NovelToon NovelToon

Penggalan Catatan

Anak Baru

Biasalah. Kantin sekolah waktu istirahat tiba, dapat dipastikan banyak manusia dengan ribuan raut dan ekspresi muka. Dari cemberut hingga yang riang gembira, dari yang ngomong sesukanya hingga yang diam seribu bahasa. Semua bercampur dan berbaur, riuh rendah.

Danu ambil kursi agak dipinggir bersama Fahmi, Wak Farid yang punya kantin udah

tahu apa yang diperlukan Danu dan Fahmi, hingga walau tak diminta, pembantunya

Wak Farid udah antar air jeruk dingin kedepan keduanya, walau mereka baru masuk

belum lima menit.

“ Silahkan Bang “.

Danu angkat kepala. “ Terima kasih yaaa… “.

Wiwit, itu nama gadis yang lumayan manis itu, Wiwit hanya tersenyum dan langsung berbalik meninggalkan lenggokan pinggulnya yang sering membuat Fahmi terpesona olehnya.

 “ Eh.. Wit “.

Wiwit hentikan lenggokannya, berbalik dan kembali kearah Danu dan Fahmi, Fahmi yang tadi memanggil namanya. "Iya Bang ?".

“ Ada gorengan ngga’ ?”.

“ Ada Bang. Berapa ?”.

“ Gorengan Apa ?”.

“ Ada pisang, Sukun, Ubi Jalar, dan Tempe “.

“ Tahu ngga’ ada ?”.

“ Habis Bang“.

Fahmi bak berpikir keras. “ Ngga’ jadilah “.

Wiwit cemberut dan kembali berbalik, tangan Danu hinggap dipaha Fahmi yang langsung meringis tapi bercampur tawa kecil. Danu hanya geleng kepala, Danu tahu kalau Fahmi memang ngga’ niatan beli gorengan, hanya mau mainin Wiwit saja.

Danu memandangi sekitar ruangan, dari timur hingga barat, dari utara hingga selatan, dari tengah hingga kesudut. Mata Danu langsung terhenti, malah sedikit terbuka, terpaku pada satu wajah yang sebelumnya Danu belum pernah lihat sama sekali. Danu terus memandang Wanita yang hanya diam dan asyik membaca buku berjarak cukup jauh dari tempat Danu duduk.

“ Mi.. Mi.. Mi.. “.

Fahmi sampai tinju bahu Danu lumayan kuat, apa tidak, pahanya panas menerima tamparan-tamparan Danu yang sering dan cukup kuat. “ Ada apa sih ?”.

“ Lihat tuh.. “.

Fahmi melirik ke arah yang dikodekan Danu dengan anggukan kepalanya, tapi Fahmi ngga’ temukan apa-apa yang menurutnya lumayan aneh. Fahmi akhirnya anggukkan kepalanya sebagai kode bertanya, apa yang dimaksud Danu.

“ Lihat tuh“.

“ Apa ?”.

“ Itu.. kamu lihat dong “.

“ Iya.. apa “.

“ Cewe’ itu Mi, lihat dong “.

“ Yang mana ?”.

Mata Fahmi cari sana cari sini, tapi memang tak menemukan yang istimewa didalam ruangan

kantin yang tak sebegitu luas itu. Mata Fahmi akhirnya kembali kewajah Danu. “ Yang mana ?”.

“ Itu.. lihat, yang duduk baca itu “.

“ Yang mana ?”.

“ Itu yang sedang baca “.

Mata Fahmi akhirnya menemukan juga apa yang dimaksudkan Danu. Fahmi tak hanya sekedar menggelengkan kepala tapi tangan Fahmi akhirnya singgah dikepala Danu, tiga jari tangan Fahmi mendarat telak membuat Danu terpaksa bergeser dari tempat duduknya. Fahmi baru sadar kalau yang dimaksud Danu adalah cewe’ yang duduk

sendiri disudut satu lagi.

“ Dasar kau “.

