NovelToon NovelToon

Rainbow

Episode 1

Ditempat tidur kingsize meringkuk seorang gadis dengan berbalut gaun tidur putih. Sosok putih kecil itu penuh dengan memar, wajahnya sangat tirus mempertegas hidung dan rahanganya yang terpahat begitu cantik. Matanya yang sembab itu masih terlihat indah, Naira Madona Rasyhid.

Seorang pria keluar dari kamar mandi yang berbalut jubbah mandi abu-abu menghampiri wanita itu sambil menggosok rambutnya dengan handuk putih. Pria berkulit eksotis memiliki fitur wajah yang begitu tegas bagai pahatan, sosoknya tinggi semakin menyempurnakan penampilannya, Martian Gordan Bramasta.

“Sampai kapan kamu akan bermalasan ditempat tidur, saya tidak menikahi mu hanya untuk menjadi **** yang hanya tahu makan dan minum”.

Dia melempar kasar haduk itu ketubuh istrinya, “Bangun !”.

“Iya mas”.

Naira bangun dari tidurnya, ia berlahan berjalan menuju kamar mandi dengan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Dia menatap lekat wajahnya dicermin, “Naira, kamu harus sabar.

Semuanya butuh proses, suatu saat Tian akan merubah sikapnya menjadi lebih lembut”, katanya untuk dirinya sendiri.

“Naira, siapkan pakain kerja saya”, teriak suaminya.

“Iya”, sahutan lembut Naira.

Dia mencuci mukanya, lalu cepat-cepat menyiapkan baju dan sepatu kerja yang akan dikenakan suaminya. Saat Tian berganti baju dia akan memeriksa sarapan yang dibuatkan pembatunya dan membuat sendiri kopi untuk suaminya. Jam 7 pagi suaminya sudah berangkat kekantor, dan Naira akan bersiap-siap untuk pergi kuliah.

Dikampus, Naira sedang berada diperpustakaan mempelejari beberapa jurnal untuk bahan skribsinya. Naira berada di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, saat ini memasuki semester ke 7. Sejak kecil dia bercita-cita untuk menjadi guru bahasa inggiris untuk anak-anak dikampungnya.

“Eh ada wanita jahat”, seru seorang yang berdiri disebelah mejanya. Namun Naira tidak menghiraukannya dan tetap membaca jurnalnya.

“Dia pasti senang sekali, setelah kakaknya mati dia bisa menikah dengan pacar kakanya yang di idam-idamkannya dari SMA”, sindir orang itu lagi, dia adalah Elva sepupu kakak tirinya.

“Katanya dia pernah nyatain perasaanya sama pacar kakaknya sewaktu di SMA”, kata wanita disebelah Elva.

“Iya itu benar terjadi. Wanita yang tidak tahu diri, udah baik keluarga Rasyhid mungut dia dari kampung tapi malah mencelakai anak dermawannya”, cetus Elva.

Orang-orang disekitarnya mulai berbisik-bisik.

“Tidak tahu diri tu orang”.

“Iya dia adek kelas gue di SMA, satu sekolah jijik liat tu cewek, masa nembak pacar saudarinya sendiri. Dan juga dia cuma anak pungut.”.

“Iya, kagak tahu malu dibaikin malah ngelunjak”.

“Gosibnya, Ralinsya mati karena provokasih dia. Dia kan punya penyakit jantung ntah apa yang diperbuat wanita ini sampai Ralin kena serangan jantung hingga tidak bisa diselamatkan”.

“Dia, jahat banget. Anjing saja tahu tuannya.”

Naira sudah merasa tidak nyaman, hatinya terasa sesak mendengar hinaan dan tuduhan-tuduhan itu padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia akan pergi dari ruangan ini, Naira memasukan buku-bukunya kedalam tas dan beranjak dari duduknya.

Namun saat Naira melangkahkan kaki seseorang sengaja mengcaukan langkanya dan dia terjatuh, si pelaku adalah Elva.

Semua orang menertawakanya dan ada yang berkata, “Cewek kayak gitu emang harus tahu posisinya emang cocok dilantai, jangan pernah bermimpi berada disinggasana”.

