NovelToon NovelToon

Istri Manja Ziko

Pernikahan

Menikah, satu kata itu merupakan hal yang membuat Devina berdebar setiap kali memikirkan atau membahasnya bersama dengan sang kekasih. Menikah diusia sembilan belas tahun tepat setelah keduanya menyelesaikan semester pertama perkuliahan adalah hal yang Devina dan Ziko lakukan.

Saat Daffa memergoki keduanya yang tengah berciuman dia langsung menanyakan kesediaan Ziko untuk menikahi anaknya dimana jika Ziko ingin maka dia akan memberi izin, tapi jika belum siap maka Daffa akan membatasi kedekatan keduanya. Jawaban yang Ziko berikan dengan penuh ketegasan serta keyakinan adalah kesediaannya untuk menikah dengan Devina bahkan meskipun usia keduanya masih sangat muda.

Meskipun Devina sangat manja, mudah ngambek, dan keras kepala Ziko tetap mau menikah dengan gadis itu serta mengtakan bahwa semua itu sama sekali bukan masalah untuknya. Tidak ada yang kaget mendengar Ziko melamar Devina karena mereka tau bahwa Ziko memang berniat menikahi Devina sejak dari lulus sekolah.

Dan sekarang waktunya.

Hari ini merupakan hari pernikahan mereka dimana Daffa dan Fahisa sekali lagi harus menyerahkan anak mereka kepada suaminya. Sekali lagi Daffa akan menitipkan tanggung jawab untuk menjaga Devina kepada pria yang akan menjadi suami anaknya.

Sekali lagi Daffa dan Fahisa harus melepas anaknya.

Diantara kebahagiaan terselip rasa sedih baik di hati Devina, orang tuanya atau Devano. Sejak malam Devano menemani Devina memperhatikan wajah kembarannya yang akan jarang dia lihat.

Melihat Devina sebelum dia menikah dan berganti status menjadi istri seseorang, dia bahagia, tapi tetap ada rasa sedih yang Devano rasakan karena harus berpisah dengan kembarannya.

Hari ini bersama dengan kedua orang tuanya dia akan menyerahkan tanggung jawab untuk menjaga Devina kepada Ziko.

Pesta pernikahan yang diselenggarakan dengan mewah di sebuah gedung akan dihadiri ratusan tamu undangan. Pesta pernikahan akan berlangsung hingga pukul lima sore.

Sekarang dengan jantung berdegup kencang Devina berada ditengah-tengah kedua orang tuanya dan berjalan menghampiri Ziko yang sudah menantinya. Pria yang sangat dia cintai itu terlihat tampan dan menawan dengan jas serta dasi yang dia kenakan.

Semakin dekat mereka sampai jantung Devina semakin berdetak dengan sangat kencang hingga mereka kini berhadapan.

Devina dan Ziko berhadapan mereka saling menatap.

Tatapan penuh cinta yang dapat semua orang rasakan.

"Jaga anak saya Ziko"

Perkataan itu dijawab dengan pasti oleh Ziko hingga membuat kedua orang tua Devina dan Devina sendiri tersenyum mendengarnya.

"Saya akan menjaga Devina melebihi diri saya sendiri"

Perlahan Devina melangkah mendekat hingga kini keduanya benar-benar berhadapan. Senyum Ziko terbentuk dengan sempurna, dia mempersempit jarak diantara mereka lalu memberikan ciuman di kening Devina cukup lama.

"Hai istriku cantik"

Ziko membisikkan hal itu sebelum benar-benar menjauhkan wajahnya dan kembali menatap Devina yang kini sudah sah menjadi istrinya.

"Kamu sangat cantik Devina"

Hanya senyuman manis yang dapat Devina berikan karena dia benar-benar tidak tau harus mengatakan apa.

Saat tangannya digenggam Devina hanya menatapnya lalu ikut menatap ke depan dan melihat begitu banyak pasang mata yang menatap mereka berdua. Menolehkan kepalanya Devina menatap Ziko yang tersenyum manis membuat Devina ikut membentuk sebuah senyuman pula.

Sebagai suami Ziko bersumpah tidak akan pernah menyakiti Devina dan akan akan terus menjaganya.

Sebagai seorang istri Devina bersumpah akan belajar untuk menjadi wanita yang lebih dewasa dan penuh pengertian.

¤¤¤

Satu per satu tamu undangan datang dan memberikan ucapan selamat pada Ziko juga Devina tak lupa mereka juga memberikan do'a dan harapan untuk pernikahan keduanya. Senyuman tidak pernah luntur dari wajah keduanya dan Ziko tidak pernah sekalipun absen untuk tidak menatap wajah Devina meski hanya sesaat.

