Dua sejoli berlarian dipantai, mereka sangat bahagia.layaknya pasangan yang baru menikah.Bermesraan tiap ada kesempatan.
" Sayang aku sangat mencintaimu.." bisik Dirga ditelinga Bianca, Wanita cantik yang beberapa Minggu lalu ia persunting jadi istri.
mereka berpelukan menikmati matahari terbenam.
" Aku juga cinta padamu..cintaku bahkan lebih besar. kau lihat laut itu, cintaku bahkan lebih luas darinya" sahut Bianca tak mau kalah.
" Apakah kau mau mendampingi aku saat susah dan sakit, bian?"
"Aku akan selalu ada untukmu"
bibir mereka saling bertaut menyatukan perasaan keduanya.
Mereka menikmati liburan, bulan madu romantis di negara tropis yaitu Hawai.
keesokan harinya Dirga menemani Bianca belanja mencari oleh-oleh untuk keluarga ditanah air.
Malam harinya mereka menikmati makan malam romantis ditemani musik khas Hawai dan lilin-lilin direstoran ternama
lalu mengakhiri malam dengan percintaan panas dihotel mewah.
Dirga dan Bianca sudah sepakat untuk tidak memiliki Anak dalam pernikahan mereka, hidup mereka sudah penuh dengan pesta dan rencana liburan setiap tahun, mereka adalah orang-orang bebas tak ingin terikat dengan kehadiran anak-anak.
Setelah seminggu menikmati bulan Madu, tiba saatnya kembali ketanah Air.
Tak perlu repot memesan tiket pesawat karena pria setajir Dirga cukup memakai pesawat pribadinya yang siap mengantarkannya kapan saja dan kemana pun dia ingin pergi.
Pesawat itu meninggalkan Hawai dengan sejuta kenangan yang telah Dirga dan Bianca torehkan Disana.
" Tuan, sepertinya Akan ada badai di kawasan Asia tenggara. Bagaiman jika kita singgah saja di thailand.." saran pilot pribadi Dirga.
" Terserah padamu Andrew.." sahut Dirga dia percaya pada pilot pribadinya yang handal dan berpengalaman.
" Sayang..tapi aku harus bekerja, tak mungkin menambah liburan..." sahut Bianca dengan wajah kecewa.
" Tapi nyonya jika diteruskan pesawat bisa jatuh.."
" Andrew, benar sayang...kita harus berhenti.." Sahut Dirga membujuk
Namun Bianca kukuh pada pendirian jika mereka harus segera tiba ditanah air hari itu juga.
" Kita terobos badai kapten.." Titah Dirga.
Pilot Tampak ragu-ragu namun apa daya dia tak bisa membantah atasan.
Akhirnya nekat juga menerobos hujan badai yang sangat lebat.
Petir dan kilat memyambar bergantian dilangit.
pesawat itu oleng ke kanan dan kiri.
Bianca tak henti memeluk Dirga, wajahnya pucat pasi. tapi kekeuh melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba petir menyambar badan pesawat, penghuni pesawat yang berjumlah enam orang termasuk Pramugari kaget bukan main.
" Tuan, pesawat kita terbakar.." kata pilot panik.
" kurasa kita akan jatuh..."
" Apa!? " kata Dirga terkejut.
" pakai parasut...!" teriak pilot
" cepat bantu tuan Dirga dan nyonya Bianca memakai parasutnya" perintah pilot pada pramugari.
pramugari dengan sigap membantu Dirga dan Bianca memakai parasut.
selesai dengan para majikan lalu mereka masing masing mengurus dirinya
Bianca mulai histeris.
Dia berteriak- teriak panik
" Dirga aku tak mau mati...aku tak mau mati!!!"
" Bianca tenanglah kita tak akan mati.." Dirga memeluk istrinya erat.
pilot kehabisan akal berjuang ditengah hujan badai yang sangat lebat diselingi kilat dan petir yang terus menyambar.
jalan satu-satunya adalah melompat
Pesawat itu terus meluncur dengan cepat kebawah.
Pilot benar benar menyerah
Jalan satu-satunya adalah melompat.
Dia meminta Dirga dan Bianca terjun lebih dahulu disusul dua pramugari wanita.
