NovelToon NovelToon

Hamil Tanpa Suami

Prolog

*Makna Judul

Author menyematkan judul Jiwa Jiwa Yang Suci karena merujuk pada anak-anak tidak berdosa yang lahir dari kehamilan tanpa rencana. Novel ini memang pada awalnya bercerita tentang 3 sekawan yang memiliki misi penyelamatan bayi-bayi tidak berdosa.

Namun, saat ada event YAW yang mengharuskan cerita roman sebagai cerita center dan cerita lain sebagai background, maka novel ini direvisi agar bisa mengikuti lomba (yang ternyata nggak bisa ikut karena udah kontrak. Sedangkan lombanya untuk yang belum kontrak huhu 😭).

Akhirnya, novel ini jadi novel roman sebagai cerita utamanya.

*Tokoh

Tokoh center dalam novel ini adalah: Lana (Alana Danurdara) dan Nathan (Nathan Adam Wiryatama).

Lana\= adalah seorang perawat yang hidup sebatang kara. Masa kecilnya dia habiskan di panti asuhan.

Nathan\= adalah seorang dokter. Dia adalah anak tunggal dari orangtuanya yang sering ribut dan tidak mau mengalah meski usia mereka sudah tua.

Syafira\= sahabat Lana sedari SMP. Orang tua Syafira sangat menyayangi Lana dan sudah seperti anak sendiri.

Dion \= dokter spesialis kandungan, sahabat Nathan (selanjutnya juga menjadi sahabat Lana). Dia lebih tua dari Nathan, namun sering bertingkah seperti anak kecil. Dia dijuluki 'bocah tua' karena keisengan yang sering dia lakukan.

Asa \= Istri Dion, adalah seorang MUA yang sedang dalam penantian menunggu keturunan yang tak kunjung datang. Berbagai program telah dia coba, namun belum membuahkan hasil.

Daniel \= dokter spesialis jantung yang muncul di pertengahan novel. Dia adalah seorang yang sangat pendiam, introvert, memiliki hobi mengoleksi figur Ironman dan membaca komik.

Inda\= seorang penulis konten yang selanjutnya bersahabat dengan Lana.

Peran pembantu

Mama Widya \= ibu Nathan

Suster Siwi

Suster Rusma

Soni

*Awal cerita

Lana dan Nathan bertemu setiap hari karena pekerjaan. Keduanya saling jatuh cinta karena terbiasa bertemu, nyaman dan berubah menjadi cinta. Padahal, sahabat baik Lana sudah mengagumi Nathan sejak lama.

Bingung dengan keadaan yang tidak semestinya ini, Lana memilih untuk menahan perasaannya untuk Nathan. Mereka pun menjalani hubungan pertemanan mesra/hubungan tanpa status.

*Kasus kesehatan dalam cerita

Dalam novel ini dipaparkan banyak kasus kesehatan dari yang ringan hingga yang berat. Semuanya terinspirasi dari kisah real.

Kasus-kasus kehamilan tidak terencana yang dialami pasien Dion, kejadian pembuangan bayi oleh oknum mahasiswa kedokteran, kisah anak SMP yang hamil (oleh pacarnya), kisah anak SMP yang hamil karena dimanfaatkan oleh kerabat sendiri, semuanya terinspirasi dari kisah nyata.

Jogja, February 7th 2021

***

Simak karyaku yg baru di noveltoon. Baca ya gaes.

'Emak, Aku Pengen Kawin:

Karenina Damartya adalah seorang wanita lajang berusia 26. Dia stres karena terus ditanya kapan menikah.

Dalam sebuah aplikasi jejaring sosial, dia berkenalan dengan lelaki yang bernama Tora. Namun, ternyata hubungannya dg Tora tdk seperti yg diharapkan.

Simak kisah seru Karen berjibaku dg nyinyiran orang, bertemu laki-laki brengsek dan akhirnya dijodohkan dengan seorang dokter yang berkepribadian eksentrik.

'Emak, Aku Pengen Kawin'

http://h5.mangatoon.mobi/contents/detail?id\=902018&\_language\=id&\_app\_id\=2

***

Author mau numpang promo yuah.

Ini adalah buku karya author Tita Dewahasta (tapi masih pakai nama asli, padahal udah bilang ke penerbit untuk pakai nama pena, eh terlanjur sudah hiks)

Judulnya: Cimo Si Kelinci Lucu

Isi: Dongeng Budi Pekerti

Untuk anak-anak.

