NovelToon NovelToon

Mbak Mafianya Mas CEO

AWAL PERTEMUAN

Zalea Meowni atau biasa dipanggil Lea adalah seorang wanita dengan julukan sikucing licin karna kelicikan dan kecerdikan dia saat menyelesaikan masalah. Lea juga jago berkelahi jadi tak heran kalau sekarang dia menjadi ketua Mafia yang cukup ditakuti di Paris.

Tapi sepertinya kecerdikan dia tidak selamanya berguna, terbukti saat ini dia harus kabur dari kejaran depkolektor yang selama ini mengejarnya.

Bukan Lea yang berhutang melainkan papanya yang sudah berhutang puluhan triliun tapi kabur begitu saja dan sekarang Lea harus menanggung semua hutang itu.

Depkolektor ini tak mengetahui setatus Lea sebagai ketua Mafia. Lea juga tak bisa menunjukkan identitasnya karna ini negara baru yang dia harap dia bisa hidup normal disini.

Lea capek harus berurusan dengan musuh dan berantem setiap hari, makanya dia pergi dari Paris ke Italia berharap dia bisa hidup normal dinegara yang tak banyak orang yang mengenalnya.

Lea masih terus berlari sambil memegang perut yang sudah berlumur darah akibat tusukan dari depkolektor yang mengejarnya. Itu juga salah satu alasan kenapa Lea memilih lari dari pada melawan.

"Sial, mereka udah nusuk gue masih aja ngejar gue," ucap Lea masih sambil berlari.

DISISI LAIN

Seorang pria nan tampan rupawan sedang duduk dikursi kerjanya, menghadap laptop dan tumpukan dokumen yang menemani siangnya ini.

Stefano Axelino Brista atau biasa dipanggil Fano adalah anak sulung dari keluarga Brista sekaligus CEO dari perusahaan S.B corp yang terkenal dingin dan cuek bak gunung es.

TOK TOK TOK

"Masuk," ucap Fano dari dalam ruangannya dan masih fokus dengan laptop tanpa menoleh ke arah pintu.

Orang yang tadi mengetok pintu masuk dan langsung mengutarakan maksudnya.

"Maaf Tuan, tuan besar menyuruh Anda untuk pulang sekarang," ucap orang itu, yang tak lain adalah bodyguardnya.

"Ada apa papa menyuruh saya pulang?" tanya Fano yang masih tetap fokus dengan laptopnya.

"Saya tidak tau Tuan, tapi katanya penting, bahkan saya boleh menyeret Anda pulang seandainya Anda tak mau," ucap sang bodyguard.

"Pasti masalah perjodohan itu lagi, males banget bahas masalah gak penting kaya gitu, siapa juga yang mau dijodohin, dikira masih jaman dulu kali ya, mana ceweknya gue gak kenal, lihat mukanya aja belum pernah,"oceh Fano dalam hati memikirkan apa yang nanti akan terjadi.

"Baik saya pulang sekarang," ucap Fano sambil menutup Laptop dan membereskan dokumennya.

Fano dan beberapa bodyguardnya berjalan meninggalkan gedung kantor menuju mobil.

Bodyguard membukakan pintu mobil, lalu Fano masuk tapi belum sempat pintu ditutup ada seseorang yang ikut masuk kedalam mobil dan langsung memeluk Fano sambil berbisik.

"Tolong saya," ucap orang itu, nafasnya yang mengenai leher Fano membuat badannya seketika merinding, Fano tak bergeming malah membalas pelukan orang itu dan mengode bodyguardnya menutup untuk pintu mobil.

Diluar mobil ada beberapa orang yang lebih tepat kalau dipanggil preman sedang celingukan seperti mencari seseorang.

Saat preman itu berada disebelah mobil Fano, orang yang tadi memeluk Fano menyembunyikan wajahnya di dada bidang Fano dan mengeratkan pelukannya.

"Kayaknya itu preman lagi ngejar ni cewek?" batin Fano sambil mengelus punggung cewek itu agar si preman mengira kalau mereka seorang pasangan.

Fano mengode supir untuk jalan masih dengan posisi mereka yang masih berpelukan.

"Orangnya sudah gak ada," ucap Fano setelah mobil melaju meninggalkan tempat tadi.

Tak ada respon dari cewek itu, Fano hanya merasa kalau pelukan dari sicewek perlahan melemah bahkan tangannya sudah tak lagi memeluk badan Fano, hanya saja badan cewek itu masih menempel di badan Fano.

