NovelToon NovelToon

Mencari Tuan Muda [DROP]

Prolog.

Pagi yang cerah menyinari kediaman keluarga Rayendra yang megah bagaikan istana di dalam negri dongeng, begitu banyak pelayan serta penjaga dan tentu saja keamanan nya merupakan yang tertinggi di kota Leaf.

Seorang anak laki-laki berlarian riang kemari seperti sedang dikejar seseorang, gelak tawa terdengar dimana-mana.

"Kakak! jangan terus berlarian!"

"Haha, kakak akan berhenti jika adik tidak memaksa kakak untuk membelikanmu sebuah permen"

Hari begitu menyenangkan kala itu tetapi...semuanya berubah ketika sang kakak mengalami kemalangan yang sangat tidak bisa dipercaya kedua orang tua mereka beserta sang adik.

"Bagaimana bisa hilang?! apa kalian benar-benar menjaga pangeran kecil ku dengan baik?!"

Seorang pria tampan yang sudah memiliki istri dan merupakan ayah dari anak yang mengalami kemalangan hanya bisa berteriak dan menenangkan sang istri dan anaknya yang kini hanya ada satu saja.

"Suamiku, apa anak kita akan segera ditemukan?" tanya sang istri yang kini terisak-isak didalam pelukan sang suami yang juga khawatir

"Tenang saja sayang, anak kita akan segera ditemukan, aku sudah mengerahkan pengawal bayangan untuk mencarinya" ujar sang suami menenangkan sang istri yang sangat terpukul akan berita tersebut

"Apa kakak akan ditemukan Dad?"

"Pasti pangeran ku!, pasti kakak mu dan pangeran kecil Mom dan Dad akan ditemukan jadi jangan khawatir dan tenangkan Mom ya sayang"

"Tuan besar! pelayan yang bersama Tuan muda tadi sudah ditangkap!" teriak seorang pengawal yang masuk bersama kawan-kawannya

"Bawa dia masuk! aku sendiri yang akan menanyainya!"

Seorang wanita muda yang merupakan seorang pelayan dibawa masuk kedalam ruangan untuk di introgasi langsung oleh sang majikan.

"Dimana putra ku sekarang?!"

"Saya benar-benar tidak tahu Tuan besar, Tuan muda menghilang dari pandangan saya saat itu"

"SIAL! jika kau berbohong maka sebaiknya kau berdoa agar dirimu serta keluargamu akan aku buat menderita didalam genggamanku!"

Berhari-hari sudah anak itu menghilang, kediaman Rayendra bagikan terkena ombak besar kala itu, semua pelayan serta penjaga menjadi sasaran amarah Tuan besar mereka, Nyonya besar hanya bisa mengurung diri didalam kamar menangis mengingat anaknya yang masih belum ditemukan bahkan para pengawal bayangan tidak bisa menemukan pangeran kecilnya.

"Mom jangan menangis, kakak akan sedih juga jika Mom menangis seperti ini" ucap sang anak menyeka air mata sang ibu dengan tangan kecilnya yang putih dan lembut

"Hanya Hanfi saja yang Mom punya sekarang, Hanfi jangan meninggalkan Mom juga ya seperti kakak" jawab Nyonya besar menggengam tangan sang buah hati dan mencium punggung tangan kecil itu

"Hanfi tidak akan meninggalkan Mom, Hanfi juga akan berusaha mencari kakak Arya" ujar sang anak membuat si ibu tersentuh akan perkataan anak semata wayangnya itu

"Umur Hanfi berapa sekarang Dear?"

"4 tahun Mom, apa Mom lupa?"

"Tidak Dear, hanya saja jika Sweetheart Mom sekarang umurnya 4 tahun maka Mommy Dear Prince umurnya 5 tahun"

"Sudah Mom, jangan nangis lagi atau Hanfi marah nih!"

Sang ibu hanya bisa menahan gelak tawa melihat tingkah putra semata wayangnya setelah sang kakak hilang entah kemana.

Ditempat lain, seorang kakek tua berjalan membawa cangkul dan sebuah karung hendak pergi kesawah untuk mencari sesuap nasi melintas di sungai tempat ia mengalirkan air untuk tanaman di sawahnya.

"Alhamdulillah, air kali ini banyak nih jadi bisa subur itu tanaman" ucap kakek itu bersyukur

Dan tak lama setelah itu, si kakek melihat sebuah badan kecil yang terapung dengan keadaan pucat pasi dan bibir yang mulai membiru, kakek itu merasa bahwa yang dilihatnya adalah badan anak kecil dan tanpa pikir panjang melompat untuk menyelamatkannya.

