NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Perawat Cantik

awal jumpa

Waktu terus berlalu. Sudah 6 bulan lamanya harus tinggal jauh dari rumah.

Akhirnya Raya bisa pulang juga, untuk melepas rindu dengan keluarga.

Walaupun cuma libur 1 hari, tapi ia manfaatkan untuk pulang ke kota asalnya. Kangen berat, itu yang ia rasakan.

'Hari ini aku akan pergi lagi, hmm...bakal jauh lagi..' ucap Raya dalam hati, saat bersiap-siap untuk kembali lagi ke kota tempat ia bekerja.

"Hufftt.. harus kuat, harus bisa..dan gak boleh nangis !"

ucapnya lirih Raya, untuk menguatkan diri sendiri, sambil menghembuskan nafas beratnya.

Moment berkumpul dengan adik satu-satunya dan kedua orangtuanya, harus rela ia akhiri.

Berat memang, mengingat ia tidak pernah seharipun tinggal jauh dari orang-orang yang ia sayangi itu.

Raya sangat manja dengan ibunya. Kemana ibunya bergerak, ia bagai ekor yang selalu setia mengikuti.

Tapi bukan berarti ia tidak bisa mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Hanya saja ia teramat dekat dengan sang ibu.

"Ayah, kita berangkat sekarang aja ya ?" ajak Raya kepada ayahnya. Setelah mereka selesai sarapan bersama.

"Apa gak kelamaan nanti di sana?"

"masih lumayan ini " sambung sang ayah, sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

"Gak papa yah..dari pada nanti buru-buru di jalan, malah jadi gak tenangkan "

"Baiklah...ayookk !!" ajak sang ayah, sambil berlalu mendekati motornya.

Setelah berpamitan dengan ibu dan adiknya. Raya pergi diantar ayahnya, menuju stasiun kereta.

Dibonceng dengan motor. Dengan alasan, biar praktis dan gak kejebak macet, kan bisa nyelip sana nyelip sini.

Raya sengaja minta diantar lebih awal dan jg meminta ayahnya untuk langsung pulang.

Ia lebih memilih menunggu kedatangan kereta sendiri, agar tidak terlalu sedih saat berangkat nanti.

°°°

Hampir 5 jam perjalanan, akhirnya tiba juga di kota tujuan.

Meskipun perjalanan ini bisa dibilang tidak terlalu jauh, akan tetapi duduk selama itu sudah membuat pa***tnya terasa tebal, bahkan mati rasa.

"Alhamdulillah..." ucap syukur Raya saat telah turun dari kereta.

Ia melihat sekeliling, dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke sebuah kafe kecil, yang masih berada di lingkungan stasiun tersebut.

"Maaf...itu pesanan saya " ucap Raya pada seorang laki-laki yang berdiri tepat di sebelahnya. Raya sempat melihat wajah laki - laki yang akan mengambil nampan makanan yang berada di depan Raya.

"Oh,, maaf...maaf, sepertinya saya salah ambil " jawab laki-laki itu, sambil menundukkan kepalanya karena malu. Mungkin karena kelelahan hingga membuatnya kurang fokus.

Raya hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Kemudian ia berlalu untuk mencari meja yang masih kosong.

°°°

"Rayaaaa..." suara teriakan seorang gadis, yang berhasil menyita perhatian para pengunjung kafe.

Sambil terus tersenyum, gadis itu melangkah mendekat ke meja Raya, dengan wajah tak bersalahnya.

Dan bersamaan dengan langkahnya, berpasang-pasang mata masih tertuju pada sang pemilik teriakan.

Raya yang merasa namanya dipanggil hanya mampu tertunduk malu, akibat ulah sahabat barunya itu.

"Sssttt...suara kamu bisa dikecilin gak ?!!!, kebiasaan dehh !!" gerutu Raya kesal.

"He he he...iya..maaf.." jawab Dita, sambil menampakkan deretan gigi putihnya.

"Katanya masih ada urusan...?"

"Makanya, aku makan dulu " sambung Raya, sambil menikmati makanan di depannya.

"Iya..aku kira juga akan lama,, tapi ternyata cuma sebentar " jawab Dita, yang juga ikut menikmati makanan Raya.

Dita adalah sahabat Raya, semenjak ia ditempatkan di kota tersebut.

Assalamu'alaikum readers,, salam kenal,, aku baru belajar nulis nich. Semoga suka dngan tulisanku yaa.