Tapi Fahmi juga terus memperhatikan cewe’ itu. Cewe’ yang duduk sendirian itu memang cantik, amat cantik malah, udah kaya’ artis aja. Badannya yang sesuai membuat cewe’ itu tampak serasi, dan jilbab putih yang bersih yang dikenakannya membuat cewe’ itu tampak anggun sekali. Fahmi juga akui kalau gadis itu memang manis, cantik, dan amat serasi dengan semua yang sedang ia kenakan, salah kalo disebut sempurna, karena sempurna hanya milik yang kuasa, tapi Fahmi harus akui kalau cewek itu memang sangat cantik.

Kepala Fahmi yang gantian dapat tolakan dari tangan Danu. Fahmi langsung mengalihkan pandangan dan merobah gaya duduknya mendapat tolakan tangan Danu yang tidak begitu keras. Fahmi bahkan tidak lihat betapa bulat mata Danu melotot kearahnya, Fahmi hanya senyum-senyum sambil husap kepalanya yang ditolak Danu.

“ Ngapaian kau lihat ?”.

“ Memang kenapa ?”.

“ Ya.. ngga’ apa-apa “.

Kembali tangan Danu hinggap dikening Fahmi dan menolaknya cukup kuat, Fahmi hampir terjatuh kebelakang. Fahmi tangkap telinga Danu, tak sempat Danu udah berdiri duluan, Fahmi dan Danu bagai main kucing kucingan dimeja panjang kantin sekolah, sebelum Dewi datang dan cubit perut keduanya. Danu dan Fahmi sama meringis dan kembali duduk, mata keduanya hanya bisa memandang punggung Dewi yang keluar dari kantin menuju ruang utama.

Danu colek pinggang Fahmi. “ Cantik kan ?”.

“ Iya juga sih “.

Kini malah Danu dan Fahmi yang memandang secara bersamaan. Saling pandang itu ditutup dengan lemparan senyum, Fahmi bahkan lengkap dengan husapan tangan kanannya kedagunya yang ada jenggot satu lembar jua. Tidak tahu apa yang ada didalam hati masing-masing, yang pasti keduanya memandang cukup lama secara bersamaan kearah anak baru itu, sampai keduanya lupa minumannya belum diminum sedang bel udah berbunyi.

Danu dan Fahmi sama teguk habis minuman masing-masing, sama berdiri, Fahmi yang bayar kali ini, Danu menunggu dipintu, dan bersama melangkah keluar kantin, tak ada kata-kata apapun yang keluar dari mulut keduanya, dan langkah bersama itu tak lama, cukup singkat malah, hanya sekitar 50 langkah dari pintu kantin, kemudian Danu dan Fahmi ambil langkah masing-masing, Danu berbelok kekanan untuk bisa sampai kearah yang ia tuju, Fahmi berbelok kekiri dan terus langkahkan kaki menuju ruang kelasnya. Danu melangkah tak begitu buru buru, Danu mencoba melangkah agak perlahan dengan harapan dapat melihat lagi anak baru itu sebelum masuk kelas.

Berburu Informasi

Ada banyak yang berubah dalam diri Danu sejak ia melihat anak baru itu dikantin, Danu amat penasaran. Sudah semua teman yang menurutnya tahu ia tanya, namun tak ada satu orangpun yang tahu tentang informasi anak baru yang manis itu. Danu amat penasaran, sudah sejak kemarin Danu ingin tahu, Danu ingin setidaknya tahu sedikit tentang anak baru ini baru Danu mencoba mendekati langsung anak baru itu.

“ Aku ngga’ sempat urusi anak orang “.

Mata Danu mendelik. “ Ente kan satu kelas dengan dia “.

“ Kalau satu kelas kenapa ?’.

“ Ya.. paling tidak kau tahu dong, minimal namanya “.

“ Tanya sendiri kenapa ?”.

“ Percuma dong aku punya teman seperti kamu “.

“ Urus sendiri.. tanya sendiri “.

“ Rus.. Rus.. “.

