Di sebuah ruangan kecil yang berada di belakang dapur, seorang gadis cantik yang dulu periang kini tengah rapi dengan seragamnya. Hari ini adalah hari terakhir ujian menuju kelulusan, meskipun ia lelah dan sangat menderita selama beberapa tahun terakhir ini. Namun ia tetap semangat untuk bersekolah.
"Ayah, Bunda,.. Doakan Jenar semoga lulus dengan nilai terbaik." Ucapnya memberikan semangat pada dirinya sendiri. Jenar sudah menyelesaikan semua perkejaan rumah sebelum ia sekolah, itu adalah rutinitas setelah sang Ayah meninggal. Ibu tiri yang selalu ia sanjung dan sayangi serta kedua saudara tiri yang selalu menyanjung nya kini tak ada lagi, hanya cacian dan makian serta siksaan yang Jenar rasakan setelah kematian sang Ayah.
Jenar tak ingin berlama lama berkemas, karena ia ke sekolah dengan berjalan kaki. Dulu ia memiliki sepeda motor namun kini motor itu telah menjadi hak milik Khanza. Padahal motor itu adalah hadiah dari pengirim rahasia yang mengatas namakan alm.Ayahnya.
Namun Jenar tak bisa melakukan apapun karena ia kalah telak, 1-3 bayangkan saja.
Jenar yakin suatu saat nanti ia bisa membalas semua perbuatan sang ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Maka dari itu ia harus sukses. Rumah serta perkebunan yang ditinggalkan oleh sang Ayah kini telah di kuasai sang ibu tiri. Bahkan sang ibu tega mengusir Jenar dari kamar nya sendiri dan menyuruhnya tidur di gudang belakang, serta menjadikan Jenar seorang pembantu. Bila Jenar melawan maka tak segan segan hukum cambuk akan ia dapatkan, sungguh tragis memang nasib Jenar, namun ia tetap bersemangat karena bila ia menyerah ia akan kehilangan aset peninggalan sang Ayah dan Bunda nya.
20 menit Jenar berjalan kaki melewati perkebunan teh yang sejuk nan asri. Kini ia telah sampai di sekolah. Ia melihat motor nya telah terparkir cantik di sana yang berarti Khanza telah sampai di sekolah. Padahal tadi sewaktu Jenar berangkat Khanza masih sibuk dengan sarapannya, bila mengingat itu Hati Jenar berdenyut nyeri.
"Jenar." Panggil seorang yang tak lain adalah sahabatnya yaitu Hanna yang datang bersama Nayla.
"Kok baru sampai sih?" Tanya Hanna saat mereka sudah berhadapan." Bentar lagi bel tau."
"Huuffttt..." Jenar hanya bisa menghela nafas nya dengan pasrah. Bagaimana lagi ia agar bisa datang lebih awal bila ia setiap hari bangun subuh dan harus melakukan pekerjaan rumah serta harus ke sekolah berjalan kaki. Andai dia bisa terbang pasti dia akan bisa datang lebih pagi lagi.
"Udah ah, ayo masuk." Ajak Nayla dengan menggandeng tangan Jenar dan Hanna.
Nayla dan Hanna sudah berteman dengan Jenar sejak kecil. Bahkan saat orang tua Jenar masih pada hidup, makanya mereka sangat mengenal Jenar dan sangat tau kehidupan Jenar.
Nayla dan Hanna sangat ingin membantu Jenar dan tak jarang ia mengajak Jenar agar mau tinggal bersamanya namun semua itu selalu di tolak dengan halus oleh Jenar.
Tak terasa ujian telah usai, kini mereka duduk bertiga di kantin untuk menikmati makan siang sambil bercengkerama. Hanya di sekolah Jenar bisa tertawa lepas dan bahagia, karena bila di rumah maka suasana akan menjadi sangat mencekam karena ketiga iblis yang ada di rumahnya.
Jenar lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kamarnya yang sempit dan panas itu untuk membaca buku agar ia bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah nanti.
"Je, kamu mau kuliah di mana nanti?" Tanya Nayla.
"Hemm, gak tau, aku mah sedapetnya aja dimana beasiswa nya." Jawab Jenar sambil menyeruput es jeruk nya.
"Yahhh berarti kita gak bisa sama sama lagi dong." Keluh Hanna sedih.
"Suatu saat nanti kita pasti akan bersama lagi Hanna, hanya saja saat ini ada cita cita yang harus aku raih, doakan semoga keinginan ku terwujud." Ujar Jenar kepada teman temanya.
