NovelToon NovelToon

Story Of .....

episode 1 (masa SMA )

Namanya Ajeng , ia putri bungsu dari tiga bersaudara .Kakak pertamanya seorang Arsitek dan bekerja di Jakarta .Kakak keduanya bernama Tantri ,ia sudah menikah dengan seorang polisi .

Sebagai anak bungsu Ajeng selalu mendapat perhatian lebih dari orang tuanya .Tahun ini Ajeng baru masuk SMA . Ia diterima di sebuah SMA negeri favorit di daerahnya.

Ajeng terkenal anak yang cerdas .Semenjak sekolah dasar ia selalu mendapat peringkat pertama . Ajeng sangat di sukai oleh teman - temannya .Selain pintar ia anak yang baik dan pandai bergaul .

Hari ini adalah hari pertama Ajeng masuk sekolah .Ia sudah berdandan rapi dengan seragam putih abunya .Ajeng memiliki wajah yang cantik berkulit kuning bersih dengan hidung yang mancung ,rambut sedikit bergelombang sebawah bahu .Memiliki mata bulat dengan bulu mata panjang dan lentik

Pak Akbar , ayah Ajeng mempunyai darah keturunan Pakistan . Dengan postur tinggi dan berhidung mancung .Menurun pada putra putrinya .

Ajeng sedang duduk di teras. Menunggu ayahnya yang akan mengantar ke sekolah .

" Abah cepat , nanti Ajeng kesiangan " Ajeng mulai tidak sabar

Pak Akbar mengeluarkan mobilnya .Ajeng bergegas masuk kedalam mobil .

" Bismillah ..." pak Akbar melajukan mobilnya

Sampai di depan sekolah Ajeng segera turun . Berpamitan pada Abah dan mencium punggung tangannya

" Abaaah Ajeng sayang Abah "

Ajeng melambai - lambaikan tangannya menyuruh agar Abahnya cepat pergi.

"Anak Abah sudah SMA tapi masih seperti anak TK "

Abah hanya bisa bergumam melihat putri bungsunya .Kemudian melajukan kembali mobilnya menuju tempat usahanya .

Abah membuka usaha toko sembako yang cukup besar .Mereka bukan orang kaya raya tapi cukup berada .

***

Ajeng melangkahkan kakinya masuk dalam area sekolah .Sudah banyak yang datang .Ajeng kebingungan mencari kelasnya . Kemudian ia menghampiri seseorang yang menurut penglihatannya familiar .

Namanya Damar ,dulu mereka pernah satu SMP dengan Ajeng

" Kak Damar ....sekolah disini ?"

" Eh. , iya siapa ya ..?"

" Aku Ajeng , kita pernah satu SMP .Kak Damar emang gak kenal aku .Tapi aku tau kak Damar .Kak Damar kan ketua OSIS ,ya semua orang tau kakak "

" Oh iya ..iya ... " Damar mengangguk - anggukan kepalanya .

" Kak mau tanya , kelas sepuluh IPA satu sebelah mana ya ?.Aku bingung sekolahnya luas . ini hari pertama "

" Ayo ..aku tunjukan "

Kemudian mereka berjalan beriringan menuju kelas Ajeng .

" Nah ini kelas kamu , cepat masuk nanti terlambat "

" Makasih kak

" Ya , sama - sama . Eh siapa namamu tadi ?"

" Ih lupa .....A J E N G "

Sedikit sebal karena Damar lupa pada namanya .Damar tersenyum gemas dengan polah Ajeng .

Dalam kelasnya sudah ramai Ajeng belum mendapat tempat duduk .Dan sayangnya yang tersisa hanya satu .meja depan meja guru .

Bel berbunyi semua murid masuk ke dalam kelas masing - masing . Ajeng duduk satu meja dengan Dewi teman barunya .Dandanan Dewi sedikit heboh .Di tangannya banyak gelang tali seperti rocker .

Hari pertama diisi dengan pengenalan sekolah .Yang diisi oleh kakak - kakak OSIS .Tiap kelas di isi oleh dua orang pengampu . Memperkenalkan keadaan sekolah dan prestasi yang pernah dicapai .Kemudian diadakan kegiatan di luar kelas .

Ketika kegiatan di luar kelas .Damar maju kedepan .Memberikan sambutan untuk adik adik kelasnya .Teryata di SMA pun Damar jadi ketua OSIS

Murid baru seperti terkesima melihat penampilan Damar .Selain terlihat berwibawa ia juga tampan dan cerdas . Dewi teman sebangku Ajeng samai melongo memperhatikan Damar .

