NovelToon NovelToon

Kost Putri

01# Prolog

POV Tokoh.

Butet, gadis Batak. Anak pertama dari pasangan Bapak Togar Aritonang dan Ibu Cristina Tobing. Tentu saja Butet bukan nama asli gadis berusia 18 tahun itu. Nama asli Butet adalah, Arinauli Aritonang.

Butet adalah gadis yang pintar di sekolah nya. Hingga ia memiliki nilai tertinggi dari seluruh SMA di tanah Toba. Tentu saja prestasi Butet, mendapatkan penghargaan dalam bentuk beasiswa di Universitas Negeri di Jakarta.

Butet bukanlah orang kaya di kampung nya, tidak juga kekurangan. Dia adalah anak nelayan di pinggiran Danau Toba. Sedangkan Ibunya menjual ikan hasil tangkapan, di pasar tradisional di daerah Toba. Hidup mereka sederhana dan tenang. Tentu saja kabar Butet mendapatkan beasiswa di Jakarta membuat kedua orangtuanya bangga setengah mati.

Sebagai keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan, cita-cita Butet yang ingin berkuliah di Jakarta, kini bisa tercapai karena beasiswa yang di raih nya. Kedua orangtuanya, pun mendukung penuh dengan melepas Butet berangkat ke Jakarta.

"Boru ku (anak ku) kau yang baik di sana ya Boru ku. Jangan kau macam-macam disana Boru ku, ingat orangtuamu ini di kampung. Kuliah kau yang benar sayang." Ucap Inang nya Butet. (Inang- red- Ibu)

"Iya Inang. Inang sama Amang tenang aja lah." Ucap Butet.

"Tenang-tenang kata kau? Inang khawatir Butet! Kau sendiri disana!" Ucap Inang.

"Tenang lah Inang, disana kan Inang tahu, aku di kost putri. Inang kan sudah bicara sama Ibu kost nya." Ucap Butet.

"Iya, tapi sebagai Inang kau, aku tetap khawatir." Ucap Inang.

"Nah, kau bawakan oleh-oleh buat Inang kost kau disana." Ucap Inang sambil menyerahkan kardus mie instan berisikan oleh-oleh untuk Ibu kost Butet.

"Iya Inang, Amang, aku berangkat dulu." Ucap Butet kepada kedua orangtuanya.

"Hati-hati kau disana ya Boru ku." Ucap Amang.

Kedua orangtua Butet melepaskan kepergian Butet yang menumpang Bus antar pulau. Lambaian tangan dan isak tangis mengiringi kepergian Butet ke Jakarta. Adik-adik Butet pun ikut menangis saat melihat Kakak mereka pergi untuk menempuh pendidikan di Jakarta.

Butet, gadis hitam manis berambut lurus dan berhidung mancung, itupun mengusap air matanya. Ia bertekat akan kuliah yang benar di Jakarta. Agar semua pengorbanan orang tuanya dapat ia balas di kemudian hari.

..

Cempaka Putri, adalah seorang gadis berusia 18 tahun. Ia baru saja lulus SMA di kampung nya di tanah Sunda. Cempaka adalah gadis cantik berkulit putih dan mempunyai senyuman yang sangat manis. Tutur katanya yang manja dan lembut membuat semua orang menyukai nya.

Cempaka lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, ia memilih Universitas Negeri di Jakarta untuk melanjutkan pendidikan nya.

Abah (Bapak) dan Ambu (Ibu) nya mempunyai toko oleh-oleh khas Sunda di Kampung nya, Bandung. Kehidupan mereka cukup dan bahagia.

Cempaka adalah anak kedua dan juga anak bungsu dari pasangan Dadang Sudrajat dan Eulis Nurjanah. Cempaka mempunyai seorang Kakak laki-laki yang bernama Dewawarman, yang juga sedang menempuh pendidikan di Jakarta.

Orangtua Cempaka sengaja memilihkan Universitas di Jakarta. Agar Dewawarman dapat mengunjungi Cempaka dan mengawasi Cempaka di Jakarta.

"A'a mu sudah siap untuk menjemput mu di Jakarta Neng." Ucap Ambu.