"Amiinn, apapun yang akan kamu lakukan kami pasti akan mendukungmu Je." Kata Hanna dengan senyum mengembang.
"Ho'o kamu harus semangat Je, buktikan pada mereka bahwa kamu bisa dan kamu harus mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kamu." Sambung Nayla memberi semangat kepada Jenar.
Jenar sangat beruntung memiliki kedua sahabat ini, mereka sangat baik dan pengertian kepadanya. Selalu ada saat ia membutuhkannya dan selalu mendukung apapun yang ia lakukan.
"Best friend forever." Ucap Jenar meletakan tangannya ke tengah meja, lalu di susul Nayla dan Hanna juga menumpukkan telapak tangannya pada tangan Jenar, lalu mereka berseru bersama.
"Best friend forever." Lalu mereka tertawa bersama.
.
.
Bersambung, Maaf bila Typo masih bertebaran dan PUEBI masih berantakan 🙏🙏
Pagi hari ini tidak sepergi pagi biasanya, seluruh badan Jenar menggigil kedinginan mungkin karena efek kemarin pulang sekolah hujan hujanan terlalu lama. Sebenernya Jenar memiliki kondisi yang tidak terlalu kuat bila terlalu lama terkena air hujan. Bila dulu ada sang Bunda yang selalu mengomeli nya saat dia hujan hujanan dan merawatnya dengan Sayang, kini tak ada lagi yang peduli dengan nya. Ibu tirinya malah marah marah melihat Jenar yang lemas tak berdaya dan tetap memaksa Jenar untuk melakukan perkerjaan rumahnya serta memasak. Jenar tak punya pilihan lain, dengan kondisi yang sangat Jenar memaksa untuk bangun dan mulai memasak.
"Heh bangun, enak banget ya jam segini masih tidur. Gak lihat kamu matahari udah setinggi apaan? Apa kamu Fikir bahan bahan masakan itu bisa matang sendiri bila kamu hanya bermalas malasan disini hah!" Teriak Arini seraya menyiramkan segelas air ke wajah Jenar.
"Maaf Bu, ta tapi memang a aku lagi gak enak ba badan Bu, tolong Jenar sekali ini aja." Ucap Jenar lirih sambil menggigil.
"Hah, kamu fikir aku peduli hah! mau mati sekalian nyusul orang tua kamu itu malah lebih bagus," pekik Arini begitu menusuk di relung hati Jenar, kemana perginya sosok Ibu yang begitu lembut dan penyayang ini dulu, kenapa secepat itu ia berubah.
"Cepat bangun dan bereskan rumah, serta memasak. Aku ada urusan keluar sebentar, bila aku kembali dan kamu masih bermalas malasan, hemm siap siap kamu terima hukuman nya." Ucap Arini lalu pergi, ia tak betah berlama lama berada di kamar sumpek dan kumel milik Jenar, euhhh sungguh menjijikan' Batin Arini.
Jenar pun perlahan mulai beranjak dari tidur nya dan mulai membereskan rumah. Meskipun berkali kali ia harus berhenti dan istirahat serta menahan dingin di sekujur tubuhnya dan pusing yang melanda di kepalanya, namun ia berusaha sekuat mungkin untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sekuat kuat nya Jenar setangguh tangguh nya Jenar, ia tidak berani melawan ibu tiri nya itu, bukan tidak berani namun Belum berani.
Jenar bersumpah suatu saat nanti ia akan mengambil semua aset milik keluarganya dan mendepak Arini serta kedua saudara dari rumah ini. Namun kapan entahlah Jenar belum tau, yang ia tau saat ini Jenar harus berusaha menjadi orang sukses dulu baru ia bisa menyingkirkan Arini dan kedua anaknya.
Setelah perkejaan nya selesai Jenar kembali merebahkan tubuhnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal karena ia merasa semakin kedinginan. Baru ia mencoba memejamkan matanya sebuah teriakan dan sebuah benda melayang cantik tepat di wajahnya, Jenar pun membuka matanya dan melihat setumpuk baju di lemparkan kepadanya.
"Setrika sekarang karena gue mau pergi." Ucap Keysa ketus.
"Tapi kak, badan aku lagi sakit, aku lagi sakit, aku lelah kak." Kat Jenar memelas kepada Keysha.
"Lo pikir gue peduli hah! Gue gak mau tau lo setrika baju gue sekarang atau gue aduin ke Ibu kalau lo sekarang jadi pembangkang." Setelah mengucapkan itu Keysha pergi dari kamar Jenar.