Mereka tenaga terlatih hingga tak kesulitan saat harus melompat
Justru Bianca yang menjadi beban.
Wanita itu tak jua mau melompat hingga lelah Dirga membujuk.
pesawat semakin cepat meluncur.
Dirga terpaksa mendorong Bianca.
mereka terjun bebas bersama diudara.
pasrah dengan situasi.
Boooommmm..
Pesawat itu terhempas ditanah, terdengar ledakan yang sangat dahsyat.
Dan percikan api membumbung tinggi.
Banyak serpihan berterbangan beberapa mengenai mereka
Sebuah serpihan kayu masuk kedalam mata Dirga
Dirga merasakan sakit yang luar biasa.
Mata nya mengeluarkan air mata darah.Dirga mengabaikan rasa sakit dan tetap meluncur sambil memeluk Bianca.
Keselamatan Bianca adalah yang utama.
Mereka semua mendarat dengan selamat tak jauh dari bangkai pesawat.
Dengan cekatan Dirga melepas parasut dan menjauhi badan pesawat khawatir terjadi ledakan susulan.
" Tuan anda berdarah!" Andrew terlihat panik mendekat.
" Mataku perih sekali."
Kata Dirga.
Bianca menangis dan terus mengomel
tak ada keinginannya menolong apalagi membuat Dirga nyaman
" Aku sudah bilang padamu untuk tidak berlibur ke Hawai namun kau tak mendengar lihat kan sekarang,.kita malah jatuh dan harus menginap dihutan. pekerjaan ku terbengkalai, kulit ku lecet semua, sangat menyebalkan!"
" Sayang.. sabar ya.. aku tak akan membiarkan kita lama - lama dihutan ini ucap Dirga menghibur.
" Aish...cepat lakukan sesuatu, lagipula matamu berdarah. aku tak ingin kau kenapa- Napa"
Kedua pramugari muda hanya mengumpat dalam hati melihat perangai Bianca yang menyebalkan.
Pilot pesawat berusaha mencari kotak hitam dan menghubungi markas pusat.
untunglah sambungan terjadi dengan mudah dan cepat. Hujan masih terus mengguyur bumi dengan deras.
semua orang mulai mengigil kedinginan
Dirga merasakan penglihatannya semakin buruk, Matanya menjadi rabun
" Sayang, sepertinya kau demam, badanmu panas sekali.." Bianca meraba kening Dirga.
" Mataku sakit sekali.." keluh Dirga
" Sial..lama sekali mereka datang. Aku sudah kedinginan, bagaiman jika ada binatang buas dihutan ini, kita pasti akan dicabik Cabik"
Ucap Bianca bergidik
Sama sekali tak menghiraukan Dirga yang kepayahan.
" Andrew, berapa lama lagi mereka sampai" Tanya nya pada pilot,pertanyaan yang sama setelah sekian kalinya.
Yang ditanyakan Bianca dengan tak sabaran.
Pilot itu sampai bosan menjawab.
" Bianca sabarlah!" bentak Dirga kesal.
Bianca hanya mendengus
" Bagaimana aku bisa sabar, aku sangat kesal Dirga..! kau membuat keadaan semakin sulit
tak pernah mau mendengarkan aku. seandainya kita tidak ke Hawai, harusnya kita ke Paris, tempat yang indah dan romantis."
Dirga Diam saja, hatinya sangat kesal melihat sikap bIanca yang menyebalkan.
Setelah menunggu selama hampir dua puluh empat jam. Bebarapa helikopter datang dan mengevakuasi mereka keluar dari hutan.
Mereka semua segera dilarikan kerumah sakit, terdekat yang saat ini entah berada dinegara mana. untuk mendapatkan perawatan terutama Dirga yang Terkena serpihan pada matanya.
setelah beberapa hari dirumah sakit asing Dirga dipulangkan ketanah air atas permintaannya.
Selama beberapa Minggu dia hidup dalam kegelapan karena matanya diperban.
" Tuan Adam,Bianca mana? mengapa dia jarang berkunjung?" Tanya Dirga pada kepala pelayan, yang setia menemani Dirga dirumah sakit.
" Nona Bianca sibuk bekerja tuan, dia harus menyelesaikan syuting film terbaru yang dibintanginya.
Namun dia sering menanyakan kabar tuan lewat SMS.