"Orang tua mana yang membuang anak mereka seperti ini, sudah ditenggelamkan malah dipukul lagi" kesal sang kakek mengangkat tubuh kecil itu naik ke permukaan

Si kakek memeriksa denyut nadi anak itu untuk memastikan apa masih hidup atau sudah meninggal dan yang ia dapatkan adalah nadi anak itu masih berdenyut walau denyutannya sangat lemah dan hampir tak terasa denyutannya.

"Nanti dulu mikir sawahnya, selamatkan anak ini dulu pertama"

Kakek itu mengangkat tubuh anak kecil yang ia temukan dan segera berlari menuju Klinik yang ada di desanya meninggalkan cangkul dan karungnya yang ia bawa, walau memang sudah tua tetapi kakek itu masih dapat berlari dengan cepatnya.

Sesampainya di Klinik desa, ia segera memanggil dokter Klinik tanpa pikir panjang.

"MAS! MAS SINI DULU" teriak si kakek

"Eh, mbah Setu, kenapa mbah?" tanya mas dokter itu ketika melihat mbah Setu di depan pintu kliniknya

"Ini, ada anak tenggelam tadi saya temukan, bisa diperiksa tidak mas?" tanya mbah Setu menyerahkan anak yang dibawanya kepada pemuda yang lebih rendah darinya itu

"Anak ini masih bisa diselamatkan mbah! ayo cepat sini mbah!"

Segera mbah setu masuk dengan berlari dan membaringkan tubuh kecil itu diatas tempat tidur rumah sakit yang memang fasilitas yang ada di Klinik kecil tapi lengkap itu.

"Mbah Setu keluar dulu, biar saya dan perawat saya yang mengurus anak ini" ucap dokter tersebut mempersilahkan mbah Setu duduk diluar ruangan

"Oh, iya mas mohon diselamatkan ya anak itu" pinta mbah Setu dan segera ia keluar karna tak ingin menggangu urusan dokter dan perawat itu

3 jam menunggu dalam keadaan was-was dan akhirnya pintu ruangan terbuka dan dokter itu keluar dengan senyuman diwajahnya.

"Gimana mas dokter?" tanya mbah Setu yang langsung berdiri saat melihat dokter itu keluar

"Untung mbah Setu segera membawa anak itu kemari kalau tidak, anak itu akan pergi tadi" ujar dokter itu "tapi mbah, kayaknya anak ini dipukul dengan benda keras dibagian belakang kepalanya"

"Duh, lalu gimana keadaan anak itu mas?" panik mbah Setu, bagaimana dia mengembalikan anak itu ke keluarganya nanti jika anak itu amnesia

"Anak itu terkena Amnesia mbah, jadi dimana anak itu akan tinggal nantinya" sedih dokter itu

Mbah Setu berpikir keras, jika ia mengembalikan anak itu keorang tuanya yang ada malah makin parah, dan akhirnya mbah Setu memutuskan membawa anak itu pulang menemani ia dan istrinya yang telah lama hidup hanya berdua akibat ditinggal anak mereka kerja dikota.

"Yasudah, aku saja yang akan merawat anak ini" ujar mbah Setu

"Mbah yakin?"

"Iya, lagipula anak-anak kurang ajar itu sudah tidak pulang lagi setelah dapat posisi penting di kota haih bahkan ditelpon aja marah-marah" keluh mbah Setu

"Yasudah mbah, itu anaknya sudah bangun"

"Makasih mas dokter"

Mbah Setu masuk kedalam ruangan dan melihat anak kecil terbaring dengan alat bantu pernapasan yang menatap dirinya ketika sudah diambang pintu.

"Sudah bangun nak?" tanya mbah Setu

"Kakek ini siapa? dan aku ini dimana?" tanya anak kecil itu

"Nama kakek Setu, ini di Klinik Desa, dan nama adek siapa?" ujar mbah Setu

"Nama ku....apa kakek tau nama ku?" tanya anak itu

Mbah Setu cuma bisa tepok jidat, ia lupa kalau anak ini hilang ingatan.

