Suara alunan musik yang dimainkan oleh DJ profesional dengan lampu temaram yang menyinari setiap sudut klub malam elit yang berada di pusat kota dimana banyak orang golongan atas dan yang berkantong tebal yang dapat berkunjung dan bisa memasuki club malam untuk menghabiskan malam hanya sekedar bersenang-senang dan ada juga yang ingin mencari kepuasan lain.
Lenggak-lenggok pelayan club malam dengan pakaian minim dengan senyum menawan yang hilir mudik menyuguhkan minuman berkelas ke seluruh pengunjung, dan ada juga pelayan yang khusus dipesan oleh pengunjung hanya untuk menemani minum ataupun lebih dari itu di ruang VVIP yang berada di club malam.
Tak terkecuali dengan Lian sapaan dari Berlian Ayunda wanita dengan paras cantik dengan tubuh proposional seperti model papan atas tidak ada pengunjung yang tidak tertarik dengan pesonanya, yang sedang berada di ruang VVIP menemani pengunjung yang memintanya untuk menemani untuk minum.
"Lagi" ucap Berlian dengan tersenyum manis memperlihatkan gigi yang tertata rapi dan lesung pipit yang berada di kanan pipinya yang membuat senyumnya semanis madu, sambil menuang minuman ke gelas pengunjung yang meminta dirinya untuk menemaninya.
"Stop" ujar pengunjung laki-laki sambil menaruh gelas ke meja dan dengan segera menarik pinggul Berlian untuk duduk dipangkuannya, Berlian yang sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu langsung duduk dipangkuan laki-laki yang masih muda berumur sekitar tiga puluh tahun.
"Hai kawan apa kabarmu sudah lama tidak berjumpa ada urusan apa kamu menginjakan kakimu dinegaraku?" tanya laki-laki yang sedang memangku Berlian dipahanya pada seseorang yang baru masuk ke ruang VVIP tempat Berlian berada.
Sebelum laki-laki yang masuk menjawab pertanyaan dari laki-laki yang sedang memangku Berlian, Berlian disuruh mengambil minuman yang spesial untuk laki-laki yang baru masuk, Berlian menghembus kan nafasnya lega setelah keluar dari ruangan VVIP sambil mengibas ngibaskan pantatnya yang tadi duduk di pangkuan laki-laki yang berada didalam dan dia bisa terlepas walaupun hanya sebentar.
"Alvaro Waradhana aku terkejut kamu datang ke negaraku, padahal kita baru bertemu kemarin di London" ucap laki-laki yang tadi memangku Berlian.
"Asal kamu tahu Jack aku juga malas datang kesini, kamu tahu sendiri wanita di sini tidak ada yang bisa bermain hot"
"Jangan salah bicara wanita di sini lebih ganas bermainnya, apa kamu perlu bukti?"
"Ya sudah buktikan kepadaku jangan banyak bicara."
"Ok ok nanti aku buktikan, oh ya kamu disini tinggal di hotel atau apartemen kamu?"
"Tidak keduanya."
"Terus?" tanya Jack penasaran.
"Aku harus tinggal bersama paman dan juga bibiku di perumahan sederhana."
"Apa aku tidak salah dengar?"
"Tidak mamah dan juga papah menyuruhku tinggal bersama paman dan bibi agar aku bisa berubah" jelas Varo.
"Aku tidak yakin kamu bisa berubah" ujar Jack sambil tertawa.
Varo hanya mengangkat kedua bahunya mendengar apa yang dikatakan Jack matanya langsung menatap kearah Berlian yang baru masuk lagi sambil membawa minuman yang dipesan Jack, Varo memandangi Berlian dari ujung kepala hingga ujung kaki yang begitu sempurna hingga membuat jiwa cassanova nya meronta ingin segera membawa wanita di depannya keatas ranjang.
"Apa kamu tertarik padanya" bisik Jack pada Varo ketika melihat mata Varo tidak lepas dari Berlian.
Varo hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda mengiyakan tawaran Jack.
"Oh ya nama kamu siapa?" tanya Jack pada Berlian yang sedang menuang minuman.
"Lian" jawab Berlian singkat.
"Berapa yang harus aku bayar untukmu malam ini katakan saja yang kamu minta?"
"Maaf malam ini tidak bisa saya sedang datang bulan" bohong Berlian kepada dua laki-laki dihadapannya yang sedang menatapnya.