Ajeng sudah tak heran melihat Damar karena memang dari dulu sudah seperti itu . Para pengampu membuat kelompok - kelompok kecil untuk kegiatan selanjutnya .Tiap kelompok terdiri dari empat orang .

Masing - masing kelompok mendapat misi yang berbeda .Kelompok Ajeng yang terdiri dari Ajeng , Dewi ,Rudi dan Dika .Mereka mempunyai misi mencari tanda tangan kakak kelas dengan jabatan tertentu di OSIS .

Kegiatan hari itu cukup melelahkan . Ajeng bertugas mencari kakak kelas dengan jabatan sekretaris . Tentu saja ia pusing karena tidak tau yang mana orangnya

Ia berputar putar meminta tanda tangan kepada kakak kelas .Tapi yang jabatan sekretaris memang belum ketemu .mereka berempat berpencar agar misi cepat selesai .

Ajeng menghampiri dua orang kakak kelas yang sedang duduk santai .

" Permisi kak , boleh minta tandatangan ? "

" Hai Cantik tentu boleh "

Kakak kelasnya genit Ajeng merasa tidak suka .Tapi sudah terlanjur

" Nyanyikan lagu cinta dulu ,baru dapat tanda tangan "

" Oh okee kak , " sahut Ajeng enteng .

Ajeng kemudian menyanyikan lagu .Dua kakak kelasnya sangat menikmati suara dan wajah adik kelasnya yang cantik .setelah mendapat tandatangan Ajeng segera pergi .

Akhirnya dapat juga tandatangan yang dicari Ajeng .Bergegas berkumpul dengan kelompoknya . Masing - masing sudah dapat menyelesaikan misi .

Hari semakin siang .waktunya pulang sekolah .

Abah sudah datang menjemput Ajeng .

" Bagaimana rasanya jadi anak SMA ?

Abah bertanya pada Ajeng yang tampak kelelahan "

" Luar biasa bah , Ayo cepat pulang Ajeng sudah lapar " Ajeng menjawab seenaknya

Sampai di rumah .Ajeng sangat gembira ada kakak perempuannya datang .Dia sudah sangat rindu dengan keponakannya yang lucu . Ajeng paling senang mencubit pipinya yang cuby

" Assalamualaikum " Ajeng memberi salam pada kakaknya .Tangannya sudah mulai usil menggelitik - gelitik keponakanya yang sedang di gendong kakanya . Bayi dua tahun itu tertawa kegelian

" Baru pulang de ?"

" He eh mba Tantri nginep kan disini ?"

" Iya mas Pras mau dinas luar kota "

Ajeng masuk kedalam kamarnya di ikuti kakaknya

" Nggak sangka ya ade mbak udah SMA . Ada yang ganteng dek di SMA ?''

Ehemmmm... suara deheman dari mas Pras suami mbak Tantri .Mas Pras orangnya posesif dan Pencemburu .Tiap dinas luar kota selalu mbak Tantri diantar kerumah .Ia tidak akan membiarkan istrinya sendirian .

" Ade nitip mba Tantri jangan suruh genit .'

" Siap pak , ditunggu hadiahnya " kata Ajeng dengan gaya serius .

Mas Pras hanya tersenyum .Kemudian mencium bayi dan ibunya

" Mas berangkat dulu "

" Emmh.......so sweet " Ajeng menggoda kakak iparnya .

Ajeng bangkit dari tempat tidurnya menuju ruang makan .Ia sudah sangat lapar

" Umi. ...Ajeng mau makan ...lapar "

" Ajeng .... jangan teriak-teriak .Umi masih bisa dengar "

Lalu mereka pun makan bersama .

" Umi Abah sudah balik ke toko ya ?" Ajeng bertanya

" Sudah dari tadi .Hanya ngobrol sebentar dengan nak Pras terus pergi ke toko lagi "

" Ade emang ga bantuin Abah di toko ?, dulu mba sering bantuin Abah kalau pulang sekolah ."

" Bantuin kok kalo pegawai Abah lagi gak masuk ,cape mba suka pusing barangnya banyak .Kadang yang beli juga suka tidak sabaran ''

" Sudah ..sudah ...makan dulu ngobrolnya nanti , sini cucu umi .yang ganteng .Mau umi ajak ke toko Abah .biar Abah semangat kerjanya " .