Bisa diorder melalui shopee dengan mengetik judulnya. Terimakasih, semoga sehat selalu semuanya🙏🙏🙏

1.Dari Kelati Ke Koja

"Habis ini, kamu mau pindah ke mana sih?" tanya Sura.

"Ke Koja," kata Lana.

Lana adalah seorang perawat. Dia bekerja di rumah sakit yang berlokasi di sebuah kota kecil bernama Kelati. Dia adalah orang yang selalu ingin maju. Selesai kontrak di rumah sakit itu, rencananya dia akan pindah ke rumah sakit di kota Koja, sebuah kota yang lebih besar.

"Pengen ikut," kata Sura sembari mengerucutkan bibirnya.

"Ikut gimana, kamu kan mau kewong."

Sura begitu berat melepas kepergian Lana sahabatnya. Namun, dia juga tidak bisa ikut pergi. Sura sudah dilamar oleh Budi dan akan menikah setahun yang akan datang.

"Kamu ditawarin kerja sama siapa sih?"

"Syafira, temenku waktu SMP," jawab Lana.

Sahabat lama Lana yang sejak SMP berteman dengan dia, Syafira, menawarkan lowongan pekerjaan. Rumah sakit tempat Syafira bekerja sedang membutuhkan pegawai baru.

***

Pada hari Jumat sore, Lana sampai di Koja menggunakan kereta api. Dari stasiun menuju ke kos baru, Lana menaikki taksi online. Dia pun tiba di kos dan disambut jeritan ala milenial oleh Syafira. Mereka berpelukan melepas rindu.

Dengan teriakan ala milenial, Syafira menyambut Lana. "Oh my God, oh my God, sampai juga ya ampun."

"Fir, badanku rasanya remuk-remuk ini."

"Tenang-tenang, udah aku perkirakan kamu bakal capek, ya kali perjalanan 3 jam nggak capek. Terus, mabok kendaraan juga nggak kamu?"

"Banget, soalnya keretanya penuh jadi puyeng ni kepala."

Syafira mengantarkan Lana ke kamarnya yang kebetulan berada di paling depan, dekat dengan gerbang. Di samping kanan kamar Lana adalah pintu masuk ke dapur. Di sebelah kanan pintu itu berjajar 2 kamar yaitu kamar Inda dan kamar Syafira.

Sebenarnya masih ada 5 kamar lain, tapi letaknya di bagian dalam. Syafira kemudian memanggil Inda dan mengenalkannya kepada Lana. Inda adalah seorang penulis konten yang di sebuah agensi artikel.

Tidak butuh waktu lama, Lana dan Inda pun akrab. Untunglah mereka cocok dalam berteman. Bila tidak, Syafira pasti akan pusing untuk memilih hangout dengan siapa.

***

Sabtu sore

Syafira dan Inda pulang hampir bersamaan. Sore menjelang malam, mereka bertiga berkumpul di kamar Lana. Mengobrol.

"Eh, ini kan malam Minggu. Kalian nanti diapelin pacar, nggak?" tanya Lana.

"Halah, kata 'pacar' udah nggak ada di kamusku," kata Inda.

"Heh, bukan nggak ada, tapi belum ada. Nanti dikabulin beneran kamu nggak punya pacar terus lho," timpal Syafira.

"Iya, iya. Aku tarik kata-kataku. Udah dong, ganti topik!"

"Ye, aku kan nanya doang. Maksudnya, kalau kalian nggak ada acara, kita ngapain gitu. Eh malah pada curhat," ujar Lana.

"Kita girls night aja yuk!" usul Inda yang langsung disetujui kedua temannya.

Lana memutar musik slow dari laptopnya dan dihubungkan ke speaker.

"Rasanya sedih amat kita malem mingguannya cewek semua gini," kata Syafira.

"Ini arahnya pasti mau ngomongin cowok lagi nih." Inda mengendus maksud Syafira.

"Topik apa sih yang asik diobrolin 3 perempuan single? Ya pastinya seputar laki lah."

"Apalagi kita udah 26," kata Syafira. "Itu aku sama Lana sih. Kamu mudaan dikit, Nda."

"Selisih 1 tahun doang mah nggak berasa."