" Hanya mengirim pesan?" tanya Dirga kecewa.
" Apakah mataku baik- baik saja Adam? mengapa dokter tak bicara apa apa."
" Mereka menunggu hingga luka anda kering dan perban dibuka.." sahut Adam.
" Aku takut, Adam.."
" tuan muda baik- baik saja, berdoa saja.." sahut Adam menghibur.
Seminggu kemudian perban Dimata Dirga dibuka.
" Dokter! kenapa semua gelap, apakah mati lampu?" tanya Dirga ketakutan.
Dokter Kevin kaget sekali, Dia terlihat cemas, dia menatap Adam bingung.
Adam tak kalah terkejut.
" Dokter melambai didepan wajah Dirga.
Dirga sama sekali tak merespon.
Dokter Kevin mengeluarkan senter dan menyoroti mata Dirga.
responnya hanya mengernyitkan dahi karena mungkin sedikit silau.
" Maaf Ga..sepertinya ada berita buruk..."
Dirga semakin gelisah
" Berita apa kevin? cepat katakan jangan membuatku takut"
kata Dirga pada sahabatnya.
" Sepertinya....kau....kau.." Ragu ragu menyampaikan.
" Kau buta Dirga...."
Dirga hampir pingsan mendengar pernyataan Kevin, Dia meraba kosong di udara, Dan menggeleng geleng keras
"Tidak! tidak mungkin!?? kau pasti bercanda Vin, kau bercanda bukan!??" Dirga bertanya putus asa.
Kevin menggeleng lalu sadar Dirga tak bisa melihat gelenganya.
" Sementara ini menurut gejala yang kau tunjukan matamu memang bermasalah namun aku harus memeriksa lebih lanjut untuk memastikannya berdoa saja semua salah. Aku juga akan mencari tahu apa yang membuat kau menjadi seperti ini. Mungkin saja operasi menyembuhkannya.kita lihat saja nanti. kau jangan cemas, aku akan melakukan yang terbaik.." hibur Kevin.
Dirga mengusap rambut frustasi.
Dia marah, sedih dan kecewa
" Kenapa Adam, kenapa harus aku...?? Bianca, mana Bianca, mana istriku Adam..!" Dirga menangis seperti anak kecil dalam pelukan Adam yang berusia 45 tahun.
" Saya akan menelpon nyonya.." kata Adam sambil keluar ruangan untuk menghubungi phonsel Bianca.
" Ada apa Adam?" tanya Bianca ketus Suaranya terdengar serak karena lelah saat ini dia sedang istirahat di lokasi syuting.
"Tuan Dirga ingin anda segera kerymah sakit ada berita buruk nyonya.."
" Jangan membuatku takut, berita apa? Dirga baik-baik saja bukan?"
" Cepatlah datang nyonya. Tuan Dirga yang akan menjelaskan nanti, saya tak punya wewenang menjelaskannya."
Sahut Adam lalu menutup telpon segera.malas sekali bicara pada wanita itu.Sebenarnya Adam kesal dan tak.pernah suka pada Bianca, selama Dirga dirawat dirumah sakit tak sekalipun menyempatkan diri mendampingi majikannya
Adam tahu selama ini Dirga sudah banyak berkorban untuk Bianca.
Harta benda, karirnya di dunia artis bisa terwujud berkat campur tangan Dirga.
Bianca hanya gadis miskin yang memiliki cita-cita tinggi menjadi artis dengan menjadi simpanan pria-pria kaya beristri, Dirga sudah mengangkat derajatnya demikian rupa, tapi ia lupa berterimakasih.
Selang beberapa jam Bianca tiba dengan wajah kesal dia masuk kedalam ruangan Dirga
" Sayang...ada apa? tanya lembut seraya memeluk dan mengecup bibir Dirga sekilas.
Bianca heran melihat tatapan Dirga yang terlihat kosong.
" Bian..." panggil Dirga lirih.
meraih kosong kedepan
" Dirga ada apa? kau membuatku takut..."
" Air mata jatuh dipipi Dirga.
" Sayang Aku buta" jelas Dirga dengan suara parau.
Bianca kaget bukan kepalang dia sampai lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.
