.

''Iya, tante.''

''Kalian dimana? Queen juga di telepon nggak di angkat.''

''Kita masih di Dream Land, tante.''

''Ya udah cepat ajak Queen pulang ya. Ini udah jam 5, sedangkan acara jam 7 jangan sampai Papanya Queen marah karena Queen tidak disiplin. Apalagi ini kan pesta penting yang dia mau.''

''I-iya, tante. Mona segera ajak Queen pulang.''

''Ya sudah kalau begitu, kalian hati-hati ya.''

''Iya, tante.'' Mona pun mengakhiri panggilannya.

''Queen ayo pulang, Tante Dira udah telepon,'' bisik Mona.

''Bentar lagi dong.'' Kata Queen. Mona yang merasa kesal, terpaksa menyeret Queen untuk keluar dari kerumunan. Mata Queen seolah enggan berpisah dari pengamen itu. Dan tiba-tiba mata mereka pun bertemu satu sama lain meskipun dari kejauhan. Nina pun juga ikut menyeret Queen keluar dari kerumunan.

''Ihh kalian apaan sih,'' ketus Queen.

''Queen please, Mama elo udah telepon. Elo sendiri kan yanh mau di buatin pesta. Elo tahu sendiri kalau bokap elo itu disiplin, kalau sampai elo telat pulang, kita juga bakal denger ceramah Om Keenan yang super killer,'' kata Mona dengan kesal.

''Iya Queen ayo pulang. Besok kesini lagi deh.'' Bujuk Nina.

''Iya, iya,'' ucap Queen mengalah. Untuk sejenak Queen melupakan Raja saat melihat penampilan pengamen yang sangat menghibur tadi.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!