Keinginan Ziko untuk menikahi Devina sudah tercapai dan sekarang dia akan menjalani kewajibannya sebagai seorang suami, menjaga serta membahagiakan Devina. Rasanya benar-benar membahagiakan bisa memiliki Devina sebagai istrinya dan melingkarkan cincin pernikagan di jari manisnya.

Tidur dengan memeluk Devina, makan bersama Devina, bangun dengan melihat wajah Devina dan bisa tinggal satu rumah bahkan satu kamar dengan Devina.

Keduanya juga memiliki kesepakatan untuk tidak memiliki anak sebelum lulus kuliah, tapi semisal memang keduanya diberikan anugra itu mereka akan menerimanya dengan senang hati.

"Aduhh pengantin baruuu"

Keduanya melihat ke arah suara itu berasal dan melihat ketiga sahabat baik Devina serta Gio yang datang sambil menatap mereka dengan menggoda.

"Vina hati-hati nanti malem lo diterkam." Kata Gio membuat Ziko memukul lengannya cukup kuat

"Ya ampun Vin cantik banget sih sinii peluk aku duluuu." Kata Mona sambil berlari kecil pada Devina dan memeluknya

"Mona juga cantik." Kata Devina

Cukup lama berpelukan Mona melepaskannya dan bergantian dengan Cessa juga Nayla.

"Ih sumpah Vina cantik banget pakai gaun gitu mana pakai make up." Kata Cessa

"Hehe makasih"

"Ziko awas ya! Awas aja kalau lo sampai berani nyakitin Devina! Lo bakal bener-bener gue hajar." Kata Mona galak

"Bahagiain terus Vina." Kata Nayla

"Memang siapa yang mau nyakitin dia? Gue gak mungkin nyakitin dia, tapi gue bakal bahagiain dia dan sayangin dia." Kata Ziko dengan penuh keseriusan

Mendengar hal itu Devina tersenyum senang sambil menatap kekasihnya dengan penuh cinta.

"Aduh Vin padahal lo natap Ziko, tapi gue yang baper." Kata Gio membuat Devina tertawa kecil mendengarnya

"Makanya Gio cari pacar tuh Cessa masih jomblo." Kata Devina

"Heh apaan?! Ogah gue sama Gio!" Kata Cessa

"Lo fikir gue mau sama lo hah?!" Tanya Gio sambil menatapnya dengan sengit

"Ih awas jodoh lo." Kekeh Devina

"Vinn"

"Iya iya ihh galak." Kata Devina ketika Cessa melotot ke arahnya

"Pokoknya selamat deh untuk kalian berdua, jangan sering berantem ya? Cepet kasih gue sama yang lainnya keponakan." Kata Nayla membuat pipi Devina merona ketika mendengarnya

"Naylaaa"

Devina mengatakannya sambil merengek pelan membuat mereka tertawa melihatnya, tapi seolah belum cukup Mona malah mengatakan hal yang membuat Devina sangat malu hingga kupingnya ikut memerah.

"Kan nanti malam langsung proses Vin"

"Mon udah ah jangan digangguin." Kata Ziko ketika melihat istrinya yang terlihat malu

"Iya Mona mah jahat." Kata Devina pelan

Tertawa kecil Mona mendekat dan memeluk Devina lagi.

"Iya iya maaf"

Setelah merasa kalau ada tamu undangan lainnya yang ingin menghampiri Ziko dan Devina mereka turun dan pergi untuk menikmati hidangan.

Meninggalkan Ziko dan Devina bersama di atas pelaminan.

¤¤¤

Resepsi pernikahan telah selesai dilakukan sekarang keduanya berada di rumah orang tua Devina dan baru pergi ke rumah Ziko satu minggu setelahmya. Sempat terbesit rasa tidak rela dihati Devina untuk pergi meninggalkan orang tua serta kembarannya, tapi dia harus karena menerima Ziko sebagai suaminya berarti dia harus ikut kemana suaminya akan membawa dia pergi.

Mereka akan tinggal bersama orang tua Ziko juga nantinya karena Ziko anak satu-satunya maka orang tuanya tidak mengizinkan dia untuk pindah karena rumah itu akan menjadi milik Ziko nantinya. Rangkaian acara pernikahan sejak pagi hingga sore membuat Devina cukup merasakan lelah dan pegal karena tamu yang tidak kunjung berhenti datang.

Sekarang Devina sangat ingin beristirahat, tapi jantungnya juga berdebar sangat cepat karena ini malam pertama Devina sebagai seorang istri. Sejak tadi Devina yang baru saja selesai mengganti gaun pengantinnya dengan piyama tidurnya berdiam diri dibalik pintu kamar mandi.

Bingung serta malu bercampur jadi satu Devina ingin keluar, tapi dia takut bertemu dengan Ziko.

Astaga, dia harus bagaimana?!

"Vina?"

Suara itu semakin membuat jantung Devina berdebar dengan sangat cepat.

