NovelToon NovelToon

Istri Pengganti Sang Duke

Berpindah tubuh

Sekalian mau promo, mungkin ada yang minat novel cetak, Dengan judul Putri Yang Terbuang sekaligus Permaisuri Sang Penguasa.

Khusus Season 1 kak, silahkan di beli kak😊🙏

Open PO

Judul: Permaisuri Sang Penguasa

Penulis : Sayonk

(289 halaman)

Rp. 88.000

Sinopsis :

Permaisuri yang dicampakan oleh Kaisar. Seorang anak yang di buang oleh ayah nya sendiri. Pulang ke istana menggerakkan hati kaisar, memberikan kesempatan bagi kaisar. Namun, lagi-lagi dikecewakan. Bagaimana kehidupan kaisar setelah di tinggalkan permaisurinya? mampukah sang Permaisuri memberikan kesempatan lagi atau memilih mengabaikannya?

#PermaisuriSangPenguasa #Sayonk #NovelindoPublishing #Noveltoon

Format pemesanan

Nama

Alamat

Kota

Kelurahan

Kecamatan

Kode pos

Nomer hp

Judul buku

Transfer ke rek 0560368836 an Diana bank bca

"Tolong aku, tolong jiwa ku."

Gadis itu pun menggerakkan kepalanya seraya mengkerutkan dahinya. Ia membuka matanya, mengedarkan pandangannya. Pohon menjulang tinggi, aura yang mencengkam. Udara yang dingin serta bunyi burung gagak yang saling bersahutan.

Gadis itu beranjak berdiri, tubuhnya sempoyongan. Untung saja di sampingnya ada pohon sebagai alat penyangga tubuhnya. Tangannya memegang erat pohon itu. Ia merasakan kesakitan di tubuhnya. Masih memikirkan di mana ia sekarang? gadis itu melihat ke arah tubuhnya, memakai pakaian berwarna ungu.

"****, sebenarnya aku di mana?" gumamnya yang masih bingung.

Ia menggelengkan kepalnya, lalu memegang kepalanya. Ingatan asing mulai memasukinya. Seorang gadis berumur 5 tahun yang mendapatkan tamparan keras di pipinya.

Gadis yang menangis karna ibu satu-satunya telah meninggalkannya.

Wanita yang menangis, hanya karna sebuah pernikahan politik yang menggantikan kakaknya.

Mulut penghinaan yang di lontarkan oleh seorang laki-laki padanya. "Kamu itu hanya pembawa sial. Tidak ibu mu saja yang membuat Ibu ku sakit hati. Tapi karna kamu, Adi ku pergi."

Aaarghh

Gadis itu terus memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. "Setelah dia kembali, kamu tidak lagi menjadi nyonya Duchess. Dan perlu kamu ingat ! jangan mengharapkan cinta dari ku. Calon istri ku pergi, itu semua gara-gara kamu." Bentaknya.

"Kamu hanyalah istri pajangan yang tak bisa menghiasi hati ku sekaligus rumah ku. Bahkan dirimu pun tak sebanding dengannya."

Argh

Kesakitan itu terus berdenyut, tanpa sadar air matanya keluar. Rasa sakit hati itu ia tak mampu mengeluarkannya.

"Biarpun Ibunya merusak kebahagiaan kita, tetapi dia tetap putri mu. Putri kandung mu." ucap seorang wanita.

"Dia bukan Putriku, Putri ku hanya berasal dari rahim mu." Balasnya.

Ingatan itu terus mengalir, ia semakin terisak. Lalu memukul dadanya.

"Nyonya." Suara seorang wanita. Gadis itu menoleh ke atas tebing. Terlihat seorang wanita menangis dan meneriaki namanya. Wanita itu pun pergi mencari jalan untuk turun setelah meminta bantuan beberapa warga.

"Nyonya tidak apa-apa?" tanya wanita itu, ia memeluk majikannya yang masih terkejut.

"Nyonya ayo kita pulang." Wanita itu beralih melihat ke arah ketiga laki-laki. "Terimakasih karna tuan-tuan mau membantu ku." Ujarnya.

"Syukurlah, Nyonya tidak apa-apa. Sepertinya dia harus ke rumah sakit. Dahinya terluka." ujar salah satu laki-laki yang di angguki wanita itu.

Alana masih diam, ia mencerna ingatannya. Pada waktu itu, dia di bunuh oleh kekasihnya hanya karna menginginkan hartanya. Kekasihnya bersekongkol dengan adik tirinya. Dan untungnya, dia juga menyodongkan pistolnya.

Sebelum kematiannya, ia berkata tidak akan pernah percaya pada laki-laki sebelum laki-laki itu menangis darah dan berlutut di depannya. Namun dia menyadari, kini dirinya berada di dunia asing.

Nama tubuh yang di tempatinya, seorang Duchess anak dari istri kedua Duke. Karena pernikahan politik. Duke Arland terpaksa menikah dengan Ibunya.