"Adek mau tinggal sama kakek tidak? nanti kakek ajak mandiin sapi di sungai sama kakek ajak mancing ikan bukan mancing buaya loh ya" ucap mbah Setu

Anak itu tertawa saat mendengar ucapan mbah Setu dan berkata "Mau kek, jadi aku punya rumah sama keluarga deh kalau sama kakek"

Mbah Setu terharu akan ucapan anak kecil di hadapannya ini.

"Kakek tahu namaku siapa?"

"Oh, namamu Harya...hmm Harya Aditya Mura"

...----------------...

Harya Aditya Mura.

Mbah Setu selalu mengunjungi Harya di Klinik setelah ia pulang dari sawah, kadang mbah Setu membawakan apel, anggur atau strawberry dari kebun sawah miliknya.

Selain buah-buahan, mbah Setu juga mempunyai sawah padi untuk makan ia dan istrinya dan mungkin juga Harya yang akan menjadi calon anggota keluarga mereka.

Perlu berminggu-minggu untuk Harya sembuh, dan pada akhirnya hari itu tiba juga.

"Sudah siap Harya? kita mau ketemu istri tercinta mbah loh" ucap mbah Setu menyombongkan diri didepan Harya yang masih mengganti pakaiannya dengan baju yang dibawa mbah Setu

"Mbah, nenek akan terima Harya apa tidak ya" pikir Harya

"Pastilah, nenek sangat menyukai anak kecil macam Harya tapi tetap aja nenek paling menyukai mbah wahaha" tawa mbah Setu

Harya hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat tingkah si mbah, mbah Setu berterima kasih kepada dokter di klinik dan menggandeng Harya pergi dari sana.

Di perjalanan menuju rumah mbah Setu.

"Haduh Harya, bantu mbah bawa karung ini" pinta mbah Setu memberikan karung nya pada Harya

"Loh, kok jadi Harya mbah" ucap Harya

"Masa nggak mau nolongin mbah nya sih Harya, ntar jadi anak durhaka loh baru di azab sama Yang Maha Kuasa loh" ujar mbah Setu

"Ih, masa Harya sih yang di azab sama Yang Maha Kuasa, yaudah sini Harya bantu mbah tersayang" ucap Harya mengambil karung yang diserahkan mbah Setu

"Nah gitu dong cucu mbah, kan jadi ganteng" puji mbah Setu membelai kepala Harya lembut

"Mbah, karung ini isinya apa? kok kayaknya mbah pengen banget bawa pulang karung ini" tanya Harya penasaran dengan karung yang ia tenteng

"Itu isinya strawberry, nenek suka sama strawberry" jelas mbah Setu "Harya suka strawberry tidak?"

"Sukaaaa banget!"

Mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan gelak tawa antara kakek dan cucu berumur 5 tahun yang tampan, sesampainya di rumah mbah Setu, nenek sudah menunggu kepulangan suaminya dan terkejut saat melihat mbah Setu pulang dengan seorang anak kecil.

"Asslammualikum istriku sayang" ucap mbah Setu saat tiba dihalaman rumahnya

"Walaikumsalam, beb ini anak siapa?" tanya istri mbah Setu

"Hai nenek, nama saya Harya Aditya Mura, nenek bisa memanggil saya Harya atau Arya terserah tapi kalau nenek mau manggil sayang juga tidak apa" goda Harya

Nenek hanya bisa tertawa melihat tingkah Harya yang menurutnya menggemaskan dan ingin sekali ia culik lalu dikunci dikamar kosong.

"Oi, itu istriku! kalau mau menggoda cari istrimu sendiri sana" kesal mbah Setu langsung memeluk sang istri

"Eitss, ini nenek Harya! mbah peluk pohon saja sana!" ujar Harya yang juga memeluk kaki si nenek karna tubuhnya yang lebih rendah dari si nenek.

"Sudah, hmm sayang, nama nenek itu nenek putri, Arya sekarang cucu nenek kan?" tanya nek Putri berlutut didepan Harya

"Tenang saja nek! Arya sekarang cucu nenek jadi mari kita buang mbah Setu di sawah👍"

"OII"

"Hahahahaha"

Hari-hari pasangan tua itu serasa berwarna setelah kedatangan Harya dalam rumah tangga kecil mereka itu, walau hidup di desa, keluarga mbah Setu tidak kekurangan uang dan selalu saja membantu warga lainnya jika mereka kekurangan uang atau beras.

Bertahun-tahun telah berlalu, Harya tumbuh menjadi pemuda desa yang tampan, cerdas, ramah dan mudah bergaul dan tak heran jika ia banyak disenangi warga desa lainnya, walaupun terkadang Harya jahil dan korban andalannya adalah si kakek itu sendiri.

