Pagi yang cerah, di dalam kamarnya, seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian rapi telah siap untuk berangkat kerja. Tidak lupa, ia memoles tipis wajahnya, lipstick berwarna nude menjadi pilihannya, membuatnya tampak cantik natural. Sekali lagi, ia menoleh ke cermin dan tersenyum tipis, lalu bergegas meninggalkan kamar yang bernuansa serba putih tersebut.
"Pagi Pa, pagi Ma," Anes menyapa kedua orang tuanya yang tengah duduk di meja makan sambil menunggu putri mereka untuk sarapan.
"Pagi sayang," jawab orang tua Anes serentak.
"Ayo sarapan dulu, mama udah masakin nasi goreng kesukaan kamu," ajak mamanya.
Anespun mengiyakan ajakan mamanya dan ikut bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan.
"Sayang pelan-pelan makanya, nanti tersedak," ujar bu Ratna karena melihat anaknya makan dengan buru-buru.
"Udah siang Ma. Takut telat, apalagi akan ada Presdir baru hari ini," sahut Anes dengan penuh makanan di mulutnya.
"Anes udah selesai, Anes berangkat dulu!" lanjut Anes langsung ngeloyor ke arah pintu.
"Eh lupa!" Anes menepuk jidatnya sendiri dengan pelan.
Sebelum melewati pintu rumahnya, Anes kembali menghampiri kedua orang tuanya untuk menyalami dan mencium punggung tangan mereka bergantian, karena itu sudah menjadi kebiasaannya.
Orang tua Anes hanya menggeleng nggelengkan kepala sambil tersenyum dengan tingkah putri semata wayang mereka tersebut.
Anes keluar menuju taksi online yang sudah ia pesan tadi. Taksi tersebut menunggu Anes di depan rumahnya. Anes bergegas masuk ke dalam taksi tersebut dan taksi online itu melaju menuju ke tempat Anes bekerja.
Di dalam taksi, Anes memasang earphone dikedua telinganya dan diputarnya lagu kesukaannya sambil sesekali menirukan lirik lagu yang ia dengarkan.
Taksi online yang yang ditumpangi Anes berhenti sebentar karena lampu merah. Anes menoleh ke arah jendela mobil, di lihatnya ada seorang nenek-nenek yang hendak menyeberang jalan, namun ia kelihatan ragu-ragu untuk melangkahkan kakinya.
"Pak, sebentar ya, saya mau membantu nenek itu menyeberang. Sepertinya beliau takut untuk menyeberang jalan," ujar Anes kepada sopir taksi online.
"Tapi neng, sebentar lagi lampu hijau," sahut sopir taksi.
"Sebentar saja kok pak, kalau keburu lampu merah, Bapak bisa meminggirkan mobilnya dulu sebentar. Kasihan nenek itu," Anes mencoba menjelaskan.
"Baiklah neng," sahut sopir taksi.
Anes turun dari taksi dan langsung menghampiri nenek tersebut.
"Nenek mau menyeberang ke sana?" tanya Anes ramah.
"Iya neng, tapi nenek takut," jawab nenek tersebut.
"Ya udah, mari saya bantu," tawar Anes.
Kemudian, dengan menuntun nenek tersebut, Anes mengantarkannya sampai ke seberang jalan.
"Terima kasih ya neng..." ucap nenek tersebut menggantung.
"Anes, nama saya Anes nek."
"Oh ya, terima kasih banyak neng Anes sudah membantu nenek."
"Sama-sama nek, kalau begitu saya permisi dulu mau bekerja," pamit Anes.
"Ayo pak jalan lagi," Anes kembali masuk ke dalam taksi dan memasang earphone di telinganya.
Ya, gadis bernama Anes itu tidak akan segan menolong orang lain meskipun ia tak mengenalnya. Hatinya mudah tersentuh jika melihat orang lain kesusahan.