Tolong dong kasih aku semangat, vote like commentnya yaa,, makasiihh.

Salam dari Qidi.

Tentang Raya

Seorang gadis berkulit putih, hidung mancung, dan ada tahi lalat tipis di sudut atas bibirnya, menambah manis saat tersenyum.

Cantik. Begitulah gambaran seorang perawat, yang kini berusia 22th itu. Gadis itu bernama Raya Husna.

Raya adalah pribadi yang ramah, baik hati dan tidak sombong. Tetapi ia pendiam, lebih tepannya sih pemalu. Kecuali saat bersama dengan keluarganya.

Ada satu sifat gadis berjilbab ini, yang akan terlihat di saat ia merasa sangat sangat khawatir terhadap orang-orang yang ia sayangi, walupun bukan keluarga, pokonya yang ia sayang. Raya akan terlihat galak dan cerewet. Itu karena rasa takut, jika terjadi hal-hal yang buruk. Dan itu terjadi tanpa dia sadari.

Saat ini Raya bekerja di sebuah Rumah Sakit di kota Surabaya. Pekerjaan yang ia dapat dari tempat ia sekolah dulu.

Raya hanya memiliki satu sodara. Seorang adik perempuan, Rayi Hayu. Jarak usia mereka terpaut lumayan jauh, 7th.

Rayi mempunyai sifat yang berbanding terbalik dengan kakaknya. Ceria, dan lebih ke tomboi.

°°

Sore itu..

"Ya dek, Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam mbak.."

"Mbak Aya dah pulang kerja?"

"Udah..", jawab Raya, sambil merebahkan tubuhnya di kasur minimalisnya.

"Sekarang lagi ngapain?..sibuk gak?..Ayu pengen crita-crita nich mbak,, ganggu gak?..eh tapi kalau sibuk ga papa dech, nanti aja".

kriik..

kriik..

kriik........hening...

"Mbak...mbak...mbak Aya...", Ayu memanggil manggil seraya melihat layar HPnya, karna gak ada jawaban dari sebrang sana.

"Mbak Aya masih denger Ayu kan..?"

"Masih dek..."

"Kok diem?"

"Lho..udah to ngomongnya?..mbak kira masih panjang tadi, jadi mbak diem dengerin kamu"

"He he he...maaf..", jawabnya Ayu sambil nyengir, walaupun gak keliatan sama kakanya.

"Kalo nanya satu satu dek.., kalo gitu gimana jawabnya coba"

"Iya mbak...mbak Aya lagi ngapain?"

"Istirahat, kan barusan pulang dek"

"Aku ganggu gak mbak?..aku pengen crita banyak sama mbak, tapi kalo mbak capek ya nanti aja gak papa", ucap Ayu dengan hati-hati, takut mengganggu istirahat sang kakak.

"Kalo cuma crita ya crita aja dek, gak ganggu kok...mbak dengerin"

"Gini lho mbak.....bla bla bla..."

Bergulirlah cerita adek kepada sang kakak yang paannjaaaaaang gak usah dikali lebar, he he he.

Sepanjang sore itu, Raya habiskan waktu dengan mendengar cerita sang adek, mungkin lebih tepatnya, curhat.

Maklumlah, karena gak pernah ketemu, jadi sekalinya bisa ngobrol,yaaa gituuu..

°°°

Keesokan harinya...

Hari ini, Raya masuk siang. Jadi, paginya ia bisa sedikit bersantai. Tapi..meskipun bersantai, Raya tetap selau bnagun pagi, mandi pagi, dan menyempatkan memasak untuk bekalnya nanti saat bekerja.

Raya sering membawa bekal, kalo pas gak puasa. Ya..karna ia sering puasa sunnah.

Kalo urusan bawa bekal, ia gak malu. Bagi Raya, hidup jauh dari keluarga harus bisa mandiri, bisa membiayai hidup sendiri. makanya ia harus pintar-pintar mengatur keuangan.

Terkadang ia juga membawakan bekal untuk sahabatnya, Dita. Tapi itu jika sahabatnya yang memintanya.

°°°

Siang ini Raya mendapatkan tugas di bagian UGD.

Baru beberapa menit masuk ruang UGD, ia dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka dengan keras. Terlihat dua orang laki-laki yang sedang memapah seseorang yang hampir tak sadarkan diri.

Setelah berhasil membaringkan pasien tersebut, segera Raya memeriksanya.