Kehidupan pak Akbar sangat sempurna .Apalagi setelah lahir nya Kevin .kebahagian mereka bertambah .Awalnya Abah kecewa ketika mbak Tantri memutuskan menikah tanpa meneruskan kuliahnya. Namun setelah Kevin lahir kemarahan Abah menguap begitu saja .Berganti kebahagiaan.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

episode 2 ( berteman )

Menjadi anak SMA memang menyenangkan .Banyak memiliki teman - teman baru .Yang kadang pola fikir mereka tidak satu frequency .Tapi itulah yang menyenangkan .Memahami banyak karakter personal .Masing - masing individu .

Hari ini hari Minggu Ajeng di minta Abah untuk membatu di toko .Karena di hari Minggu akan banyak pelanggan Abah yang berbelanja .

Ajeng melayani para pelanggan Abah yang kebanyakan ibu - ibu .

" Mba cantik,.. ibu beli gula pasir , beras sama telur ya !" seorang ibu paruh baya memesan belanjaannya.

" Oh ..iya Bu berasnya berapa kilo ?"

" Satu kantong itu loh berasnya "

" Ya Bu sebentar ya "

Ajeng meminta pegawai toko untuk membawakan sekarung beras isi 25 kg .

"Mba cantik jangan lupa gula pasirnya 1kg telurnya juga "

" Siap Bu "

Ajeng melayani dengan ramah .Ia menyiapkan pesanan pembelinya .Ketika Ajeng sedang asik menimbang telur ada suara yang bertanya

" Lagi ngapain kamu di sini ?"

Ajeng menoleh pada arah suara tadi .Teryata yang bertanya adalah Damar .

" Eh kak Damar , ya lagi bantuin Abah lah ''

" Kak Damar lagi belanja ,Mau beli apa ?"

" Tuh nganter mama belanja ''

" Oh itu mamanya kak Damar "

Kemudian ibu yang tadi Mendekati .

" Mba cantik , itu anak ibu lagi ngrayu ya ?"

Damar terlihat memerah mukanya .Mendengar ucapan mamanya .

" Mama , ini Adek kelasku '' Damar menegaskan

" Saya Ajeng Bu "

" Wah Adek kelas kak Damar cantik sekali , rajin lagi .Mama setuju ''

Mama Damar senang sekali menggoda anaknya .Ajeng jadi bengong melihat Damar yang memerah pipinya .

" Ajeng jangan dengerin mamaku ya , dia suka sekali menggoda anaknya . Tiap ada cewek yang Deket mau di jadikan mantu "

" Eh iya iya "

" Gimana Ajeng mau Ndak jadi mantu mamah . Cantik banget sih gemes kaya boneka " imbuh mamah Damar tambah memprovokasi anaknya

" Mama ..." Damar menyeret tangan mamanya. Agar menjauh dari Ajeng .

Ajeng hanya bisa ketawa melihat kelakuan Damar yang salah tingkah akibat ulah mamanya sendiri .

" Ajeng .."

Tiba - tiba saja Abah sudah ada di samping Ajeng .Menatap putrinya dengan tanda tanya .

" Ya Abah , ada apa "

" Kamu senyum senyum ,Sambil liatin orang ada apa ?"

" Lucu bah ,Tadi ibu itu mau ambil Ajeng jadi mantunya "

" Emang ganteng anaknya ? . Enak aja mau ambil Anak Abah jadi mantu " Abah pura pura marah dengan mimik lucu

" Ganteng bah , dia ketua OSIS di sekolah Ajeng .Selain itu juga pinter "

" Eh anak Abah teryata udah gede , tau yang ganteng .Gak boleh pacaran !"

" Iiih Abah... sapa juga yang pacaran. Paling cuma suka dikit bah "

Jawaban Ajeng membuat telinga Abah memerah .

" Awas aja ketauan pacaran sama Abah langsung dikawinin gak usah sekolah "

" Dinikahin sama sapa bah sama yang tadi ? "

" Eh ini anak nantangin Abah "

Langsung telinga Ajeng kena jeweran .Ajeng teriak - teriak minta ampun .

" Ampun bah , bercanda juga ..serius Amat "

Kemudian Abah melepaskan jewerannya .Abah memang tegas pada anak - anaknya . Ini karena kejadian kakaknya Tantri yang baru semerter tiga minta dinikakan sama mas Pras. Gara gara kebucinan mereka Abah jadi overprotektif kepada Ajeng .