🌼🌼🌼
Di sisi lain, di sebuah makam elite, seorang pria tampan turun dari sebuah mobil mewah. Ia menuju ke sebuah makam lalu meletakkan bunga Lily diatas makam tersebut.
"Bos bukannya kita mau ke kantor, tapi kenapa malah kesini?" tanya David kepada bosnya, namun tak ada jawaban dari bosnya tersebut.
"Ma, Alex kembali. Hari ini Alex akan menggantikan Papa mengurus Perusahaan yang ada disini. Alex akan tinggal di Jakarta, jadi Alex bisa sering-sering mengunjungi Mama," batin seorang laki-laki bernama Alex tersebut.
"Alex rindu Mama," gumam Alex lirih, hampir tak terdengar, dengan mata berkaca-kaca, namun tak terlihat karena ia mengenakan kaca mata hitam.
"Bos, sudah waktunya kita ke kantor, ini sudah terlambat," kata David, yang membuat Alex tak jadi menitikkan air mata yang hampir jatuh dari matanya tersebut. Namun, Alex hanya diam saja tak menjawab.
"Ma, Alex pergi dulu. Kapan-kapan Alex kesini lagi." Pamit Alex didepan pusara mamanya dan berjalan menuju mobil mewahnya, diikuti David sahabat serta orang kepercayaannya tersebut.
Didalam mobil, Alex duduk dibelakang sopir, ia sibuk dengan layar ponselnya sedangkan David duduk didepan, di samping sopir pribadinya Alex.
"Bos, apakah Tuan Besar sudah tahu kalau Anda mulai menggantikan Beliau hari ini?" David mencoba memecah keheningan didalam mobil tersebut.
"Tentu saja dia tahu. Dia yang memintaku untuk mulai bekerja hari ini," jawab Alex sambil tetep fokus terhadap ponselnya.
"lalu apakah Anda tidak akan menemuinya, mengingat sudah 6 tahun Anda tidak kembali," lanjut David
"aku malas kalau harus kesana dan bertemu wanita itu," jawab Alex.
David tidak melanjutkan pertanyaannya.
Suasana pun hening kembali dan mobil terus melaju menuju kantor.
**Selamat membaca. Mohon maaf kalo ada banyak typo dan salah kata-kata, maklum hanya amatiran bukan profesional😄😄😄
O ya, sebelum membaca lebih jauh, author hanya ingin memberi tahu kalau cerita ini hanya sebuah cerita recehan yang sangat simpel dan ringan, tidak ada konflik-konflik yang berat, sengaja author buat sesimpel dan seringan mungkin, tanpa harus menguras emosi, sekedar untuk bersantai ria menghilangkan penat para readers.
Jangan lupa vote dan komennya ya sayang, serta masukkan dalam list favorit kalian ❤️❤️❤️❤️**
Dengan senyum mengembang dari bibir tipisnya, Anes memasuki perusahaan Parvis Group. Ya, Anes sudah 2 tahun bekerja di Parvis Group, perusahaan yang bergerak dalam bidang Teknologi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. Dan merupakan Perusahaan terbesar di Asia. Parvis Group memiliki beberapa cabang, yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Selain itu, Parvis Group juga memiliki cabang Perusahaan yang cukup besar di Australia.
Tidak sampai di situ, Parvis Group juga mengembangkan sayapnya dalam bidang Property dan Perbankan.
Bekerja diperusahaan tersebut, adalah impian banyak orang, dan Anes beruntung, pasalnya, pasca lulus kuliah 2 tahun yang lalu, ia langsung diterima untuk bekerja di Perusahaan tersebut, menjadi sekretaris kepercayaan Presdir. Walaupun awalnya ia tak berniat melamar jadi Sekretaris tapi tetap ia terima pekerjaan itu, ketika ia dijadikan Sekretaris Presdir. Mengingat banyaknya saingan dan susahnya mencari pekerjaan saat itu. Dan yang lebih utama, gaji yang diterima Anes cukup besar
"Aness!" sambut Amel dengan sedikit teriak heboh dan langsung berjalan kearah si empunya nama, saat melihat sahabatnya itu masuk menuju lobby utama dan Anes pun menghampirinya.