Harya kini duduk di bangku SMA kelas 3, waktu itu Harya terlambat sekolah karna mbah Setu kesulitan mencarikan sekolah di desa, hari ini adalah hari libur bagi kelas 3 sebelum menjalani ujian kelulusan.

Harya memutuskan untuk membantu sang kakek pergi kesawah karna sebentar lagi akan panen.

"Harya, tidak duduk diam dirumah saja untuk belajar?" tanya nek Putri melihat Harya memasukan kopi hitam buatannya sendiri kedalam karung

"Nggak nek, Harya mau bantu mbah aja soalnya kasihan kalo jantuh ke lumpur lagi" ledek Harya

"Anak ini, bisa-bisanya mbah sendiri di ledek" kesal mbah Setu

"Sudah, Harya nanti ujian kan...pulang dari sawah belajar loh ya, besok sudah masuk sekolah loh" ucap nek Putri mengingatkan cucu semata wayangnya itu

"Siap kapten! Harya janji sama nenek bakal dapat peringkat satu dan berkuliah di Universitas Aksara!" ujar Harya meyakinkan sang nenek tercinta

"Yasudah, semangat belajarnya ya walaupun tidak dapat peringkat satu nenek tetap akan mendukung cucu nenek ini" ucap nek Putri mencium pipi kanan Harya

"Ayo Harya kita berangkat, bu'e kami pergi dulu ya Assalamualaikum" ucap mbah Setu

"Iya Walaikumsalam"

Mbah Setu dan Harya pergi ke sawah menggunakan motor butut mbah Setu yang telah lama ia simpan, banyak warga yang menyapa mereka berdua tak terkecuali para gadis yang bersemangat menyapa Harya saat ia lewat di depan rumah mereka.

"Kok kamu terkenal banget disini Harya, nggak percaya mbah" ucap mbah Setu kepada Harya yang senyam senyum sendiri

"Harya kan ganteng kayak mbah, makanya banyak yang kenal Harya" ucap Harya memuji dirinya sendiri dihadapan kakeknya itu

"Bagus! itu baru cucu nya Setu"

Ditempat lain, tepatnya di kediaman keluarga Rayendra yang kaya raya bak raja, tidak...mereka bahkan melebihi raja.

"Hanfi Dear"

"Ah, Mom ada apa?"

"Apa kamu yakin ingin melanjutkan pendidikan di Universitas itu? tidak mau di luar negri saja sayang?"

"Tidak Mom, hati Hanfi bilang disana adalah tempat yang tepat"

"Yasudah, Mom dan Dad tidak akan mengganggu keputusan mu sayang, sini kasih mama pelukan hangat"

"Iya, Mom Hanfi janji pasti akan menemukan kakak dan membawa ia pulang"

"Iya, Mom percaya sama Hanfi"

.....

Setelah selesai di sawah, Harya dan mbah Setu pulang dalam keadaan kotor dan berlumpur dan juga Harya saat itu marah kepada sang mbah karna melemparnya ke lumpur tempat kerbau tetangga bermain.

"Besok-besok Harya nggak mau bantu mbah lagi lah" kesal Harya kepada sang mbah di motor mereka

"Haha siapa suruh melamun, mbah lemparlah" tawa mbah Setu

Sesampainya dirumah, nek Putri sudah menyiapkan makan malam dan menyelesaikan pekerjaan rumah yang ia tinggalkan, Harya mencuci kakinya sebelum masuk kedalam rumah dan membersihkan dirinya.

Harya berjalan menuju kamarnya untuk melaksanakan Shalat magrib dan sehabis itu pergi makan malam dengan nenek dan kakeknya.

Saat Makan Malam.

"Harya yakin mau pergi ke Kota untuk berkuliah?" tanya nek Putri khawatir akan keputusan sang cucu

"Iya nenekku sayangggg, Harya yakin mau pergi ke Kota" jawab Harya

"Harya di Kota itu sangat mengerikan nak, disana menggunakan hukum rimba dan tidak seperti di desa, Harya tau apa itu hukum rimba?" tanya sang nenek lagi

"Tau nenek, hukum rimba itu sama saja seperti siapa yang berkuasa dia yang menang bukan? Harya yakin kok mau pergi ke Kota" ujar Harya meyakinkan sang nenek

"Tapi-"

"Bu'e...Harya itu sudah dewasa jadi kita biarkan dia memilih sendiri keputusannya, peran kita adalah mendukungnya" ucap mbah Setu

"Ish, pa'e ini kok malah belain Harya sih" kesal nek Putri dan akhirnya ia meninggalkan Harya dan mbah Setu di meja makan

"Wanita susah dimengerti" keluh mbah Setu

"Sabar mbah, gitu-gitu sayang tuh si mbah"

...----------------...