Danu terpaksa berhenti ngomong, Rusdi langsung beranjak dari depan Danu, malah dengan muka merengut, bagai tak senang dengan semua pertanyaan yang diajukan oleh Danu padanya. Danu hanya tepuk jidat dan buang nafas kuat dan kemudian melangkah masuk ruang kelas.

Pulang sekolah Danu berusaha membuntuti anak baru itu agak jauh. Tapi Danu boleh dibilang sial, baru sekitar 25 langkah dari pintu pagar sekolah ada suara keras yang jelas memanggil namanya. Danu berhenti melangkah dan berbalik, didepannya ada Fahmi yang ngos-ngosan.

“ Kok pergi aja Dan ?”.

“ Emang kenapa ?”.

Fahmi hanya geleng kepala dan menghusap dadanya menenangkan tarikan nafasnya. Setelah Danu berbalik lagi, Bersamaan mereka kembali melangkah. Dalam hati Danu mengutuk, entah apa gunanya Fahmi manggil-manggil hingga Danu kehilangan orang yang ingin ia buntuti tadi.

“ Duluan Dan“.

“ Terserah “.

Fahmi tak gubris lagi, ia langsung belok kanan dan masuk kegang rumahnya, jelas Danu makin mengutuk, gara gara Fahmi Danu tidak jadi buntuti anak baru itu, Danu terpaksa berhenti melangkah karena panggilan Fahmi, sialnya Fahmi hanya jalan bareng dengannya tak lebih 20 langkah, gang menuju rumah Fahmi hanya berjarak dua rumah dari pagar sekolah.

OO oo OO

Sudah seminggu anak baru itu masuk, sudah hampir seluruh kelas XII Danu tanyai soal anak baru itu, tak ada khabar baik yang memuaskan bagi Danu perihal anak baru itu, tak ada informasi yang membuat Danu merasa lega. Hingga hari ini Danu hanya tahu kalau namanya Juli, pindahan dari SMA I Kota Pinang. Tapi keluarganya tinggal di Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan. Pindah kemari karena ayahnya pindah tugas ke SMA Negeri 2.

Setiap istirahat Danu hanya bisa lihat dari jauh aja. Apalagi banyak yang bilang kalau Juli itu sudah didekati banyak orang, termasuk ketua OSIS Fauzi yang tak mau ketinggalan. Walau masih duduk di kelas XI, Fauzi merasa pantas saja dekati anak yang duduk di kelas XII.

“ Cantik juga anak itu “.

Fahmi menoleh kearah Danu dengan kening lumayan berkerut. “ Cantik. apa yang cantik ?”.

“ Cantik juga anak itu, mukanya alamiah benar, tampak serasi semuanya “.

“ Cantik, cantik, Yang mana ?”.

“ Anak baru IPS itu “.

“ Dasar kau “.

Fahmi langsung tolak kepala Danu dengan gemas plus umpatan yang lumayan banyak. Danu hanya menyapu kepalanya yang ditolak Fahmi dan terus memandangi Juli dari jauh.

“ Memang cantik Kok “.

“ Kepalamu. Naksir ?”.

“ Ngga’lah Dan. Aku kan punya pacar “.

“ Kalau punya pacar emang kenapa ?”.

“ Ngapaian lihat lihat wanita yang lain “.

Danu hanya tertawa kecil, mata Danu terus menatap wajah Fahmi dari samping, Danu tahu kalau Fahmi memang punya pacar yang namanya Wita. Anak satu kampung tapi tidak sekolah ditempat yang sama dengan mereka. Danu dan rasanya semua orang akan punya pandangan yang sama kalau yang namanya Wita itu cukup cantik dan anaknya sopan sekali. Pandai ngaji dan banyak punya kelebihan lain yang menjurus keagamaan.

“ Setia juga kau ?”.

Fahmi senyum tipis. “ Kalau ada kompetisi Pria Setia se Labuhan Batu, paling tidak aku bisa juara dua “.

“ Perasaanmu “.

Danu habiskan minumannya. Isi kantin lumayan banyak memang, disudut yang lain, Juli dengan teman sebangkunya Widya ngobrol dengan Jainal. Tampaknya Jainal sedang berusaha dekati Juli yang memang cantik itu.