"Tapi tenang saja saya mempunyai teman yang bisa diajak bermalam dengan anda dan tenang saja dia sudah sangat profesional untuk hal ini" ucap Berlian yang langsung keluar untuk memanggil temannya.
Yang membuat Varo dan juga Jack didalam ruangan nya saling menatap tidak percaya pada apa yang barusan didengarnya.
"Ha ha ha ha ha" tawa Jack meledak mendapati Varo yang sudah berfantasi liar di otaknya mendapat penolakan karena wanita tersebut sedang datang bulan.
"Sudah terima saja tawaran dia daripada juniormu tidak mendapat santapan sama sekali"
Varo hanya menghembuskan nafasnya kasar.
"Mila" panggil Berlian sambil mendekat dengan terburu-buru ke arah Mila.
"Apa kamu menolak tawaran untuk bermalam dengan laki-laki lagi?" tanya Mila sahabat dekat Berlian yang sudah hafal kebiasaan Berlian.
Berlian hanya tersenyum kuda sambil menarik tangan Mila menuju ruang VVIP tempatnya tadi.
"Tuan perkenalkan ini Mila…."
"Baiklah ayo ikut aku" ucap Varo memotong perkataan Berlian dan pergi keluar ruangan yang diikuti oleh Mila dari belakangnya.
"Ini tips untuk kamu" ujar Jack sambil memberikan uang kepada Berlian dan langsung meninggalkan Berlian di ruangan VVIP.
"Satu dua tiga empat lima, lima ratus ribu syukurlah terima kasih tuhan" ucap Berlian yang duduk diatas sofa sambil menghitung uang tips yang diberikan oleh Jack dan dengan segera Berlian memasukkan uang tersebut di kantong kemejanya, dan langsung membereskan meja untuk dibersihkan.
"kemana Mila?" tanya Mira pada Berlian ketika mereka sedang beristirahat di ruang khusus karyawan.
"Biasa, tadi aku mencarimu tapi kamu tidak ada jadi aku suruh Mila lagi" jelas Berlian.
"Ya sudah sana kembali bekerja, aku masih lelah nanti kalau ada yang ingin lebih sekedar menemani minum kasih ke aku saja ya."
"Ok siap" ucap Berlian yang langsung kembali bekerja.
Itulah Berlian yang selalu dijuluki wanita malam oleh segelintir orang di tempat tinggalnya yang tidak suka terhadapnya. Tapi Berlian tidak pernah menghiraukannya yang terpenting dirinya bisa menjaga kehormatannya walaupun dirinya bekerja di dunia malam yang tidak pernah orang tahu lebih jauh tentangnya hanya orang-orang terdekat yang bekerja di club malam yang mengetahuinya, dirinya selalu punya akal untuk mengelabui laki-laki hidung belang yang ingin meminta dilayani lebih.
***
"Bu ketupat sayur dua bungkus" ujar Berlian ketika dia baru turun dari ojek online yang dipesannya tepat di pintu masuk perumahan sederhana yang dia tempati.
"Gorengannya juga bu seperti biasa"
"Baik dek" ucap penjual ketupat sayur sambil memasukkan beberapa gorengan kedalam kantong sudah hafal apa yang biasa Berlian pesan.
"Ada wanita malam disini, amit-amit deh jangan sampai anakku tergoda padanya" ucap bu Susi tetangga Berlian yang tidak menyukainya.
"Mana mau anak bu Susi yang tampan denganya yang sudah bolong" sambung bu Mirna teman satu geng bu Susi yang juga tidak menyukai Berlian.
"Bu Susi dan bu Mirna maaf sebelumnya jangan menjelekan seseorang di warung saya" ujar penjual ketupat sayur membela Berlian. "Ini dek Berlian totalnya tiga puluh ribu" sambung penjual ketupat sayur sambil memberikan kantong yang berisi pesanan Berlian.
"Terima kasih kembalinya buat ibu saja" ucap Berlian singkat sambil memberikan uang lembaran lima puluh ribuan, dan langsung pulang menuju perumahan tempat tinggalnya tidak peduli lagi dengan celotehan orang-orang yang sedang membicarakannya, dirinya sudah kebal dengan omongan pedas yang dilontarkan untuknya.
Karena motto hidup Berlian adalah tidak usah peduli orang lain menilai kita seperti apa karena mereka tidak tahu apa yang kita jalani, orang hanya menilai dari yang dilihatnya bukan pada apa yang kita jalani.
*****
"Assalamualaikum dek Lian baru pulang?" tanya bu Sofyan ketika berpapasan dengan Berlian.
