"Hai cantikkk ... abang datang ... tapi gak bawa uang ...!!!" seru seorang cowok dengan baju seragam atasan yang sudah keluar dari celananya itu cengengesan.
Penampilannya terlihat berantakan, namun dengan penuh percaya diri mendekati tiga orang gadis cantik yang sedang duduk makan siang di kantin sekolah pada jam istirahat.
Cowok itu bernama Fabian Alfarezi Rayhan memiliki kulit putih dengan wajah yang cukup tampan, untuk ukuran anak SMU dia cukup tinggi karena memiliki tinggi badan 182cm. Badannya atletis namun terkesan tengil karena penampilannya yang slengekan dan semaunya.
"Idiihhhh ... ngapain sich lo duduk di sini bareng kita. Jauh jauh sono ... bikin pemandangan gue enek deh." ucap gadis yang duduk paling pinggir itu dengan pedas tidak lupa gadis itu memberikan tatapan tajam pada cowok yang bernama Fabian tersebut.
Gadis bernama Khayyara Nala Ashanum yang biasa dipanggil Khey oleh teman teman di sekolahnya tersebut merasa jengah dengan cowok yang selalu saja mengganggunya di sekolah itu.
"Hisss cantik cantik kok galak sih. Tar cepet tua lo ...." Fabian seakan tidak peduli dengan ucapan pedas Khey, dirinya dengan santai tetap duduk di bangku dimana Khey makan siang dengan kedua sahabatnya.
"Makanya jangan deket deket gue, biar gue gak keluarin energi negatif yang bikin gue cepet tuwir." Khey berucap dengan masih bernada sinis.
Khayara atau yang biasa dipanggil Khey adalah most wantednya SMU Gama. Gadis itu cantik, berkulit putih dan memiliki senyum yang bikin meleleh para kaum adam di sekolahnya. Namun sayang Khey sudah memiliki seorang kekasih yang bernama Jevan Doni Prasetya biasa dipanggil dengan nama Doni. Cowok bernama Doni itu menjabat sebagai ketua osis di SMU Gama, sekolah yang sama dengan Khey dan Fabian.
Khey memilik dua orang sahabat yang selalu bersamanya, kedua sahabatnya tersebut bernama Rhea dan Alya. Mereka selalu bersama - sama di sekolah, tak jarang mereka juga sering hangout bareng ketika di luar sekolah.
Meskipun Khey adalah gadis yang cantik, sebenernya dia bukanlah gadis yang sombong. Dia baik kepada siapa saja, hanya pada makhluk Tuhan yang bernama Fabian ini Khayyara selalu mengeluarkan wajah jutek dan tidak bersahabat.
Bagaimana Khey tidak merasa terganggu jika setiap ketemu dengan Fabian, cowok itu selalu saja mengganggunya dengan memintanya menjadi pacar Fabian. Padahal siapa yang tidak tau kalau Khayyara adalah pacar dari Doni ketua osis SMU Gama yang juga menjadi most wanted di sekolah karena wajah tampannya dan juga murid yang jago basket.
"Hey ... elo tu ya ... udah tau kalo Khey udah pacaran sama Doni masih aja ngejar - ngejar dia. Gak ada cewek laen apa!!" Rhea yang berada di sebelah Khayyara merasa bosan dengan kehadiran Fabian yang selalu saja merecoki mereka.
"Gak ada tuh. Yang gue mau cuma neng cantik Khey aja ... gimana dong ...?!!", ucap Fabian dengan menopang dagunya serta mengedipkan matanya pada Khayyara, hingga membuat gadis itu memutar bola matanya malas.
"Idih gak punya malu lo ...!" Alya menimpali
"Dasar cowok gila!" pekik Khey kesal.
"Aneh" Rhea.
"Gak punya muka" Alya.
"Resek" Khey kembali berucap dengan sinis.
"Keknya emaknya ngidam rebung deh waktu hamil dia." Alya mencoba menerka perilaku Fabian yang tidak punya malu, dan mendapatkan anggukan dari kedua sahabat nya.
Fabian tidak peduli dengan ucapan - ucapan ketiga gadis itu padanya. Dia masih saja duduk menopang dagu dengan tanpa berkedip menatap Khayyara dan tak lupa mengembangkan senyum merekah di bibirnya.