Elva tersenyum bahagia, karena berbagai hinaan telah menerjang Naira. Dia meninggalkan Naira yang masih tertunduk dilantai dan mulai meneteskan air mata.

Naira menggempalkan kedua tangannya dia mengumpulkan ketenangannya sejenak, menghapus air mata dipipinya lalu berdiri menghadapi orang yang sudah mencemoodirinya.

“Atas dasar apa kalian membicarakan keburukan ku, jangan seolah-olah kalian malaikat yang bersih dari dosa . Menuduh ku menyebabkan meninggalnya saudariku, apa kalian memiliki bukti? apa kalian melihatnya ?”.

Semua orang terdiam dengan kata-katanya namun tetap memandang jijik pada Naira, Naira meninggalkan ruangan itu.

.................................................................................

Sebelumnya saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata. Dan saya mengharapkan komentar dan saran dari pembaca untuk perbaikan, terima kasih.

Episode 2

Setelah penikahan Naira belum pernah kembali kerumahnya, hari ini dia berencana untuk mengunjungi orang tuanya. Dia membuat kue brownies dengan taburan kacang yang cantik, mamanya sangat suka kue ini.

“Ting tong”, suara bel rumahnya. Naira yang sedang menghias kue, berhenti sejenak untuk membuka pintu dan orang diluar adalah Ibu mertuanya.

“Mama”, Naira menyalami dan mencium tangan mertuanya dengan sopan.

“Masuk Ma, Naira lagi bikin kue. Naira ambilin dulu buat mama ya”.

Mertuanya hanya mengangguk dan tersenyum, masuk duduk di sofa ruang keluarga.

Beberapa menit kemudia Naira membawah kue dan air putih hangat. Dia tahu mama mertuaya setiapkali memakan makanan yang manis-manis akan selalu meminum air hangat.

“Dalam rangka apa kamu bikin kue”.

“Naira mau mengunjungi mama, semenjak menikah belum ketemu sama mereka”.

“Emm, mama mau nanya. Apa kamu baik-baik saja denga Tian ?”.

Naira tersenyum, “ Naira sama Tian baik-baik saja. Mama kok nanya gitu ?”

“Baguslah kalau kalian baik-baik saja. Tian itu memang sedikit keras kepala tapi dia anaknya baik kok, jadi kamu yang sabar ya ngadepin dia”.

“Iya ma”.

Sandra mencicipi kue yang disajikan menantunya, dia memotong kecil dwngan sendok. Gerekannya begitublembut dan elegan saat membawa kue kedalam mulutnya.

Teksturnya yang lembut, rasa coklatny benar-benar memanjakan lidah. Sandra mendorong potongan lain kedalam mulutnya.

"Nai, kue ini lezat sekali. Mama suka, lain kali kamu bikinkan keu dirumah mama ya".

Naira merasa senang dengan pujian mertuanya, "Iya ma, nanti kalau pulang bawakan untuk Papa".

Cukup lama mereka mengobrol lalu Ibu Sandra pamit pulang. Setelah itu, dia memesan taxsi menuju rumah orang tuanya.

Setengah jam perjalanan Naira sudah sampai digerbang rumahnya, dia sudah menelpon sebelumnya memberitahu kunjungan ini. Naira akan masuk membuka pagar namun terkunci.

“Pak Ucok, Pak Ucok, bukan gerbangnya”, panggil Naira.

Namun taka ada yang datang untuk membuka pintu, Dia menunggu diluar, setelah 15 menit ada sebuah mobil Fortuner hitam berhenti didepan gerbang, itu adalah mamanya. Wanita itu turun dari mobilnya dari pintu penumpang.

“Ma..”.

Namun Sonya terlihat tidak senang, “Ngapain Kamu kesini ?”

“Naira rindu sama mama, Naira udah bikin kue kesukaan mama” , Dia tersenyum sambil memberikan kotak berisi kue brownies itu.

Namun Sonya mendorong kotak itu hingga terjatuh, “Aku tidak sudi makan makanan kotor dari tangan iblis mu itu” .

“Ma....”, belum sempat Naira menyelesaikan kata-katanya.