"Waalaikumussalam iya bu, mari saya duluan" ujar Berlian yang langsung berjalan menuju tempat tinggalnya.
Hanya keluarga Sofyan dilingkungan tempat tinggalnya yang memperlakukan Berlian dengan baik dan selalu membela Berlian jika ada orang yang menghujat Berlian, selain keluarga Sofyan yang terpandang di lingkungannya pak Sofyan adalah ustadz yang terkenal.
"Assalamualaikum bibi Ami" ucap Berlian sambil membuka pintu rumahnya.
Bibi Ami wanita paruh baya yang mengasuh Berlian semenjak kedua orang tua Berlian meninggal dunia.
"Waalaikumussalam kamu sudah pulang tumben jam setengah enam sudah pulang?" tanya bibi Ami pada Berlian ketika Berlian memberi salam sambil mencium punggung tangan bibinya.
"Iya bi, ini" ucap Berlian sambil memberikan bungkusan yang berisi lontong sayur dan juga gorengan kepada bibi Ami untuk sarapan.
"Sudah sana kamu sholat terlebih dahulu, biar bibi siapkan makanan untuk kamu"
"Terima kasih bi" ujar Berlian yang langsung menuju kamarnya untuk melakukan kewajibannya sebagai umat muslim.
Hal rutin yang dilakukan oleh Berlian setelah selesai sarapan dirinya akan langsung tidur. masa bodoh dengan pepatah yang mengatakan kalu tidur setelah matahari terbit rizekinya akan dipatok ayam. Karena menurut Berlian mana ada ayam memakan rezeki seseorang, karena ayam makan apa yang diberikan oleh pemiliknya.
Semua orang yang sedang berada di pintu gerbang perumahan sederhana tempat Berlian tinggal langsung terpukau ketika ada seorang laki-laki yang begitu sempurna dengan tubuh besar tinggi, dengan otot yang terbentuk dengan sempurna terlihat jelas karena dirinya hanya menggunakan kaos t-shirt, wajah yang sempurna siapapun yang melihat akan mengagumi apalagi dirinya turun dari mobil mewah keluaran baru limited edition yang hanya ada beberapa unit saja.
Tak terkecuali ibu-ibu perumahan yang akan berangkat menghadiri pengajian yang dilaksanakan rutin setiap seminggu sekali di pemukiman Berlian tinggal, merekapun langsung menghampiri laki-laki yang sempurna paripurna.
"Ya tuhan apa aku tidak salah lihat, coba cubit aku bu" ucap bu Susi mengagumi ketampanan laki-laki yang sudah berada di depannya.
"Tidak bu ini sungguh nyata" ucap bu Mirna sambil mencubit lengan bu susi.
"Ah sakit tahu" bu susi berkata sambil mengelus elus tangannya yang baru dicubit oleh bu Mirna dengan kencang.
"Permisi bu saya mau tanya rumah pak Sofyan di sebelah mana?" tanya laki-laki didepan bu Mirna dan bu susi tapi tidak mendapat jawaban dari keduanya saking terpesonanya.
"Maaf bu" ucap laki-laki tersebut yang langsung pergi meninggalkan keduanya dan bertanya kepada bapak-bapak yang tidak jauh darinya.
"Ada apa mas?" tanya bapak-bapak yang sedang duduk didalam pos pintu masuk perumahan.
"Rumah pak Sofyan di sebelah mana pak?"
"Oh pak Sofyan itu mas di sebelah rumah yang sedang mengadakan pengajian" ujar bapak-bapak yang langsung mendapat terima kasih dari laki-laki yang bertanya dan dengan segera masuk kedalam mobil dan melajukan kendaraannya menuju rumah yang tadi diberi tahu.
"Bu Susi bu Mirna inget umur" ucap pak Cul yang tadi berbicara kepada laki-laki yang sudah pergi menuju ke rumah pak Sofyan.
"Istighfar ingat suami dirumah belum di masakin" sambung pak Lun yang duduk didekati pak Cul sambil tertawa.
"Syirik aja, tahu tidak pak Cul dan pak Lun kita harus mengagumi ciptaan tuhan benar tidak bu Mirna"
"Betul itu, dari pada kita setiap hari melihat kalian berdua membuat mata saya iritasi" ujar bu Mirna yang langsung meninggalkan pak Cul dan pak Lun yang sedang menggeleng gelengkan kepalanya melihat keduanya yang tidak pernah berubah dan selalu merendahkan orang-orang disekitarnya.