"Em iya"

"Kamu gak papa kan?" Tanya Ziko dari balik pintu

"Enggak... enggak Vina baik-baik aja." Kata Devina

"Kamu belum selesai?" Tanya Ziko lagi

"Iya udah." Kata Devina

"Kenapa belum keluar? Apa pintunya tidak bisa dibuka?" Tanya Ziko

"Enggak... ini ini mau keluar." Kata Devina dengan cepat

Menarik knop pintu kamar mandi Devina keluar dan langsung berhadapan dengan Ziko hingga membuat dia memundurkan langkahnya ke belakang.

"Em Ziko mau mandi ya?" Tanya Devina pelan

Dia bahkan tidak berani menatap mata Ziko.

"Iya, kamu kenapa nunduk gitu?" Tanya Ziko bingung

"Enggak papa"

Menatap Devina dengan alis bertaut Ziko mengangkat wajah istrinya dan melihat Devina yang wajahnya memerah.

"Vina maluu." Cicit Devina

Mendengar hal itu Ziko tertawa belum tepat satu hari, tapi Ziko sudah merasa sebahagia ini bisa menjadi suami Devina.

"Kenapa malu?" Tanya Ziko dengan penuh kelembutan

"Em malu pokoknya." Kata Devina

Menggelengkan kepalanya Ziko menarik lengan Devina hingga membuat Devina kini berhadapan dengannya dan hal itu semakin membuat wajah Devina memerah.

"Ziko mau ngapain?" Tanya Devina

"Hm gak ada." Kata Ziko sambil mengusap wajah Devina dengan sayang

"Vina malu, kenapa Ziko malah deket-deket?" Tanya Devina

"Masa jauh-jauhan kita kan udah nikah gak bakal ada yang larang." Kata Ziko

"Tapi, Vina nya malu." Kata Devina dengan wajah lugunya

Ziko tersenyum lalu membawa tangan Devina ke kemeja putih yang belum sempat dia lepaskan membuat jantung Devina semakin tidak bisa dikontrol.

Apalagi ketika Ziko mengatakan sesuatu dengan santainya.

"Bukaiin"

"Apa?"

"Bukaiin kancing kemeja aku"

"Em kenapa Vina?"

"Gak ada alasan cuman mau kamu bukaiin kancing kemeja aku aja." Kata Ziko

Devina menatapnya cukup lama sebelum akhirnya tangan Devina beregrak pelan. Sambil menatap Ziko dibukanya satu kancing teratas, dia mau pingsan saja rasanya.

Jeda cukup lama sebelum Devina membuka kancing selanjutnya gerakannya perlahan, tapi Ziko suka melihat Devina yang terlihat sangat gugup.

Satu per satu kancing itu sudah dibuka oleh Devina hingga sampai dikancing terakhir dia menatap Ziko yang tersenyum lalu melepaskan kemeja itu dihadapannya. Tubuh Devina membeku melihat Ziko yang tidak memakai baju dan dia dapat melihat tubuh kekar pria itu, pasti rajin berolahraga.

"Ziko"

"Hmm"

Devina menatapnya cukup lama, dia seolah ragu untuk bertanya, tapi pada akhirnya pertanyaan itu tetap dia ajukan juga.

Pertanyaan yang membuat Ziko ikut terdiam dan menatap Devina dengan wajah tak percaya.

"Vina mau di unboxing ya?"

Cukup lama Ziko diam dan mencerna pertanyaan itu sebelum akhirnya dia tertawa karena merasa lucu.

"Kok ketawa?" Tanya Devina

"Kamu kenapa nanya gitu hm?" Tanya Devano

"Vina cuman mau nanya aja." Kata Devina pelan

"Siapa yang kasih tau kamu kata itu?" Tanya Ziko lagi

"Mona dia bilang gitu terus katanya kalau Vina udah nikah nanti di unboxing, memang iya?" Tanya Devina sambil menatapnya dengan lugu

"Not here honey"

"Kenapa?" Tanya Devina

Dia juga tidak tau kenapa bisa mengajukan pertanyaan itu pada suaminya.

"Kamu mau sekarang?" Tanya Ziko

"Memang unboxing itu apa?" Tanya Devina lagi

Ziko tersenyum lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan.

"Maksudnya malam pertama sayang, kamu mau sekarang?"

Pertanyaan Ziko itu membuat Devina merengek dan memukul lengannya cukup kuat.

"Zikooo"

Ziko tertawa lalu menarik pinggang Devina untuk mendekat hingga kini mereka benar-benar dekat.

"Mungkin hanya sebuah ciuman"

Tepat setelah mengatakan hal itu Ziko menciumnya hingga membuat Devina memejamkan matanya. Tangan Devina bersentuhan dengan dada bidang Ziko yang tidak terutupi apapun.

Jika biasanya Ziko menciumnya sesaat lalu menjauhkan wajahnya kini tidak.