"Apaan sih Mel, pagi-pagi dah heboh. Mau curhat? Mau cerita tentang oppa pacar halu Kamu itu? Tentang oppa-oppa roti sobek?". Anes tahu betul sahabatnya itu sangat menyukai hal-hal berbau Korea, terutama drama-dramanya. Anes menjadi tahu istilah-istilah yang para k-lovers tujukan buat idolanya, salah satunya ya itu Oppa Roti Sobek.
" Lupakan pacar haluku dulu, Anes sayang apa kamu lupa kalo hari bakal ada persdir baru yang menggantikan presdir kita yang kemarin. " kata Amel sambil merapikan rambutnya yang sebenarnya tidak berantakkan.
"Aku nggak lupa Mel. Terus kenapa kalo ada Presdir baru Amel sayang. Ganti ya ganti aja." Sahut Anes.
Karena menurut Anes nggak penting, mau ganti atau tidak, yang jelas dia hanya ingin bekerja dengan sungguh-sungguh. Siapapun bosnya, dia tidak terlalu ambil pusing.
"Huuuh dasar Kamu Nes..."
"Dengar-dengar dia baru kembali dari Australia, dia yang mengembangkan Perusahaan disana, sehingga bisa menjadi Perusahaan nomor 1 di sana. Pantas saja, selama bekerja disini nggak pernah liat putra dari Presdir kita, yang kadang terlihat hanya istri muda Presdir yang sombongnya naudzubillah melebihi Nona Vanya. Kira-kira seperti apa ya gantengnya Presdir baru kita, secara ayahnya saja yang udah tua tetap terlihat ganteng banget pasti anaknya jauh lebih ganteng. Aaahhhh aku jadi penasaran apa dia bakal baik terhadap karyawan seperti ayahnya sewaktu jadi Presdir, terutama sama kamu Nes Sekretaris Kesayangan, "celoteh Amel tanpa jeda, yang membuat Anes hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Namun, diam-diam ia juga penasaran dan membayangkan seperti apa bos barunya tersebut.
🌼🌼🌼
Atas perintah salah satu manajer di Perusahaan tersebut, seluruh karyawan berkumpul di Lobby kantor untuk menyambut kedatangan Presdir baru mereka, tak terkecuali Anes.
Semua karyawan, terutama karyawan perempuan, sangat antusias menunggu Presdir mereka kecuali Anes yang tampak cuek dan santai. Walaupun dalam hati sebenarnya dia sedikit penasaran juga sih. Hehehe.
"Eh itu Bos baru kita datang!" seru salah satu karyawan dan semua karyawan pun berbaris bejajar. Anes baris di barisan paling ujung.
"Ya ampun, itu bos ganteng banget".
"Gantengnya maksimal banget".
" Asistenya aja ganteng banget, apalagi bosnya ganteng parah".
Yang lain menyahut, "Ih jadi pengen dihalalin deh, sama si Bos".
Dan masih banyak lagi,pujian-pujian Hiperbola lainnya yang para karyawan wanita lontarkan. Yang membuat kuping Anes risih dan ia pura-pura tak mendengar, mendadak menulikan telinganya.
Presdir baru tersebut hanya diam, tanpa ekspresi mendengar pujian-pujian yang ditujukan kepadanya.
"Dengar semuanya, ini adalah tuan Alex Abraham Parvis, putra tunggal dari tuan Arya Abraham Parvis. Beliau akan menggantikan Tuan Arya sebagai Presdir di Parvis Group," nona Vanya yang merupakan seorang manajer keuangan memperkenalkan pimpinan baru di Perusahaan tersebut.
"Selamat datang Presdir!" sambut para karyawan serentak, namun lagi-lagi Alex diam dengan wajah tanpa ekspresinya. Ia terus berjalan melewati para karyawan yang berjajar tersebut.