“Naira karena kamu sudah menikah tidak ada hak kamu untuk kembali kerumah ini. Setiap kali melihat wajah ini membuat ku selalu teringat putri ku, Ralin. Untuk seorang pria kamu menjadi sangat picik, hati mu begitu kotor. Kenapa kamu melakukan hal sekeji itu ? Kemana hati kamu ! Karena keluarga mereka kamu bisa hidup dengan layak tapi apa balasan kamu ? Saya malu mengakui kamu sebagai putri ku, jangan pernah mengunjungi rumah ini lagi dimasa depan”.

Mendengar kata-kata Mamanya hatinya sangat sakit hingga matanya berkontraksi mengeluarkan air, tubuhnya gemetaran namun dia berusaha membuka suaranya dengan lembut.

“Ma, Naira tidak pernah berniat melukai kak Ralin. Naira sayang dengan kalian semua, Naira tidak pernah memprovokasi kak Ralin dan Naira tidak merebut Tian dari Kakak mereka sudah putus dari dulu”.

“Diam kamu, sebaiknya kamu menyingkir dari rumah saya. Ucok jangan biarkan dia menginjakan satu langkapun kedalam pekarangan rumah ini mulai sekarang hingga dimasa depan”. Titah Sandra sambil meninggalkan Naira.

“Ma, dengarin Naira dulu, ma...”.

Naira memegang lengan ibunya namun Sonya langsun menepis dan mendorongnya hingga terpundur beberapa langka dan tatapan penuh kebencian.

“Ma, apakah aku anak kandung mu ? Kenapa kau selalu memperlakukan ku berbeda denga Ralin dan Atala. Kenapa Mama mengatakan kepada orang-orang aku adalah anak adopsi, apa aku begitu memalukan untuk mu, untuk kalian ?” Naira menangis.

Sedangkan Sonya diam pada posisinya, dia dari awal memang tidak pernah mengharapkan kehadiran Naira karena orang tuanya yang memaksa untuk melahirkan anak ini. Naira hanya ayib terbesar dihidupnya. Dia ditipu oleh lelaki berengsek itu, setelah dia merusak masa depannya dan membuatnya hamil namun lelaki itu menghilang bagai ditelan bumi.

“Ma, kenapa kamu melahirkan aku jika hanya untuk dibenci ?”, naira terisak sambil menangis.

“Aku memang tidak pernah berniat untuk melahirkan kamu, karena kamu ******** sama seperti ayah mu”, suara dingin dari Sonya.

‘Astaghfirullah, ada ya ibu kayak gini’, dalam hati pak Ucok. Dia sangat bersimpati pada Naira, nyonya selalu bersikap dingin padanya dari dulu, semenjak neng Naira datang dari kampung tak pernah sekalipun melihat nyonya perhatian dengannya seperti dengan anak-anaknya yang lainnya.

Sandra sudah masuk kedalam rumah, Mang Asep menoleh memastikan nyonya sudah masuk lalu menemui Naira, “Udah neng jangan nangis lagi, saya carikan taxsi buat neng ya”.

Episode 3

Sampai dirumah mata Nairah menjadi bengkak, sepanjang berjalanan dia hanya menangisi nasibnya. Dia berjalan menuju kamar dan berbaring sambil mengingat apa yang telah dia alami.

Dari kecil dia dirawat nenek dan kakek, sedangkan ibunya meneruskan pendidikan di Kota. Ibunya hanya akan kembali satu tahun sekali, Sonya selalu memperlakukan dia seperti orang asing namun Naira kecil tetap meyukai ibunya. Ibunya peri cantik bagi Naira, dia selalu berpikir mungkin Ibunya lelah jadi membutuhkan waktu istirahat lebih saat pulang.

Selama dia kecil tak pernah sekalipun Ibunya menggendongnya, bahkan memegang tangannyapun tidak. Ketika berusia 6 tahun ibu menikah lagi dan dia memiliki saudara perempuan dari suami ibunya yang satu tahun lebih tua darinya. Awal perkenalannya denga Ralin, Ralin memberinya beberapa mainan dan tersenyum ramah, jadi dia memiliki kesan yang baik pada kakak tirinya itu.