🍓🍓🍓
Sreet ...
Tangan kanan Fabian ditarik oleh seseorang dari samping hingga membuat Fabian terkejut dan hampir membuat kepalanya terbentur pada meja di mana dirinya sedang asyik menopang dagu sambil memandang wajah cantik Khayyara.
"Berdiri lo ... ikut gue!!!"
Ternyata orang yang menarik pergelangan tangan Fabian adalah Farrel teman sekaligus sahabatnya yang paling betah menemani Fabian dengan tingkah absurdnya.
"Haisshh ... elo kenapa seh Rell, udah kek bini cemburu wae ...." Fabian terpaksa berdiri mengikuti Farrel karena cowok itu menarik pergelangan tangannya kuat.
"Diem lo ... bacot!!" Farrel menarik paksa Fabian agar cepat menjauh dari bangku Khayyara dan kedua temannya.
"Good ... bawa temen lo jauh - jauh dari gue!!" teriak Khey pada Farrel dengan tersenyum kesenangan melihat langkah kaki Fabian yang berulangkali hendak terjungkal.
"Iya tuh ... kerjaannya cuma gangguin Khey aja." Alya menimpali dengan geregetan.
"Bawa yang jauh Rell. Sejauh mungkin ... biar mata kita gak sakit liat wajahnya yang nyebelin!!" Rhea terkekeh geli karena dirinya juga melihat jalan Fabian yang kesusahan akibat tarikan tangan Farrel yang seperti memaksanya.
"Syukur pawangnya dateng ...." Khey mengusap dadanya berulang.
"Iya ... kalo gak Biyan bakalan memandang bucin wajah lo sampek jam istirahat habis." Rhea menyahut ucapan Khey dengan kekehan kecil.
Khey bergidik mendengar ucapan Rhea, yang diucapkan oleh Rhea itu memanglah benar. Cowok tengil itu selalu saja mengganggunya, bahkan seringkali menungguinya sambil menatapnya bucin tiap kali ada kesempatan di kantin sekolah.
Tidak hanya sekali bahkan berkali - kali Khey dan kedua temannya selalu menghardik, mengejek serta mengkasari Fabian namun entah mengapa cowok tengil itu tidak bergeming sama sekali.
Tidak pernah sedikitpun ada niatan untuk menghentikan aksinya mengganggu Khayyara.
Entah terbuat dari apa muka tebalnya itu hingga tidak punya malu, bahkan tidak sekalipun wajahnya menunjukkan rasa marah saat Khayyara dan kedua temannya memperlakukan Fabian dengan kasar. Hanya senyum tengil yang selalu tersungging pada bibirnya.
"Lagian kenapa sih Khey Doni jarang banget nemenin lo makan di kantin?!" Rhea keheranan dengan ketua osis yang menurutnya songong itu, namun apa mau dikata temen sekaligus sahabat yang duduk di sebelahnya itu seakan cinta mati sama ketua osis yang memang tampan tersebut.
"Dia banyak kegiatan Rhea sayang ... ketua osis gitu loh ..." Khey membela Doni.
"Tapi kan ... Doni harusnya bisa meluangkan waktu barang semenit buat nemenin elo makan. Cuma di kantin jugak ... gak kek di resto yang memakan waktu buat nunggu racikan chef buat nyiapin menu. Kalo di resto mah nunggu desert wae bikin kita ngoyot" Rhea berucap sarkas.
"Elo tau kan kalo Doni itu ketua osis kapten basket juga, jadi waktunya itu bener - bener habis buat ngurusin sekolah sayang. Tapi Khey yakin kok Doni itu cuma cinta dan sayang sama gue. Gak ada cewek lain di hatinya." Ucap Khey pede.
Rhea mendengus sebal. "Orang kasmaran mah taik kucing berasa coklat."
Khey tersenyum, dirinya sudah biasa dengan sikap judes sahabat nya tersebut. Khayyara menyadari bahwa sikap Rhea tersebut adalah bentuk sayangnya kepada dirinya, Khey tahu kalo Rhea tidak ingin dirinya disakiti oleh Doni cowoknya.