"Sumpah demi apa, Nes, liat itu bos baru kita Masya Allah ganteng banget," ucap Amel, sambil menyenggol-nyenggol tangan Anes yang berbaris disampingnya.
Anes pun jadi penasaran, seperti apa wajah presdir barunya itu, karena sedari tadi ia hanya menunduk. Karena penasaran, iapun mendongakkan kepalanya dan saat itu juga Alex tepat sampai didepannya dan seketika itu pandangan mereka bertemu.
Saat melihat Anes, entah kenapa Alex menghentikan langkahnya. Ia menatap lekat wajah Anes seolah-olah ia terhipnotis oleh kecantikan gadis itu.
"G**adis ini sepertinya tak asing bagiku.. Dan mata itu sama seperti mata gadis itu... Mungkinkah dia.. Ah tidak mungkin," ucap Alex dalam hati.
Anes sedikit kaget karena saat ia mendongak, saat itu juga Alex didepannya, menatap dan memperhatikan dia. Anes menjadi canggung dilihatin bosnya seperti itu.
"Aduh kenapa melihatku seperti itu sih. Dan kenapa jantungku rasanya berdetak tidak normal begini? ayolah jangan bikin malu! bagaimana kalau setang jantungku terdengar karena terlalu keras berdetak?" gumam Anes dalam hati. Ia bisa melihat dengan jelas ketempanan bos barunya itu dari jarak sedekat itu.
Untuk beberapa saat, mereka saling bertatapan dalam diam. Tanpa mereka berdua sadari, mereka saling melempar senyum satu sama lain, membuat yang lain menatap heran kenapa bisa Presdir yang datar tanpa ekspresi itu tersenyum terhadap Anes.
"Ehem!" suara David yang dari tadi berdiri di belakang Alex membuat Anes tersentak kaget. Anes langsung menunduk lagi dan tanpa berkata apapun. Sementara Alex, melanjutkan langkahnya meninggalkan para karyawan menuju ke ruanganya diikuti oleh David dibelakangnya.
💠Jangan lupa like, komen, dan tipnya, serta masukkan ceritaku ke dalam list favorit. Terimakasih 🙏 💠
Setelah bayangan Alex menghilang dari pandangan, para karyawan langsung bubar dari barisan untuk melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing. Namun, ada beberapa karyawan yang masih lanjut membicarakan Presdir baru mereka.
"Ya ampun, dari belakang aja keliatan gantengnya, bikin panas dingin," ujar salah satu karyawan perempuan kepada rekannya.
"Iya, tapi kita harus sadar diri siapalah kita ini. Huhuhu," sahut yang lain.
Di sudut lain, Amel menghampiri Anes
"Sumpah demi apa? tadi presdir liatin Kamu sampe segitunya Nes, dan tatapannya itu lhoo, bikin meleleh, uuuhhh mau juga dong dilihatin bos ganteng".
"Ah apaan sih Kamu Mel, lebay deh orang dia biasa aja liatnya sama kayak liatin yang lain," balas Anes.
"Beda kali Nes, semua karyawan dia lewatin gitu aja, tanpa melirik sedikitpun. Tapi saat didepan Kamu, dia otomatis berhenti. Mungkinkah cinta pada pandangan pertama. Uuhhh So sweeettt," goda Amel dengan nada sok imutnya dengan mata berkedip-kedip.
Kebetulan aja kali pas dia didepanku berhenti. Nggak mungkinlah dia suka sama aku, ibarat kata bagaikan bumi dan langit tau nggak, Jauuuuuhhhh," sanggah Anes.
" Nggak ada yang nggak mungkin tau Nes, Kayak di drama-drama gitu, kan banyak yang nggak mungkin jadi mungkin." Ting! Amel langsung membayangkan drama ya dan senyum-senyum.
" Huuuu dasar kebanyakan nonton drama jadi halu," Anes menoyor kepala Amel (tapi gak keras ya guis noyornya, biasa bercanda-bercanda ala sahabat gitu).