"Apa ini rumah paman dan bibi kecil sekali" ujar Varo ketika sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah kemudian turun dan mengetuk pintu tapi tidak mendapatkan jawaban dari dalam rumah.
"Oh ya aku lupa pasti paman dan bibi sedang menghadiri pengajian" gumam Varo dalam hati mengingat bapak-bapak yang memberi tahunya tadi bahwa sedang ada pengajian di samping rumah paman dan bibinya.
"Baiklah aku masuk saja, rasanya badan ini sangat lelah dan aku sudah sangat mengantuk sekali" ucap Varo yang langsung masuk kedalam rumah dan masuk kedalam salah satu kamar untuk beristirahat tidak lupa dirinya melepas tshirt dan juga celananya dan hanya menyisakan celana boxer kebiasaan Varo ketika akan tidur.
"Ya ampun kecil sekali ranjang ini" ucap Varo sambil merebahkan tubuhnya dan langsung terlelap.
"Ingat, sebagai makhluk ciptaan Allah kita tidak boleh merendahkan sesama makhluk lainnya, karena Allah yang lebih tahu tentang makhluk ciptaannya. Baiklah kita akhiri pengajian mingguan kita hari ini kurang lebihnya saya minta maaf karena saya sebagai manusia masih banyak kekurangan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. silahkan di nikmati hidangan yang sudah disediakan oleh pemilik rumah tapi ingat makan ditempat jangan di masukin kedalam tas dan dibawa pulang" ujar pak Sofyan sambil tertawa. "Maaf, ibu-ibu dan juga bapak-bapak saya hanya bercanda silahkan jika ingin di bawa pulang, saya juga ingin membawa pulang jika ada kantong plastik kasih saya" ucap pak Sofyan lagi sambil tertawa diikuti oleh seluruh jamaah pengajian yang juga ikut tertawa.
"Bu apa Varo sudah menghubungi ibu?" tanya pak Sofyan pada istrinya yang sedang duduk bersebelahan sambil menikmati makanan ringan yang disediakan oleh pemilik rumah tempat dirinya mengisi tausiah.
"Belum pak"
"Bagaimana anak itu padahal Iskandar bilang dia sudah sampai dari kemarin"
"Mungkin dia ada di apartemennya atau menginap di hotel miliknya, bapak tidak usah kuatir Varo sudah besar"
"Mudah-mudahan dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh" ujar pak Sofyan sambil menikmati hidangan yang berada di depannya.
"Cie cie setiap hari masih seperti pengantin baru saja nih pak Sofyan dan bu Sofyan" ucap pak Ridwan pemilik rumah.
"Pak Ridwan bisa saja kita sebagai umat muslim yang baik harus menjaga pasangan kita, sebenarnya nih pak saya kasih tahu istri saya saja yang selalu ingin bersama dan selalu dekat denganku takut ada yang nyantol"
"Betul pak Ridwan nanti kalau sarung suami saya nyantol bisa berbahaya" sambung bu Sofyan sambil tersenyum.
"Oh iya ya kan pak Sofyan tidak pernah pake…….."
"Sssttt jangan diteruskan membuka aib saya saja nanti kedengeran yang lainnya" ucap pak Sofyan memotong ucapan pak Ridwan teman dekatnya.
"Ha ha ha ha ha ha," keduanya tertawa secara bersamaan membuat orang disekitarnya langsung menatap kearah pak Sofyan dan pak Ridwan.
"Maaf pak Sofyan minggu depan giliran pengajian dirumah bu Ami biar saya antarkan speaker ini kerumah bu Ami terlebih dahulu" ujar bu Ridwan yang sudah membawa speaker di tangannya.
"Oh ya silahkan biar istri saya membantu bu Ridwan"
"Oh tidak pak biar saya saja dengan bu Ami yang punya rumah" ujar bu Ridwan yang langsung menuju rumah bu Ami yang hanya berjarak dua rumah.
"Bu Ami ini mobil siapa kelihatannya mobil mahal?" tanya bu Ridwan ketika mereka sudah sampai di rumah bu Ami.
"Saya juga tidak tahu bu, ayo silahkan masuk taruh saja di pojok dekat meja makan, saya ingin membangunkan Lian pasti dia belum bangun ini sudah siang" ujar bu Ami yang langsung menuju kamar Berlian.
"Astagfirullah hal azim Lian……………."