Ujian Kelulusan.

Pagi hari sudah datang, ayam tetangga mulai berkokok dengan nyaringnya, Harya bangun dan membersihkan dirinya tak lupa ia membereskan perlengkapan ujiannya dan keluar dari kamar dengan rapinya.

Nek Putri sudah menunggu di meja makan dengan sarapan ala kadarnya, ia hanya menyiapkan susu dengan rasa Vanila kesukaan sang cucu dan buah-buahan dari sawah.

"Pagi nenekku sayang" ucap Harya mendekati meja makan dengan tas berwarna hitam dipunggung nya

"Iya, makan cepat nanti terlambat lagi ujiannya" ingat nek Putri

"Iyaaa, nek...mbah mana?" tanya Harya mencari keberadaan mbah nya yang biasanya sudah ada di meja makan

"Pa'e dipanggil kepala desa kerumahnya, ada urusan sih bilangnya....desa mau dibangun sekolah baru buat anak-anak" ujar nek Putri menjawab pertanyaan cucu nya

"Oh, bagus dong itu jadi nenek bisa ngajar juga disana, nenek kan guru" ucap Harya memasang senyum manisnya hanya untuk neneknya

"Iya, iya, Harya nanti ujiannya yang betul dan jangan buru-buru sama jangan lupa berdoa" ucap nek Putri

"Iya, Harya berangkat ya nek Assalamualaikum" ucap Harya kemudian ia berlari keluar rumah sehabis mencium tangan nek Putri

"Walaikumsalam"

Harya berlari menuju sekolahnya yang lumayan jauh dari rumah, ia terbiasa berlari bolak-balik dari rumah ke sekolah karna itu juga Harya mempunyai tubuh yang di idam-idamkan para wanita.

Sesampainya di sekolah, Harya memasuki kelasnya yang sudah ramai dan duduk ditempat duduk bagian belakang.

"Yak, kau sudah belajar kah?" tanya teman Harya yang bernama Putra

"Sudah, pokonya aku harus dapat beasiswa itu untuk nenek dan mbah ku" balas Harya

"Semoga berhasil ya Harya, aku juga mau ke Kota buat kuliah tapi bukan di Univ itu" ucap Putra

"Jadi kau mau kuliah di Unvi mana put?" tanya Harya bingung dengan perkataan temannya itu

"Universitas yang biasa-biasa saja kok Yak, bapakku tidak akan mampu kalau aku kuliah di Universitas Aksara" jawab Putra

"Memangnya Universitas Aksara semahal itu ya put?" tanya Harya yang penasaran dengan Univ yang ia idamkan itu

"Mahal banget Yak! disana cuman ada anak-anak kaya aja yang bapaknya pengusaha hebat" jelas Putra

"Gitu ya, emang semua orang di Kota kaya ya put?" ucap Harya

"Tentu saja! dan ada satu keluarga yang sangat kaya sekali, bahkan seluruh pemimpin negara yang ada di dunia ini tunduk kepada beliau, jadi saat dikota nanti usahakan jangan menyinggung mereka atau tidak kau serta keluarga mu akan hancur dibuatnya" jelas Putra

"Ngeri sekali, siapa memangnya mereka itu put?" tanya Harya

"Hmm mereka kalau tidak salah adalah keluarga Rayendra, Tuan Harma Rayednra sangat dikagumi dan dihormati oleh seluruh dunia, mereka adalah keluarga terkaya didunia ini bahkan jika beliau ingin membeli sebuah negara maka ia akan membelinya CASH" ucap Putra panjang lebar

"Baiklah aku paham, lihat guru galak sudah masuk" ujar Harya

Ujian mereka dimulai, para guru memberikan mereka waktu 4 jam untuk menyelesaikan ujian dan setelah itu mereka boleh pulang, hasil akan diumumkan keesokan harinya.

Harya yang sudah selesai dan yakin akan jawabannya pun langsung menyerahkan kertasnya kepada guru pengawas dan pulang kerumah.