Kalo saja mba Tantri dan mas Pras tidak mengancam Abah untuk kawin lari .Tidak akan Abah merubah pendiriannya .Akhirnya Abah merestui pernikahan mereka dengan syarat Tantri tetap bisa meneruskan kuliahnya .

Tapi janji tinggal janji .Setelah menikah mba Tantri tidak lama kemudian hamil dan fokus mengurusi anak .Kuliahnya di tinggalkan begitu saja .Untung bayi Kevin sangat tampan hingga Abah sangat sayang dan tidak lagi marah pada mba Tantri . Abah sudah jatuh cinta pada cucunya

***

Ajeng mengusap usap telinganya yang merah .Dodo pegawai Abah lewat .Setengah mengejek ia berkata .

" Non Ajeng ,kenapa telinganya merah , baru dapat hadiah dari Abah ?"

Mukanya senyum tanpa dosa .Ajeng sangat kesal. Hanya bisa cemberut .

" Nih Aa Dodo kasih hadiah yang sebenarnya , nasi Padang sama es jeruk "

Dodo memberikan bungkusan nasi padang pada Ajeng . Ajeng menerimanya tanpa komentar .

" Senyum Atuh kalau dapat hadiah "

" Ih jadi orang nyebelin amat , pantes Aa Dodo tuh ditolak sama Nani "

Ajeng balik menyerang Dodo .Becandaan mereka mengisi waktu istirahat sembari makan siang .

***

Ajeng memasukan buku - bukunya kedalam tas .Bel pelajaran terakhir telah berbunyi .Para siswa kegirangan mereka telah lelah dengan aktifitas belajar dan kini saatnya pulang .

" Ajeng kita pulang bareng yu. aku bawa motor "

Dewi teman sebangku Ajeng menawarkan jasanya untuk pulang bersama .

" Nggak wi , kamu duluan aja aku di jemput Abah "

" Hmm dasar anak Abah .Tadinya mau aku ajak beli bakso dulu ''

" Iya wi aku juga pengen kaya kamu .Bisa main atau bawa motor sendirilah " Ajeng curhat

" He he curhat nih "

Kemudian keduanya pisah di ujung koridor. Karna Dewi menuju tempat parkiran . Ajeng meneruskan jalan keluar dari sekolah .

Ia menunggu Abah Dateng menjemput .Tidak seperti biasanya Abah telat .Ajeng duduk di bawah pohon yang teduh .Matanya sibuk mengamati lalu - lalang mobil yang lewat

Ajeng tidak sadar di sampingnya sudah ada orang yang duduk .

" Nyari siapa ? "

Pertanyaan itu mengagetkan Ajeng .Yang tidak sadar di sampingnya sudah ada Damar .

" Astagfirulloh , kak Damar bikin jantungan saja .Saya lagi nunggu Abah "

" Kamu pulang pergi diantar Abah ? ''

" Iya ,biasanya Abah gak pernah telat "

" Oh ya udah , aku anterin kamu aja .Sudah mau pada pulang semua nih sepi ."

" Gak usah makasih "

Ajeng gak akan berani ikut dengan Damar . Abah bakalan murka .Jeweran di telinganya kemarin juga masih terasa .

" Ya sudah Aku temenin ,Sampai Abah Kamu Dateng "

Mereka duduk berdampingan .Orang yang lewat pasti mengira jika mereka pasangan kekasih .

Damar sebentar melirik Ajeng yang masih gelisah . Ajeng tau jika Damar mencuri - curi pandang padanya .Sebenarnya ia merasa risih.

Damar memecah kebisuan

" Ajeng kamu ikutan seleksi OSN gak ? "

" OSN ya ikutlah siapa tau dapat lolos, kan bisa ikutan lomba ke kabupaten "

" Kak Damar pasti ikut .mapel apa kak ? ''

" Udah gak sih buat Adek kelas .Aku kan udah kelas 12 .paling ikut jadi pembimbing aja "

" Aku ikut mapel biologi kak .Doain ya biar lolos seleksi " Ajeng berharap

" Iya asal mau usaha pasti bisa "

" Makasih Kak "

Obrolan mereka terus berlanjut membahas soal sekolah hingga hoby masing - masing .Ajeng merasa nyaman berteman dengan Damar .

Tak terasa hingga sebuah mobil berhenti menghampiri mereka .Muncullah wajah Abah yang kelelahan

" Ajeng .maaf Abah telat "

" Ya bah gak apa "

" Siang pak . Perkenalkan saya Damar kakak kelas Ajeng ."