Ziko tidak menjauhkan wajahnya dia malah bergerak pelan di atas bibir istrinya memberikan sensasi yang tidak pernah Devina rasakan.

Cukup lama hingga suara ketukan membuat Devina refleks mendorong tubuh suaminya agar menjauh.

"Sayang makan malam dulu ajak suaminya"

Mendengar kata suami membuat jantung Devina berdebar tidak karuan.

Menatap suaminya yang masih belum menjauh Devina menggigit bibir bawahnya pelan lalu mendorong tubuh Ziko menjauh.

"Cepetan Ziko mandi kita mau makan malam"

¤¤¤

Perdana Istri Manja Ziko yang selalu ditunggu penggemar Vina-Ziko💞

Meninggalkan Rumah

"Vina disana baik-baik ya?"

Perkataan Fahisa itu Devina jawab dengan anggukan serta senyuman lalu gadis itu mendekat dan memeluk Fahisa dengan sangat erat membuat wanita paruh baya itu tersenyum sambil membalas pelukannya. Setelah cukup lama berpelukan Fahisa menjauhkan tubuhnya lalu mencium seluruh wajah Devina dengan sayang dan mengusap pipinya.

Setelah satu minggu berlalu Ziko akan membawa Devina pergi ke rumahnya untuk tinggal disana bersama orang tuanya juga dan sekarang mereka sedang berpamitan pada kedua orang tua Devina serta Devano. Mereka terlihat sangat sedih, tapi tetap tersenyum demi membuat Devina merasa lebih baik dan tidak berat untuk ikut bersama suaminya.

Selesai memeluk Fahisa kini Devina berdiri di dekat Daddy nya dan tersenyum lalu memeluknya tak kalah erat bahkan matamnya mulai berkaca-kaca.

"Vina bakal kangen Daddy nanti Vina kesini terus sampai Daddy bosan." Kata Devina membuat semuanya tertawa mendengar perkataan itu

"Daddy gak akan bosan sayang." Kata Daffa

"Bosan nanti Vina datang ke rumah terus ke kantornya Daddy juga." Kata Devina

"Lakukan Devina." Kata Daffa dengan senyuman

Setelah cukup lama berpelukan Devina melepaskan pelukannya lalu mencium pipi Daddy nya dengan sayang dan melakukannya hingga berkali-kali kemudian Daffa melakukannya juga, dia mencium kedua pipi serta kening anaknya.

Begitu selesai Devina berjalan ke arah Devano lalu belum melakukan apapun dia sudah menangis dan memeluk kembarannya dengan sangat erat bahkan lebih erat. Tidak mengatakan apapun Devina malah terisak kuat membuat Devano mengeratkan pelukannya dan mencium puncak kepalanya dengan sayang.

"Udah Vin." Kata Devano

"Enggak... enggak Vina mau nangiss." Kata Devina sambil terisak

"Udah jangan nangis nanti jadi jelek." Kata Devano

"Mau peluk Vano yang lama." Kata Devina

"Vin nanti kita masih bisa sering ketemu kok kalau kamu kuliah dan kita sama-sama ada jam kosong nanti aku nemuin kamu." Kata Devano

"Nantii masih mau pelukk." Kata Devina manja

"Yaudah iya nanti aja." Kata Devano

Membiarkan Devina memeluknya untuk waktu yang lama sampai akhirnya gadis itu menjauhkan sendiri tubuhnya lalu menatap Devano dengan penuh kesedihan. Mengerucutkan bibirnya Devina menangkup wajah Devano dan mencubit kedua pipinya cukup kuat lalu mencium kedua pipi serta keningnya lama.

Setelah selesai Devina menatap Devano dalam diam dan kembarannya itu tersenyum sambil mengusap kepalanya dengan sayang.

"Udah jangan sedih kita masih satu kota cuman butuh waktu sebentar kalau mau ketemu." Kata Devano menenangkan

Sebenarnya pria itu juga sama sedihnya, tapi kalau dia juga sedih atau menangis Devina bisa semakin menangis nantinya dan Devano tidak mau.

"Vano pasti kangan aku kan?" Kata Devina

"Enggak"

"Ihh kangen! Harus kangen!" Kata Devina

Devano tertawa karena lucu melihat Devina mengatakan hal itu dengan wajah galak serta wajahnya yang memerah sempurna.

"Iya Vin aku bakal kangen banget sama kamu." Kata Devano sambil mencubit pelan pipinya

"Vina pergi dulu ya? Nanti Vina bakal sering bangett main kesini terus Vina bakal samperin Vano di kampus." Kata Devina

"Iya Vin"

Devina memeluknya sekali lagi lalu dia menghampiri Daffa lagi dan mengangkat jari kelingkingnya.

