NovelToon NovelToon

Semesta Cinta

part 1

"selamat.. sobat. kau akhirnya melepaskan masa lajangmu juga." seorang pria berambut blonde menepuk pundak pria yang kini tengah duduk di kursi kebesaran nya, pelaminan.

"haha.. benar. tak ku sangka kalian rupanya berjodoh." pria lainnya tertawa renyah saat melihat sang mempelai pria.

"ya, dan aku sendiri pun masih tak menyangka nya." si mempelai wanita ikut tersenyum seraya merangkul pasangan nya yang kini tengah digoda oleh beberapa teman kerjanya.

"buat lah anak yang banyak, oke. biar rezeki kalian berlimpah?" bisik si blonde cukup keras, membuat si wanita tersipu di buatnya.

percakapan itu seperti sebuah rekaman yang terus terngiang di kepalanya.

bruk...

prang...

Anisa melempar album foto pernikahan nya dengan kesal. kenangan indah itu menjadi sangat pahit dihatinya sekarang. dia tak menyangka di usia pernikahannya yang belum genap setahun ini harus mengalami kepahitan baginya.

dulu dia begitu yakin kalau Erick akan menjadi suami idaman dalam hidupnya. selama bertahun-tahun berteman dengannya membuat Anisa tak ragu saat menerima lamaran Erick yang begitu mendadak.

dia memang sudah menaruh hati padanya semenjak pertama bertemu dan terus berada di sampingnya selama 4 tahun sebagai teman saja di rasanya sudah cukup.

saat mengetahui Erick memiliki perasaan yang sama dengannya, Anisa tak berpikir panjang lagi. dia begitu senang yakin kalau Erick adalah pilihan yang tepat.

"bodoh, kenapa aku tidak pernah sadar kalo kamu hanya ingin memanfaatkan ku saja. pria tidak tahu diri."

Anisa melempar apapun yang ada di dekatnya. kamarnya sudah sangat berantakan. semua bantal dan guling sudah berserakan di lantai. beberapa foto pernikahan nya pun tercecer di atas kasur.

"b*ngs"t, kau keterlaluan Erick.." tangisnya pecah.

Anisa terluka sangat dalam. selama ini dia salah mengartikan kebaikan Erick. lelaki itu mendekatinya hanya untuk mencapai tujuannya. saat dia tahu gadis itu tergila-gila padanya dengan sangat baik di manfaatkannya. di nikahinya hanya untuk menyiksanya seperti ini. dengan teganya dia menyiksa batin Anisa sampai sejauh ini.

"Erick. kenapa kamu tega? kamu jahat."

brak..

brak..

bruk..

lagi..

Anisa kali ini melempar semua alat riasnya. kamarnya sudah sangat berantakan.

dia duduk di depan cermin dengan tatapan kosong. menatap wajah nya yang terlihat pucat. matanya membengkak karena seharian menangis.

dia tak menyangka Erick akan berbuat sekejam ini. dia menikahinya hanya untuk mendapatkan posisi di perusahaan ayahnya lalu saat ada kesempatan dia mengambil alih semuanya. Erick yang baik hati dan bijaksana kini telah berubah menjadi Monster.

selama ini dia menutupi semuanya dengan topeng belaka. untuk menipu semuanya.

#pagi hari

Anisa berjalan keluar kamar dengan sempoyongan. kepalanya terasa berat dan pusing. di lihatnya ruang tamu yang masih berantakan karena ulahnya kemarin. lalu melanjutkan langkahnya menuju dapur.

makan malam yang di siapkannya masih utuh tak tersentuh. ia tahu Erick pasti tak pulang lagi tadi malam. semenjak kejadian Minggu lalu di kantor ayah anisa, yang dengan kejamnya Erick mengatakan pada semua rekan bisnis mertuanya itu kalau dia adalah pemilik yang sah atas perusahaan AR CORP yang entah bagaimana caranya dia mendapat kan tandangan mertuanya pada berkas yang bertuliskan penyerahan jabatan itu.

Dan sekarang entah kemana dia pulang. karena setahu anisa, dia hanya seorang anak yatim piatu, tak punya keluarga dikota ini. hal yang paling memungkinkan adalah dia pulang ke apartemen sasa. selingkuhannya yang baru di ketahui Anisa dua bulan ini.