" Sayang kamu jangan bercanda..mana mungkin kau... Dirgaku yang tampan sempurna, harus buta.. itu tak benar, aku tak percaya." ucap Bianca pilu memeluk Dirga erat.
Mereka menangis bersama.
"Bian, kau tak akan meninggalkan aku bukan? kau akan tetap cinta padaku?" tanya Dirga penuh harap.
Bianca diam ragu-ragu.
Dia menatap Dirga dingin.
Hatinya merasa kasihan, tapi jika Dirga buta, dia akan menjadi beban, Bianca tak suka terikat dan dibebani dia wanita bebas.
" A- Aku..akau tidak tahu sayang..." sahutnya pelan
" Apa maksudnya kau tidak tahu!?" tuntut Dirga
" kukira aku tak akan sanggup mengurusmu. Aku tengah dipuncak karir, kau tak mau menghancurkan impianku Dirga." sahut Bianca tegas
" Bianca...!!" hardik Dirga marah.
" Kita bercerai saja.."
Lalu Bianca cepat-cepat keluar dari ruangan Dirga sambil menangis mengabaikan panggilan Dirga yang putus asa,Bianca tak menoleh sedikitpun
" Nyonya ..!" seru Adam saat Bianca keluar dari ruangan Dirga sambil menangis. Dia mengabaikan panggilan Adam langsung berlari cepat dilorong rumah sakit meninggalkan Adam yang termangu.
karena khawatir Cepat-cepat Adam masuk kedalam ruangan Dirga.
Benar saja Dirga terlihat sangat menyedihkan.
Pria itu menangis meraung sambil memukuli wajah dan matanya karena frustasi
Dirga terlihat sangat marah.
" Tu..tuan Anda baik-baik saja??"
" Aaaaa...!!" Dirga berteriak sejadi-jadinya melampiaskan amarah dan kekesalannya. dia ingin melemparkan apa pun yang ada dikamar itu sayangnya matanya tak bisa melihat
jadinya hanya bisa berteriak melampiaskan sakit hati yang ia rasakan.
" Bianca mengkhinatiku Adam.."
Adam merasa sedih dan kasihan tapi tak berdaya melakukan apa pun demi membuat Dirga lega dan bahagia.
Dia sama terpukulnya dengan Dirga.
" Dia meninggalkanku, padahal sudah berjanji akan tetap bersamaku dalam susah dan senang bahkan saat aku cacat. Tetapi Bianca berbohong semua yang diucapkannya hanya omong kosong.."
" Tuan muda, maafkan saya.." ucap Adam getir.
" Aku sudah banyak berkorban untuknya.
memberi segalanya.Rumah, Mobil, Apartemen, perhiasan, karir, bahkan sebuah perusahaan untuk Bianca. tega sekali Ia meninggalkan aku.. Aku benci buta! AKU BENCI BUTA, ADAM!!!!"
sambil memukuli matanya yang dipenuhi kegelapan.
Susah payah Adam meredakan emosi Dirga, Adam khawatir Histeris yang di alami dirga,justru memperparah keadaan nantinya.
" Tenanglah Tuan, semua pasti ada jalan keluarnya.." Nasehat Adam memeluk pria yang sedang butuh dukungan mental itu.
" Papa dan mama kapan pulang?" tanya Dirga tiba-tiba setelah kemarahannya reda dia menyeka air mata dengan kasar.
kepergian Orang tercinta ternyata jauh lebih menyakitkan daripada menjadi buta.
sudah lima tahun bersama
menjalin kasih.
tak percaya rasanya Bianca tega meninggalkan dirijya
" Mungkin tiga hari lagi tuan.."
" Baiklah.. Pergilah Adam aku ingin istirahat.." merebahkan diri diatas ranjang . Dirga merasa sangat lelah, semua bagaikan mimpi buruk yang datang silih berganti, berharap dengan tidur dia bisa melepaskan beban yang menghimpitnya saat ini.
Dirga sudah pasrah pada keadaan.
Kehilangan penglihatan dan wanita yang ia cintai.
Membenci hidupnya, membenci kegelapan yang menyelubunginya.
Mama dan Papa akhirnya tiba dari Eropa bersama Denis, Adik bungsunya.
" Dirga..."
Mama Langsung memeluk Dirga erat saat masuk.ke ruangan Dirga dengan
Air mata luruh di pipi, hancur hatinya melihat Putra sulungnya yang tampan harus kehilangan penglihatan.