******
"Astagfirullah hal azim Berlian Ayunda……….." teriak bu Ami menyebut nama lengkap keponakannya saat membuka pintu kamar Berlian dan mendapati Berlian sedang tidur sambil dipeluk seorang laki-laki yang hanya mengenakan celana boxer.
Semua tetangga yang kebetulan baru pulang pengajian melewati depan rumah bu Ami langsung menghambur masuk kedalam rumah bau Ami saat mereka semua mendengar teriakan bu Ami dari dalam rumahnya.
"Ada apa bu?" semua yang sudah masuk menanyakan kepada bu Ami apa yang sedang terjadi tapi bu Ami tidak menghiraukan pertanyaan ibu-ibu yang sudah masuk kedalam rumahnya tatapannya masih menatap ke arah kamar keponakannya yang belum juga terjaga dari tidurnya walaupun teriakan bu Ami sudah terdengar seperti toa.
"Astagfirullah" ucap ibu-ibu bersamaan yang sudah berdiri didepan kamar Berlian.
"Bangun-bangun" ucap bu Susi sambil memukul meja rias yang berada di dalam kamar Berlian menggunakan sapu lantai yang dia ambil tidak jauh dari kamar Berlian, dan dengan segera Berlian membuka matanya sambil menguap dan terkejut saat mengetahui di kamarnya sudah banyak ibu-ibu yang menatap tajam ke arahnya.
"Apa ini astagfirullah hal azim" ucap Berlian sambil mengangkat tangan seseorang yang berada di pinggangnya dan segera melompat dari kamar tidurnya yang membuat laki-laki tersebut langsung terbangun.
"Ada apa ini" ujar laki-laki tersebut dengan santainya.
"Bukannya kamu laki-laki yang tadi menjijikan sekali perbuatanmu cih tampang dan perbuatan tidak sesuai" ujar bu Susi saat mengetahui siapa laki-laki yang berada di kamar Berlian.
"Kalau kalian ingin berzina jangan di lingkungan ini" ujar salah satu ibu-ibu dengan kesal.
"Iya ini perbuatan dosa" sahut ibu-ibu lainnya.
"Berlian apa yang kamu lakukan bibi kecewa kepadamu" ujar bibi Ami sambil menangis dengan segera Berlian menghambur memeluk bibinya yang sedang menangis.
"Bi ini tidak seperti apa yang bibi lihat, aku tidak tahu siapa dia dan kenapa dia berada di kamarku" terang Berlian.
"Mana ada orang yang berbuat dosa mau mengakuinya" ujar bu Mirna sambil bertolak pinggang menunjuk ke arah Berlian.
"Sama seperti bu Mirna" celetuk ibu Asih yang membuat bu Mirna meradang dan langsung menarik kerudung bu Asih yang membuat rumah bu Ami menjadi sangat ramai dengan banyaknya ibu-ibu yang saling bicara sendiri sambil memisahkan keduanya.
"Bi mohon percaya padaku bi aku tidak melakukan apa-apa dan aku tidak mengenal siapa dia" ujar Berlian sambil menunjuk ke arah Varo yang masih dengan santainya seperti sedang tidak terjadi apa-apa.
"Kamu siapa kenapa kamu berada di kamarku?" tanya Berlian dengan kesal karena ada laki-laki asing yang masuk kedalam kamarnya.
"Kamu lupa aku yang semalam ada di club malam" ujar Varo dengan santainya.
"Tuh kan benar dasar wanita malam berani beraninya kamu mengajak laki-laki untuk berzina di lingkungan kita" ucap bu Susi ketika mendengar ucapan Varo yang membuat ibu-ibu yang sedang melerai bu Asih dan bu Mirna langsung menatap kearah Berlian lagi.
"Nikahkan saja mereka agar lingkungan kita tidak tercemar" ucap salah satu ibu-ibu dengan entengnya.
"Benar, benar, benar" ucap yang lainnya saling bersahutan.
"Tidak bisa begitu kalian dengarkan penjelasan ku aku tidak mengenalnya" ucap Berlian yang langsung mendapat tamparan dari bibi Ami.
"Bibi kenapa bibi menamparku?" tanya Berlian sambil menangis.
"Benar kata mereka kamu sudah mencoreng lingkungan kita ini, bibi sangat percaya kepadamu tapi apa yang bibi dapatkan?" tanya bibi Ami sambil menangis lagi.