Ibunya sangat mencintai Duke Arland. Hingga suatu hari seorang bayi mungil hadir. Duke Arland tidak pernah mencintai anak itu, ia tidak pernah menghargainya. Sampai suatu hari, Ibunya berpamitan untuk keluar dan tidak pernah kembali.

Gadis itu beranjak usia, hanya kakak wanita dan istri pertama Duke Arland yang menyayanginya. Ia bertahan di keluarga Duke hanya karna kasih sayang kedua wanita itu.

Dan pada suatu hari, kakaknya tau jika sang adik yang tak lain dirinya menyukai seorang Duke. Tunangan dari sang Kakak. Dirinya telah menolak mentah-mentah untuk menikah dengan tunangan kakaknya. Hingga pernikahan itu tiba, Kakaknya tiba-tiba menghilang dan hanya memberikan secarik kertas untuk mengganti dirinya menikah dengan Duke.

Semenjak itu lah penderitaannya di mulai, Duke Cristin bertambah membencinya. Mengabaikannya, lain halnya dengan Duke Erland dan Kakak laki-lakinya, Ferland yang juga membencinya. Ketiga laki-laki itu menuduh Viola penyebab kepergian Kakaknya, Abella.

Jadi seperti itu ceritanya, malang sekali nasib gadis ini. Berarti dia orang yang tidak di cintai. Sama halnya dengan kehidupan masa lalu ku. Aku ahli dalam menembak namun rapuh dalam cinta. Kali ini aku tidak akan rapuh dalam cinta, menangislah, berlutut lah di kaki ku maka aku akan mengakuinya jika dia mencintai ku. Mengorbankan dirinya demi diri ku batinnya.

Pertemuan pertama

Viola menopang dagunya selama perjalanan. Pikirannya menerawang jauh tentang kehidupan pemilik tubuh aslinya. Banyak yang tidak menyukainya selama berada di kediaman Duke Erland. Hanya istri pertama Duke Erland, Brisa dan Kakaknya yang sangat baik padanya.

"Nyonya apa ada sesuatu. Maafkan saya yang tidak bisa menjaga Nyonya dengan baik." sesal Flora, pelayan setianya itu.

Viola hanya melirik lalu kembali ke raut wajah semula. Hanya datar dan dingin. Ia tidak ingin panjang lebar menjelaskannya, percuma saja. Ujung-ujungnya dia akan dianggap gila.

"Maafkan saya nyonya. Andai saja waktu itu saya yang mengambilkan bunga itu. Tentunya nyonya tidak akan terjatuh." ujar Flora menangis tersedu-sedu seraya menghapus air matanya. Ia menunduk merasakan penyesalan amat dalam.

Viola memejamkan matanya, kepalanya ia sandarkan ke sandaran kursi. Otaknya sudah puyeng memikirkan jalan hidupnya dan sekarang dia harus mendengarkan tangisan Flora.

"Aku tidak memikirkan masalah sakitnya tapi aku memikirkan bagaimana ke adaan ibu." kilah Viola berbohong. Meskipun mulutnya berbohong, tetapi tidak bisa di pungkiri. Saat ini hatinya memang sangat merindukannya.

Flora semakin menangis, ia juga merasakan merindukan majikannya itu. Ia tau betul saat majikannya tidak di perlakukan adil. Setiap harinya dia harus melihat sang majikan yang selalu meneteskan air matanya. Melihat ke arah suami istri yang saling menyayangi.

Aku yakin, Nyonya pasti kembali lalu membawa Duchess batinnya geram.

"Nyonya bersabarlah, saya yakin Nyonya Lilliana pasti membawa Nyonya pergi." ujarnya dengan penuh keyakinan.

Sesedih mungkin, Viola mengangguki perkataannya.

Beberapa saat kemudian, kereta itu berhenti di depan sebuah bangunan 'Muara Kasih'.

"Mari Nyonya, kita harus segera memeriksa luka nyonya." ujar Flora menjulurkan tangannya, mempersilahkan Viola berjalan lebih dulu.

Viola tak banyak bicara, dia hanya mengikuti Flora dan Dokter itu. Selang beberapa saat, perban itu melekat di kepala Viola.

"Bagaimana? apa masih sakit?" tanya laki-laki itu. Viola hanya berderhem, ia tidak ingin mengeluarkan suaranya.

"Maaf Dokter kami permisi," ujarnya setelah melihat Viola mulai menjauh.

Sebenarnya ada apa dengan Nyonya kenapa tidak bicara dan hanya di balas dengan tatalan dingin.

Beberapa saat kemudian, kereta itu memasuki sebuah halaman yang luas. Lalu berhenti di depan sebuah kediaman yang berlantai dua. Viola melihat sekeliling kediaman itu, kolam ikan di samping halaman itu dengan di hiasi tanaman mawar merah. Tak jauh dari kolam itu, ada sebuah kursi putih dan meja. Sepertinya tempat itu adalah taman depan.

Viola melihat ke arah bangunan yang menjulang tinggi, bercar putih serta tanaman bunga ber pot yang menggantung di tembok. Viola akui, kediaman itu luas, bersih, dan nyaman. Rumput hijau kecil yang tumbuh di halaman itu terawat.