" Iya Abah untung ada kak Damar yang nemenin Ajeng .Coba kalo nggak ada .Ajeng bakalan sendiri di sini "

" Iya ...iya maaf Abah ada perlu tadi " Abah menjelaskan pada Ajeng .

" Dan kamu. ,

terima kasih udah menemani anak saya " Abah berterima kasih pada Damar

.Masih dengan muka jutek

Abah membawa Ajeng pulang dengan mobilnya.Sedang Damar mengendarai motornya membelah jalanan dengan hati yang riang .

" Seperti ini rasanya ngobrol duduk berdua dengan orang yang disukai " hati damar bergumam

Senyumnya mengembang sepanjang perjalanan pulangnya .

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

episode 1

Perkenalkan namaku Karinina. Orang biasa memanggilku Karin. Usiaku 23 tahun, Aku baru saja lulus kuliah dan mulai bekerja. Jangan salah sangka ya, aku bukanlah tokoh utama di cerita ini. Aku sekedar saksi dari sekelumit cerita ini.

Aku adalah orang yang sangat terinspirasi dengan kisah wanita yang sangat aku kagumi. Dia adalah panutan dalam hidupku. Wanita yang sudah rela merawatku meskipun aku bukanlah putri kandungnya.

Namanya Ajeng, wanita yang aku panggil ibu. Kisahnya berawal mundur di 25 tahun yang lalu. Masih di tahun sembilan puluhan.

Saat itu sebuah mobil terparkir di antara bahu jalan. Di dalamnya, sang pemilik yang sedang kelelahan terlelap. Cuaca siang itu memang begitu panas. Pria yang berada di dalam mobil bernama Afsal.

Dalam lelapnya, Afsal bermimpi. Ia bertemu seorang bidadari yang sedang memukul - mukul dedaunan yang menghalangi jalanya di sebuah hutan. Terdengar cukup halus suaranya bidadari itu di telinganya. Dia begitu cantik dan bersinar. Dalam mimpi itu, Afsal tergerak untuk menolongnya. Hingga tangannya terulur hendak meraih jemari sang bidadari namun tiba tiba seperti ada kabut yang menghalangi keduanya. Sekuat tenaga, Afsal mengerahkan seluruh kekuatannya. Dan ......

Braaak ..., Tangan Afsal seperti membentur sebuah dinding kaca. Afsal terbangun dari lelapnya mimpi. Namun tangannya terasa sakit karena benar benar mengenai kaca pintu mobil. Sejenak Afsal memejamkan matanya kembali, mengumpulkan seluruh kesadarannya. Saat kembali membuka mata, Ia seperti menangkap bayangan bidadari dari balik kaca pintu mobilnya.

Dia terlihat begitu nyata, Bidadari dengan wajah oval, bibir mungil, hidung mancung dengan rambut yang tergerai sebawah bahu. Afsal tidak mengedipkan matanya lagi. Pria itu terdiam, bidadari yang berada dalam mimpinya hadir begitu nyata.

Mendadak jantung Afsal berdegup kencang. Sesekali ia mengusap wajahnya sendiri. 'Ini bukan mimpi, dia begitu cantik bersinar" perasaan Afsal bergemuruh. Setiap inchi wajah cantik di depannya sungguh tercetak dengan sempurna. Afsal semakin limbung saat tiba - tiba wajah di balik kaca jendela mobilnya itu tersenyum. Dan mulai detik ini, Wajah itu telah mencuri seluruh hati Afsal.

Di luar mobil yang sedang terparkir, seorang gadis belia sedang memantas diri di kaca jendela pintu mobil. Gadis itu tidak menyadari dari dalam mobil ada mata yang sedang menatapnya dalam. Setelah puas menatap pantulan wajahnya di kaca jendela, gadis itu tersenyum dan pergi meninggalkan mobil yang terparkir di bahu jalan.

Gadis belia itu bernama Ajeng. Ia melangkah ke sebuah warung bakso untuk menemui sang pujaan hati. Keduanya berjanji untuk kembali bertemu di tempat ini. Pujaan hati yang sudah hampir tiga tahun ini menemani hari harinya.

Damar sudah lebih dulu sampai di warung bakso. Dia duduk di meja paling ujung agar tidak mengganggu pengunjung yang datang belakangan. Damar melambaikan tangan saat melihat Ajeng telah sampai dan memasuki warung. Seperti biasa Ajeng terlalu menarik diantara beberapa orang yang berlalu lalang. Damar begitu cepat mengenalinya meski sudah tidak bertemu selama enam bulan.