"Oke, oke, aku mulai ya!" Lana memulai curahan hatinya. "Aku fokus sama karirku. Menurut teman-temanku, menikah bukan salah satu tujuan hidupku."

Syafira dan Inda mengangguk-angguk.

"Kayaknya temen-temenmu bener. Kamu sampai ke sini ngejar karir, kan?" tanya Inda.

Mata Lana berkaca-kaca. "Salah banget. Kalau ada yang cocok, aku ya pengen berkeluarga. Who wants to die alone? Aku ngejar karir karena ngisi waktu aja sambil nunggu jodoh. Kalau udah nikah, aku mau tinggal menetap di satu tempat, ngurus keluarga."

"Keluarga kan nggak harus keluarga baru, bisa juga urus orang tua kita," kata Inda.

"Sssttt ...." Syafira memberi kode kepada Inda untuk tidak meneruskan kata-katanya.

"Nggak apa-apa, Fir, Inda kan belum tahu," kata Lana. "Aku udah lama hidup sendiri, Nda." Lana tidak menjelaskan kenapa dia hidup sendiri, hanya cukup Inda tahu bahwa dia tidak punya siapa-siapa.

Dia tinggal di panti asuhan saat masih kecil. Dia bisa melanjutkan pendidikan hingga tinggi karena dia mendapat beasiswa. Prestasinya di sekolah termasuk sangat baik.

"Maaf ya, Na," kata Inda.

"Oke, cukup. Jangan sedih-sedihan! Tentang aku cukup. Siapa mau lanjut? Inda?" tunjuk Lana.

"Aku apa ya. Aku agak tomboy." Sebenarnya itu sudah terlihat dari penampilannya. Rambutnya pendek, dan dia hobi mengenakan celana jeans dan sepatu kets. "Banyak orang ngira aku ini ugal-ugalan. Jadi banyak yang kayaknya takut deket sama aku."

"Nggak semua orang ngira kayak gitu kok. Buktinya kita enggak, ya kan, Na?" kata Syafira.

"Kamu sih deket sama aku. Coba kayak penghuni yang di dalam tuh. Lihatin aku kayak lihat setan."

Mereka pun terdiam.

"Kenapa pada ngelihatin aku? Ceritaku segitu aja udah."

"Kirain ada lanjutannya." Lana kecewa.

"Sekarang Fira deh, yang lagi berbunga-bunga," kata Inda.

"Lagi ada yang deketin, Fir?"

Syafira tersenyum malu. "Aku suka sama seseorang udah setahun ini. Udah gitu aja."

"Jyah kok gitu aja ceritanya? Udah setahun sukanya? Kejar dong!" Lana menyemangati.

"Aku kan cewek, masak aku ngejar dia?!"

"Coba cari tahu dia suka apa enggak. Jangan-jangan sama-sama suka tapi sama-sama malu. Coba tanya sama teman baiknya," usul Lana.

"Itu ide bagus kalau aku kenal baik sama temennya. Masalahnya, nggak ada yang kenal baik."

"Eh, kamu sering dijodohin-jodohin sama dia, kan? Gimana reaksi dia?" tanya Inda.

"Reaksi dia berubah-ubah, susah dinilai dari reaksi."

"Kamu punya fotonya nggak? Coba aku lihat sini, seberapa cakep dan gantengnya sih sampai bikin kamu klepek-klepek," kata Lana.

Syafira mengambil ponsel, mencari foto dan menunjukkan kepada Lana dan Inda. "Namanya dokter Nathan, Na. Kalau nanti kamu diterima di rumah sakit, bakal ketemu sama dia."

"Kayak gini aja bikin kamu kelimpungan siang malam. Di rumah sakit tempatku dulu yang lebih cakep banyak."

"Nggak usah ngomong gitu deh, kemakan omongan baru tahu rasa kamu, Na," kata Inda. "Eh, masak banyak yang lebih cakep? Terus kamu pernah naksir sama temen kerja kamu yang cakep?"

"Pernah lah. Godaan iman itu. Aku punya mantan pacar juga di tempat kerja."

Lana mengeluarkan ponsel. Dia menunjukkan foto teman kerja tampan dan mantan pacarnya kepada Inda dan Syafira.

"Ini sih cakep banget. Kayak artis Thailand, Mario Maureer. Terus kalau mantan kamu yang mana?" tanya Inda.

Lana menunjuk fotonya.

"Lumayan juga mantanmu, buat aku boleh?" kata Inda.