Mata biru indah yang biasanya menyorot jenaka kosong dan tak ada cahaya.
" Ma...Aku tidak mau buta.. tak mau hidup dalam kegelapan seperti ini...semua terasa menakutkan." Dia merengek seperti anak kecil dalam pelukan Paramitha.
Harun Purnomo yang keras bahkan ikut menangis bersama Dennis trenyuh melihat keadaan Dirga.
" Maafkan Mama, andai Mama bisa membantu...Mama Janji akan mencarikan donor mata yang cocok untukmu."
Dirga mengangguk.
Dokter Kevin masuk bersama beberapa perawat wanita yang memantau perkembangan Dirga. Dia menyalami kedua orang tua Dirga dan Juga menyalami Dennis.
Apa kabar Denis, bagaiman kuliahmu?" tanya Kevin basa basi.
" Lancar kak..Minggu depan Denis kembali ke Jerman untuk wisuda, tapi lihat keadaan kakak Dirga Dulu...Kalau masih tidak ada perubahan mungkin saya tidak akan ikut. Wisuda hanya formalitas bukan!?"
Kau benar, Tetap saja Kakak harus memberimu ucapan Selamat dan sukses."
" Amiin..teima kasih, kak."
" Aku ingin bicara dengan Om dan Tante bisakah kita keruangan ku?" tanya Kevin hati-hati mengalihkan perhatiannya pada Kedua orang tua sahabat nya yang sudah ia kenal sejak SMA.
" Ada apa Vin? bicara saja disini aku juga ingin mendengar." potong Dirga mencegah mereka pergi.
Dia harus tahu kondisi yang sebenarnya tanpa ada yang di tutupi.
" Tetapi.. Ga.. aku khawatir kau tak akan mampu menerima berita ini.."
" Bicara saja! jangan membuatku marah atau aku akan membuat kau keluar dari rumah sakit ini.." Bentaknya dengan nada dingin mengancam.
Kevin terdiam.
" Baiklah, jika kau memaksa. Hanya saja kuatkan hatimu."
" Baiklah !" sahut Dirga mantap
" Ehem.." Kevin berdehem mengatur nafas dan kata, berat menyampaikan berita yang membuat pasiennya putus asa
"Kau tak bisa lagi melihat dan matamu tak bisa dioperasi, Ga.."
Dirga tersentak lalu terdiam, masih terlihat tenang terkendali.
Kevin Sampai takut karenanya.
" Ada serpihan kayu tertinggal dikepalamu.. dan serpihan itu menetap di otak, Aku sudah mendeteksi keberadaanya. hanya serpihan kecil, serpihan itu menekan saraf mata.
itulah yang menyebabkan kau buta.
aku khawatir jika kita mengoperasi matamu akan buta permanen. resiko karena letaknya di kepala dikhawatirkan jika operasi gagal bisa mengakibatkan lumpuh."
Kevin berhenti sejenak menunggu respon Dirga.
Dirga masih tekun mendengar.
"Tapi ada berita baiknya. ada kemungkinan serpihan kayu itu bisa berpindah sendiri, mungkin dengan benturan, batuk atau bersin, siapa tahu ada keajaiban dan kau bisa.melihat kembali tanpa operasi dan tindakan medis lain. kita tahu bahwa bersin memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan dikatakan saat kita bersin yang hanya hitungan detik itu semua organ tubuh kita berhenti berfungsi beberapa saat. Tapi aku juga khawatir saat bersih, serpihan kayu itu bergeser justru menekan Saraf lain atau lari ke otak yang menyebabkan resiko lain yang mengancam nyawa atau luka permanen di otak.
Yang bisa kita lakukan saat ini hanya lah berdoa pada Tuhan."
Kevin berhenti menarik nafasnya.
Melihat pada orang- orang yang mendengarkannya dengan sungguh- sungguh.
"Mari kita tak berhenti berdoa semoga Dirga mendapat keberuntungan dan keajaiban hingga bisa hidup normal serta bisa melihat kembali dengan keajaiban. saya sebagai sahabatnya juga akan mencari informasi dari bidang medis semoga ada yang memilki pengalaman yang sama dengan Dirga.