"Aku harap nilai ku memuaskan dan berhasil mendapat beasiswa itu, jika tidak nenek dan mbah akan kelaparan di Desa" ucap Harya menatap tajam jalanan yang ia lalui

Diperjalanan Harya untuk pulang ke rumah, ia melihat sebuah mobil yang sangat mewah seperti Limosin berwarna putih berhenti disampingnya.

Kaca mobil terbuka dan menampilkan seorang pemuda tampan dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.

"Desa apa ini?" tanyanya ketus

"Eh, Desa Bulan...ada keperluan apa kemari?" tanya Harya sopan

"Dimana rumah kepala Desa, kami ada urusan dengannya" ucap pemuda itu menurunkan sedikit kacamatanya

"Lurus kesana dan belok kiri"

"Lalu arah mana lagi yang harus kami lalui?" tanyanya tapi masih saja ketus dan itu membuat Harya tidak suka

"Setelah itu tanya saja orang disana, jangan tanya aku" balas Harya dingin dan pergi meninggalkan pemuda yang geram akan sikapnya itu

"Sial! cuma orang desa saja sombong sekali" kesalnya

"Tuan muda Alex, haruskah kita melanjutkan perjalanan nya?" tanya sopir orang tersebut

"Pulang saja, kita batalkan kerja sama ini" perintah orang bernama Alex itu

"Baik"

Kembali dengan Harya yang terus saja melanjutkan perjalanannya ke rumah, tidak lama kemudian ia sampai di rumah.

"Assalamualaikum, nek?" ucap Harya sembari melepas sepatu dan kaus kakinya

Karna tidak ada jawaban, Harya langsung masuk dengan menggunakan kunci cadangan miliknya dan melihat rumah sunyi tidak ada orang.

"Mungkin pergi kepasar bersama mbah" ucapnya

Ia masuk kedalam kamar dan meletakkan tas nya lalu pergi mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Tak lama kemudian ia keluar dan langsung memakai pakaiannya dan melaksanakan Shalat dzuhur setelah itu ia tidur siang.

Ceklek.

Harya yang mendegar pintu kamarnya terbuka segera bangun dan melihat kearah pintu, mana tau nenek atau mbah nya.

"Kenapa nenek-"

Belum selesai Harya bicara karna ia sangat terkejut dengan orang yang ada di pintunya, seorang wanita yang cantik dengan seorang pria yang tampan berdiri di depan pintunya, Harya bisa melihat jika mata mereka bengkak seperti habis menangis walau wajah mereka sedikit kabur dan tidak jelas

"Umm paman dan bibi kenapa bisa masuk rumah saya? bukannya saya sudah mengunci pintu depan" ucap Harya waspada

Kedua orang itu menatapnya dengan lekat setelah itu mereka tersenyum dan berkata "Arya...."

Saat kedua orang itu mengatakan "Arya", kepala Harya sangat sakit seperti ditusuk ribuan jarum besar....ia berteriak dan meringis kesakitan sembari memegang erat kepalanya.

"SAKIT...SAKIT...KEPALAKU SAKIT..." ringis nya

"Arya! Arya sadar nak!"

"Eh si kerbau ini! tidur kok malah teriak-teriak!"

"Harya buka mata nya nak!"

Setelah mendengar suara itu, Harya membuka matanya dan mendapati mbah Setu dan nek Putri didalam kamarnya dan dari raut wajah mereka berdua...mereka khawatir.

Harya langsung memeluk erat nek Putri dan berkata "tadi kepala Arya sakit banget nek, kayak mau dirobek"

Nek Putri yang mendengar itu hanya membalas pelukan Harya dan menyuruhnya untuk tenang dan bangun mengambil air Wudhu.

"Makanya, kalau magrib jangan tidur! dasar kebo!" teriak mbah Setu saat sudah diluar kamar

Harya jengkel sekali dengan mbah Setu, selalu saja memanggil ia kebo kalau tidur sampai Magrib tapi ia tetap saja memikirkan mimpi yang ia alami tadi.

'Apa jangan-jangan....mereka setan ya?' pikir Harya masih saja dengan rasa bingung nya itu

'Sudah lah, mending mandi baru Shalat, azan sudah berkumandang lagi' batin Harya

"Lain kali kalau mau tidur baca doa Yak, makanya tadi di gangguin setan" ucap nek Putri berdiri dan keluar dari kamar Harya untuk Shalat berjamaah bareng mbah Setu

"Bahkan nenek bilang itu setan"

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!