"Benul tu apa yang dibilang Rhea Khey. Lagian Doni gak cemburu apa liat Fabian deketin elo mulu." Alya berkata sambil mengangguk anggukkan kepala membenarkan ucapan Rhea.
"Enggak ya ... Doni tu tau kalo cinta gue cuma buat dia seorang, gak bakalan tergantikan. Kita berdua itu sama - sama setia. Saling cinta sehidup semati." Khayyara meyakinkan kedua sahabatnya sambil meletakkan kedua tangannya di dada. Tak lupa kedua bola matanya yang berkedip - kedip dengan senyum merekah menghiasi bibirnya.
Tak ayal membuat kedua sahabatnya mencebik dan memutar bola matanya malas.
😍😍😍😍
Yuhuuuuu ... hadir nich tulisan receh othor yang ke - 2 masih dengan tema nikah mendadak yak ...
Tapi kali bukan karena perjodohan lo ...
Takdir mungkin ... semoga syukak😉😉😉
My beloved readers, tengyu so much for :
Like 👍🏻
Vote 🔖
Rate ⭐⭐⭐⭐⭐
Komen 💋
Tambahkan favorit ❤
Salam halu dari author yang narsis abishh 💃🏻💃🏻💃🏻
"Apaan sih Rell ... sakit tauk tangan gue." Fabian cemberut sambil mengusap pergelangan tangan kanannya dengan tangan kiri saat Farrel telah melepaskan cekalan tangannya dan mendudukkan diri mereka pada bangku yang terletak di pojok kantin.
"Najis gue liat muka lo manyun kek bencong kurang belaian gitu!" Farrel bergidik.
"Emang beneran sakit Rell ... sakit tangan gue juga ati gue." Fabian menepuk dadanya yang telah duduk pada bangku yang berhadapan dengan Farrel.
"Ceeh ... dasar muka tembok lo, gak punya malu, gak punya harga diri!!! Jelas - jelas lo udah ditolak sama Khey masih wae ngekor. Kek gak ada cewek laen aja!" Farrel sebal dengan tingkah Fabian yang menurutnya merusak harga diri kaum adam.
"Elo tu cowok ... di mana harga diri lo ...?! Lagian ya Muka lo tu cakep, gak jelek - jelek amat. Asal lo mau dikit wae merapikan penampilan lo yang berantakan itu, elo bisa dapetin cewek yang lebih segalanya dari Khey. Lo tu sebenernya lebih cakep daripada Doni bro ...."Farrel berucap dengan nada kesal.
"Hehehehe ... tau aja lo kalo gue emang cakep." Fabian menegakkan dagu dengan ibu hari serta telunjuk membentuk pistol di bawah wajahnya menghadap Farrel.
"Njiirr ... kumat narsisnya." Farrell mencebik semakin kesal.
"Rell bagi resep dong biar Khey mau sama gue!" Fabian menggoyangkan tangan Farrel memohon.
Membuat Farrel menatap tajam pada Fabian. "Elo itu begok ato gimana sih, bebal banget ye otak lo. Dibilangin suruh cari cewek lain jugak!!" Farrel benar benar merasa kepalanya mendidih sekarang.
"Elo bilang gue lebih cakep daripada Doni kaaan ... mangkenye gue berusaha gaet Khey biar mau sama gue dan ninggalin Doni Rell." Masih saja Fabian gak peduli dengan kemarahan Farrel. Padahal kalo saja terlihat, pastinya api sudah berkobar - kobar di pucuk kepala Farrel.
Pluk.
Farrel menimpuk kepala Fabian dengan topi yang tadi bertengger di kepalanya. "Dasar otak udang lo!"
"Auww ... sakit Rell!" Pekik Fabian memberengut sambil mengusap kepala yang ditimpuk topi oleh Farrel.
"Makane punya otak di asah biar begok lo ilang. Percuma punya otak eistein tapi begok soal cewek." Farrel berucap sarkas.
Lagi - lagi Fabian tersenyum cengegesan hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.
"Gue laper neh ... mau pesen siomay, elo mau apa?" Farrel beranjak dari tempat duduknya.
"Samain wae ... sama teh anget ya Rell".
Sepeninggal Farrel, Fabian membuka ponselnya untuk mulai bermain games di ponselnya.