"Iya Ambu." Ucap Cempaka sambil tersenyum manis kepada Ambu nya.

"Hati-hati disana ya Neng, jangan aneh-aneh. Ingat A'a mu mengawasi kamu." Ucap Ambu.

"Iya Ambu." Ucap Cempaka sambil menenteng tas nya.

"Cempaka pergi dulu ya Ambu, Abah." Cempaka mencium tangan kedua orangtuanya.

"Hati-hati ya Neng." Ucap kedua orangtua Cempaka.

Cempaka mengangguk dan masuk kedalam Bus jurusan ke Jakarta.

..

"Nduk, hati-hati di Jakarta ya Nduk." Ucap Simbok (Ibu)

"Nggih ( iya) Mbok." Ucap Sri.

"Kamu kenapa sih, memilih Universitas di Jakarta, kan Simbok kesepian, soal nya kamu tinggal di sana. Di Yogyakarta ini kan banyak Universitas yang ternama Sri." Ucap Simbok.

"Aku kepengen merantau to Mbok. Untuk pengalaman ku, biar gak kaget nanti kalau mencari kerja di Jakarta toh." Ucap Sri.

"Tapi kan Simbok mu ini jadi kesepian." Ucap Simbok.

"Mbok tenang saja, nanti setiap liburan, Sri pasti mengunjungi Simbok." Ucap Sri sambil memeluk Simbok dengan erat.

Simbok menangis di pelukan Sri. Dengan berat hati, Simbok melepaskan kepergian Sri di stasiun kereta di Yogyakarta.

Sri, 18 tahun, adalah anak satu-satunya pasangan suami istri Slamet Riyadi dan Sumiyem. Bapak nya Sri mempunyai usaha sablon kaos. Sedangkan Simbok mempunyai warung makan kecil-kecilan di daerah wisata Malioboro.

Sri sangat di manja kedua orangtuanya. Tetapi, Sri bukanlah anak yang cengeng. Garis berambut ikal dan berkulit kuning langsat itu sangat mandiri dan berprestasi. Sri pergi dengan berjuta cita-cita. Ia ingin kuliah yang benar, kelak mendapatkan pekerjaan yang baik, membahagiakan kedua orangtuanya dan banyak lagi.

Sri memejamkan matanya saat kereta mulai bergerak meninggalkan kota Yogjakarta.

..

Nyak Tatik Begitu semua orang memanggil Ibu pemilik kost putri di salah satu daerah di Jakarta. Wanita berusia 50 tahun itu, memiliki tiga orang Putra. Yang pertama sudah bekerja di perusahaan yang baik di Jakarta. Yang kedua sudah kuliah semester 5 di Universitas swasta. Dan yang ketiga, masih bersekolah, di SMK penerbangan.

Nyak Tatik adalah Ibu kost yang cerewet, namun sangat baik hati nya. Alasan Nyak Tatik membuka kost Putri, karena dirinya ingin merasakan mempunyai anak perempuan. Karena ia tidak memiliki satupun anak perempuan.

Suami Nyak Tatik, Babe Rojali sudah lama meninggal dunia. Nyak Tatik membiayai anak-anak nya dengan menerima kost Putri di paviliun rumah nya dan mempunyai kontrakan yang besar di sekitar rumah nya.

Nyak Tatik menikahi Babe Rojali 32 tahun yang lalu, seorang raja kontrakan di daerah rumah nya. Saat itu usia Nyak Tatik baru 18 tahun. Nyak Tatik adalah istri kedua dari almarhum Babe Rojali. Sedangkan istri pertama dari almarhum Babe Rojali adalah Nyak Komariah.

Dari rahim Nyak Komariah, lahirlah dua orang anak perempuan yang bernama Rita dan Risa. Rita dan Risa adalah saudara kembar. Alasan Babe Rojali menikah lagi adalah, karena Nyak Komariah tidak kunjung hamil setelah beberapa tahun menikah dengan Babe Rojali.

Tetapi, setelah di madu beberapa tahun, Nyak Komariah hamil anak pertama nya dan ternyata kembar. Babe Rojali yang awalnya ingin menceraikan Nyak Komariah, tidak jadi menceraikan nya. Karena hadirnya bayi kembar mereka, Rita dan Risa.