“ Cantik mana Juli ama Wita ?”.

Fahmi tak jadi teguk air jeruknya, mata Fahmi cukup tajam mengarah kewajah Danu yang juga sedang memandangnya, tak ada senyum yang ambil bagian. Fahmi geleng kepala dan letakkan kembali gelas minuman yang ia pegang.

“ Apa menurutmu itu pertanyaan yang bagus ?”.

Danu cukup terkejut. “ Lha.. aku kan Cuma nanya “.

“ Aku tahu. Tapi apakah pertanyaan itu bagus “.

“ Singkat kan. Cantik mana Juli ama Wita. Kamu tinggal jawab, selesai “.

“ Semudah itu ?”.

“ Lantas ?”.

Tangan Fahmi kembali kekepala Danu. Mata Fahmi tampak melotot kemerahan, Danu hanya nyengir dan tepuk jidat Fahmi yang terus memandanginya. Fahmi buang muka, lihat sesuatu didalam kantong bajunya, dan malah sempat husap muka dan garuk-garuk kepalanya sendiri walau ngga’ ada yang gatal.

“ Apa maksud pertanyaanmu ?”.

“ Cantik mana ?”.

“ Cantik itu relatif Dan “.

“ Yang aku tanya cantik mana, bukan penjelasan ”.

“ Tapi itu butuh penjelasan “.

“ Jawab aja, cantik mana Juli ama Wita. Habis “.

Fahmi hanya tersenyum tipis saja dan kembali geleng kepala kearah Danu yang masih saja

menatapnya lekat sekali. “ Pertanyaan lain kenapa sih ?”.

“ Kamu ngga’ tahu ?. masa kamu ngga’ tahu “.

“ Dan.. “.

“ Cantik mana Juli ama Wita ?”.

Fahmi buang nafas berat. “ Aku ama Wita bukan soal cantik Dan, Tapi… “.

“ Yang aku tanya cantik mana ?”.

“ Itu Dan.. relatif “.

“ Yang aku tanya. Cantik mana Juli ama Wita, itu aja. Singkat kan ?”.

Fahmi buang nafas. Kepala Fahmi terus ia gelengkan dan senyum tipis kearah Danu yang terus angguk-anggukkan kepalanya.

“ Cantik mana ?”.

“ Dan… Aku mencintai Wita apa adanya, terserah itu cantik, jelek atau apapun. Fisik bagi aku bukan number one. Yang terpenting adalah penyikapan, aku suka dengan sikap Wita, aku bahagia dengannya. Itu cukup bagiku “.

Mata Danu amat lekat memandang Fahmi, senyum Danu tak lepas dari bibirnya, sedang Fahmi memasang wajah serius, serius sekali, bahkan terkesan jadi tegang tampaknya. Danu geleng kepala dan mengacak rambut Fahmi dengan tangan kanannya. Fahmi bahkan sama sekali tak mengelak dengan acakan tangan Danu yang mengobrak abrik rambutnya.

“ Cantik Mana Mi ?”.

Fahmi buang nafas berat. “ Kok masih itu ?”.

“ Sekarang kamu kan tinggal jawab, cantik mana Juli ama Wita “.

Fahmi kembali buang nafas berat, kali ini dengan dengusan yang amat terdengar, mata Fahmi mengarah kemata Danu yang memang sedang memandangnya juga. Danu tetap dengan senyum, Fahmi balas senyum tipis Danu dan mengalihkan pandangan.

“ Aku ngga’ bisa jawab Dan. Lagian ngapaian buat perbandingan ?”.

“ Artinya ?.. kamu ?”.

“ Aku bahagia punya pacar seperti Wita “.

“ Lagumu “.

“ Tapi itu lagu Abadi Dan “.

“ Cantik Juli kan ?”.

Fahmi geleng kepala aja. Fahmi merasa ngga’ pas kalau harus membandingkan Wita yang amat disayang dan dicintainya dengan wanita lain, Juli memang cantik, jauh lebih cantik dari Wita.