Beberapa saat setelahnya Farrel pun datang dengan kedua piring siomay di tangannya.
"Nih ... buruan makan." Farrel menyodorkan salah satu piring siomay ke hadapan Fabian.
"Tanks brother ...." Fabian meletakkan ponselnya kemudian meraih sendok pada piring siomaynya.
"Ini teh anget sama jeruk angetnya mas." ucap Pak Asep penjual siomay di kantin sekolah dengan tersenyum.
"Oh iya Pak, makasih." Fabian berucap sopan sambil menerima teh anget kemudian menggeser gelas jeruk anget ke depan Farrel dengan tak lupa memberikan senyum pada Pak Asep.
"Sama - sama Mas Bian." balas Pak Asep kemudian berlalu meninggalkan meja Fabian dan Farrel.
"Bian ...," Farrel memanggil nama teman yang masih menyelesaikan makannya.
"Hemmm"
"Elo beneran yakin cinta sama Khey??" tanya Farrel menyelidik.
Fabian mengangguk sambil menyuapkan potongan siomay yang terakhir pada mulutnya.
"Apa yang bikin elo suka sama Khayyara?"
"Semua lah ... dia itu cantik luar dalem Rell. Mata lo gak bisa liat apa??!!"
"Ceh ... pandangan mata orang jatuh cinta sama enggak itu beda, gak bisa disamain. Elo bilang cantik karena elo udah dibutakan sama yang namanya cinta. Beda sama pandangan mata gue, mata gue lebih realistis Yan ...." Farrel lagi - lagi berdecih mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
"Mangkenye jatuh cinta lo ... biar mata lo buta kek gue hehehehe ...." Fabian terkekeh.
"Sialan lo ... ngarepin mata gue buta." Farrel menoyor pelan bahu Fabian.
"Khey emang cantik Yan ... wajah Khey dilihat dari sudut manapun tetep sempurna untuk ukuran cewek." Farrel berucap sambil memandang Khey sesaat yang masih asyik bercengkerama dengan kedua sahabatnya di kantin.
Pandangan mata Farrel pada Khey pun tertangkap oleh Fabian.
"Tu kan ... bener kan kata gue, Khey emang cantik. Semua cowok di sekolah juga pasti mengakui itu, termasuk gue sama elo. Tapi elo jangan nikung gue Rell ...." Fabian.
"Ck ... mengakui kecantikan bukan berarti jatuh cinta kek elo. Dan lagi gue gak bakalan nikung temen sendiri, meskipun di dunia ini hanya ada cewek satu - satunya milik elo ...." Farrel menyentil dahi Fabian.
"Shit ... perasaan elo KDRT mulu dari tadi ke gue." gerutu Fabian sambil mengusap dahinya.
"Elo seh nyebelin banget jadi cowok. Dibilangin susah, ditegur ngambek, dimarahin manyun. Udah kek anak perawan lagi PMS wae lo." Farrel sarkas.
"Hehehe ...." Fabian cengengesan.
"Elo kalo ngomong udah kek emak - emak komplek wae Rell."
"Biarin ... emak - emak maha bener ...." Farrel terkekeh.
"Tapi elo mengakui kan kalo Khey itu cantik Rell?!"
Farrel mengangguk. "Tapi gue gak cinta ya sama dia, inget itu!"
"Iye...iye...gue tau selera lo."
"Emang selera gue kek mana?" Farrel.
"Yang alus, pendiem gak cablak mulutnya. Kek putri Solo kan, syukur syukur berhijab. Iye kan ... kan ... gue bener kan ...?!!", Fabian menebak selera cewek Farrel.
"Cih sok teu lo!"
"Ya teu lah ... kita kan best friend." ucap Fabian yakin.
"Elo yang nganggep gue best friend, gue mah biasa wae. Hehehehe ...." lagi Farrel terkekeh.
"Sialan lo Rell ... cinta gue bertepuk sebelah tangan dong. Gak elo gak Khey sama sama bikin ati gue potek ... hiks" Fabian mendrama.
"Gak usah drama lo, gue gak mau ditangkep hansip buat tanggung jawab bikin anak perawan nangis." lagi Farrel menoyor bahu Fabian, kali ini lebih keras.