"Daddy janji gak boleh marahin Vano kalau Vina gak ada." Kata Devina

"Memang Daddy pernah marahin Vano?" Tanya Daffa

Devina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Pernah tiga kali, tapi karena ada Vina marahnya berhenti." Kata Devina

"Iya udah Daddy janji gak bakal marahin Vano." Kata Daffa

Devina tersenyum senang ketika Daffa menautkan jari manisnya.

Setelah itu Devina kembali mendekat pada Ziko dan menatap kedua orang tua serta Devano secara bergantian dengan senyuman tipis yang menghias wajahnya.

"Kami pergi dulu Ma Pa." Kata Ziko

Daffa dan Fahisa mengangguk sebagai jawaban lalu Ziko mentap Devano sebentar.

"Van gue sama Devina pergi dulu ya? Jangan khawatir gue gak akan buat dia sedih apalagi nangis." Kata Ziko

"Hati-hati nanti kabarin kalau kalian udah sampai." Kata Devano

Mengangguk faham Devina melambaikan tanganny lalu bersama Ziko berbalik dan berjalan keluar rumah sambil membawa koper berisikan baju-baju Devina. Sebelum masuk ke dalam mobil Devina menoleh dan menatap mereka dengan senyuman lalu berseru kencang.

"NANTI VINA MAIN KESINII"

Setelah mengatakan hal itu Devina masuk ke dalam mobil dan dia membuka kaca mobil lalu mengeluarkan sedikit kepalanya sambil melambaikan tangan pada keluarganya. Begitu mobil mulai melaju meninggalkan rumah Devina menutup kaca mobilnya lalu menoleh dan menatap ke belakang dimana keluarganya masih berdiri di dekat pintu.

"Apa kamu mau menginap di rumah lagi Vin?" Tanya Ziko melihat Devina yang kelihatannya masih sedih

"Em enggak kok kita ke rumah Ziko aja." Kata Devina dengan senyuman

"Kamu serius? Kamu kelihatannya sedih banget." Kata Ziko

"Iya Ziko kata Kak Ara kalau baru pertama gitu, tapi nanti pasti terbiasa." Kata Devina

"Kalau kamu mau nemuin orang tua kamu atau Devano kamu gak perlu minta izin Vin karena aku pasti izinin, tapi yang penting kamu bilang supaya aku gak nyariin kamu." Kata Ziko

"Iya Zikoo"

Ziko tersenyum dan mengusap kepala istrinya itu dengan sayang membuat Devina ikut tersenyum hingga membuat matanya menyipit dan nyaris tak terlihat.

Betapa bahagianya dia mendapat istri seperti Devina.

¤¤¤

Kedatangan Devina disambut dengan penuh kebahagiaan oleh Nazwa dan Zidan bahkan Nazwa langsung memeluk serta mencium menantunya dengan binar penuh kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Mendapat sambutan hangat itu Devina tersenyum dia langsung mencium punggung tangan keduanya dengan sayang dan memeluk mertuanya bergantian, tapi dia memeluk Nazwa cukup lama.

Setelah merasa cukup Nazwa langsung mengajak menantunya masuk ke dalam lalu memintanya untuk duduk di ruang tamu. Begitu Devina duduk Nazwa langsung memanggil Bi Inah untuk membawakan minum serta makanan.

Duduk disamping menantunya Nazwa langsung membawa Devina agar menatapnya dan tersenyum senang sambil mengusap kepalanya. Melihat hal itu Zidan tersenyum karena sejak dulu istrinya memang sangat ingin memiliki anak wanita dan sekarang dia mendapatkannya.

Devina sudah seperti anak sendiri.

"Semoga anak Mama betah ya?" Kata Nazwa dengan senyuman

"Em makasih Ma." Kata Devina

"Ya ampun Mama senang sekali." Kata Nazwa

"Vina udah makan?" Tanya Zidan

"Udah Pa tadi sebelum kesini makan dulu." Kata Devina

"Yaudah Ziko ajak ke kamar dulu." Kata Zidan

"Paa nanti dulu Mama kan masih mau ngobrol sama Vina." Kata Nazwa

"Ma biarin istrihat dulu atau paling tidak merapihkan koper serta pakaiannya." Kata Zidan

Nazwa tersenyum tipis lalu mencium kening Devina dengan sayang.

"Yaudah nanti kalau udah selesai Mama mau ajak Vina keliling rumah ya?" Kata Nazwa

"Iya Ma"

Setelah percakapan singkat itu Devina berdiri lalu mengikuti langkah kaki Ziko yang membawa Devina ke kamar mereka. Tentu saja Devina tau dimana letaknya karena dulu dia pernah kesana.

Masuk ke dalam kamar Devina sedikit bingung ketika melihat ada cukup banyak perubahan lalu dia menatap Ziko dengan penuh tanda tanya dan Ziko hanya tersenyum padanya.