"Permisi pak, saya pegang untuk memeriksa ya?!".

Begitulah kebiasaan Raya sebelum mulai memeriksa seorang pasien yang laen jenis.

Raya memeriksa, sambil sesekali bertanya tentang apa yang terjadi pada pasien sebelumnya.

Sekilas Raya memperhatikan wajah pasiennya. Seperti pernah bertemu, tapi entah dimana.

"Ada apa Ray..??" tanya seorang dokter muda, yang tiba-tiba sudah berada di samping Raya.

Dia adalah dokter Johan, dokter jaga saat ini.

"Diagnosa sementara tukak lambung dok" jawab Raya.

"Penyebab?" sambil sang dokter menggantikan Raya memeriksa pasien tersebut.

"Sebelumnya mengkonsumsi minuman bersoda dan makanan yang sangat pedas.."

"Sempat muntah dan mengeluh nyeri di uluhati" sambung Raya menjelaskan, seperti yang diceritakan pengantar pasien tadi.

"Rayyyy..!!"

Tentang Rayhan

Masih di Rumah Sakit

Sewaktu Raya membantu memindahkan pasiennya ke ruang rawat, sesekali ia memperhatikan wajah si pasien.

*Sepertinya pernah liat wajah ini...kayaknya gak asing deh..dimana yaa...*.

Batin Raya mengingat-ingat, sambil terus mendorong bangkar. Namun dengan cepat ia tepis pikiran itu. Karena ia tidak mau dipusingkan dengan menambah pikiran, hanya untuk mengingat-ingat wajah seseorang.

Akhirnya, tibalah di sebuah ruangan yang cukup luas dibanding ruang rawat lain.

Setelah selesai memindahkan pasien, yang masih setia menutup mata. Akibat pengaruh obat. Raya segera meninggalkan ruangan tersebut.

Namun belum sempurna ia membalikkan badannya...

"Rayyy..."

Pintu ruangan itu terbuka. Dan masuklah seorang wanita cantik, walaupun usianya sudah tidak muda lagi.

Seketika Raya melihat ke sumber suara. Karena merasa ada yang memanggil namanya. Namun ia dibuat bingung karena tidak mengenali si pemilik suara.

Wanita tersebut langsung mendekati ranjang pasien, dengan wajah yang sangat khawatir.

*Nama pasien : Rayhan A Husen

Usia : 26 tahun*

Untung Raya cerdas. Sebelum kelihatan muka bingungnya, dan sebelum wanita paruh baya itu sampai di depannya. Ia langsung membuka berkas pasien yang masih berada di tangannya. Dilihat dan dibacanya dengan cepat.

"Bagaimana keadaan anak saya, sus??"

Tanya Mia, setelah tiba di dekat pasien.

Mama Mia. Itulah nama wanita paruh baya itu, ia adalah ibu nya Rayhan.

Raya pun menjelaskan keadaan Rayhan. Apa penyakitnya, dan harus bagaimana merawatnya. Termasuk makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi, selama masa pemulihan.

Serta berapa hari Rayhan harus berada di Rumah Sakit.

Setelah selesai dengan penjelasannya. Raya pun pamit keluar ruangan. Dibalas dengan ucapan terima kasih jg senyuman dari mama Mia, serta dua orang yang setia menemani Rayhan sejak masuk Rumah Sakit.

Dua orang itu, Bagas dan Doni. Mereka berdua adalah sahabat Rayhan dari masa SMP dulu.

°°°

Rayhan Alif Husen. Pemuda 26th. Seorang pelatih taekwondo.

Orang yang cuek, tapi tidak sombong. Tak banyak omong juga. Sebenarnya dia baik hati, suka menolong, dan rajin menabung (untuk biaya nikah, katanya😀).

Tapi jika bersama dengan sahabat dan keluarganya, Rayhan akan berubah menjadi orang yang cerewet dan jahil. Terutama kepada adik perempuannya, Rasya Alya Husen.

Rayhan mempunyai dua orang adik.

Ia sangat menyayangi Syasya, panggilan untuk sang adik. Mungkin karna jarak usia yang jauh, 11th, atau mungkin karna adiknya ini seorang perempuan. Yang pasti Rayhan adalah orang yang sayang keluarga.

Selain seorang pelatih taekwondo, Rayhan juga memiliki usaha dibidang kuliner.