Kemudian keduanya duduk berhadapan. Menanyakan kabar selama mereka terpisah. Tatapan keduanya begitu dalam. Segenap rasa rindu tertumpah lewat senyum juga genggaman tangan keduanya. Banyak cerita yang terucap dengan degup jantung yang menggebu. Memberi hawa hangat dengan sensasi yang mendebarkan namun candu. Mungkin ini rasanya dimabuk asmara.

"Ajeng, pesan apa? " suara Damar menyudahi rasa yang terus menggoda. Pertanyaan itu hanya basa basi belaka, Sebenarnya Damar begitu hafal makanan favorit Ajeng di warung ini.

"Bakso kuah dan es alpukat " berdua mengatakan hal yang sama. Kemudian saling pandang dan tersenyum penuh arti.

Mereka sungguh mengenal satu sama lain. Ini adalah liburan akhir semester bagi Damar. Ia sedang Menempuh pendidikan Tinggi di sebuah universitas Negeri terkemuka. Sedangkan Ajeng masih di bangku SMA kelas tiga.

Damar memiliki wajah yang rupawan dengan tinggi 173 dan otak yang cemerlang. Mereka merajut kasih sudah hampir tiga tahun. Siapapun akan mengatakan mereka adalah pasangan yang serasi.

Ini adalah janji temu setiap Damar pulang berlibur ke kota asalnya.

"Makannya pelan pelan, Jeng! Baksonya panas" Ucap Damar sangat perhatian saat melihat wajah Ajeng yang di penuhi keringat karena rasa pedas dari kuah bakso yang panas

Ajeng hanya mengangguk pelan. Sesekali ia menarik ingus yang akan keluar dari hidungnya. Ia merasa malu saat di tegur oleh sang kekasih. Damar mengulurkan tisu pada Ajeng untuk menghapus keringat. Gadis itu terlihat kepayahan.

"Sudah aku bilang, jangan terlalu banyak sambalnya"

Ajeng mengangguk dengan mimik wajah yang malu malu saat kembali damar memperingatinya.

"Minum dulu jus alpukat ya!" Damar menyodorkan gelas berisi jus alpukat.

"Terima kasih"

Interaksi keduanya diam diam di perhatikan oleh sosok Afsal yang tadi begitu penasaran. Mata elangnya terus memantau. Percikan percikan rasa cemburu membakar hatinya begitu saja. 'Aku pasti bisa memiliki kamu' Afsal bergumam lirih.

Ajeng bangkit dari bangku menuju toilet di ujung bangunan. Afsal dengan gerak tak mencurigakan mengikuti gadis itu dari belakang. Tanpa curiga Ajeng masuk kedalam toilet. Setelah menuntaskan hajatnya, Ajeng segera keluar. Dia berjalan dengan santai namun langkahnya terhenti saat sosok Afsal justru berdiri menghalangi jalannya. Ajeng menatap pria yang seolah menghadangnya. Tentu saja Ajeng merasa takut, namun gadis itu berusaha tenang.

"Permisi, om. Saya mau lewat " Ajeng berusaha sopan meski ada rasa takut dan juga jengkel.

Afsal tersenyum sinis mendengar panggilan Ajeng untuknya. Pria itu terlihat tidak suka di sapa dengan sebutan om. Kemudian tanpa di duga, Afsal mencekal tangan Ajeng.

"Apa aku setua itu?" Mata elang Afsal mengintimidasi Ajeng. Ajeng mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Afsal 'Pria ini sangat menakutkan dan tidak sopan. Haruskah aku berteriak?' Lain di hati lain pula yang dilakukan. Rasa takut lebih mendominasi Ajeng

" Ah, ah maaf mas.." Ajeng mengubah panggilannya. Ajeng meminta maaf dan meminta pria asing itu untuk melepaskan cekalannya. Ternyata berhasil. Cekalan tangan afsal mengendur hingga Ajeng bisa bernafas lega

Afsal tersenyum mendengar panggilan Ajeng yang sudah berubah. Rasanya menyenangkan sekali suara lembut itu memanggil mas untuknya. Ada desiran aneh yang menghangat di dadanya

"Kamu tau? kamu akan terus memanggilku dengan sebutan ini. Dan jangan takut, aku tidak akan menyakitimu" Suara Afsal melunak dan terdengar lebih lembut bahkan di sertai kekehan. Tidak semenyeramkan seperti awal tadi mereka bertemu.

Setelah terlepas dari cengkraman Afsal. Ajeng segera berlari ke depan menuju Damar.