Rita dan Risa kini masih berkuliah semester 3 di kampus yang sama dengan anak nya Nyak Tatik yang nomor 2.

Nyak Komariah dan Nyak Tatik tidak pernah akur satu dengan lain nya. Karena sejarah mereka adalah istri pertama dan istri kedua membuat iri hati dan rasa tidak suka bersarang di hati mereka. Terlebih, Babe Rojali semasa hidupnya, sangat menyayangi istri keduanya, Nyak Tatik.

Bila Nyak Tatik mempunyai kost Putri, Nyak Komariah pun membuka Kost Putra. Jarak rumah dan kost-kost-an mereka pun bersebrangan di komplek yang sama.

Bagaimana seru nya pertikaian Nyak Komariah dan Nyak Tatik? Bagaimana serunya cerita para anak kost-kost-an?

Jangan lupa Favorit dan like nya ya kakak reader :) Untuk mendukung author agar tetap semangat menulis. Terima kasih... :)

02# Cempaka

Sepeda motor milik Dewa, Kakak nya Cempaka, berhenti di sebuah rumah kost yang bercat pink muda dan berpagar hitam milik Nyak Tatik. Cempaka yang sedang menenteng kardus dan koper kecil nya pun, menatap rumah kost-kost-an itu.

"A'a yakin ini rumah nya a'..?"

"Iya, tolong buka pagarnya, biar A'a bisa masuk dan memarkirkan sepeda motor A'a." Ucap Dewa.

Rumah kost-kost-an itu terlihat sepi. Terlihat papan kecil yang tergantung di pagar, yang bertuliskan "Menerima kost Putri". Cempaka membuka pagar hitam rumah kost-kost-an itu dan melangkah masuk kedalam halaman rumah itu. Di susul oleh Dewa yang mendorong sepeda motornya untuk di parkir kan di dalam halaman rumah itu.

Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah kost-kost-an itu, saat mendengar seseorang membuka pagar rumah nya.

"Assalamualaikum Ibu, saya Cempaka yang ingin menyewa kamar kost di rumah Ibu."

Nyak Tatik menatap Cempaka dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lalu, ia menatap Dewa yang berjalan menghampiri Cempaka.

"Die siape? pacar lu?" Tanya Nyak Tatik.

Cempaka mengerjapkan matanya dan menelan salivanya.

"Bu-bu-bukan atuh Ibu. A' Dewa, A'a nya saya Bu." Ucap Cempaka, gelagapan.

"Eh, bocah, emang beneran yang die bilang, kalau lu A'a nye die?" Tanya Nyak Tatik kepada Dewa.

"Iya Bu, kami Kakak beradik. Ini bukti KTP nya." Ucap Dewa sambil mengeluarkan dompetnya.

"Neng, mana KTP mu. Keluarin atuh." Ucap Dewa.

Cempaka buru-buru merogoh tas nya dan meraih dompetnya. Lalu, ia mengeluarkan KTP nya dan memberikan nya kepada calon Ibu kost nya. Begitupun Dewa yang menyerahkan KTP nya kepada Nyak Tatik.

Nyak Tatik memperhatikan alamat yang tertera di atas KTP itu. Lalu memandang kedua Kakak beradik itu. Setelah yakin, Nyak Tatik menyerahkan KTP mereka.

"Siape nama lu tadi?" Tanya Nyak Tatik.

"Ce-Cempaka Bu." Ucap Cempaka, terbata.

"Kaga usah lu manggil gue Ibu, panggil gue Nyak ye." Ucap Nyak Tatik.

Ekspresi Nyak Tatik sudah berubah lebih bersahabat.

"Yuk ikut gue, biar gue kasih tahu di mane kamar elu. Lu cakep juga ya." Ucap Nyak Tatik sambil tersenyum kepada Cempaka.

Cempaka yang tadi nya merasa tegang kini mulai bisa tersenyum melihat Nyak Tatik yang mulai ramah kepadanya.