Anisa menghela nafas panjangnya dengan berat.

Rumah ini menjadi sangat sepi. ayahnya telah pergi karena ulah Erick. penyakit jantungnya tak tertolong lagi saat dengan tiba-tiba mengetahui bahwa semua aset miliknya telah jatuh ke tangan erick. Anisa masih tak percaya atas kejadian yang menimpanya. punya dendam apa Erick pada keluarga nya sampai tega melakukan hal keji seperti ini.

"apa salahku, apa salah keluarga ku.. Erick."

Anisa mengepalkan tangannya. begitu membenci nya, tapi dia tak bisa berbuat apapun. meskipun bertekad akan membalas semua rasa sakit dan hinaan yang telah di dapatkan nya. Anisa tak bisa berbuat seenaknya, karena kini nyawa ibunya ada ditangan Erick. semua tergantung Anisa, jika dia bisa menerimanya tanpa berontak maka keselamatan ibunya pasti akan terjamin.

hidup Anisa bagaikan burung dalam sangkar nya, semua di kendalikan Erick seolah dia lah pawangnya. dengan seenaknya memperlakukan Anisa seperti pembantu tanpa peduli bahwa kini mereka berstatus suami istri.

part 2

Erick memiliki segalanya sekarang. tak ada lagi hinaan yang terlontar. semua menunduk kan kepalanya saat dia berjalan. apapun yang dia ucapkan tidak ada yang berani membantah. seperti seorang aktor yang tengah naik daun, nama Erick Thohir begitu melejit di dunia perbisnisan.

Dengan keadaan yang sekarang membuat Erick semakin semena-mena. bahkan sudah seminggu ini dia tinggal bersama Sasa, gadis yang selalu mendukung nya di belakang. cinta masa kecilnya yang tak akan pernah tergantikan posisinya oleh gadis manapun. termasuk Anisa, istri yang di nikahinya hanya untuk batu loncatan saja.

dia tak pernah mencintainya. bahkan melihatnya saja membuatnya ingin muntah.

salahkan Anisa yang sangat mencintai nya dan dengan mudah di manfaatkan olehnya.

bukan tanpa maksud Erick melakukan ini semua. ini hanya berawal dari masa lalu. dimana hinaan yang begitu besar mereka lempar padanya. Erick tak akan pernah lupa bagaimana Angga (mertuanya) dulu merebut semua kebahagiaan keluarganya. menghancurkan masa kecilnya.

"kak, apa kau sudah mengirim surat cerai nya?"

"sabar, aku masih ingin bermain dengannya"

"apa? jangan bilang kakak membatalkan perceraian?"

Sasa terlihat gusar. dia tak mau jika Erick masih memperistri gadis yang di bencinya.

"jangan terburu-buru. kita lihat seberapa kuat dia bertahan. aku ingin terus menyiksa nya sampai dia ingat bahwa bocah yang dulu di pukuli sampai hampir mati itu. adalah.. suaminya.." Erick terkekeh tak sabar ingin melihat wajah terkejut Anisa saat mengetahui semuanya.

"um.. jadi benarkan, kakak ga bakal cerai sama tuh j*l*ng.." umpat Sasa. Erick meraih tangan Sasa menariknya kedalam pelukan.

"tenang saja. hanya kau yang ada di hatiku."

Erick mencium kening Sasa lalu memeluknya erat. Sasa selalu senang di buatnya.

Anisa membereskan semua kekacauan yang telah di perbuatannya. semua sudah terlihat rapi dan bersih. Anisa membersihkan dirinya lalu segera berganti pakaian. dia ingin sekali melihat wajah Erick kali ini. bukan karena merindukan nya tapi ingin memastikan seberapa kuat hatinya jika berhadapan dengan lelaki itu.

setelah memantapkan hatinya Anisa segera pergi. dia tahu di mana Erick sekarang. hanya perlu datang lalu pergi.

"selamat pagi nyonya.." semua karyawan membungkuk hormat saat melihat Anisa memasuki lobi kantor.