" Benar kata Anes, nggak mungkin Presdir suka sama cewek kayak dia," jari telunjuknya menunjuk muka Anes. Vanya yang dari tadi mendengar obrolan dua sahabat tersebut mendadak panas telinganya.
Vanya merasa dirinya paling cantik di kantor, dan sering mencari perhatian dari para karyawan laki-laki, tapi mereka malah lebih menyukai Anes daripada dirinya, itu membuatnya membenci Anes, padahal Anes tidak pernah membuat masalah dengannya.
"Dan Kamu Anes! Jangan bermimpi Kamu akan menjadi kesayangan bos seperti dulu waktu pak Arya menjadi Presdir. Apalagi berniat untuk mendekati Presdir Alex, karena wanita seperti saya yang pantas buat Presdir. Paham kamu?!" Vanya memperingatkan Anes dengan tegas.
Anes hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan dengan wajah datar.
" O ya, berhubung Pak Arya sudah tidak menjadi Presdir, sekarang Kamu menjadi Sekretaris Pak Alex. Lakukan tugas kamu seperti biasa. Nanti jangan lupa ke ruangan Pak Alex untuk menyerahkan jadwal meeting dengan para klien," imbuh Vanya, lalu pergi meninggalkan tempat itu.
" Baik Nona Vanya, " jawab Anes lirih.
" Karena wanita seperti saya yang pantas untuk Presdir. Bla bla bla, " Amel mengulangi kata-kata Vanya dengan nada mengejek.
" Dasar nenek Sihir! Nenek Lampir! Mana ada cowok yang mau sama cewek modal dempul kayak gitu. Iri aja tu Nes si nenek lampir sama kamu, secara kamu kan karyawan idola di kantor ini. Rasanya pengen aku lakban tu mulut biar gak seenaknya ngehina orang". Amel tak terima sahabat baiknya itu di hina oleh Vanya.
Anes hanya cekikikan melihat sahabatnya marah seperti itu.
" Sabar, Sabar Amel sayang. Nggak usah ditanggapi. Cuma buang-buang waktu dan tenaga tau nggak. Dia kan emang kayak gitu orangnya dari dulu. Lagian ada benarnya juga kata-katanya tadi".Anes mengelus-elus punggung Amel agar sahabatnya itu lebih rileks dan mereda emosinya.
Bukannya terlalu lemah, tapi Anes tak ingin buang-buang waktu dan tenaga untuk meladeni sikap Vanya. Semakin diladeni, semakin menjadi-jadi, begitulah menurut Anes. Jadi, dia memilih untuk diam.
"Huff. Ya Allah beri hambaMU ini kesabaran," Amel menarik nafas dalam-dalam sambil mengelus- elus dadanya. Anes hanya tersenyum melihat sahabatnya masih tampak kesal.
Anes kembali ke ruangannya yang berada di luar ruangan Presdir. Karena dia Sekretaris pribadi Presdir, dia memiliki 2 ruang kerja, yang satu di depan ruangan Presdir dan satunya di ruang Sekretariat yang tampak berjejer beberapa meja, tapi ia lebih sering menghabiskan waktu bekerja di di ruangan yang berada di luar ruangan Presdir tersebut tentunya.
🌼🌼🌼
Di dalam ruangannya, Alex melamun membayangkan kejadian tadi saat matanya beradu pandang dengan Anes.
"Siapa sebenarnya gadis tadi..? Dan mata itu... Samar-samar mengiatkanku padanya.. Mungkinkah dia..?.. Ah tidak mungkin dia ada disini," gumam Alex dalam hati dengan mengigit-gigit jempolnya.
" Aku lihat, sejak melihat gadis itu tadi, Bos seperti memikirkan sesuatu. Tidak biasanya bos seperti itu terhadap wanita. Dia tidak pernah dekat dengan seorang perempuan. Jangankan memandang melirikpun ia tak pernah. Siapa sebenarnya wanita ini?". David pun ikut bergumam dalam hati dengan raut muka penasaran sambil memperhatikan bosnya.