"Aduh ... gue laporin ke kak Seto lo!" ucap Fabian mengaduh sambil menegang bahunya.
"Salah kamar lo, yang bener lapor ke KUA pasal KaDeeRTe. Kak Seto mah perlindungan anak dodol."
"Komnas perlindungan perempuan juga di urusi sama kak Seto." Fabian ngeyel.
"Cih ... emang lo perempuan ...?! Ga jelas banget seh lo!!" Farrel berdecih.
Ngomong sama Fabian emang gak ada titiknya, ada wae kata yang diucapkan oleh cowok bermuka baby face yang tidak pernah menghilangkan senyum di bibirnya tersebut.
Fabian tertawa.
"Siomay Pak Asep emang top markotop ya Rell ...."
"Hemm ..." Farrel menyahut pendek lalu menyesap jeruk angetnya.
"Elo yakin beneran suka sama Khey ...? Bukan karena iseng doang ...?!" Farrel sedikit meragukan rasa suka Fabian pada gadis yang bernama Khayyara tersebut.
Fabian terdiam sesaat, memang teman sekaligus sahabat yang duduk di depannya ini sulit untuk dibohongi. Feellingnya terlalu kuat, namun Fabian belum bisa mengatakan kebenarannya.
"Iyalah ... Mosok ada rasa suka bohongan seh Rell." Fabian terpaksa berbohong, dirinya tersenyum geli melihat mimik muka Farrel yang mengerut dan memandangnya menyelidik.
Meski rasa suka Fabian pada Khayyara adalah hanya sebatas ingin melindungi gadis itu, namun Fabian belum bisa bicara jujur pada Farrel sahabatnya.
"Tapi kok gue gak percaya ya ...." Farrel menautkan kedua alis mata seolah berfikir.
"Tar kapan - kapan gue ceritain ke elo, sebuah rahasia ... kenapa gue kek gini sama Khey." Fabian berucap di sela suapan siomay ke dalam mulutnya.
😍😍😍😍
Readers senang author pun riang😉😉😉😉
My beloved readers, tengyu so much for :
Like 👍🏻
Vote 🔖
Rate ⭐⭐⭐⭐⭐
Komen 💋
Tambahkan favorit ❤
Salam halu dari author yang narsis abishh 💃🏻💃🏻💃🏻
"Khey ... tungguin gue ...." Teriakan Rhea menggema di seluruh koridor sekolah yang menuju ke kelas mereka yaitu kelas 12 IPA 3.
Gadis bername tag Khayyara namun biasa dipanggil dengan Khey itu menghentikan langkahnya kemudian menoleh kebelakang setelah mendengar suara cempreng yang tak asing pada gendang telinganya.
"Alya mana??" Khey bertanya saat melihat Rhea hanya sendiri sedang berlari kecil menuju ke arahnya.
"Tau tu anak ... ngilang gitu aja kek jailangkung, datang gak diundang pulang gak diantar ...." sahut Rhea kesal setelah dirinya berhasil mensejajarkan dirinya dengan Khey.
Kedua gadis itu pun melangkahkan kaki kembali untuk menuju toilet, hendak mengganti seragam olahraga dengan seragam sekolah. Mereka baru saja selesai dari mata pelajaran olahraga yang tadi dilaksanakan di lapangan basket, karena bapak guru mapel olah raga itu memberikan materi tentang bola basket lalu meminta para murid untuk mempraktekkannya.
"Emang elo tadi gak barengan sama Alya Rhe??" Khey bertanya pada sahabat cablaknya tersebut karena seingatnya Alya masih berada di lapangan basket saat dirinya cabut dari sana.
"Enggak. Orang pas gue selesai giliran masukin bola ke ring dia nya udah enggak ada. Kirain gue ... dia juga pergi ninggalin gue sama kek elo." Rhea memberengut kesal karena merasa kedua sahabatnya ini gak punya hati ninggalin dirinya lebih dulu.
Khey tersenyum canggung.