"hei.. bukankah pak Erick udah cerai ya? kok.. istrinya masih datang"

"sstt... pelankan suaramu. apa kau bodoh "

Anisa hanya diam saat mendengar beberapa karyawan bergosip. dia tak peduli gosip macam apa yang telah menyebar di kantornya ini.

"dimana bos mu?" tanya Anisa saat melihat asisten Erick tengah berjalan mendekatinya.

"bos sedang meeting sekarang. nyonya sebaiknya menunggu saja di sana."

"aku ini istrinya, kenapa harus menunggu di sana. aku bisa menunggunya di ruangannya." seperti biasa sikap Anisa memang tak pernah bisa lembut jika sudah merasa kesal.

"tapi..."

"apa? apa dia menyembunyikan simpanan di ruangan nya?"

Raya asisten Erick, menggaruk tengkuknya tak gatal. bingung harus mengatakan apa. tebakan Anisa memang benar. pagi ini Erick membawa Sasa ke kantor. raya hanya bisa diam melihat Anisa yang sudah berjalan menuju ruangan Presdir.

"oh.. rupanya ada lalat hijau di sini. pantas saja.. aku tak di biarkan masuk."

Sasa menatap tajam Anisa. ini pertemuan ke tiga dengannya. Anisa duduk di sofa kecil yang ada disana dengan kaki yang menyilang

"harga diri seorang gadis tak begitu tinggi rupanya."

"apa maksud mu?"

"Ya.. kau pikir kan saja sendiri maksud dari ucapan ku. ku rasa kau tak begitu bodoh.."

Sasa mengepalkan tangannya. Anisa terlihat sangat sombong.

"ada apa ini?" Erick menarik Anisa dengan kasar.

"aku hanya mengunjungi suamiku, apa tidak boleh?"

"huh.." Erick mendorong tubuh Anisa sampai tersungkur ke lantai. "apa kau tuli, bukankah aku pernah bilang selama ini aku hanya menganggap mu..."

"tak peduli seperti apapun aku di matamu. yang pasti saat ini aku masih sah sebagai istrimu." teriak Anisa.

"cih, kau hanyalah seorang gadis bodoh."

"kau dengar bukan, kakak itu tak pernah melihat keberadaan mu. kau itu hanya pion catur yang di mainkan kakak."

"diam kau gadis sialan. aku tak menyuruhmu membuka mulut busukmu." Anisa hampir saja mencakar wajah Sasa jika Erick tak menghalanginya.

plak..

sebuah tamparan mendarat di pipi Anisa dengan kasar. Erick menampar nya demi gadis di belakangnya. Anisa ingin sekali menangis tapi dengan kuat dia menahannya. tak ingin Erick melihatnya lemah tak berdaya.

"ingat satu hal.. aku sedang mengandung anakmu." geram Anisa dengan senyum licik.

Sasa menutup mulutnya tak percaya.

"bagaimana mungkin, kakak.. apa itu benar?"

Erick hanya terdiam. inilah alasan kenapa dia tak mau menceraikannya. bagaimana juga anak di rahim itu adalah darah dagingnya. tak mungkin dia tega membiarkannya begitu saja.

meskipun ini sebuah kesalahan tapi janin itu tak tahu apa-apa. Erick masih punya hati untuk itu.

part 3

Pagi ini Anisa tak mendapati erick di sampingnya lagi. seperti nya dia kembali tidur di kamar sebelah. Anisa bangun dengan tergesa karena rasa ingin muntah. perutnya seperti di aduk.

"Hoek..Hoek.." Anisa memuntahkan semua yang sudah di makannya malam tadi. setiap pagi dia selalu mual dan pusing. tubuhnya sangat lemas dan wajahnya pucat pasi.

"ham... ini membuatku tersiksa." desahnya. tangannya mengelus perut yang masih rata karena baru 1 bulan usia kandungannya.

Erick hanya terdiam melihat Anisa yang terduduk di bawah westafel. dia tak menyangka Anisa bisa hamil secepat ini padahal selama ini dia selalu hati-hati menggunakan pengaman atau mungkin memang pernah lupa memakai nya saat benar-benar sudah terliputi oleh nafsu.

"cih.." Erick mengingat kejadian malam pertama nya. susah payah mencoba melakukan kewajiban nya sebagaimana mestinya pengantin lakukan.