"Tuan, baju Tuan banyak darah, apa cewek itu melukai Tuan?" tanya bodyguard yang duduk di depan sebelah sopir.

"Darah?" tanya Fano sambil melihat badannya dan memang ada darah di lengan dan badan Fano, bahkan kursi sebelahnya juga banyak darah.

"Hey, ini lepas dulu, saya mau lihat kenapa banyak darah," ucap Fano pada cewek itu.

Untuk kedua kalinya si cewek tak menggubris omongan Fano sama sekali sampai akhirnya Fano mendorong cewek itu kekursi sebelahnya.

Cewek itu sudah pingsan dengan darah di perut dan tangannya.

"Cari rumah sakit terdekat sekarang!" perintah Fano pada supirnya dan mobil langsung berputar arah karna mereka sudah melewati rumah sakit terdekat dari tempat mereka sekarang.

Sesampainya dirumah sakit, cewek itu langsung ditangani dokter.

"Kamu urus cewek itu biar saya pulang sama supir, pakai uang di kartu ini untuk bayar biaya rumah sakit," titah Fano pada bodyguardnya sambil memberikan kartu kredit.

"Nanti kalau Tuan besar marah saya gak anterin Tuan gimana?" tanya Si Bodyguard.

"Nanti saya yang jelasin sama papa, yang penting sekarang kamu urus dia dan cari tau siapa yang tadi mengejar dia," jawab Fano dengan muka dinginnya.

"Baik Tuan, saya akan cari tau siapa yang mengejar cewek itu," jawab Si Bodyguard seraya mengambil kartu kredit yang diberikan Fano.

"Baru kali ini Tuan Fano bersifat perduli sama orang baru,"batin Si Bodyguard

Setelah percakapan itu, Fano pergi dari rumah sakit sedangkan si bodyguard berjalan kemeja administrasi.

PERJODOHAN

Fano sudah sampai di rumahnya dan langsung pergi menemui orang tuanya di ruang keluarga.

"Ada apa Papa sama Mama menyuruh aku pulang?" tanya Fano to the point tanpa basa basi dan bertele-tele.

"Ok kita langsung ke intinya, seperti yang sudah kita kasih tau kemaren, papa sama Mama akan menjodohkan kamu dengan anak temen Mama," ucap Rendra Brista yang tak lain adalah Papa Fano.

"Pa, aku gak mau dijodohin, ini jaman udah maju Pa, masa masih main jodoh-jodohan sih," jawab Fano menentang keras keinginann orang tuanya.

"Fano, kita melakukan ini demi kebaikan kamu, ceweknya juga baik kok," timpal Fanya Brista Mama dari Fano.

"Apa pun alasannya Ma, fano gak mau." Fano tetap menolak perjodohan itu dan kekeh dengan pendiriannya.

"Kamu ini sudah 28 tahun, temen kamu semua udah pada nikah bahkan udah punya anak, sedangkan kamu jangankan menikah, pacar saja gak ada," ucap Rendra dengan nada tenang.

"Siapa bilang aku gak punya pacar, aku punya pacar kok, toh masih ada Aril sama Reza yang belum menikah," ucap Fano dengan ucapan yang agak belepotan karena memang dia berbohong.

Setelah sepeninggal ZaLea herlana, pacar terakhir Fano sekitar 5 tahun lalu memang Fano tak pernah terlihat bersama dengan wanita manapun.

"Mana pacar kamu kalau memang kamu punya pacar?" tanya Fanya yang langsung membuat Fano membeku karna dia harus memutar otak, mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan sang mama.

"Dia ada diluar negri," jawab Fano singkat sambil otaknya terus berfikir pertanyaan apa yang mungkin akan diajukan orang tuanya.

"Ma, suruh Will siapin jet buat jemput cewek itu," pinta Rendra kepada Fanya dan sontak membuat Fano semakin kelabakan memikirkan cara untuk menahan orang tuanya.

"Ok mama kel...," belum sempat Fanya menyelesaikan ucapannya, dering ponsel Fano berhasil membungkam mulut Fanya dan menahan kakinya untuk berjalan.

"Untung ni hp bunyi, selamet," batin Fano mensyukuri atas telfon yang masuk sambil mengangkat telfon.

...VIA TELFON...

"Ada apa?"Tanya Fano pada Sang Bodyguard dengan nada dingin.

"Bos, ada masalah," ucap Si Bodyguard dengan nada agak panik.

"Ada apa, kenapa kamu panik, apa terjadi masalah besar?" tanya Fano beruntun.