"Sorry Rhe ... gue lagi ada tamu, rasanya gak nyaman banget. Baru dua hari ini, biasanya lagi banyak - banyaknya takut tembus. Makanya gue pergi duluan. Lagian pas gue pergi Alya juga masih di sana, masih selonjoran dekat Pak Burhan yang sibuk ngasih nilai. Malahan dianya deket - deket Pak Burhan sambil ngintip nilai deh ...." Khey menjelaskan alasannya meninggalkan kedua sahabatnya lebih dulu sambil mengingat Alya yang memang duduk di dekat Pak Burhan, berkali - kali Alya melongok pada clipboard yang mencantumkan nilai para muridnya.
"Oh ... gitu. Cepetan kalo gitu daripada risih. Gak usah peduli sama Alya. Udah gede jugak, palingan bisa jaga diri sendiri tu bocah." Rhea menarik pergelangan tangan Khey agar mempercepat langkah kakinya untuk menuju toilet.
"Eh ... elo udah bawa pembalut cadangan kan?" Rhea menoleh dan bertanya pada Khey saat mereka akan memasuki bilik toilet masing - masing.
"Udah ... udah gue siapin kok. Ini ...." Khey mengacungkan pouch berwarna maroon yang digunakan olehnya untuk menyimpan pembalut juga CD cadangannnya. Karena dirinya selalu mengantisipasi hal yang tak terduga saat mode tamu bulanannya datang. Maklum Khey sering mengalami datang bulan yang banyak, tak jarang juga tembus.
Kedua gadis yang merupakan sahabat baik itupun memasuki bilik kamar mandi pada toilet khusus untuk cewek.
"Khey ... belom selesai lo?!" teriak Rhea dari balik pintu bilik toilet Khey yang masih tertutup rapat.
Tidak ada sahutan dari balik pintu toilet.
Kembali Rhea berteriak lebih keras memanggil nama sahabatnya.
Ceklek.
"Gak usah teriak napa ... kek tarzan aja lo" ucap Khey setelah membuka pintu toilet dan keluar dari sana.
"Habisnya elo dipanggil diem aja gak nyahut. Lagian cantik kek model gini dibilang tarzan. Jane Khey ... Jane ...." Rhea cemberut.
"Tetep aja sehabitat ... Jane kan ceweknya tarzan. Pasti samalah ...." Khey terkekeh geli.
"Ck ...sobat laknat lo Khey."
"Kantin dulu ya Rhe?!"
"Lo laper, gak sarapan tadi?" Rhea heran karena ini baru aja selesai jam pertama, mosok sahabat cantiknya ini sudah kelaparan.
Khey menggeleng. "Gue mau nyari teh anget buat ngilangin rasa mual gue."
Khayyara memang selalu mengalami mual dan pengen muntah seperti orang baru hamil muda jika dirinya berada di masa datang bulannya. Dan itu membuatnya sedikit tersiksa. Belum lagi jika dirinya memakan makanan pedas saat akan datang bulan membuat perutnya sakit tak tertahankan hingga dirinya harus membolos dari sekolahnya.
"Okelah ... ayok!!" Rhea mengiyakan ajakan Khey sambil menarik pergelangan tangan sahabatnya.
🍓🍓🍓
"Doni......!!!" Khey berseru saat pandangan matanya melihat sosok cowok jangkung yang berjalan menunduk melintasi koridor tak jauh dari dirinya berjalan.
Merasa namanya dipanggil, Doni yang tak lain adalah sang ketua OSIS dan merupakan kekasih Khey itu menghentikan langkahnya seraya menoleh ke arah Khey dan Rhea.
Cowok tampan mostwanted sekolah itu berdiri diam di tempatnya sambil menatap ke arah kedua orang gadis yang sedang berlari kecil ke arahnya. Sebenarnya bukan dua orang yang belari ke arahnya, melainkan hanya satu yaitu Khey yang sedang berlari kecil menuju ke arahnya sedangkan Rhea hanya berjalan lambat mengikuti sahabatnya yang tersenyum kegirangan menuju kekasihnya berdiri.
"Lo gak ada kelas?" tanya Doni pada Khey setelah gadis yang berstatus pacarnya itu sudah berdiri tepat di depannya.
"Baru selesai olahraga ... elo?" tanya Khey balik setelah memberikan jawaban para kekasihnya tersebut.
"Ada ...tapi gue mau ke sekertariat OSIS, ada rapat" ucap cowok jangkung itu menjelaskan.