"Assalamualaikum ada apa ini ramai-ramai?" tanya pak Sofyan sambil masuk kerumah bu Ami di ikuti bu Sofyan di belakangnya.
"Ini pak, Berlian membawa laki-laki ke dalam kamarnya dan mereka berzina" ucap bu Susi dengan lancarnya yang membuat ibu-ibu yang masih berada didalam rumah bu Ami mengiyakan perkataan bu Susi.
Dengan segera pak Sofyan masuk kedalam kamar Berlian untuk menenangkan semuanya dan pak Sofyan langsung terkejut mendapati siapa yang sedang berada di kamar Berlian dan lebih terkejut lagi laki-laki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.
"Varo" ucap pak Sofyan sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Seketika semua ibu-ibu yang masih berada di dalam langsung menatap kearah pak Sofyan.
"Apa pak Sofyan mengenalnya?" tanya bu Mirna ingin tahu.
"Dia keponakan saya"
"Apa!" ibu-ibu langsung terkejut dan langsung gantian memberikan ceramah kepada pak Sofyan.
"Pak Sofyan tahu kan ini perbuatan zina, maka kita harus menikahkan mereka" ujar salah satu ibu-ibu gantian memberi ceramah kepada pak Sofyan.
"Baik saya akan selesaikan ini semua, ibu-ibu tenang dulu biar saya yang bicara ok" ucap pak Sofyan menenangkan ibu-ibu yang masih berbicara masing-masing, dan akhirnya pak Sofyan menengahi dan mengajak semuanya untuk berkumpul diruang tamu bu Ami tak terkecuali Berlian dan juga Varo yang didudukan bersebelahan seperti sedang di sidang dengan banyaknya lontaran pertanyaan dari ibu-ibu yang tidak ada hentinya bertanya kepada keduanya.
"Baik ibu-ibu semuanya sekarang giliran saya yang berbicara saya harap ibu-ibu tenang" ucap pak Sofyan dengan wibawanya.
"Saya akan menanyakan dulu kepada pihak perempuan, dek Lian apa yang dituduhkan kepada dek Lian benar?" tanya pak Sofyan yang langsung dijawab dengan menggelengkan kepalanya oleh Berlian.
"Baik sekarang giliran Varo, silahkan beri penjelasan kepada semua yang berada disini?" ujar pak Sofyan kepada keponakannya.
"Apa yang harus aku jelaskan aku kan cuma tidur saja dan tidak melakukan apa-apa aku kira ini rumah paman" ujar Varo dengan santainya seperti tidak mempunyai salah.
"Berarti kamu yang salah masuk rumah orang tidak permisi" ucap Berlian di samping Varo dengan emosi.
Dan akhirnya mereka beradu argumen yang membuat ibu-ibu yang melihatnya langsung berkata. "Nikahkan saja mereka agar tidak terulang lagi kejadian ini dilingkungan kita."
"Benar, benar" ucap ibu yang lainnya.
"Pak sudah nikahkan saja mereka siapa tahu nanti setelah menikah Varo akan berubah, dan satu lagi agar anak kita tidak lagi mengejar Berlian" bisik bu Sofyan kepada suaminya yang membuat pak Sofyan langsung mengelus elus dadanya ternyata selama ini istrinya masih mengkhawatirkan anaknya yang menyukai Berlian.
"Baiklah saya akan memutuskan bahwa mereka harus menikah besok" ucap pak Sofyan yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Berlian.
"Pak ini tidak adil aku tidak mengenalnya kenapa aku harus menikah denganya"
"Tidak mengenalnya tapi sudah tidur bareng menjijikan" celetuk bu Susi dengan sinis.
"Betul itu" ujar bu Mirna membenarkan ucapan temannya.
"Bibi bantu aku, aku tidak ingin menikah denganya" ujar Berlian yang sekarang berada didepan bibi Ami.
"Benar kata pak Sofyan kamu harus menikah dengannya bibi kecewa kepadamu" ucap bibi Ami yang langsung menuju kamarnya.
"Bibi dengarkan aku dulu" ujar Berlian sambil mengetuk ketuk pintu kamar bibinya yang di kunci dari dalam.
"Ini semua gara-gara kamu" ujar Berlian pada Varo sambil memukul mukul lengan Varo sambil menangis.
"Kamu senang kan kalau aku menikahimu jadi kamu tidak usah bekerja menjadi wanita malam dan menjual tubuhmu lagi" ujar Varo dengan sinis yang langsung mendapat tamparan keras di pipinya dari Berlian.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!