Naira berusia 9 tahun, Dia dan Ralin bermain kejar-kejaran, tiba-tiba Ralin terjatuh dan terluka dilutut. Sonya memarahi Naira dan mencubit pahanya hingga menjadi biru bahkan melarangnya masuk kedalam rumah, kalau bukan Papa Rasyhid pulang mungkin dia benar-benar akan tidur diluar.

Saat berusia 11 tahun Naira dan Ralin bermain lempar bola, saat itu Ralin melempar bola mengenai Atala, hingga dia menangis. Sonya tidak bertanya siapa yang melakukanya namun dia langsung memukuli Naira.

Naira dijemput Ayah tirinya untuk meneruskan sekolah dikota, dikarenakan Kakek dan Nenek meninggal ditahun yang sama membuat dia sendirian dikampung.

Ditahun itu juga, saat ulang tahun Ralin, teman-teman Sonya menanyakan siapa Naira dan sangat mengecewakan mamanya menjawab, “Dia anak dari saudara saya dikampung, dia yatim piatu. Jadi, saya dan suami memutuskan untuk mengadopsinya”.

Hati Naira sangat hancur sejak saat itu, dirumah itu dia menyaksikan sikap keibuan yang diberikan kepada Ralin dan Atala, namun tidak dengannya.

Dia seperti orang luar dirumah itu, Papa Rasyhid selalu memenuhi kebutuhanya, pakaian yang bagus tidak sedikitpun dia kekurangan, Naira dibelikan mobil saat usianya 17 tahun walau tidak sebagus punya Ralin itu sudah lebih dari cukup. Dia menikmati kemewahan, tapi selalu kekurangan kasih sayang dari keluarga.

Saat pertama kali memasuki sekolah, aku hampir ditabrak mobil seseorang menarik ku kepinggir jalan hingga kami terjatuh dan terluka. Orang yang menolong ku adalah Martian Gordan Bramasta, dia sangat tampan membuat ku jatuh cinta pada padangan pertama.

“Apa kamu baik-baik saja ?, tanyanya.

“Iya kak, terimakasih”.

Martian membantu Naira berdiri, “Lain kali kamu harus lebih hati-hati saat berjalan”. Suara kak Tian begitu lembut dan memanjakan, dia tersipu malu dan mengangguk.

Saat masa Perkenalan Siswa Baru, dalam sebuah game Lempar Bola aturannya siapa yang memegang bola saat musik berhenti akan menerima hukuman dan hukumnya akan diundi. Kemalangan semakin menjadi karena game ini, Naira memegang bola saat lagu berhenti dan dia mendapat hukuman “Harus menyatakan Cinta, kepada salah satu Senior di sekolah dan harus berteriak”.

Pandangan Naira jatuh kepada seorang remaja yang sedang tersenyum saat berbicara dengan temannya, orang itu yang telah menolongnya. Tampa pikir panjang Naira menghampiri pemuda itu dan menyatakan perasannya.

“Kak Tian, aku menyukai mu dan ingin menjadi pacar mu. Maukah kau menerima ku ?”.

Sebelum Tian menjawab seseorang mendorong Naira menjauh dari Tian, dia adalah Ralin.

“Eh Naira ngga tahu diri, dia pacar gue. Adek macam apa kamu mau ngerebut pacar kakak sendiri”, kata Ralin.

“Kak, maaf aku tidak tahu kalau dia pacar kakak”.

“Alah alasan, satu sekolah aja tahu kalau Tian dan Ralin pacaran”, sahut Elva yang berdiri disebelah Ralin.

Naira benar-benar tidak berbohong, dia tahu Ralin punya pacar tapi dia tidak pernah tahu orangnya bahkan namanya, karena mereka tidak sedekat itu untuk saling berbagi cerita. Pandangan penonton tidak bisa diubah begitu saja, mereka tahu dia dan Ralin tinggal serumah, mustahil mereka akan percaya.

Sejak saat itu dia selalu dihujat disekolah, walaupun Ralin sudah bersikap biasa saja kepadanya. Hubungan Ralin dan Tian kandas saat mereka lulus SMA, mereka masi saling mencintai namun karena kondisi kesehatannya membuat dia tidak ingin menjadi beban untuk Tian. Ralin memiliki penyakit Jantung dan tahun-tahun itu dia keluar masuk rumah sakit, sehingga Ralin belum melanjutkan kuliahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!