"Cewek tadi kekurangan banyak darah, stok darah dirumah sakit yang golongannya sama kaya dia kosong, gimana Bos?" tanya Si Bodyguard lagi

"Golongan darah dia apa memangnya?" tanya Fano sambil ingin berjalan menjauh, tapi tangannya dipegang sama Fanya dan mengode Fano untuk mengspeaker telfon itu.

"Emak gue yang bener aja, gue jawab apa ntar ini?" tanya Fano dalam hati sambil terus memikirkan berbagai kemungkinan kalau dia menuruti mamanya.

"Fano," panggil sang Mama dengan tatapan mengintimidasi membuat Fano langsung menyalakan speaker.

"Tuan, masih disitu kan?"tanya bodyguard Fano karna dari tadi dia ngomong tak mendapet jawaban sama sekali.

"Iya saya masih disini, jadi tadi golongan darahnya apa?" tanya Fano

"Golongan darahnya O, Tuan. Golongan darah saya beda," jelas Si Bodyguard.

"Ok saya kesana sekarang, golongan darah saya sama kaya dia," jawab Fano sambil mematikan telfon.

"Siapa yang butuh donor darah?" tanya Rendra penuh selidik.

"Nanti aku jelasin, aku mau kerumah sakit dulu," jawab Fano langsung kabur karna dia tau pertanyaan selanjutnya akan lebih bikin otak dia mendadak bego.

Fano pergi kerumah sakit mengendarai mobil sportnya sendiri, tanpa sopir tanpa bodyguard.

Sesampainya dirumah sakit, Fano langsung pergi ke IGD, tempat dimana sicewek tadi berada.

"Gimana keadaan dia?" tanya Fano sesaat setelah sampai disana

"Masih ditangani dokter, mari saya antar keruangan buat donor darah, Tuan," ucap Si Bodyguard sambil mempersilahkan bosnya untuk jalan duluan.

Selesai mendonorkan darahnya, Fano beristirahat disalah satu ruang rawat ditemani Si Bodyguard, sedangkan di depan IGD masih ada bodyguard lain yang berjaga.

"Gimana, sudah dapat info siapa yang mengejar cewek itu?" tanya Fano

"Mereka adalah depkolektor yang habis menagih hutang papanya cewek itu, Tuan," jelas Si Bodyguard.

"Habis menagih hutang? berarti sudah ditagih dong, kalau habis menagih hutang? Terus kenapa tu cewek masih dikejar bahkan sampai ditusuk perutnya?" tanya Fano lagi

"Itu karna dia gak bisa melunasi hutang papanya, bahkan sebenernya rumah dan kantor dia sudah disita buat melunasi hutang papanya tapi tetep tidak lunas juga karna memang hutangnya yang banyak banget," jelas Si Bodyguard.

"Kenapa dia yang disuruh melunasi kalau itu hutang bokapnya?" tanya Fano.

"Saat berhutang, papanya mengatasnamakan dia dan mamanya, padahal dulu dia masih di dalam perut mamanya dan bahkan dia ataupun mamanya tak mengetahui kalau nama mereka dijaminkan untuk berhutang, satu bulan setelah berhutang, papanya pergi meninggalkan mereka berdua ntah kemana, sampai sekarang belum pulang dan 2 bulan setelah bokapnya pergi, mamanya pergi ke Paris untuk tinggal disana," jelas si bodyguard panjang lebar.

"Berati dia juga lahir di Paris, ya?" tanya Fano.

"Iya Tuan," jawab Si Bodyguard

"Kamu bayarin hutang cewek itu dan pastiin depkolektor itu tak lagi mengejar dia,"titah Fano dan Si Bodyguard hanya bisa mengiyakan meski dalam hati dia tersimpan banyak pertanyaan mengapa Si Bos yang biasanya tak pernah perduli dengan sekitar tiba-tiba mau membantu cewek yang dia sendiri tak mengenalinya.

**********(((((((((())))))))))********

BERSAMBUNG

KESEPAKATAN

...MALAM HARINYA...

Lea sudah berhasil melewati masa kritisnya.

Ya, wanita yang ditolong Fano adalah Lea Meowni.

...ALAM MIMPI...

"Gue dimana ini, kenapa putih semua?" tanya Lea yang bingung karena dia sekarang berada ditempat yang semuanya putih.

Lea terus berjalan mengelilingi tempat itu, tapi tak ada seseorangpun disana.

"Meow," panggil seseorang dari belakang yang langsung membuat Lea berbalik menghadap orang itu.