Usaha yang ia kelola bersama sahabat-sahabatnya.

Sudah ada beberapa resto dan kafe yang dimiliki. Tidak hanya berada di Surabaya, tapi juga ada di beberapa kota lainnya. Tetapi semua masih di sekitar Pulau Jawa.

°°°

Sudah dua hari Rayhan berada di Rumah Sakit.

Jika pagi hingga sore, mamanya yang menjaga. Kini giliran Bagas yang menemani Rayhan. Terkadang bergantian dengan Doni. Mereka berjaga dari sore hingga pagi.

Hari ini..

Pagi-pagi sekali, mama Mia sudah tiba di Rumah Sakit.

"Bagaimana kondisi anak saya sekarang, sus? kapan bisa pulang?" tanya mama Mia, saat seorang suster memeriksa Rayhan.

"Kondisinya sudah membaik, bu...mungkin hari inisudah boleh pulang".

"Nanti bisa ditanyakan langsung pada dokter, saat kunjungan pasien", jawab suster. Suster itu bukan Raya

°°°

Sore hari...

Rayhan tengah bersiap-siap untuk pulang. Mama Mia sudah mengurus administrasi Rumah Sakit.

"Dah siap Ray?" tanya Doni, setelah masuk ruang rawat Rayhan.

"Udah"

"Nih, kamu bawa buahnya aja", sambung Rayhan, saat Doni akan meraih tas yang berisi keperluan Rayhan.

Hanya Doni yang menjemput Rayhan. Sedangkan Bagas, ia ada urusan di luar Surabaya.

"Ma..mampir ke resto dulu ya..??", tanya Rayhan hati-hati pada mamanya.

"Mau ngapain??"

"Makan ma,, pemulihan.."

...

"Ntar mama yang pilih deh, menunya", ucap Rayhan lagi, sebelum sang mama sempat mengucapkan sesuatu.

"Hemm", hanya itu jawaban yang ada.

Doni yang bingung pun, hanya sekilas melirik kesebelah kiri. Setelah melihat senyum tipis Rayhan, ia paham harus melajukan mobilnya kemana.

Sesampainya di resto. Mama Mia langsung memilihkan menu yang sama sekali tidak ada rasa asam dan pedas.

Melihat makanan yang sudah tertata di atas meja. Rayhan dan Doni saling pandang. Mata mereka seakan saling bicara.

*Ray,, apa dikira kita anak kecil kali ya..* Doni

*Kalo kayak gini..sembuh enggak,, tambah penyakit iya. Diabetes Don". Rayhan

Ya, semua pesanannya berasa maniiiisss dan manis. Semanis author, mungkin😄.

Sebenarnya Rayhan sedikit menyesal dengan ucapannya tadi. Yang menyerahkan pemilihan menu kepada sang mama. Tapi.. ya sudahlah, ini jauh lebih baik dari pada makanan di Rumah Sakit.

Rayhan bener-bener sangat sangat tidak menyukai makanan Rumah Sakit.

°°°

Satu minggu semenjak keluar dari Rumah Sakit. Ia sudah beraktifitas seperti biasa. Karena sebelumnya mama Mia melarang Rayhan untuk melakukan aktifitas yang berat ataupun melelahkan.

Dia juga sudah kesana- kemari mengontrol usaha kulinernya.

Seperti saat ini. Rayhan tengah duduk santai, di salah satu kafe miliknya. Bersama dengan Bagas, mereka serius membicarakan tentang rencana memperluas kafenya.

Kafenya ini memang lebih kecil dibandingkan kafe-kafe lain yang mereka kelola. Dan ini murni milik Rayhan sendiri.

"Oia, Ray..Alma nanyain kamu tuh", ucap Bagas, disela-sela obrolan mereka.

"Ya.."

"Dia nanya, kamu dah pulang dari Rumah Sakit apa belom..berasa bersalah, kayaknya"

"Trus", Rayhan hanya menanggapi singkat, tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di depannya.

"Ya aku jawab belom"

"Kan waktu dia nanya, kamu emang belom pulang"

"Hemm"

Tiba-tiba...

Plaakkk

"Aowww..."

** Apa yang terjadi...

Ikuti terus novelnya yaa..

Jangan lupa dukung author yang masih baru ini,, kasih like dan komentar kalian agar author lebih semangat lagi up nya,, juga vote yang banyak..

makasih readers semua** salam hangat dari Qidi 😉😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!