"Kok beda Ziko?" Tanya Devina

"Iya aku ubah total kamar biar kamu betah disini dan beberapa barang ada yang aku ganti dengan warna pink." Kata Ziko

"Ziko enggak perlu ngelakuin itu." Kata Devina

"Gak papa sayang aku mau." Kata Ziko

"Makasih Ziko"

Ziko hanya tersenyum lalu dia mengajak Devina untuk duduk di tepian ranjang dan mengeluarkan sesuatu dari dompetnya.

"Ini dari Daddy kamu." Kata Ziko sambil menyerahkan kartu yang mertuanya berikan

Devina terdiam sambil menatap Ziko dengan penuh tanda tanya.

"Tapi, kenapa..."

"Daddy kamu bilang pegang aja untuk kamu simpan nanti kalau sewaktu-wakyu kamu butuh pakai itu aja dan tadinya aku gak mau terima, tapi Daddy kamu bilang dia ingin memberikan itu pada gadis kecilnya." Kata Ziko

Devina diam dengan raut wajah sedih membuat Ziko mengusap sayang pipinya dan tersenyum.

"Setiap akhir pekan kita bisa ke rumah kamu." Kata Ziko membuat senyuman manis Devina mengembang dengan sempurna

"Makasih Ziko." Kata Devina

"Hm sama-sama nah sekarang kita beresin baju kamu dulu." Kata Ziko

"Eh Vina ajaa." Kata Devina sambil menahan kopernya

Tidak mungkin kan Ziko akan membantu dia membereskan em pakaian dalamnya.

"Gak papa Vin udah ayo." Kata Ziko

Devina menggelengkan kepalanya pelan, tapi Ziko tetap membawa kopernya lalu meletakkannya di dekat lemari dan membukanya membuat Devina menaruh kartu tadi di meja kemudian menghampiri suaminya.

Ziko terdiam beberapa saat begitu melihat pakaian yang ada di paling atas lalu menoleh pada Devina dan menatapnya dengan tidak percaya. Wajah Devina memerah sempurna pakaian itu hadiah dari teman-temannya dan Devina membawanya karena tidak mungkin meninggalkannya di rumah.

"Vin kamu..."

"Itu hadiah pernikahan." Cicit Devina

"Hadiah dari siapa?" Tanya Ziko masih terkejut dengan apa yang baru saja dia lihat

Tiga lingerie seksi yang ada di koper Devina.

"Mona, Cessa, sama Nayla"

Astaga tiga orang itu benar-benar telah berusah mengotori fikiran istrinya yang masih polos.

"Tapi... tapi Vina enggak mau pakai itu kok"

Kali Ziko mendongak dan menatap Devina yang cemberut dengan wajah memerah membuat dia merasa gemas sendiri melihatnya.

¤¤¤

Aduh temen-temennya Vina masa kasih hadiah begitu kan Vina nya maluu😶

Suka enggakkk??

Pengantin Baru

Makan malam bersama keluarga Ziko dengan status yang sudah menjadi menantu untuk pertama kalinya membuat Devina merasa canggung meskipun sebelumnya dia sudah beberapa kali makan malam bersama, tapi tetap saja Devina merasa canggung. Biasanya setiap makan malam Devina akan banyak bersuara dan mengajak yang lainnya mengobrol, tapi kali ini dia hanya diam sambil tersenyum pada mertuanya.

Rasa rindu mulai menghampiri Devina biasa memeluk orang tua serta kembarannya sebelum makan malam dan sesudah makan malam, tapi dia harus terbiasa sekarang. Selain itu Devina juga biasa diambilkan makan, tapi kali ini dia yang mengambilkan makan untuk suaminya.

Sebenarnya orang tua Ziko sangat baik padanya, tapi Devina masih belum terbiasa dengan suasana di rumah suaminya.

"Vina suka makan apa sayang? Nanti lain kali Mama masakin makana kesukaan kamu." Kata Nazwa dengan senyuman

"Em Vina suka banyak makanan." Kata Devina sambil menunjukkan cengirannya

"Kalau gitu ada yang Vina gak suka?" Tanya Nazwa lagi

"Vina gak suka brokoli terus Vina alergi sama udang enggak boleh makan udang nanti gatal-gatal dan demam." Kata Devina

"Vina alergi udang?" Tanya Zidan yang dijawab dengan anggukan oleh menantunya

"Waktu itu Vina pernah makan udang Ma dan alerginya kambuh sampai demam tinggi." Kata Ziko

"Kalau gitu Mama gak akan masak udang." Kata Nazwa

Devina hanya tersenyum saja lalu mereka menikmati makan malam bersama-sama tanpa ada lagi yang bicara.

Malam ini Nazwa senang sekali karena dia makan malam bersama dengan satu anggota baru lagi, menantu kesayangannya. Melihat Devina bersama dengan Ziko membuat Nazwa sangat bahagia karena keduanya benar-benar terlihat serasi ketika bersama.