“ Cantik Juli kan ?”.

“ Yah.. “.

“ Cantikan Juli kan ?”.

“ Terserah kamulah “.

Belum Punya Pacar

Fahmi kembali geleng-geleng kepala, malah Fahmi garuk-garuk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Tapi memang agak sulit menjawab pertanyaan Danu, Fahmi betul-betul ngga’ bisa menjawabnya sama sekali. Amat sulit memberikan penjelasan, Fahmi memang ngga’ bisa jawab.

“ Aku bahagia dengan Wita “.

“ Aku ngga’ nanya kau bahagia ama Wita atau sengsara karena ulahnya. Yang aku tanya, Cantik mana “.

“ No Comment “.

“ Masa itu aja kamu ngga’ bisa jawab “.

“ Aku memang ngga’ bisa jawab “.

“ Alasannya “.

“ Aku hargai Wita dan Bahagia dengannya “.

“ Lagumu “.

Fahmi tak berusaha untuk menjawab, ia hanya meneguk air minumnya dengan perlahan lahan saja, pandangan Fahmi lurus kebawah. Tapi benar, Fahmi sekarang bahagia bersama Wita, bukan karena cantiknya, tapi bagi Fahmi Wita adalah wanita yang ia inginkan selama ini, pengertian dan tidak banyak tingkah seperti ABG kebanyakan. Bukan masalah cantik, kalau Cuma hanya cantik yang jadi ukuran, terlalu banyak yang cantik didunia ini. tapi mencari yang berhati baik dan penuh pengertian yang susahnya minta ampun, dan rasanya saat ini Fahmi sudah menemukannya dalam diri Wita.

“ Dan. Cantik selalu menjadi hal yang pertama dilihat orang, tapi itu sah-sah saja, masalah yang harus diperhatikan adalah Sikap, Kepribadian yang datang dari hati yang paling dalam. Jadi, bukan hanya soal cantik aja Dan “.

“ Itu semuanya benar “.

“ Aku tak pernah pikirkan apapun, aku hanya ingin menjalani kedekatan dengan Wita dengan baik, aku ingin berjalan apa adanya “.

Danu akhirnya anggukkan kepala juga. Danu merasa tak guna lagi tanya itu pada Fahmi, dapat dipastikan Fahmi ngga’ bakal jawab sama sekali. Danu kembali angguk angguk kepala dan hirup air jeruknya perlahan lahan. Setidaknya saat ini Danu tahu kalau temannya Fahmi punya pikiran yang konsekuen dengan tidak mau banyak meminta. Tapi itu juga amat bagus.

“ Jadi Dewi gimana Dan ?”.

Danu memiringkan kepala kearah Fahmi. “ Dewi ?”.

“ Kamu kemanain Dewi ?”.

“ Sejak kapan Dewi hilang, dan apa alasan ente menuduh aku yang menjadi dalang penculikannya ?”.

“ Bukan itu maksudnya, dasar lu “.

Fahmi terus menerus geleng kepala. Sebanyak teman Danu, memang hanya Fahmi yang masih bertahan dan paling siap menerima Danu yang memang sering dan bahkan sering bertindak dan bersikap seenak perutnya aja.

“ Dewi gimana maksudnya “.

“ Memangnya Dewi kenapa ?”.

“ Pacar kamu kan ?”.

Danu berdiri, pegang kepala Fahmi dan goyang sekuat tenaga. Fahmi harus berdiri dan berontak berlari baru bisa melepaskan tangan Danu dari kepalanya, namun begitu keduanya tetap saja tertawa, tak ada kemarahan dikeduanya. Fahmi balik lagi kekursinya dan duduk.

“ Dewi pacar kamu kan ?”.

“ Masa kau temanku dari sejak lahir, 21 hari setelah lahir kita sama sama dibawa kemasjid, sejak belum sekolah, sekolah, hingga sekarang kita SMA terus berteman. Kok malah ikut-ikutan salah sangka “.