"Kita pulang, ya" suara Ajen terdengar gugup. Ia meminta Damar untuk segera meninggalkan tempat ini. Gadis itu tidak ingin bertemu lagi dengan pria asing yang tadi ia temui.

"Kenapa? Tuh, jus kamu masih separuh" tentu saja Damar heran. Tidak biasanya Ajeng ingin cepat cepat pulang. Mereka belum lama menghabiskan waktu.

"Emm..." Ajeng ragu mengungkapkan alasan yang sebenarnya. "Perut aku sakit" itu yang terlintas di kepala Ajeng. Alasan yang sangat masuk akal dan tidak mungkin akan di tolak oleh Damar.

"Ya, sudah. Ayo pulang" benar saja, Damar langsung menuruti permintaan Ajeng tanpa banyak tanya.

Tentu saja Damar lebih memikirkan kenyamanan Ajeng dari pada egonya yang masih ingin terus bersama.

Kemudian Damar menggenggam tangan Ajeng erat memberi perlindungan. Dia tidak mau Ajeng kenapa napa.

"Beli obat dulu ya?" Ucap damar saat mereka sudah menaiki motornya.

"Pulang aja, dibawa tidur sembuh, kok" Ajeng tetap menolak. Gadis itu hanya ingin segera pergi dari tempat itu saja.

Afsal hanya bisa menatap bidadari impiannya pergi bersama pemuda lain. Meski kesal ia bertekad untuk menemukan dimana gadis itu tinggal. Ia bergegas menuju mobilnya.

Pria dengan rambut putih sudah menunggu Afsal di dekat mobil yang terparkir. Beliau adalah ayah dari Afsal.

"Maaf yah, Afsal cape di dalam mobil terus jadi keluar untuk mencari Angin " Afsal berkata sembari membukakan pintu mobil untuk sang Ayah.

"Ayah sudah tau alamatnya?" Kembali Afsal bertanya. Rasanya ia sudah kehilangan fokus untuk menemani sang ayah. Ada tujuan lain yang ingin ia cari, menemukan sang bidadari yang sudah mencuri hatinya.

"Tenang saja, Ayah sudah menemukan alamat teman ayah. Tidak jauh dari sini, kok. Ayo jalan" .

Kemudian mobil itu melaju menuju ujung perkampungan. Sebuah rumah yang sedikit terpencil bangunannya dari rumah - rumah lain. Beruntungnya, jalan menuju kesana sudah sangat bagus. Melewati hamparan sawah dan beberapa kebun yang menghijau. Tidak rugi pemandangan di daerah ini sangat menyejukkan.

Mobil Afsal berhenti di sebuah rumah yang cukup besar, dikelilingi halaman yang luas juga asri. Bangunan rumah itu sedikit unik seperti rumah rumah tempo dulu. Afsal menikmati suasana rumah yang sedang ia singgahi. Bukan seperti rumah kebanyakan di daerah sini. Terlihat lebih menonjol di banding yang lain. Di belakang rumah juga terdapat kolam ikan yang diatasnya di bangun sebuah gazebo.

Ayah Afsal sudah mengetuk pintu dari tadi. Sepertinya pemilik rumah sedang tidak ada di tempat. Kemudian Ayah Afsal duduk di teras sembari menunggu sang pemilik. Tak lama muncul wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya. Wanita itu masih mengenakan mukena putih. Mungkin saja beliau sedang solat tadi makanya tidak kunjung membuka pintu untuk menyambut tamu mereka yang datang.

Seulas senyuman ramah terurai dari wajah teduh itu.

"Silahkan pak, mau bertemu siapa?"

"Kamu lupa siapa aku?" Ayah Afsal langsung mengenali istri temannya itu.

Wanita itupun mengernyitkan dahinya, memilah memori dalam kepalanya yang sudah menumpuk. Ayah Afsal akhirnya terkekeh, sudah terlalu lama mereka tidak bertemu. tentu saja istri sahabatnya sudah lupa. Apalagi fisiknya sudah berubah tidak lagi muda seperti dulu

" Aku Hasyim kalau kamu lupa. Setelah menikah kalian merantau ke sini. Dan aku masih tetap di kampung. Sejak mertuamu meninggal, Akbar tidak pernah lagi datang"

" Ya ampun, mas Hasyim, maaf saya benar benar tidak ingat tadi. Sudah lama sekali tidak bertemu. Masuk dulu mas"

Kemudian mereka masuk ke dalam rumah yang cukup besar. Ruangan tamu dengan kursi sudut warna hijau beralaskan karpet coklat.