"Hoek..."

Erick tersadar saat mendengar Anisa kembali muntah.

"menjijikan.." decaknya kesal. dia berjalan mendekati Anisa.

"bisa kah kau hentikan itu. sungguh jorok, pagi-pagi sudah seperti ini. apa kau tidak bisa menahannya." bentak Erick.

Anisa hanya meringis lalu membalik badan menatap Erick dengan tajam.

"jika bukan karena anak ini, aku tidak akan seperti ini"

"jadi kau menyesal karena telah mengandungnya?"

"tentu saja, karena ini anak dari mu."

Erick menarik kerah baju Anisa dengan kuat. dia tak menyangka begitu tak menginginkan bayi ini. Erick tahu anisa membencinya sekarang, tapi bayi itu tak tahu apa-apa. Erick menginginkan bayi itu.

plak..

untuk kedua kalinya Erick menampar pipi Anisa.

"jangan macam-macam dengan kandungan mu, atau aku akan menghentikan semua biaya pengobatan ibu mu." ancam Erick lalu pergi.

Anisa terperosot kebawah nya. tubuhnya bergetar karena tangis. dia juga menginginkan bayi ini. hanya saja apa yang di ucapkan selalu bertolak belakang dengan pikirannya.

Anisa semakin terisak saat mengingat ibunya yang kini tengah menjalani pengobatan di Jepang karena kanker serviks yang di dideritanya. Anisa merasa hidupnya hancur setelah menikahi Erick. dia masih tidak tahu apa alasannya Erick berbuat seperti ini.

Erick menutup pintu kamarnya dengan kuat. kepalanya pusing karena tingkah Anisa. gadis itu kini mulai keras kepala semakin sulit di kendalikan. dulu Anisa begitu penurut, apapun yang Erick katakan dengan mudahnya dia menurut tanpa penolakan.

"jika saja kau bukan gadis yang menghinaku waktu itu." Erick mengeluarkan selembar foto yang mulai usang, bahkan wajahnya pun mulai samar tak terlihat.

"mungkin aku akan mencintaimu."

Erick meremas foto itu lalu melemparnya. selama 15 tahun dia menyimpannya hanya untuk mengingat orang-orang yang telah menginjak harga dirinya.

"ah.. sial." teriaknya frustasi saat kenangan pahit itu selalu saja melintas di pikirannya.

#di kantor

Erick menyandarkan kepalanya di kursi. ternyata menjadi seorang Presdir perusahaan tidak lah mudah. kepalanya terasa berdenyut karena saham yang mulai menurun.

"pak, apa ada yang bapak butuhkan?" raya memperhatikan Erick yang sedari tadi memijit pelipisnya. wajahnya terlihat tegang.

"mmm..tidak. keluar"

Raya segera keluar saat Erick mengusirnya. dia tak ingin mendapatkan bentakan lagi seperti sebelumnya.

"apa dia menjaga anakku dengan benar" gumam nya saat mengingat Anisa yang pagi tadi hanya diam terduduk di sofa tanpa bicara sepatah katapun. Erick segera bangkit.

"batalkan semua jadwal hari ini." perintahnya lalu pergi. sekretaris nya hanya bengong belum sempat menjawabnya.

Erick terlihat tergesa. rasa khawatirnya berlebihan. dia hanya takut jika Anisa nekad melakukan hal yang di luar batas.

"Ani..Sa.." Erick menghentikan langkahnya saat melihat Anisa tengah tertidur di sofa dengan posisi duduk.

"huh.. sepertinya aku berlebihan. lagi pula kau tak berani macam-macam karena ibu mu masih di tanganku.".

Erick memperhatikan wajah Anisa yang mulai tirus. pipi itu tak lagi tembem. ada rasa bersalah melintas di pikirannya tapi dengan cepat tersingkir kan oleh kebenciannya.

"hei.. bangun." Erick menendang kaki Anisa.

"umm... kau sudah pulang?" tanpa sadar Anisa tersenyum saat melihat wajah Erick.

Erick terdiam, lalu pergi. kenapa di saat hatinya di injak wanita itu masih mampu tersenyum tulus.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!