Cempaka dan Dewa mengikuti langkah kaki Nyak Tatik ke arah paviliun rumah nya. Paviliun itu cukup nyaman, terlihat sangat terawat. Beberapa tanaman hias menghiasi teras paviliun itu.

Nyak Tatik membuka pintu paviliun itu dan mempersilahkan Cempaka dan Dewa masuk. Paviliun itu hanya mempunyai 3 buah kamar yang berjejer. Di ruang tamu terdapat bangku dan meja yang terbuat dari bambu.

Di sudut paviliun itu terdapat dapur mini. Di dapur itu ada dispenser dan rice cooker, serta alat-alat makan dan masak sederhana dan juga kompor gas.

Sedangkan kamar mandi nya terlihat bersih. Disitu juga tertulis beberapa peraturan yang harus di penuhi oleh para penghuni kost.

Nyak Tatik membuka sebuah kamar paling depan dan membuka pintu nya lebar-lebar. Lalu, Nyak Tatik melangkah masuk dan membuka jendela kamar itu. Dari jendela kamar itu bisa langsung melihat teras paviliun itu.

"Lu mau yang ini atau kamar yang lain?" Tanya Nyak Tatik.

Cempaka melihat kesekeliling kamar itu. Terlihat kamar itu sangat rapi. Terdapat sebuah ranjang single lengkap dengan seprai dan selimut nya. Di samping ranjang ada meja belajar dan lemari kecil untuk menaruh pakaian.

"Kayak nya lebih enak yang ini ya A'?"

Dewa mengangguk saat Adik nya meminta pendapatnya.

"Jadi lu mau yang ini?" Tanya Nyak Tatik lagi.

"Iya, Bu, eh, Nyak." Ucap Cempaka.

"Ok, lu bawa masuk dah barang-barang lu." Ucap Nyak Tatik.

Cempaka dan Dewa membawa masuk barang-barang Cempaka. Sedangkan Nyak Tatik menunggu di ruang tamu.

Setelah Cempaka memasukan semua barang-barang nya. Ia pun menyusul Nyak Tatik, di ruang tamu.

"Duduk lu." Ucap Nyak Tatik.

Dewa dan Cempaka saling bertatapan dan beranjak duduk di depan Nyak Tatik.

"Peraturan pertama, lu dilarang membawa masuk laki-laki. Walaupun, di ruang tamu. Tamu laki-laki hanya boleh sampai gerbang rumah. Paham?" Tanya nyak Tatik.

Cempaka mengangguk pelan.

"Peraturan kedua, lu jangan jorok! lu cewek. Rajin-rajin dah nyapu kek apa kek. Habis makan cuci sendiri piring lu. Jangan lupa seminggu sekali sikatin tuh kamar mandi." Ucap Nyak Tatik lagi.

Cempaka kembali mengangguk.

"Yang ketiga, kalau jemur pakaian jangan di depan, merusak pemandangan. Lu jemur di halaman belakang paviliun ini pan ade pintu belakang tuh, nah ada jemuran disono. Ngerti kan lu?"

"Ngerti Nyak." Ucap Cempaka.

"Ya udeh, sini dah uang kost nya." Nyak Tatik menadahkan tangan nya di hadapan Cempaka.

Dengan ragu, Cempaka menyerahkan amplop berisi uang yang sudah di persiapkan nya dari kampung, ke tangan Nyak Tatik.

"Berape nih? Segala pake amplop, lu kira kondangan." Ucap Nyak Tatik.

"Tujuh ratus ribu Nyak." Ucap Cempaka.

"Ah iye, ini kagak gue itung. kalo kurang gue balik lagi. Awas aje kalo kurang." Ucap Nyak Tatik sambil beranjak dari duduk nya.

"Terima kasih ya Nyak." Ucap Cempaka.

"Iye, sama-sama. Oh iye, di mari baru lu sendirian. Yang lain nye baru datang besok atau lusa kali." Ucap Nyak Tatik.

"Oh begitu, iya Nyak." Ucap Cempaka.

"Ya sudah, lu keluar dah." Ucap Nyak Tatik kepada Dewa.

Dewa mengangkat kedua alisnya dan mengangguk ragu.