"Ya Allah, mau sampai kapan semua ini akan berakhir hiks hiks, Ayah, Bunda Jenar kangen. Kenapa kalian tega ninggalin Jenar sendirian. Kenapa kalian tidak mengajak Jenar ikut bersama kalian hiks hiks." Jenar menangis sesegukan sambil menyetrika baju Keysa dengan badan yang bergetar menahan dingin dan pusing.
Karena tak kuat berdiri lama lama disaat kondisi seperti itu akhirnya Jenar jatuh pingsan di tempat dengan posisi setrika masih menempel pada Baju Keysa.
"ASTAGAAAA!" Pekik Khanza saat melihat kepulan asap di ruang setrika. "Ibuuuuuuu Kakaaaaaaa," teriaknya lagi kepada ibu dan kakak nya yang tengah menikmati makananya.
"Ada apa sih teriak teriak hem," ucap Arini lembut kepada Khanza.
"Itu lihat, Jenar mau bakar rumah ini," kata Khanza seketika Arini dan Keysa melihat ke arah aetrikaan yang sudah gosong dan hampir terbakar.
"Astaga! Dasar anak pemalas tak berguna, sialan, kamu mau ngebakar rumah ini hah!" Pekik Arini seraya menndang tubuh Jenar yang trlah tergeletak di lantai.
"Ibu baju aku gosongg, padahal mau aku pake untuk kuliah," kata Keysa mengadu kepada ibunya lantaran bajunya kini tengah hangus di tengah tengah.
Arini geram, ia segera melangkah kedapur mengambil air dan kembali menyiramkan tepat di wajah Jenar sehingga membuat Jenar kelabakan dan tersadar dengan kondisi semakin memprihatinkan.
"I Ibu," lirih jenar begitu lemah.
"Bangun kamu! Bangun! cuma di suruh nyetrika baju aja kamu gak pecus ya hah, dasar sampah tak berguna." Pekik Arini seraya terus menendangi tubuh Jenar. "Siapa suruh kamu merusak baju anak saya hah, dasar tak berguna."
"Ampun Bu, ampun hiks hiks Jenar tidak sengaja Bu, kepala Jenar pusing maafin Jenar Bu," ucap Jenar memohon dengan tangis.
"Kamu fikir aku peduli hah! dasar tidak berguna ayo pergi Sayang, kita tinggalin sampah itu," ucap Arini kepada kedua anak nya untuk pergi dari sana meninggalkan Jenar yang tengah menangis dengan pakaian badah kuyup.
"Mamp*s," kata Keysa sambil senyum mengejek.
"Huu emang enak di marahin Ibu wlee." Khanza juga ikut mengejek Jenar.
Seperginya Arini dan kedua anaknya, tangis Jenar semakin pecah. Ia sudah lelah dengan semua ini. Tapi bagaimana lagi bila ia menyerah sekarang, sama aja ia menyerahkan semua hasil kerja keras ayahnya ke tangan Iblis.
Jenar mulai membereskan tempat setrika itu lalu kembali ke kamar nya dan menangis lagi.
***Hidup itu berat, namun jangan jadikan beban,***
Bersambung lagi yaaa 😍💃💃
"Jenaaaaarrrr." Teriak Arini pagi pagi sekali, saat ini keadaan Jenar sudah lebih baik setelah meminum obat yang ia beli di warung dekat rumahnya. Begitulah nasib Jenar bila sakit ia takkan pergi berobat ke rumah sakit seperti Ibu tiri dan kedua saudaranya, ia hanya akan di belikan obat warung saja, itupun ia harus berjalan sendiri untuk membeli.
"Iya bu," kata Jenar setelah sedikit berlari menghampiri Arini.
"Mandi sana, terus ganti baju," ujar Arini membuat Jenar mengkerutkan dahinya. "Khanza, pinjami dia baju kamu," ucapnya lagi kepada anak Bungsunya.
"Dihh kok baju Khanza sih bu," keluh Khanza kesal.
"Udah gapapa nanti ibu ganti belikan yang baru yanh lebih bagus." bujuk Arini, akhirnya khanza memberikan baju mini dres di atas lutut berwarna kuning kunyit kepada Jenar.
Sejak kematian sang Ayah, Jenar tak pernah lagi di belikan baju ataupun barang apapun, dia selalu memakai barang bekas dari Khanza atau Keysa. Padahal uang yang di peroleh ibu tiri nya itu ialah uang hasil dari perkebunan milik Ayah dan Bunda Jenar.