Dirga melihat kosong ke arah Kevin
" Maksudmu, aku tak bisa di operasi, atau melakukan donor mata?" ulangnya.
mengabaikan hal lainya yang ia dengar.
" Aku akan hidup dalam kegelapan selamanya.? dan serpihan kayu itu sebenarnya mengancam nyawaku saat bergeser meski memiliki kemungkinan lainnya?. "
" Dan jika aku melakukan operasi aku akan menjadi lumpuh !"
" i-iya ..karena mengoperasi kepala atau saraf matamu kami takut justru merusak otak dan saraf mata, dan kau akan buta selamanya. bahkan lumpuh.
padahal serpihan itu sangat kecil, bisa saja besok atau lusa kau akan melihat kembali.
karena serpihan kayu itu akan bergeser.
Kevin menjelaskan lagi"
"Tapi jika tidak bergeser aku akan buta selamanya.? bahkan jika bergeser dengan posisi yang berbeda maka aku juga berada dalam bahaya, intinya serpihan kayu itu menjadi bumerang bagiku. aku seperti berada diatas jembatan yang lapuk yang membentang diats jurang yang tinggi curam dan terjal melanjutkan langkah salah,.mundur juga salah. Aku hanya perlu menunggu jembatan itu runtuh atau di gigit rayap dan aku masuk jurang, tanpa perlu berbuat apa-apa.." Dirga tertawa terbahak merasa geli dengan pemikirannya.
Kevin terdiam dengan pertanyaan Dirga yang menjebak.
" Benar bukan!?"
" Bukan begitu Ga.."
" Sudah! aku mengerti maksudmu. sekarang keluarlah, kalian semua keluarlah aku butuh waktu sendiri." usirnya pada semua orang.
" Sayang..Dirga..." panggil Mama.
" Dirga...Papa akan tetap berusaha untukmu, Nak!"
Dirga menggeleng keras,
" kumohon kalian keluar..!
KELUAR!!!".dia berteriak meluapkan amarah.
" KELUAR, KELUAR!!!?"
Dirga benar benar mengamuk dan histeris dia berusaha melepaskan jarum infus dan mendorong segala sesuatu yang bisa dia temukan.
Melemparkan barang - barang dengan segenap emosi.
Perawat berusaha menenangkan dengan memegangi pasien erat, namun mereka kalah tenaga, tubuh Dirga yang tinggi tegap menjadikan mereka bukan apa apa melawan pria itu.
" Suntikan obat penenang" kata dokter kevin. Yang ikut memegangi Dirga bersama Dennis dan Papa Harun.
" Perawat pun menuruti.
" Jangan suntik aku, sial kau Kevin! Awas saja aku akan memecat kalian semua bila berani menyentuhku.." ancam Dirga penuh amarah.
Mama Mitha menatap sedih putra mereka di sudut.
Beberapa menit kemudian Susana menjadi tenang dan hening, Dirga berhasil ditaklukan, kini sedang tertidur lelap akibat pengaruh obat bius.
"Kau saja yang mengantarkan obat pada pasien ruang VVIP, aku takut.."
" Tapi ini adalah tugasmu..aku tak mau menggantikan. Kemarin Aku mendengar, dia membanting semua barang-barang, memukuli seorang perawat yang memaksa nya minum obat, aku merasa sama takutnya denganmu."
" Lalu aku harus bagaimana? dokter kevin nanti bisa marah, pasien itu istimewa dia pemilik rumah sakit ini"
" Sayang sekali dia buta, padahal wajahnya tampan sekali. Seandainya tidak segalak itu, dengan senang hati aku akan merawatnya."
"kalian sedang apa? malah mengobrol, Ayo cepat antar kan obat itu padanya" desak perawat lain yang lebih senior.
" Kami takut Bu..'
" jika kalian merasa takut mengurusi pasien berhenti saja jadi perawat.."
"Ish...kejam sekali! ya sudah aku kan mengantarkannya" Dengan berat hati perawat muda itu menuju kamar Dirga, lututnya bahkan gemetaran.
tok!
tok!
tok!
" Selamat siang tuan. Aku mengantarkan obat anda.."