"Ambil deh! Udah mantan juga."

"Eh kita boleh nggak sih pacaran atau nikah sama mantan pacar teman sendiri? Misal mantan Lana ini jadi pacarku gitu boleh nggak?" Inda berandai-andai.

"Kayaknya boleh, asal Lana kasih ijin. Cuma, nanti canggung nggak kalau jalan bareng?"

"Iya juga. Tapi, aku berusaha dewasa. Misalnya mantanku adalah jodohnya Inda, aku restuin. Beneran! Kalau udah jodoh mau gimana lagi, ya nggak?" kata Lana.

"Kalau nggebet? Jadi misalkan Syafira suka sama dokter Nathan. Terus nanti Lana juga suka sama dokter Nathan. Eh dokter Nathan sukanya sama Lana, boleh nggak Fir?" tanya Inda.

Syafira melihat ke langit-langit dan berpikir-pikir. "Boleh, kalau Lana temen yang kejam."

"Lhah giliran aku kenapa nggak boleh?"

"Kalau misalnya kamu jadian saat aku masih suka sama dia ya aku sakit banget lihat teman sendiri jalan sama orang yang aku sayang," kata Syafira.

"Tapi gimana dengan perasaan dokter Nathan, nggak kita hormatin pilihan dia?" kata Inda.

"Dia kan nggak termasuk kita bertiga. Cari yang lain kan bisa," kata Syafira.

to be continued...

Jogja, February 7th 2021

***

Author mau numpang promo yuah.

Ini adalah buku karya author Tita Dewahasta (tapi masih pakai nama asli, padahal udah bilang ke penerbit untuk pakai nama pena, eh terlanjur sudah).

Judulnya: Cimo Si Kelinci Lucu

Isi: Dongeng Budi Pekerti

Untuk anak-anak.

Bisa diorder melalui shopee dengan mengetik judulnya. Terimakasih, semoga sehat selalu semuanya🙏🙏🙏

2. Bertemu Si Dokter Tampan

"Kalian ini ngomong apaan. Andai-andai aja sampe serius banget. Lagian aku anti banget sama dokter. Dari dulu, aku nggak suka punya pasangan dokter," kata Lana dengan percaya diri.

"Kamu nih emang kepedean ya, Na. Nggak semua bisa kamu atur. Kamu anti banget gitu nanti malah beneran punya suami dokter lho," kata Inda.

"Nggak mau. Pengen yang beda bidang biar nggak debat terus. Pokoknya nggak bakal punya pacar atau nikah sama dokter."

Inda dan Syafira berpandangan seolah mengatakan 'hati-hati kena batunya'.

Selesai sesi curhat, mereka menonton film dengan laptop milik Lana. Mereka memilih film horor lama berjudul ‘Coming Soon’. Agar lebih seru, lampu kamar Lana dimatikan dan mereka berjejer di balik selimut.

***

Hari Senin

Lana datang ke rumah sakit Keluarga Bahagia bersama Syafira. Interview dengan HRD sangat alot saat membicarakan masalah gaji. Lana tidak menyangka akan sepanjang ini. Selama ini dia terima saja yang diberikan rumah sakit.

Di usia dan pengalamannya yang sekarang, masalah gaji ternyata bisa dinegosiasikan. Karena rumah sakit sebelumnya berada di daerah kecil pastinya berbeda dengan standar di kota. Dia takut salah menjawab.

Jika terlalu kecil menyebutkan nominal pasti dia melewatkan banyak uang. Sebaliknya, jika terlalu tinggi, kemungkinan diterima akan sangat kecil. Dia pun menjawab sebijak mungkin yang dia bisa tanpa menyebut nominal.

Saat jam makan siang, Lana selesai interview. Syafira menelpon.

📞 "Masih di rumah sakit apa udah pulang ke kos, Na?"

📞 "Masih di rumah sakit."

📞 "Di mana? Ayo makan bareng!"

📞 "Aku duduk di depan gedung. Pinggir jalan."

Tidak lama Syafira sudah menemukan Lana.

"Kok pucet? Udah kelaperan ya? Yuk, ke warung makan depan situ!" ajak Syafira.

Lana mengikuti Syafira. Mereka memesan makanan dan memilih tempat duduk.

"Gimana tadi interview-nya?"

"Nggak tahu."

"Lhoh, kenapa?"