Setelah beberapa menit Jenar selesai memakai baju rapi, tak lupa Arini juga menyuruh Keysa udah mendadani Jenar agar tidak terlihat pucat.
Sedari tadi Jenar ingin bertanya banyak hal namun ia urungkan tatkala malah mendapat bentakan dari sang ibu.
"Bu, sebenarnya Jenar mau dibawa kemana?" tanya Jenar lagi entah untuk keberapa kalinya. saat ini Jenar sudah berada di dalam mobil bersama Arini, Khanza dan Keysa.
"Cukup diam sayang, ibu akan membuat hidupmu menjadi lebih baik lagi," jawab Arini dengan lembut, namun malah membuat Jenar takut.
"Hahahaha, yess abis ini kita shoping dong bu," ujar Khanza. "Inget loh janji ibu, bakal nge gantiin baju Khanza."
"Tenang sayang, setelah semuanya selesai kita bisa bersenang senang," ujar Arini lalu mereka bertiga tertawa kencang. Namun berbeda dengan Jenar, ia malah merasa semakin ketakutan, Jenar merasa seperti akan terjadi hal buruk kepadanya.
Setelah perjalanan kurang lebih 30menit kini mereka telah sampai di sebuah rumah yang cukup besar dibanding rumah Jenar. Mereka di sambut oleb beberapa ajudan dan terlihat rumah itu sudah ramai oleh beberapa orang. Jenar di gandeng masuk oleh Arini dan saat sampai pintu Jenar terpaku karena melihat begitu banyak orang dan juga ada penghulu. Jenar berfikir tumben ia di ajak kondangan oleh ibu tirinya.
Namun pikiran Jenar ambyar seketika saat ia di serahkan kepada seorang wanita paruh baya dan diajak masuk kedalam sebuah kamar. Di kamar itu terdapat seorang yang sepertinya MUA untuk mendadaninya. Setelah memastikan Jenar duduk dan di rias oleh MUA itu, wanita paruh baya itu memberikan kode kepada MUA nya yang entah apa maksud nya Jenar tidak tau, lalu ia pergi meninggalkan kamar itu.
"Berapa umur kamu anak manis?" tanya seorang MUA yang memiliki Tulang lunak itu.
"De delapan belas tahun om," jawab Jenar terbata, entah kenapa tiba tiba dia merasa merinding.
"Iihhh jangan panggil ai om sayang, panggi Mis, Mis Rere oke," ucap miss Rere mendayu.
"I iya om, eh iya mis." jawab Jenar terbata karena gugup.
"Kenapa yei mau sih di nikahin sama lelaki tua begitu, yei masih muda dan masih sekolah ya kayaknya?" ucap miss Rere sedikit cemberut dan kasian kepada Jenar.
Deg!
Jantung Jenar terasa seperti berhenti seketika, Hah dinikahkan? sama lelaki tua? Jenar berfikir begitu keras hingga dia sadar bahwa sikap manis ibu dan saudara tirinya tadi adalah semata mata ingin menjualnya. Pantas ia di dandani dan di pinjami baju bagus, serta Khanza yang dijanjikan akan diajak shoping setelah semua selesai. Air mata Jenar menetes seketkka, hatinya hancur lebur, impian meraih cita citanya pupus dan ia harus menikah dengan seorang band*t tua yang sudah memiliki empat istri.
"A aku gak tau miss, aku gak tau kalau ternyata aku dibawa kesini untuk di nikahkan," ucap Jenar dengan tangis nya, "Miss tolongin Jenar mis, Jenar gak mau nikah sama kakek itu miss, Jenar gak mau, masih banyak cita cita Jenar mis tolongin Jenar." Isak tangis Jenar semakin sesegukan.
Miss Rere menghembuskan nafasnya, ia sudah menduga semua ini. "Hemm Jenar ya nama yei, oke gini Jenar, Yei tau siapa yang mengantar yei kesini tadi?" tanya Miss Rere di jawab geleengan kepala oleh Jenar. Jenar memang mengenal Juragan Sadi namun ia tidak mengenali istri istri nya.
"Dia namanya bu Brenda, ia istri Pertama dari juragan Sadi, dia sebenernya nyuruh eyke ngebantu yei, dia tau kalau yei hanya korban disini, jadi dengan senang hati eyke akan bantu yei." Ucap mis Rere, membuat Jenar bernafas lega.
Next yaaa 💃💃💃
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!