" SUDAH BERAPA KALI AKU KATAKAN, AKU TAK BUTUH OBAT!! APA KALIAN TULI? MENGAPA MASIH MEMBERI OBAT UNTUKKU. MEMANGNYA OBAT KALIAN BISA MEMBUATkU MELIHAT KEMBALI!!" Bentak DirGa dengan suara membahana.
Perawat itu menciut, tentu saja dia takut sekali selain itu ia masih sangat muda.
" Ta..tapi...kata.dok- dokter kevin, anda harus minum obat, supaya cepat sembuh.." Dia berkata.dengan suara mencicit takut.
" Sembuh!? kalau aku tidak lagi buta baru namanya sembuh.
keluar kau dari sini!" hardik Dirga kesal sambil menatap kosong pada Asal suara.
Mata biru tajam dihiasi bulu mata lebat bersinar jahat dan kejam.
Perawat itu segera keluar dengan tubuh gemetar dan Wajah pucat pasi.
" lBagaimana? kau baik-baik saja?"
" Aku gagal, dia mengusirku..dokter kevin pasti marah.."
" Sabar ya.."
Dokter kevin mendatangi kamar Dirga, sebenarnya dia marah dengan sikap Dirga yang membuat perawat tidak nyaman merawatnya.
Tapi apa boleh buat, kondisinya memang sedang labil.
" Ga, kau membuat perawat ketakutan, apa sulitnya minum obat dan membuat dirimu sembuh?."
Dirga menanggapi ucapan Kevin sambil tertawa sinis.
" Sembuh katamu? apakah obatmu bisa menyembuhkan buta?"
" Obat itu bukan untuk menyembuhkan buta, tapi mengobati luka dan infeksi di matamu, apakah kau lupa matamu terluka saat datang kerumah sakit ini?'
" Cih! aku tak perduli. aku tetap buta... Biarkan aku pulang, aku muak berada dirumah sakit ini dan segala macam obatmu.."
" Sabarlah Ga, kau belum sembuh" nasehat Kevin
" Vin, aku sudah sembuh dan aku ingin pulang, apa kau mau aku pecat?. Segera panggil direktur rumah sakit ini, apa karena aku buta kau membantahku?"
" Ga, aku bukan membantah, tapi aku dokter dan sahabatmu, aku hanya tak ingin kau terluka."
" Ah kau munafik Vin, bahkan hingga saat ini tak seorang pun menjenguk aku.
mana para sahabat kaya lain yang dulu suka berpesta denganku.
Tak satu pun dari mereka mengunjungi aku, bagiku kau sama saja dengan mereka, hanya karena kau dokter makanya kau ada disini hingga saat ini. kau terbentur dengan pekerjaan mu saja."
" Jangan menyamakan semua orang Ga, tak semua orang buruk.Aku tetap sahabatmu meski kau buta, bagiku kau sahabatku yang paling baik"
ucap Kevin tersinggung.
" Ah ! pokoknya aku mau pulang..!!" Dirga berkata keras kepala.
" Baiklah jika itu mau mu.."
Kevin mengalah.
Dia pun mengijinkan Dirga pulang dan menuliskan beberapa resep obat yang harus Dirga minum saat dirumah nanti.
Tak ada kegembiraan di wajah Dirga saat Adam datang menjemput.
Dia membeli sebuah kursi roda
dan segera menuju kamar
Mengurung diri di sana dalam kegelapan.
Menolak semua orang yang datang berkunjung.
Mama dan papa mencarikan beberapa perawat dan pengasuh untuk membantu Sayangnya temperamen yang buruk membuat semua orang yang disewa berhenti karena merasa ketakutan.
Dirga tak segan melempar piring, gelas serta benda berbahaya lain jika pengasuh sewaan memaksanya makan atau minum obat.
Dia tak butuh perawatan atau pelayan sewaan Mama. Dia hanya tak ingin di ganggu, ingin hidup tenang dalam kegelapan..
Menikmati rasa sepi dan raasa kecewa pada keadaanya saat ini
Sebagai seorang ibu, Mama tak pernah menyerah dia tetap mencari perawat baru untuk Dirga, bahkan sampai ada yang masuk rumah sakit karena diserang oleh Dirga secara membabi buta.
Akhirnya wanita itu pasrah.
Dia hanya menatap Dirga didepan pintu dengan wajah terluka.