Setelah semua selesai makan malam Nazwa membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci dan Devina berniat membantu, tapi Ziko menahan tangannya.

"Gak usah Vin." Kata Ziko

"Enggak papa." Kata Devina sambil melepaskan tangan Ziko

Membawa sisa piring kotor ke dapur Devina menghampiri mertuanya yang langsung terkejut karena kehadirannya.

"Eh kamu ngapain Devina? Udah sana ke kamar aja." Kata Nazwa

"Tapi, Vina mau bantuin." Kata Devina pelan

"Besok aja ya? Sekarang Vina gak usah bantuin istirahat aja sama Ziko di kamar nanti biar Bibi yang bantuin Mama." Kata Nazwa

"Besok boleh bantuin?" Tanya Devina sambil menatap mertuanya penuh harap

"Boleh Devina." Kata Nazwa

"Yaudah Ma selamat malam ya? Vina ke kamar dulu." Kata Devina

"Iya kamu tidur yang nyenyak ya sayang." Kata Nazwa

Devina mengangguk singkat lalu memeluk mertuanya itu sebentar sebelum akhirnya pergi dan ternyata Ziko menunggunya di ruang makan. Melihat Devina yang datang Ziko langsung berdiri dan mengajak Devina untuk pergi ke kamar mereka.

"Papa mana?" Tanya Devina

"Papa udah ke ruang kerjanya." Kata Ziko

"Malam-malam juga kerja?" Tanya Devina

"Enggak Vin bukan kerja, tapi nyiapin semua berkas untuk besok supaya gak ada yang tertinggal." Kata Ziko membuat Devina mengangguk faham

"Tadi Vina mau bantuin Mama, tapi enggak boleh katanya besok aja." Kata Devina

"Iya kamu kan baru sampai hari ini Vin, jadi kamu istirahat dulu." Kata Ziko

"Vina enggak capek." Kata Devina membuat Ziko tertawa kecil mendengarnya

"Yaudah besok aja bantuin Mama nya." Kata Ziko

"Heem kata Mama hari ini bibi aja yang bantuin kalau besok Vina boleh bantuin." Kata Devina

"Kamu mau bantuin Mama?" Tanya Ziko

Devina mengangguk sebagai jawaban membuat Ziko tersenyum lalu membuka pintu kamar mereka dan menguncinya dari dalam.

"Kamu gak mau ganti baju dulu?" Tanya Ziko

"Kenapa ganti baju?" Tanya Devina

"Kamu mau tidur pakai itu aja?" Tanya Ziko

Devina baru ingat kalau dia masih memakai kaos serta celana selutut.

"Eh iya Vina mau ganti baju dulu." Kata Devina sambil tersenyum manis

Melihat Devina berjalan ke arah lemari Ziko mengikutinya lalu ketika gadis itu ingin membuka lemari Ziko memeluknya dari belakang.

"Zikoo"

Ziko tertawa kecil mendengar rengekan itu.

"Pakai baju dari Mona aja." Kata Ziko

"Ish gak mauu bajunya kayak gitu aneh nanti dingin." Kata Devina dengan polosnya

"Kan ada aku sayang." Kata Ziko

"Ziko ish gak mau malu." Kata Devina

"Kalau gitu gak usah ganti baju." Kata Ziko

"Kok gak usah Vina gak bisa tidur pa...."

Perkataan Devina tehenti ketika Ziko memutar tubuhnya dan mencium bibirnya dengan penuh kelembutan. Tangan yang sebelumnya melingkar manis di pinggangnya kini merambat naik dan berhenti di tengkuk Devina.

Sudah mulai terbiasa Devina diam dan memejamkan matanya dengan tangan yang berpegangan pada lengan suaminya. Ciuman yang Ziko berikan penuh dengan kelembutan hingga membuat Devina dengan suka rela membuka mulutnya dan membiarkan Ziko kembali menciumnya.

Setelah merasa hampir kehabisan nafas Ziko menghentikan ciumannya lalu menatap wajah Devina yang memerah sempurna. Tersenyum manis Ziko mengangkat tubuh Devina membuat gadis itu tersentak kaget dan dia membaringkan tubuh Devina di ranjang.

Kembali mendekatkan wajahnya Ziko mendaratkan bibirnya di leher jenjang Devina membuat istrinya itu menahan nafas untuk sesaat.

"Ngh Ziko"

Tidak memberikan kecupan disana Ziko hanya menciumnya saja lalu dia mendekat dan berbisik di telinga Devina.

"Aku mau Vin." Kata Ziko

"Mau apa?" Tanya Devina

"Mau kamu." Kata Ziko sambil menggigit pelan telinganya

"Em Vina nya takut." Kata Devina pelan

Ziko tersenyum lalu menjauhkan wajahnya dan menatap Devina yang kini menatapnya dengan lugu.