"Nenek kok disini? Ini tempat apa nek?Kenapa semua putih? Baju nenek juga kenapa putih?" tanya Lea beruntun.

"Kamu ini dari dulu gak pernah berubah, ya, nanyanya satu-satu sayang," ucap nenek sambil tersenyum dan mengelus kepala Lea.

"Meow penasaran, Nek. Kenapa jugaMeow disini?" tanya Lea lagi dan dibalas dengan senyuman oleh neneknya.

"Meow," panggil seseorang lagi.

"Mama kok disini juga? Mama juga kenapa pakai baju kaya Nenek?"Untuk kedua kalinya pertanyaan beruntun itu dikeluarkan oleh Lea.

"Mama mau ikut Nenek, sayang," jawaban singkat tapi bisa membuat Lea tau semuanya.

"Mama, jangan ikut Nenek, Meow sama siapa kalau Mama ikut Nenek?" Air mata sudah tak bisa Lea bendung lagi dan kini Lea menangis di pelukan sang mama.

"Meow, Sayang. Biarin Mama ikut nenek ya, Mama lebih bahagia sama nenek," ucap nenek sambil mengelus rambut Lea yang sekarang memeluk erat mamanya.

"Ngak boleh, Mama sama Meow aja, Meow janji bakal bahagiain Mama, Meow bakal ambil apa yang seharusnya milik kita, jangan bawa Mama, Nek! Meow mohon, Nek." Lea menatap neneknya sambil terus memohon agar sang nenek tak membawa mamanya.

"Meow harus kuat, ya! Mama gak bisa sama Meow lagi, Mama harus ikut nenek." Mama berdiri dan berjalan kebelakang nenek.

"Mama jangan pergi, Meow bakal bahagiain Mama, jangan pergi, Ma."Kaki Lea kaku dan tak bisa digerakkan.

"Sudah waktunya kita pergi, jaga diri kamu, Sayang." Setelah mengucapkan itu, Mama dan neneknya menghilang ntah kemana.

"Mama, jangan tinggalin Meow, Meow bakal bahagiain Mama, tolong jangan pergi, Ma." Teriakan Lea berhasil mengagetkan Fano yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Hey bangun, kamu mimpi apa?" Fano terus menggoyang badan Lea namun dia tak kunjung bangun bahkan teriakan itu semakin kencang.

"Bangun oy, jangan nakutin saya, kamu." Panggilan Fano kali ini berhasil membuat Lea bangun.

"MAMA JANGAN PERGI," teriak Lea sambil bangun dan langsung duduk.

"Astaga, giliran bangun ngagetin aja ni cewek," batin Fano sambil mengelus dadanya karna kaget.

"Ini minum dulu!" Fano menyodorkan segelas air putih dan langsung diambil sama Lea.

"Makasih," ucap Lea sambil menyerahkan gelas ke Fano.

"Orang baru sadar biasanya buka mata aja pelan-pelan, kamu kenapa sadar langsung teriak?" tanya Fano sambil meletakkan gelas di meja dan duduk di kursi sebelah ranjang Lea.

"Kamu siapa?" Bukananya menjawab, Lea malah balik bertanya.

"Ditanya malah nanya, kamu gak inget saya siapa?" tanya Fano dan dijawab dengan gelengan kepala oleh Lea.

"Saya orang yang kamu peluk tadi siang, masih belum ingat?" jelas Fano sambil mengotak-atik hp nya

"Maaf saya terpaksa, saya sedang...," tak sempat Lea menyelesaikan kalimatnya, sudah dipotong sama Fano.

"Dikejar depkolektor yang habis menagih hutang papa kamu, karna kamu gak sanggup melunasi hutang papa kamu, makanya mereka mengejar kamu, padahal mereka sudah menyita rumah dan kantor kamu," ucap Fano dan itu berhasil membuat Lea melongo.

"Kamu tau dari mana?" Pertanyaan polos Lea membuat Fano tersenyum tipis.

"Gak penting saya tau dari mana yang penting sekarang hutang kamu sudah Lunas." Bukan hanya melongo tapi ucapan Fano sekarang berhasil membuat Lea menganga sempurna.

"Kenapa kamu lunasin hutang saya? Kita aja gak saling kenal, bahkan pertama ketemu aja saya sudah menyusahkan kamu. kamu baik apa ada maksud lain?saya gak punya apa-apa sekarang, gak ada untungnya kamu melakukan itu?" Gak di dunia nyata gak di alam mimpi memang sudah hobi Lea menanyakan apa yang ada diotak dia sekaligus.