Dirga tak bercukur, jarang makan atau pun mandi, keramas dan merawat diri. dia juga malas keluar kamar, paling anti minum obat.
kerjanya hanya melamun di sisi jendela yang tertutup rapat.
karena itu tubuhnya menjadi kusam dan kurus sekali.
Awalnya Dirga adalah sosok cerdas dan ceria. Dia seorang pengusaha hebat yang terkenal ramah dan disegani.
Dia juga suka berolah raga, berpesta dan berteman.
kini Dia terlihat tak ubahnya seperti patung hidup.
" Tuan anda mau sarapan?" tanya Adam hati-hati,
hanya pada Adam Dirga masih bersikap ramah.
karena Adam yang telah membesarkannya sedari kecil.
hubungan mereka cukup dekat. Setelah memilki rumah sendiri Dirga meminta Adam untuk tetap menjadi pelayan pribadinya.
" Berikan aku telur mata sapi dan nasi"
sahut Dirga enggan
Adam tersenyum
" Baiklah tuan."
" Hmmm.."
" Ada apa Adam...?"
" Ada Nona Bianca dan Tuan fadhil dibawah.."
" Bianca dan Fadhil ada apa?" Tanya Dirga bersemangat mendengar Bianca datang.
Fadhil adalah sahabat Bianca Dan Dirga.
" Suruh mereka ke kamar.."
" Baik tuan..."
Bianca dan Fadhil masuk kamar Dirga. Bianca hampir muntah mencium aroma kamar. Sangat bau apalagi melihat penampilan Dirga yang kacau dan tak terurus.
"Sayang..Bianca..." Dirga mengulurkan kedua tangan mencoba mencari sosok Bianca.
Bianca secepatnya menghindar dengan wajah jijik
Dirga putus asa.
" Ada apa?" akhirnya dia menyerah mencoba menyentuh Bianca.
" Aku dan Fadhil akan menikah, aku butuh surat cerai.." Ucap Bianca tanpa basa basi.
" Apakah kau dan Fadhil...?" tanya Dirga, enggan melanjutkan kalimatnya.
" Apa yang kau pikirkan adalah benar Dirga.." sahut Fadhil.
Dirga merasa sangat marah, dan dia hanya memendam kemarahannya di hati. mencoba bersikap Normal.
Wajah Dirga berubah sedih
" Bian, kau serius ingin bercerai dariku? bukankah kau berjanji dulu..
kau Tak akan meninggalkan aku dalam keadaan apapun "
Bianca terkekeh.
" Kau bodoh sekali percaya padaku Ga..Dulu kau sangat berbeda, kau sempurna, kaya tampan, dan memiliki banyak uang tapii lihat dirimu sekarang, bahkan kau seperti gelandangan yang tak terurus dan bau..apa yang kuharapkan darimu..? aku sudah memiliki segalanya, uang karir yang bagus, cantik, aku dan Fadhil saling mencintai sejak lama. hanya saja aku butuh kau sebagai batu loncatan dalam hidupku."
Dirga tertegun
" selama ini kau tak mencintaiku Bian..?
" Aku cinta padamu,"
" Lalu mengapa kau juga mengakui mencintai Fadhil."
Dirga menajamkan pandangan berusaha menembus kegelapan untuk melihat mata Bianca.
" Sejujurnya aku dan Bianca sudah lama berselingkuh Ga" Sahut Fadhil sambil tertawa mengejek.
" Di hari kecelakaan, aku lah yang sudah memaksa Bianca pulang, karena jika tidak, aku akan menikahi gadis lain. Sesungguhnya aku tak menyangka Bianca memilih pulang bahkan disaat badai. aku sadar bertapa besar cintanya padaku." Ucap fadhil bangga sambil merangkul Bianca mesra.
" Kalian memang manusia busuk" Maki Dirga Emosi
" Keluar dari kamarku..!!" usir nya disertai amarah.
" ADAM!! ADAM!!" Dirga berteriak dengan suara menggelegar.
Adam bergegas naik kelantai dua menuju kamar Dirga.
" Bawa keluar dua manusia hina ini.." Pintanya dengan wajah jijik.
" Jangan khawatir Bianca, surat cerai yang kau minta akan segera aku kirimkan secepatnya." ucap Dirga dingin,.mengiringi kepergian Bianca.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!