" Bos, apakah ada masalah? Saya lihat dari tadi Anda seperti memikirkan sesuatu". Ucap David tiba-tiba membuyarkan lamunan Alex.
Sebelum menjawab pertanyaan asistennya tersebut tiba-tiba hpnya bergetar.
"Drrt.. Drrt... Drrrt" (suara hp bergetar).
Setelah melihat nama pemanggil yang tertera di layar hpnya, Alex langsung mengangkatnya.
"Hallo Pa, ada apa telepon Alex? Apa ada yang penting?" tanya Alex pada papanya di seberang telepon.
"Dasar bocah tengil! Apa papa harus memiliki alasan khusus untuk menghubungi Kamu". Jawab pak Arya dengan nada bercanda.
"Makan malamlah dirumah. Sudah satu minggu kamu kembali ke Jakarta tapi belum pernah menemui papa", pinta Pak Arya kepada putra semata wayangnya itu.
"Maaf Pa, tapi Alex masih sibuk. Bukannya Papa yang meminta Alex buat mengurus Perusahaan yang ada disini," Alex beralasan sibuk, pasalnya, dia enggan ke rumah itu.
"Ayolah nak, sudah 6 tahun berlalu apa Kamu masih belum menerimanya sebagai mamamu?" sepertinya Pak Arya tahu alasan sebenarnya Alex tak ingin ke rumah itu.
" Mama?!" sentak Alex dengan nada tak suka.
" Papa mengerti, Kamu masih sulit menerimanya, walaupun usia kalian sama, tapi biar bagaimanapun dia adalah istri papa sekarang. Mamamu sudah lama meninggalkan kita sejak Kamu kecil. Apa Papa tidak berhak untuk memiliki pendamping hidup lagi? Kamu harus tahu nak, posisi Mama kamu tetap tidak akan pernah bisa tergantung oleh siapapun," Tuan Arya hampir menitikkan air matanya.
Alex hanya menghela nafas mendengar kata - kata papanya.
" Seandainya saja Papa tahu,"gumam Alex dalam hati.
" Baiklah Pa, kalo ada waktu Alex akan ke sana". Karena tak ingin berdebat dengan papanya, Alex mengiyakan permintaan papanya.
" Baiklah Nak, kapanpun kamu bisa, datanglah, Papa tunggu kedatangan kamu," jawab Pak Arya girang
" Hem, Jaga kesehatan Papa," jawab Alex dan langsung mematikan teleponnya dan melempar hpnya ke atas meja kerjanya. Alex menarik nafas dalam-dalam sambil memijat pelipisnya dengan mata terpejam.
" Bos, apa tidak sebaiknya Anda mengatakan yang sebenarnya kepada Tuan Besar?".
" Apa kau bercanda? Itu tidak mungkin, Papa memiliki sakit jantung, kalo aku bilang, aku takut akan berakibat buruk terhadap kesehatan papa karena Papa sangat mencintai wanita itu," tegas Alex dengan melepaskan satu kancing kemejanya bagian atas.
David hanya diam, dia tahu semua cerita tentang istri muda Pak Arya, karena Alex telah menceritakan semuanya kepada David waktu di Australia dulu. Alex menceritakan kenapa dia sampai bisa memutuskan untuk mengurus perusahaan yang baru papanya bangun di sana. Tak ada yang ditutupi oleh Alex kepada asisten sekaligus sahabatnya itu.
🌼🌼🌼
Di depan ruangan Presdir, Anes tampak berdiri dengan membawa catatan jadwal meeting bosnya.