"Kayaknya nggak ada harapan."

"Kok ngomong gitu? Kan belum pengumuman, jangan putus asa dulu!"

"Misalnya, aku nggak diterima, gimana ya?"

"Tenang, di kota ini, masih banyak rumah sakit lain. Nanti aku temenin ngelamar. Kalau jauh, aku temenin cari kos. Lagian nggak cuma rumah sakit yang butuh perawat. Klinik juga banyak di sini."

Lana sedikit tersenyum. Namun, tetap ada rasa kecewa jika dia benar-benar tidak diterima. Lebih baik dia kembali ke Kelati.

***

Hari yang dinanti telah tiba. Tidak sia-sia semua usaha dan doa Lana yang tidak main-main, dia diterima. Siang-malam dia berdoa komat-kamit hingga agar diterima. Mungkin jika tidak ada jeda tidur malam, dia akan dower karena kebanyakan berdoa.

Saat-saat menunggu terasa sangat menegangkan. Apalagi dia hampir saja gagal di sesi interview. Sekarang, Lana sedikit lega. Suatu pelajaran penting yang dapat dia petik dari peristiwa itu adalah bahwa pengalaman dan prestasi tidak menjamin semua berjalan mulus.

Ada faktor tak terlihat yang ikut berperan serta dalam keberhasilan seseorang. Kini Lana insyaf dan kembali pada jalan yang benar. Dia lebih banyak bersyukur, membuang jauh rasa bangga over dosis di hatinya yang sering timbul karena karir yang gemilang.

Lana mendapat penempatan sebagai perawat yang memeriksa pasien sebelum masuk ke ruangan dokter di unit 1. Di sana ada 3 poli yaitu poli umum, poli kandungan dan poli gigi. Dia akan mengoperasikan timbangan untuk dewasa, anak, dan bayi.

Dia juga memeriksa tekanan darah pasien. Data pasien bersama keterangan berat badan dan tekanan darah itu kemudian dia antarkan ke ruangan dokter sesuai poli yang dituju.

***

Gala dinner

Setelah rekrutmen besar-besaran, keluarga besar rumah sakit itu mengadakan gathering untuk perpisahan dengan para pegawai yang sudah selesai masa tugasnya sekaligus perkenalan secara resmi dengan pegawai yang baru.

Agar tidak ada gap di antara pegawai, rumah sakit itu menempatkan meja dan tempat duduk secara acak kecuali direktur, karena direktur akan banyak memberikan sambutan. Beliau akan duduk di kursi depan.

Lana mendapatkan meja yang sama dengan Dokter Nathan, Dokter Ani, dan Malik yang bertugas sebagai petugas security. Mereka saling berjabat tangan kemudian duduk mengikuti acara.

Diam-diam Lana memperhatikan dokter pujaan hati sahabatnya yaitu Dokter Nathan.

Oh, ini ternyata yang namanya Dokter Nathan. Ganteng sih. Eh astaga! Ingat, dia itu pujaan hati sahabatku sendiri! Jangan diembat! (Lana).

Matanya tak dapat beralih ke mana pun. Lana terus memperhatikan Nathan, antara penasaran dan takjub. Setelah melihat secara

langsung, barulah dia mengerti kenapa sahabatnya begitu mengidolakan dokter itu.

"Mbak, jangan ngelamun!" kata Malik, bagian security yang duduk satu meja dengan Lana.

"Oh, ahahah. Nggak ngelamun kok, Mas."

Kemudian Malik berceloteh panjang lebar entah tentang apa. Di telinga Lana, semua yang dibicarakan oleh Malik hanya terdengar samar-samar seperti kaset lawas yang sudah bodol pitanya. Dia fokus memperhatikan setiap garis wajah Nathan.

Dokter tampan itu sibuk mengobrol dengan Dokter Ani yang lebih senior, sama sekali tak menghiraukan keberadaan Lana.

~

Sesampainya di kos, Syafira menginterogasi Lana. "Kamu tadi satu meja sama dokter Nathan kan, Na? Ngobrol apa aja?"

"Ngobrol apanya. Dia ngobrol sama dokter Ani terus tuh. Aku ngobrol sama Mas Malik security."

"Jyah, nggak bisa comblangin aku dong."