"Sebentar, saya akan memberi tau Abahnya anak anak. Dia pasti senang sekali bisa bertemu mas Hasyim"

"Katakan padanya, ada tamu besar datang" pria itu terkekeh membayangkan reaksi sahabat kecilnya nanti. Afsal yang sedari tadi duduk di samping sang Ayah mulai bosan.

"Ini putra pertamaku" Pak Hasyim memperkenalkan Afsal. Afsal hanya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sopan.

Istri pak Akbar menuju ruangan tengah tempat keluarganya berkumpul. Kemudian ia menghubungi sang suami yang sedang berada di kios tokonya.

Ruang tamu kembali sunyi, Afsal yang sudah jenuh kemudian berdiri dan keluar untuk menghirup udara bebas. Ia duduk di teras sambil mengeluarkan rokok. Menatap rimbunnya pepohonan dan tanaman hias di pekarangan rumah.

Tak lama sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah. Afsal mematikan rokoknya dan masuk ke dalam ruang tamu.

Pak Akbar masuk ke dalam rumah. Sang istri memberi kabar tentang sahabat kecilnya datang berkunjung. Tentu saja ia tidak sabar untuk menemuinya. Keduanya saling berjabat tangan dan memeluk. Pelukan kas para pria.

"Apa kabar mas Hasyim?. Aku hampir tidak percaya kau bisa sampai di sini, di rumahku. Sudah lama sekali kita tidak bertemu"

Keduanya saling tatap dan memperhatikan penampilan masing masing. Sebuah senyuman yang selalu mengembang di bibir mereka. Betapa bahagianya masih di beri kesempatan untuk saling melepas rindu.

"Seperti yang kau lihat, aku masih sehat. Namun usia terus bertambah tentu aku sudah menua" ucap pak Hasim panjang.

"Ini putra pertamaku, Afsal" pak Hasyim memperkenalkan putra yang menemaninya

" Afsal om " Afsal mengulurkan tangannya sopan .

"Ya ya , kau sudah besar sekarang. Dulu terakhir bertemu dia masih umur dua tahun sepantaran anak pertamaku Bara"

"Kamu masih terlihat muda, Akbar. Lihatlah! rambutku sudah memutih semua"

Kemudian Tawa mereka lepas kembali.

"Sama saja, usia tidak pernah bohong meski rambutku belum banyak uban tapi kakiku sudah mulai sering sakit. Ngomong ngomong cucumu ada berapa?"

"Cucuku baru dua, itu pun dari anak keduaku yang perempuan. Putraku ini masih belum mau menikah. Dia hanya sibuk mengurus usahanya saja"

Kemudian seorang gadis belia muncul membawa nampan berisi empat cangkir teh hangat dan beberapa toples camilan.

Kehadiran gadis belia itu menyita perhatian semua orang yang ada di ruang tamu. Tidak terkecuali dengan Afsal. Mata elang Afsal terus mengamati wajah yang tidak asing untuknya. Ya....bidadari yang sedari tadi elah mencuri hatinya muncul tanpa di duga.

Ini yang di namakan kebetulan. Takdir begitu berpihak pada Afsal. Dia tidak perlu repot repot mencari tahu dimana gadis itu tinggal. Teryata dia salah satu putri dari sahabat sang Ayah.

"Aku baru punya satu cucu. Dia sangat tampan dan menggemaskan. Putri keduaku Tantri yang memberikannya sedang Bara anak pertamaku baru saja menikah setahun yang lalu tapi belum mendapat momongan. Nah kalau yang ini putri bungsuku, nama Ajeng"

Ajeng menyodorkan tangannya kemudian mencium punggung tangan pak Hasyim dengan sopan. Afsal pun tidak mau ketinggalan, pria itumenyodorkan tangannya juga untuk berkenalan secara resmi. Bibir Afsal mengulas senyum saat menggenggam jemari lembut milik Ajeng.

"Namaku Afsal"

"Ajeng" Rasanya merinding ketika Ajeng berjabat tangan dengan Afsal. Genggaman itu terasa erat seperti enggan lepas. Ajeng mencoba untuk menarik jemarinya agar cepat terlepas dari genggaman Afsal.

Ini pertemuan mereka yang kedua. Sebuah pertemuan yang menjadikan hati Afsal semakin yakin akan sebuah takdir tentang dirinya dan bidadari pencuri hatinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!