"Masuk enggak. Masuk. Jangan. Ah bodoh, tetap aja aku harus masuk. Ini kan pekerjaanku." Anes menoyor kepalanya sendiri. Entah kenapa, ia merasa gugup untuk menghadap bos barunya. Padahal biasanya dia tidak seperti itu. Mungkin karena insiden tatap menatap tadi kali ya. Hehe
"Semangat Anes!" Anes mengangkat satu tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Dengan mantap Anes mengetuk pintu yang terbuat dari kaca itu. Meskipun dari kaca, orang dari liar ruangan itu tidak bisa melihat kedalam ruangan itu. Sebaliknya, orang yang didalam ruangan tersebut bisa melihat orang yang berada diluar dengan jelas.
Tok.. Tok.. Tok. Terdengar suara pintu diketuk
Alex dan David yang dari tadi memperhatikan dari dalam tingkah Anes diluar ruangan itu tampak menahan tawa.
"Masuk!" suara bariton itu terdengar jelas oleh Anes.
Setelah dipersilakan masuk, Anes langsung membuka pintu.
Ceklek! pintu dibuka oleh Anes.
"Maaf Pak, saya kemari ingin memberikan jadwal meeting Bapak dengan para Klien," Anes menyerahkan catatan jadwal meeting tersebut.
"Letakkan saja disini, biar nanti ku lihat," jawab Alex datar tanpa ekspresi.
"Baik Pak," Anes meletakkannya di meja kerja Alex
"Kenapa masih disini. Kalau tidak ada urusan lain, Kamu boleh keluar," tegas Alex.
"Baik Pak".
Anes berjalan menuju pintu untuk keluar, namun, sebelum ia membuka pintu, Alex memanggilnya.
"Eh tunggu!".
Anes langsung menoleh.
" Siapa nama Kamu?" tanya Alex sedikit cuek
" Nama saya Anes Pak," jawab Anes.
" Siapa? Nanas?" Alex pura-pura tidak dengar
"ANES Bos. Namanya Anes," bisik David ditelinga Alex.
" Bodoh! Aku juga dengar aku nggak budek!" Alex membalas David dengan berbisik juga.
David mencoba menahan tawanya, mengetahui hal konyol yg dilakukan bosnya itu.
"Ganteng-ganteng budeg Nanas sama Anes jauh kali," batin Anes.
"Anes Pak. A-N-E-S" Anes mengeja namanya.
"Tidak perlu di eja, saya bukan anak TK,"
Anes hanya diam tak menanggapi.
"O ya Anes buatkan saya teh!" Perintah Alex.
"Tapi Pak saya bukan...."
"Tidak ada tapi-tapian, saya bos disini jadi terserah saya".
"Baik Pak Presdir yang Terhormat, akan saya buatkan teh untuk Anda," jawab Anes lalu membuka pintu dan keluar dari ruangan itu.
"Kamu!" Alex kesal dengan kata-kata Anes barusan.
"Sial, dia pikir aku office girl apa, main suruh buatin teh. Iya kalo bilangnya baik-baik, dengan bilang tolong kek apa kek yang enak di dengar gitu. Beda banget sama Pak Arya. Dasar wleeeek (melet). Huft sabar. Sabar". Gerutu Anes. Dia masih di depan ruangan bosnya. Dia lupa kalo orang di dalam ruangan itu bisa melihat keluar.
" Dasar wanita itu berani-beraninya dia, "Alex kesal melihat apa yg Anes lakukan didepan ruangan itu.
David hanya cekikikan melihat tingkah Anes dan bosnya yang menurutnya lucu.
" Kenapa tertawa... Ada yang lucu?!"
"Ehmm. Tidak bos."
"Cari tahu informasi lengkap tentang gadis tadi!" perintah Alex.
"Maksudnya Nona Anes?" tanya David.
"Ya iyalah. Emang ada gadis lain yang tadi kesini.."
"Baik Bos, segera saya cari tahu".
David masih penasaran karena tidak biasanya biasanya bosnya itu kepo dengan seorang gadis. Tapi dia tidak ingin banyak bertanya dan lebih memilih untuk diam.
🌼 🌼 🌼
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!