"Apa lu berdua mau ngobrol-ngobrol dulu? Kalo mau ngobrol mending di teras rumah gue. Karena peraturan nya begitu. Walaupun Kakak beradik, harus tetap gue pantau. Kan banyak tuh yang Kakak makan Adik nye!" Ucap Nyak Tatik sambil menatap Dewa.

Dewa menelan salivanya dan beranjak dari duduk nya.

"Lebih baik saya pulang saja Nyak. Saya titip Adik saya ya Nyak. Saya ngekost juga tidak jauh dari sini, lain kali saya mampir." Ucap Dewa.

"Iye, gi dah." Ucap Nyak Tatik sambil melangkah keluar dari paviliun itu.

Dewa menatap Cempaka yang sedang mengerutkan keningnya.

"Jangan kaget, biasanya orang Betawi memang begitu cara bicara nya. Tapi mereka baik hati kok." Ucap Dewa.

"Oh, begitu ya A', Neng baru tahu." Ucap Cempaka dengan polosnya.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. A'a kembali ke kost-kost-an A'a dulu. Kalau mau ketemu A'a, mendingan kita ketemu di luar saja." Pesan Dewa kepada Adik satu-satunya itu.

"Iya A'a, hati-hati ya." Ucap Cempaka sambil tersenyum manis.

Dewa mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menuju sepeda motornya. Dan beranjak pergi meninggalkan kost-kost-an Cempaka. Cempaka yang mengantarkan Kakak nya sampai di depan gerbang, menatap punggung Dewa yang sedang mengendarai sepeda motor nya. Lalu, ia mengunci pagar dan kembali ke kamar nya untuk menata pakaian dan barang bawaannya.

Cempaka merasa beruntung dapat tinggal di rumah kost-kost-an ini. Selain tenang, kost-kost-an ini termasuk murah dengan fasilitas yang ada.

Cempaka masuk kedalam kamar nya dan menutup pintu kamar nya.

Welcome to Kost Putri...!

03# Sri

Kereta yang ditumpangi Sri sampai di stasiun Senen, Jakarta Pusat, pada pukul 2 dini hari. Sri yang sudah pernah ke Jakarta dan turun di stasiun yang sama pun, langsung keluar menuju keluar stasiun.

Sri langsung di serbu oleh gerombolan jasa transportasi di depan stasiun itu. Sebenarnya Sri ingin sekali langsung ke rumah kost-kost-an nya. Tetapi, ia merasa sungkan bila pagi-pagi sekali ia datang dan mengganggu Ibu pemilik kost. Maka Sri memutuskan untuk duduk saja di samping pedagang makanan dan minuman di depan stasiun itu.

Kebetulan, perut Sri sudah terasa lapar. Ia memesan seporsi ketoprak dan duduk di tenda tukang ketoprak.

"Dari mana Mbak?" Tanya seorang lelaki yang duduk tepat di depan Sri.

Sri menatap lelaki itu dengan seksama.

"Saya dari Yogyakarta Mas." Jawab Sri.

"Oh, baru pertama kali ke Jakarta?" Tanya lelaki itu lagi.

"Sudah sering." Ucap Sri.

Lelaki itu hanya mengangguk paham.

"Di sini mau kemana Mbak?" Tanya lelaki itu lagi.

"Koyok ne wong iki ming arep modus (Red- kayak nya orang ini mau modus)" Gumam Sri.

Pedagang ketoprak mengantarkan sepiring ketoprak yang baru saja selesai di buat untuk lelaki itu. Dengan ramah, lelaki itu tersenyum kepada pedagang ketoprak itu, saat menerima pesanan nya.

"Mbak, mari makan." Ucap lelaki itu kepada Sri.

"Monggo Mas." Sahut Sri sambil mengangguk, mempersilahkan lelaki itu untuk makan.

Sri memperhatikan lelaki itu. Lelaki itu cukup tampan, sorot matanya yang teduh, hidung nya yang mancung serta bibir nya yang tipis. Di tambah dengan gaya pakaian lelaki itu yang seperti seorang mahasiswa. Lelaki itu memakai kaos berwarna putih dibalik kemeja flanel bermotif kotak-kotak nya yang hanya di fungsikan sebagai outer.