“ Salah sangka, Kok salah sangka ?”.

“ Ya.. Kamu sama dengan yang lainnya, salah sangka semua “.

“ Jadi ?”.

“ Aku ngga’ pernah pacaran ama Dewi “.

“ Jadi ?”.

“ Kita Cuma teman aja kok. Teman aja, Dewi itu punya pacar anak STM di Rantau Prapat “.

Fahmi anggukkan kepala, Fahmi tetap terus percaya dengan apapun yang dikatakan Danu. Fahmi selalu begitu, tak ada satu hurupkan yang dilontarkan Danu tidak dipercaya olehnya, sebab Fahmi tahu kalau Danu tak pernah bohong padanya sejak dulu, dari dulu, dulunya dulu, Danu terus dan tetap jujur dan terbuka pada Fahmi, soal apapun, termasuk keluarganya.

“ Jadi pacar kamu siapa ?”.

“ Ngga’ ada “.

“ Masa ngga’ ada ?”.

“ Memang ngga’ ada. Ya.. ngga’ ada “.

Fahmi dan Danu sama terdiam. Dalam relung hati Danu yang paling dalam juga sering kepikir kenapa sampai sekarang Danu belum juga punya pacar, padahal sudah duduk dikelas III SMA. Fahmi saja udah punya Wita, yang lain juga begitu, tapi Danu memang ngga’ tahu apa yang dimaksud dengan jatuh cinta. Danu merasa tak pernah tertarik dengan siapa saja.

“ Kamu sering jalan kan ?”.

“ Memang “.

“ Masa tanpa ada rasa cinta “.

“ Dewi itu punya pacar Mi. masa aku harus bilang ampe dua kali “.

“ Kedekatan kamu, seringnya kamu jalan bareng. Kita kemana tetap Dewi yang menjadi temanmu, Masa Cuma temanan aja “.

“ Terserahlah.. yang pasti kenyataannya memang begitu “.

Danu akui satu kebenaran, Satu satunya wanita yang sering jalan dengan Danu memang hanya Dewi, kemanapun memang hanya Dewi, Pariwisata, Perkemahan, Peraktek Lapangan, kegiatan Karang Taruna, bahkan untuk sekedar mancing bersama juga Danu bawa Dewi, semua kegiatan tetap dengan Dewi, dari hal hal yang besar hingga hal yang sekecil apapun kalau ceritanya perempuan Danu selalu bawa Dewi, dan Dewi juga tampaknya begitu, selalu andalkan Danu. Wajar dan amat pantas jika banyak yang nyangka mereka tidak hanya sekedar teman biasa seperti yang lainnya.

“ Semua pasti sangka begitu Dan “.

“ Kenapa ?”.

“ Kedekatanmu dengan Dewi siapapun pasti menyangka bukan kedekatan biasa. Tidak hanya sekedar teman aja, ya.. spesial begitulah “.

“ Entahlah Mi, yang jelas tak ada yang spesial dari pertemanan itu, bagiku Dewi sama dengan Winda, sama dengan Rahma, Ester, Maria, Lusiana, dan lainnya “.

Fahmi hanya bisa anggukkan kepala saja. Terus terang, Fahmi sedikit terkejut dengan ungkapan Danu itu. Sebab seperti dikatakan diawal, semua orang pasti berikan anggapan bahwa Danu punya hubungan istimewa dengan Dewi, ya.. karena itu tadi, keakraban itu terlalu besar jika hanya dilakoni oleh dua sahabat biasa, terlalu dekat rasanya, bahkan kebersamaan Fahmi aja dengan Wita tidak sampai sesering Danu dan Dewi.

Danu akhirnya berdiri bersamaan dengan Fahmi. Bel tandamasuk terdengar sangat kencang. Tak sampai 50 langkah Danu dan Fahmi pisah arah, Danu masuk ke IPA-1 sedang Fahmi masuk Ke IPS-1. untuk kelas III inilah

mereka pisah, sejak SD Kelas I mereka terus satu kelas hingga kelas II SMA.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!