"Oh" Khey ber oh oh ria tak lupa dengan senyum dan mata berbinar senang karena pagi - pagi sudah dipertemukan dengan pangeran tampan kekasihnya.
Padahal Doni yang diklaim Khayyara sebagai kekasihnya itu hanya menatapnya datar tanpa senyum sedikitpun.
"Udah sana masuk kelas, keburu guru mapel berikutnya dateng." Doni seakan mengusir Khey agar cepat berlalu dari hadapannya.
Khey melihat jam pada pergelangan tangan kirinya.
"Masih lima belas menit lagi ... gue mau ke kantin dulu. Ikut yuk ...." Khey.
Doni menggeleng.
"Enggak bisa Khey. Gue harus ke sekertariat, udah ditungguin" Doni menolak ajakan kekasihnya dengan sehalus mungkin, agar tidak membuat gadis itu kesal.
Khey membuang nafas perlahan. Kesal ... sudah pasti. Selalu saja kekasih tampan yang super sibuk itu menolak ajakannya. Bukan hanya kali ini saja Doni menolak ajakan Khey untuk pergi ke kantin, entah berapa kali kekasihnya itu selalu menolak ajakannya.
Semenjak mereka jadian mungkin ... ya sepertinya memang begitu, semenjak Khey menerima pernyataan cinta dari kekasihnya itu, cowok most wanted sekolah itu tidak lagi mengekorinya seperti sebelum mereka jadian.
Khey membalikkan badan lalu meninggalkan Doni dengan kesal. Tidak ada ucapan perpisahan atau sekedar basa basi dari mulut Khey.
Doni menghela nafas pelan, sambil menatap punggung gadis yang pastinya sangat kesal tersebut.
Setelah gadis cantik yang menjadi kekasihnya itu
menghilang di balik tembok kelas, Doni berjalan dengan mempercepat langkahnya menuju kantor sekertariat OSIS.
"Elo ngambek Khey ...?" Rhea bertanya saat melihat wajah sahabatnya itu berubah keruh tak seperti saat menghampiri kekasihnya.
Walaupun Rhea melihat interaksi pasangan kekasih tersebut namun dirinya tidak mendengar pembicaraan antara keduanya karena Rhea memutuskan berhenti mengikuti Khey dan menatap keduanya dari jauh.
Khey mendengus kesal, lalu mengangguk.
"Kesel gue ... Doni selalu saja nolak ajakan gue ke kantin" ucap Khey dengan mengerucutkan bibirnya.
"Dia lagi sibuk kali, banyak urusan yang harus dia tangani. Secara kan dia ketua OSIS. Makanya gak bisa buat nemenin elo ...." Rhea berusaha menenangkan sahabatnya.
"Elo ngebelain Doni, Rhe ...?" Khey menatap horror pada Rhea.
Glek.
"Gak gitu Khey ... bukan maksud gue belain Doni. Mungkin aja dia beneran sibuk ...." Rhea mengibaskan kedua telapak tangan di depan dadanya.
"Biasanya elo selalu nyalahin Doni ... kenapa elo sekarang jadi belain dia. Elo temen gue bukan sih ..." wajah Khey tertekuk semakin kesal.
Rhea menggaruk pelipisnya bingung, sepertinya dia salah ngomong.
Tak lama kemudian Rhea membuang nafas panjang, maksud hati mau menenangkan sahabatnya yang seperti sedang emosi malah dirinya yang jadi emosi sekarang.
"Tenang Rhe ... sabar ...."gumam Rhea pelan sambil mengelus dada. Mungkin Khey seperti itu karena lagi PMS, batinnya berfikir berusaha menekan emosinya.
"Kalo lo udah gak mau temenan sama gue ngomong!!pergi sono ... elo ikut Doni. Belain aja dia terus ...." Khey berucap dengan kesal dengan melangkahkan kaki lebar meninggalkan Rhea yang terbengong.
😍😍😍😍
My beloved readers, tengyu so much for :
Like 👍🏻
Vote 🔖
Rate ⭐⭐⭐⭐⭐
Komen 💋
Tambahkan favorit ❤
Salam halu dari author yang narsis abishh 💃🏻💃🏻💃🏻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!