"Guantengeeeee.. (Red- ganteng banget..)"

Lamunan Sri tentang lelaki di depan nya itu di buyarkan oleh pedagang ketoprak yang datang membawakan sepiring ketoprak pesanan Sri.

"Matur nuwun Mas. (Terima kasih Mas)" Ucap Sri saat menerima pesanan nya.

Sri langsung menyantap ketoprak nya tanpa memperdulikan lelaki yang duduk di depannya lagi.

Setelah selesai makan, Sri meraih botol air mineral milik nya, yang ia taruh di atas meja. Lalu, ia menenggak air itu sampai habis.

Lelaki di depan nya menatap Sri sambil tersenyum-senyum. Sri yang baru saja menaruh botol air mineral itu membalas tatapan lelaki itu.

"Kenapa to Mas? kok lihat saya seperti itu?" Tanya Sri yang merasa tidak nyaman dengan tatapan lelaki itu.

"Tidak ada apa-apa Mbak. Saya duluan ya." Ucap lelaki itu.

Sri tidak menjawab ucapan lelaki itu, ia hanya menatap sebal kepada lelaki itu, sambil bergumam tidak jelas.

Lelaki itu membayar pesanannya, lalu ia menghampiri sepeda motornya dan memakai helm. Lelaki itu kembali menatap Sri, lalu ia kembali tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Sri semakin bingung melihat tingkah lelaki itu. Sri terus memperhatikan lelaki yang bersikap aneh itu.

"Ono opo toh? (Red- ada apa sih?)"

Sri tetap memperhatikan lelaki itu sampai lelaki itu beranjak pergi dengan sepeda motornya.

"Oooo... dasar wong edan! ( Red- dasar orang gila!)" Gumam Sri.

Sri melirik jam tangan nya, jarum jam menunjukkan pukul 3.15 pagi. Sri menghela napasnya dan menopang dagunya. Ia bingung akan melakukan apa, sambil menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi kost-kost-an yang akan ia tempati.

Mata Sri tertuju ke botol air mineral milik nya. Lalu, ia mengeryitkan dahinya.

"Lho, kok wedang ku iseh ono? kan mau wis ntek tak ombe. (Red- loh kok air minum ku masih ada? kan tadi sudah habis ku minum.)"

Sri melirik ke botol kosong yang tadi air nya sudah Sri habiskan. Sri memperhatikan merk di botol air mineral itu, lalu ia langsung menepuk dahi nya dengan keras.

"Waduhhhh tibake kleru iki mau. Berarti aku ngombe wedange wong lanang mau! Duhhhhh Gustiiiiiii..! Isin aku...! (Red- Aduhhh rupanya aku salah. Berarti tadi aku minum air nya lelaki itu! Aduh Tuhannnn..! Malu aku...!)"

Sri terus-menerus menepuk dahi nya.

"Pantesan deweke ngguya-ngguyu ndelok aku (Pantesan dia senyum-senyum melihat aku)" Gumam Sri lagi.

Adzan berkumandang, Setelah membayar pesanan nya, Sri pun beranjak dari warung tenda ketoprak itu. Lalu, Sri menghampiri seorang supir Bajaj yang sedang menunggu penumpang. Setelah tawar menawar ongkos, akhir nya Sri setuju dengan membayar supir Bajaj itu dengan ongkos 30 ribu rupiah, untuk mengantarkan dirinya ke rumah kost yang ia tuju.

Sri memasukan barang bawaan nya ke dalam Bajaj, setelah semua barang bawaan nya sudah di dalam Bajaj, Sri pun naik dan duduk dengan nyaman di dalam Bajaj itu.

Krenggggg krengggg krengggg keng keng keng keng!

Bunyi suara Bajaj yang nyaring menjadi awal perjalanan Sri di Ibukota. Sri tersenyum sendiri membayangkan kelak ia akan menggunakan jaket almamater kampus nya. Ia juga membayangkan betapa bangga nya orangtuanya kelak saat melihat dirinya memakai jubah toga, saat wisuda nanti.