"Nanya satu-satu kali, ngebut banget udah kaya sopir angkot ngejar setoran aja." Mendengar ucapan Fano, Lea hanya nyengir.

"Kamu memang benar, saya melakukan ini gak gratis." Nada dingin di tambah muka Fano yang lurus tanpa senyum membuat Lea menelan ludahnya, merinding dengan expresi yang diberikan Fano.

"Saya akan ganti uang kamu tapi gak sekarang, saya akan cicil tiap bulan," ucap Lea sambil menunduk dan memainkan selimut.

"Mau sampai kapan kamu cicil uang itu, kamu tau kan hutang papa kamu gak sedikit?" Expresi muka Fano tak berubah.

"Iya saya tau tapi gak ada cara lain kan selain saya cicil?" Lea masih setia menunduk.

Fano mengangkat dagu Lea dan mendekatkan wajahnya sambil berkata.

"Jadi pacar bohongan saya maka saya anggap hutang kamu lunas selama kamu menuruti permintaan saya." Tatapan tajam Fano tepat mengarah kemata Lea yang kaget dengan apa yang barusan diucapkan Fano.

"Pa-pacar bohongan, apa gak ada cara lain?" tanya Lea sambil memalingkan makanya yang sudah kaya kepiting rebus.

"Kalau kamu gak mau gpp si tapi saya akan balikin hutang kamu dan inget, orang saya lebih kejam dari pada depkolektor yang mengejar kamu kemaren." Fano berbicara sambil berjalan.

"Mati gue kalau harus dikejar orangnya dia, gue mungkin bisa lepas dari orangnya dia tapi itu bakal buka identitas gue sebagai mafia, mau gak mau lah gue turutin dulu sambil mikir cara lain," batin Lea mempertimbangkan jawaban apa yang harus diberikan.

"Ok saya mau, tapi saya punya 2 syarat," jawab Lea sambil menatap Fano yang duduk di sofa.

"Ok, katakan apa syaratnya, mau uang, rumah atau mobil?" tanya fano dengan nada sombongnya.

"Mentang-mentang banyak duit, lo pikir gue matre gitu?" batin Lea mengoceh tanpa aba-aba mendengar kesombongan Fano.

"Syarat pertama, kamu harus kasih saya kerjaan, jadi pembantu kamu juga gpp yang penting saya punya penghasilan buat makan sama bayar kontrakan." Lea menjelaskan syarat pertama dengan rinci.

"Cewek yang beda, menarik," batin Fano sambil bibirnya tersenyum tipis mendengar syarat yang diberikan Lea.

"Gak perlu kerja, saya akan memenuhi semua kebutuhan kamu termasuk tempat tinggal dan uang bulanan yang penting kamu nurut sama saya," jelas Fano tapi batinnya berkata, "pasti bakal mau."

"Gak bisa begitu, kamu sudah membayarkan hutang saya, itu sudah bayaran yang lebih atas saya yang jadi pacar bohongan kamu jadi jangan buat saya seperti cewek murahan yang bisa kamu kasih duit selama saya mau nurut, saya bakal nurut selama itu masih sewajarnya orang pacaran, jadi beri saya kerjaan ya biar saya bisa hidup!"Panjang x lebar x tinggi itulah definisi dari penjelasan Lea.

"Bener-bener cewek yang berbeda, biasanya cewek lain bakal dengan mudah menerima tawaran gue. Ok, lo udah bikin gue tambah penasaran siapa lo dan jangan salahin gue kalau gue bakal cari tau tentang lo," batin Fano.

"Ok, saya akan kasih kamu kerjaan tapi kerjaan apanya nanti saya pikirin dulu, tapi tidak dengan jadi pembantu saya." Jawaban Fano berhasil membuat senyum Lea merekah.

"Kenapa dengan pembantu?" tanya Lea yang penasaran kenapa Fano tak akan menjadikan dia pembantu.

"Saya ini tinggal sama orang tua saya, kalau kamu jadi pembantu saya yang ada ketahuan kita cuma bohongan," jelas Fano yang dijawab dengan anggukan oleh Lea.

"Jadi apa syarat kedua?"tanya Fano setelah selesai dengan syarat pertama

"Boleh pinjem hp kamu gak, saya mau telfon mama, dari saya dateng kesini saya belum kasih kabar ke mama?" tanya Lea

"Itu doang, nih buat kamu aja sekalian,"jawab Fano sambil menyodorkan hp yang dari tadi dia mainkan.