"Boro-boro comblangin, buat mulai ngobrol aja aku nggak ada topik. Lagian ngacaknya kurang acak. Di mejaku ada 2 dokter lama. Ya pasti mereka ngobrol asik karena udah kenal deket. Coba gini: 1 perawat, 1 security, 1 dokter, 1 bagian HRD. Pasti bisa ngobrol karena sebelumnya sama-sama nggak terlalu deket."

Dalam hati, Lana merasa geli sendiri akan pikiran yang tadi sempat muncul.

Tadi aku mikir mau ngembat si dokter itu. Ngembat apanya? Dia lihat aku aja enggak. Ketinggian amat mikir sampai ke sana. Ini yang dinamakan kodok pengen ngawinin sultan. Udah beda spesies, beda alam, beda kasta pula. (Lana).

***

Hari pertama Lana bekerja

Lana sangat senang mengingat perjuangan yang tak main-main. Terlebih saat interview yang dia lalui dengan sedikit tersendat seperti motor yang jarang diservis. Pasien di hari pertama ini sangat banyak.

Tidak semua sakit, ada juga yang ingin berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi dengan Dokter Dion. Ada yang ingin konsultasi gigi dengan Dokter Ani. Ada yang ingin mencari surat keterangan sehat dengan Dokter Nathan. Ada yang sekedar jalan-jalan cuci mata (eh maaf, yang ini harusnya ke mall).

Tiga pasien pertama adalah untuk dokter Nathan. Setelah Lana memeriksa tekanan darah dan suhu badan, dia pun mengantarkan berkas pasien ke ruangan Dokter Nathan. Saat memberi map, dokter muda itu menyapanya.

"Hari pertama ya, siapa nama kamu?" tanya Nathan yang menandakan bahwa dia lupa pada Lana saat malam perkenalan. Padahal mereka satu meja.

"Lhoh, kan waktu gathering ...." Lana berhenti sejenak, tahu diri. "Saya Lana, Dok. Name tag saya belum jadi, nanti kalau sudah jadi tinggal baca aja."

Nathan tertawa. "Semangat ya."

Meski agak kesal karena Nathan tidak ingat sama sekali terhadapnya, sikap Nathan sangat baik. Wajar banyak yang menyukainya. Namun, dia jadi penasaran kenapa dokter muda yang wajahnya tampan dan tutur katanya santun itu masih single. Pasti banyak wanita yang tertarik sehingga Nathan leluasa memilih kriteria yang disukai.

Ganteng, santun. Pantesan jadi idola. (Lana).

Setelah itu ada pasien seorang ibu hamil. Pastinya ini pasien dokter Dion, pikir Lana. Benar saja, ibu yang kira-kira hamil 6 bulan ini memeriksakan kehamilannya kepada Dokter Dion. Lana mengantar berkas pasien ke ruangan Dokter Dion.

"Permisi, Dokter Dion, ini berkas pasien selanjutnya," katanya sembari berdiri menanti instruksi dari sang obgyn.

"Oke, suster siapa?" tanya Dion.

Hah, name tag ku kenapa belum jadi, capek jawab pertanyaan orang-orang. (Lana).

"Lana, Dok," jawab Lana sembari menghela napas. Entah sudah berapa kali dia ditanya perihal nama. Ingin rasanya dia membagikan piring cantik kepada yang bertanya lebih dari satu kali.

Eh, siapa tadi? Lana

Eh, siapa tadi? Lana

Eh, siapa tadi? Lana

Lana Lana Lana Lana Lanaaa...!!!

Dia heran, namanya sederhana hanya 4 huruf. Kenapa mereka begitu sulit mengingat. Beda cerita jika namanya Uvuvwevwevwe Onyetenvewve Ugwemubwem Ossas (sumpah, author nulisnya ngos-ngosan).

"Langsung dipanggil aja pasiennya!" titah Dion.

Lana menuruti perintah dokter itu. Dia juga membantu pasien berbaring dan mengoleskan gel di perut untuk pemeriksaan USG. Selesai pemeriksaan dan konsultasi, Dion meminta Lana menyampaikan kepada Nathan untuk menunggunya makan siang.

"Nanti kalau ada pasien untuk Dokter Nathan, tolong sekalian sampaikan ke dia. Bilang sama dia, nanti makan siang bareng sama saya di kafe Senarai."

"Ha?!"

Kenapa aku harus jadi penyampai pesan di luar tugas profesionalku? (Lana).

to be continued...

Jogja, February 7th 2021

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!