"Ealah Sri, koe iki ngimpi. Kuliah wae durung mulai. (Red- yaelah Sri, kamu ini berkhayal. Kuliah saja belum mulai)" Gumam Sri sambil tersenyum malu.

Asap pekat dari kenalpot Bajaj, bercampur di udara pagi ini. Kota Jakarta yang terkenal Kota yang sibuk, sudah ramai sebelum matahari terbit. Semua orang bergiat dalam mencari nafkah untuk bertahan hidup di Kota impian itu.

Jakarta, adalah impian orang-orang yang di luar Jakarta sendiri. Banyak janji manis yang terukir di Jakarta. Banyak juga yang menyerah karena janji manis itu sendiri. Banyak yang sukses saat pulang ke kampung mereka, banyak juga yang tidak membawa apa-apa. Jakarta yang terlihat manis, tetapi kejam, tetap menjadi impian hingga saat ini.

Bajaj yang ditumpangi Sri berhenti di depan rumah Nyak Tatik. Nyak Tatik yang baru saja pulang dari Mushola, melihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan pagar rumah nya.

Nyak Tatik menghampiri gadis itu dan memperhatikan barang bawaan gadis itu.

"Lu Sri? yang mau nge-kost di rumah gue?" Tanya Nyak Tatik.

"Nggih Bu." Jawab Sri sambil tersenyum kepada Nyak Tatik.

"Ya sudah, masuk dah." Ucap Nyak Tatik sambil membuka pagar rumah nya.

Nyak Tatik yang masih menggunakan mukena, berjalan menuju paviliun rumahnya. Sedangkan Sri yang membawa barang bawaannya pun, tergopoh-gopoh mengikuti langkah kaki Nyak Tatik.

Saat si depan pintu paviliun itu, Nyak Tatik mengetuk pintu beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang gadis cantik membukakan pintu tersebut.

"Kemana aje lu, gue ngetok berkali-kali lu kaga buka-bukain." Ucap Nyak Tatik.

"Maaf Nyak, saya baru saja selesai Sholat Subuh." Ucap gadis cantik itu.

"Cah kok ayune koyok ngono ( Red- cakep banget sih anak ini)." Gumam Sri saat melihat gadis yang berdiri di ambang pintu itu.

Nyak Tatik beranjak masuk kedalam paviliun itu dan disusul oleh Sri yang terus memandangi Cempaka.

"Eh Cempaka, lu kenalin nih, ini teman kost baru lu. Nama nya Sri dari Yogyakarta." Ucap Nyak Tatik.

Cempaka tersenyum menatap Sri. Lalu, ia mengulurkan tangannya kehadapan Sri.

"Kenalkan Teh, nama saya Cempaka." Ucap Cempaka.

"Et dah, gak usah Teteh-Teteh-an. Lu seumuran ama die. Die juga bakal kuliah di mari ye kan Sri?"

"Oh begitu Nyak."

Cempaka tersenyum kikuk.

"Saya Sri." Ucap Sri.

Merekapun berjabat tangan dan saling tersenyum.

"Noh kamar lu yang tengah. Ini konci nye. Buruan sini uang nya. Biar si Cempaka aje yang ngasih tau lu ini itu nye. Buruan, gue kebelet. Kebiasaan nih pagi-pagi ada panggilan alam. Kudu ke WC aje bawaan nye." Ucap Nyak Tatik sambil merapatkan pahanya.

Sri merogoh saku celananya dan mengeluarkan sejumlah uang tunai dan menyerahkan nya kepada Nyak Tatik.

Nyak Tatik menyambar uang tersebut, lalu buru-buru pergi menuju rumah nya.

Sri terdiam menatap Nyak Tatik yang berlari kecil sambil memegangi bokong nya.

"Mangga saya tunjukan kamar na." Ucap Cempaka.

"Mangga?" Tanya Sri.

"Mangga." Ucap Cempaka.

"Mana mangga?" Tanya Sri.

Cempaka mengernyitkan dahinya. Lalu, ia menggelengkan kepalanya dan beranjak menuju kamar yang akan di tempati oleh Sri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!