"Eh gak usah, saya pinjem aja,"jawab Lea dengan wajah agak memelas, bukan memelas tapi memang dia yang masih lemes.

"Gpp buat kamu aja, biar gampang juga saya kalau mau hubungin kamu," jawab Fano sambil menaruh hp ke tangan Lea.

"Kamu pakai aja, saya mau kekantin nyari makan," ucap Fano lalu pergi keluar ruangan.

"Orang kaya mah bebas ya," ucap Lea sambil mengetikkan nomer mamanya lalu menelfon.

Beberapa kali Lea mencoba menelfon sang mama tapi tetep saja nomernya gak aktif.

"Kok nomer mama gak aktif ya, perasaan gue jadi gak enak." Seketika Lea mengetikkan nomer lain dan menelfonnya dengan perasaan gak enak yang menyelimuti hatinya.

Telfon tersambung dan setelah diangkat, Lea langsung ngomong tanpa henti.

"Zoe, mama di mana? Gue telfon kok gak aktif? Mama sehat kan? Lo masih jagain mama kan? Perasaan gue gak enak banget? Bahkan gue tadi mimpi mama mau pergi ikut nenek?" Sebelum Lea melanjutkan pertanyaan panjangnya, orang disebrang sana langsung menyela.

"Meow, kebiasaan banget si kalau nanya kroyokan, gue mau jawab juga bingung." Omelan dari pria di sebrang sana membuat Lea nyengir.

"Ya guekan takut mama kenapa-napa, tapi mama sehat kan?" tanya Lea dengan nada paniknya.

"Mama sehat kok, hp mama tadi pagi kecemplung got gara-gara buat nimpuk anjingnya pak Max, lo tenang aja, selama ada kita mama aman, 24 jam kita jaga mama lo," jelas Zoe sambil menunjukkan mamanya Lea yang lagi sibuk memasak.

Syukur deh kalau mama sehat, gue mau ngomong dong sama mama," pinta Lea dan langsung dituruti sama Zoe.

"Meow Sayang, akhirnya kamu telfon juga, kamu kenapa kok kaya pakai baju rumah sakit, kamu sakit apa?" tanya Desi yang lanngsung membuat Lea harus muter otak mencari alasan yang akan dia berikan.

"Aduh, kenapa gue gak inget kalau gue masih pakai baju rumah sakit ya, tau gitu tadi telfon biasa aja gak usah Video," batin Lea.

"Meow gpp kok Ma, Meow cuma tadi bantuin orang bujuk anaknya biar mau dirawat," jawab Lea yang gak yakin kalau mamanya akan percaya dengan alasan tak masuk akal yang diberikannya.

"Maksud kamu gimana? Kamu jangan bohong, mama tau kamu bohong, jujur sama mama, Sayang," tanya Desi yang panik dengan keadaan Lea.

"Nahkan gak percaya, mau gak mau gue harus bohong lagi." Lea terus memutar otak mencari kebohongan apa yang akan dia berikan ke mamanya.

"Meow tadi keserempet motor Ma, tapi Meow gpp sebenernya cuma sama yang nyerempet disuruh rawat aja takut Meow kenapa-napa, padahal dokter bilang Meow gpp dan boleh pulang." Kebohongan yang sedikit lebih masuk akal.

"Makanya lain kali kalau jalan hati-hati, tapi kamu gpp beneran 'kan?" tanya Desi memastikan.

''Meow gpp beneran Ma, Mama disitu sehat juga 'kan?" tanya Lea memastikan keadaan mamanya.

"Mama sehat kok, Zoe dan yang lain jagain mama terus," jawab Desi.

"Syukur deh kalau mama sehat, udah dulu ya Ma, udah malem takut ntar ada dokter masuk malah Meow dimarahin lagi," ucap Lea setelah yakin mamanya baik-baik saja.

"Yaudah kamu istirahat, jangan kebanyakan pikiran dan jangan begadang!" pinta Desi yang tau anaknya ini suka banget begadang.

"Siap Mama Sayang." Ucapan terakhir Lea sebelum mematikan panggilan Video itu.

Setelah selesai menelfon mamanya, Lea menaruh hp di meja sebelah kasur lalu berbaring.

"Di Paris gue jadi Mafia yang ditakuti banyak orang, disini gue harus jadi pacar bohongan orang yang gak gue kenal sama sekali, bahkan namanya aja gue gak tau." Dumelan Lea sebelum akhirnya dia kembali tertidur

.....

...BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!