"Vina takut apa?" Tanya Ziko

"Takut nanti sakit." Kata Devina

"Aku pelan-pelan." Kata Ziko

Devina menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah takutnya.

"Nanti sakit Ziko." Kata Devina

"Cuman sebentar sakitnya." Kata Ziko sambil mengusap pipinya dengan penuh kelembutan

Devina diam sambil menatap Ziko dengan wajah memerah sempurna untuk waktu yang cukup lama.

"Sebentar aja ya?"

Perkataan itu membuat Ziko tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Vina harus ngapain?" Tanya Devina

Astaga polos sekali Ziko gemas sendiri.

"Vina diem aja"

Devina tersenyum manis pada suaminya dan membiarkan saja Ziko ingin melakukan apa padanya.

"Ziko mulai ya?" Kata Ziko

Devina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban membuat Ziko perlahan mendekatkan wajahnya dan kembali mencium bibirnya dengan penuh kelembutan. Satu-satunya hal yang dapat Devina lakukan adalah memejamkan matanya, menikmati apa yang Ziko berikan untuknya.

Selagi mencium bibir Devina yang membuatnya candu tangan Ziko mulai turun ke bawah dan menyusup masuk ke dalam kaos Devina. Menjauhkan wajahnya Ziko tersenyum lalu meminta Devina untuk duduk dan membuka kaos yang gadis itu pakai.

Wajah Devina merona malu, dia tidak berani menatap wajah Ziko.

"Vin"

"Vina jangan diajak ngomong maluuu." Rengek Devina

Ziko tertawa mendengarnya lalu dia melepas bra yang gadis itu pakai dan membuat tubuh atas Devina benar-benar polos sekarang.

"Ziko maluu." Kata Devina lagi

"Kenapa malu hm? Ziko kan suaminya Vina." Kata Ziko

"Ziko lihat Vina gak pakai baju." Kata Devina pelan

"Enggak papa kan boleh." Kata Ziko

"Tapi...."

Ziko menghentikan ucapan Devina dan membaringkan lagi tubuh gadis itu lalu dia membuka baju yang dia kenakan.

"Zikoo maluuu"

"Vina kamu gak perlu malu sayang." Kata Ziko sambil tertawa kecil

Mengusap pipi Devina dengan sayang Ziko mendekat dan mencium lagi bibir Devina sambil menyentuh tubuh istrinya dan membuat dia bergerak gelisah karena sentuhannya.

Devina tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang, tapi dia malu sekali.

Saat merasa Devina hampir kehabisan nafas Ziko menjauhkan wajahnya dan menyatukan dahi mereka sambil mengusap pipinya dengan penuh kelembutan.

"I love you Vin"

¤¤¤

"Agh Ziko sakitttt"

Devina berseru kuat sambil mencengkram punggung Ziko dengan sangat kuat setelah pria itu berhasil menyatukan milik mereka di bawah sana dan mengambil apa yang telah Devina jaga selama ini. Rasanya sakit sekali Devina benar-benar ingin menangis karena rasa sakit yang dia rasakan, bukan hanya sakit, tapi juga perih.

Sedangkan Ziko kini masih diam sambil menatap Devina yang terlihat sedang menahan sakit dengan air mata yang menggenang. Tangan gadis itu juga mencengkram kuat punggungnya dan sekarang Ziko menatap Devina sambil mengusap pipinya.

Air mata mulai jatuh di pipi Devina dia juga merengek pelan pada suaminya.

"Ziko sakitt enggak mau sakitt"

Devina menangis membuat Ziko menghapus air matanya dengan sayang.

"Sst tenang Vin nanti sakitnya hilang." Kata Ziko

Saat Devina ingin bicara Ziko kembali mencium bibirnya dengan penuh kelembutan dan mulai menggerakkan miliknya di bawah sana. Tangan Devina semakin mencengkram kuat punggungnya, tapi semakin lama cengkraman itu mengendur dan berganti dengan pelukan.

Merasa Devina sudah lebih tenang Ziko menjauhkan wajahnya dan menatap Devina yang kini memejamkan matanya sambil mendongak.

"Masih sakit?" Tanya Ziko

Devina hanya menjawabnya dengan gelengan singkat dan dia semakin memeluk punggung Ziko dengan erat.

Malam ini Devina benar-benar menyerahkan semuanya pada sang suami, dia menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

Mereka menghabiskan malam bersama di dalam kamar Ziko yang terkunci dan kedap suara.

Meskipun waktu terus bergulir, tapi tidak ada kata lelah bagi keduanya untuk berhenti.

Malam panas sang pengantin baru.

¤¤¤

Bubarr bubarrr sana pada bubarr😂

Aku itung satu dua tiga bubar yaaa!!

Satu dua tiga!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!