"Mari Nyonya." ujar Flora sambil menyodorkan tangannya, mempersilahkan.

Viola menghentikan langkahnya, saat ia melihat sebuah kamar. Ya, kamar itu, kamar yang di khususkan pernikahan Duke Cristin dengan kakaknya Abella. Ingatan itu kembali lagi, dimana Duke Cristin menyuruh Viola agar tidak memasuki kamar itu. Bahkan Duke Kristin menyuruh Viola tidur di kamar lain.

Hah

Viola tersenyum sinis lalu melanjutkan langkah kakinya. Sesampainya di kamar. Viola melihat sekeliling kamar itu, tindakan Viola tak luput dari penglihatan Flora. Hingga Flora pun merasa aneh. Viola hari ini begitu asing baginya, tapi ia menepis semua pikirannya. Wajahnya sama, tetap Viola majikannya.

"Nyonya saya akan menyiapkan air untuk nyonya. Setelah itu nyonya harus istirahat." ujarnya.

"Enak saja dia istirahat," ujar seseorang dengan nada tajam.

Viola menoleh, melihat wanita yang tak muda lagi seraya tersenyum sinis ke arahnya. Viola mencoba mengingat siapa orang di depannya. Ia tersenyum sinis, bibi Abella yang sangat membenci Viola.

tidak sudi

Dengan angkuhnya wanita itu melangkahkan kakinya ke arah Viola. "Ada apa dengan mu?"

"Apa aku perlu menjawabnya?" tanya balik Viola, ia memutar bola matanya. Seakan malas meladeni wanita di depannya itu.

"Sepertinya kamu terluka, kenapa kamu tidak mati sekalian saja."

Viola menarik sudut bibirnya, ia maju satu langkah. Hingga hembusan nafas mereka terasa. "Jika aku mati, aku akan menyeret mu Bibi."

"Cih, jika pun aku mati. Aku tidak akan sudi di seret oleh mu. Tidak akan ada yang mau, mati berdekatan dengan anak perebut suami orang."

Viola mengeratkan genggamannya, giginya bergetar. "Katakan sekali lagi." Viola memajukan langkahnya kembali. Hingga wanita itu memundurkan langkah kakinya. Merasakan takut melihat wajah Viola.

"Katakan sekali lagi," Viola masih berucap. Ia ingin mendengarkan sekali lagi dan ingin melayangkan tangan kanannya yang sudah gatal.

"Kamu hanyalah anak jalang dari wanita perebut suami orang. Dengan relanya dia melemparkan tubuhnya pada laki-laki yang sudah jelas memiliki istri."

Viola hendak menampar pipi wanita itu. Namun di hentikan oleh suara tegas dan dingin di ambang pintu. "Viola, apa yang kamu lakukan?" teriaknya menatap tajam.

"Syukurlah kamu segera datang, lihatlah dia. Dia tidak menaruh hormat sedikit pun pada ku. Bahkan dia hendak menyakiti ku." ujarnya seraya melirik ke arah Viola.

"Viola aku tidak tau harus mendidik mu seperti apa? Ibu mu sama seperti mu. Sama-sama tidak memiliki aturan. Membuat malu keluarga Duke saja. Dan untungnya, Ibu mu pergi sebelum aku mengusirnya. Berarti dia tau diri." ucapnya dengan nada menekan.

"Cukup Duke Arland !" teriaknya yang sudah muak mendengarkan gunjingan terhadap Ibunya itu. Laki-laki yang mengeluarkan kata-kata penghinaan itu adalah Ayahnya sendiri. Apa dia memang tidak memiliki hati nurani sedikit pun. Bukan salah Ibunya yang menikah dengannya. Ibunya memang mencintai, tetapi ia bisa menolaknya. Namun keadaan lah yang memaksanya.

"Hentikan !" Viola menatap sengit ke arah Duke Arland.

"Dari dulu aku diam, mendapatkan penghinaan dan gunjingan itu." Viola menjeda menarik nafasnya dalam-dalam. "Ibu ku memang mencintai mu dan aku yakin, dia sudah menolaknya. Namun keadaan, karna pernikahan politik sialan itu dia terjebak ke dalam lembah hitam di rumah mu. Apa kamu pikir Ibu ku juga bahagia menikah dengan mu. Tidak !" Viola tertawa, entah perkataan benar atau tidak. Tapi dia menuruti hatinya saja.

"Dia tidak bahagia, dia menangis. Hidupnya merasa bersalah karna masuk ke dalam rumah tangga mu. Apa kamu pikir aku juga senang, bahagia dengan menjadi putri mu." Viola menggigit bibir bawahnya. Sepertinya nanti ia harus meluapkan amarahnya dengan makan pedas yang sangat banyak. Sudah kebiasaanya, amarahnya harus di rendam dengan makanan yang pedas.

"Jawabannya juga tidak. Bahkan aku tidak sudi darah mu mengalir di tubuh ku. Bahkan tiap harinya aku berdoa. Darah ini di gantikan darah yang lainnya. Viola, gadis itu telah mati dan di gantikan oleh Viola yang baru." Ucapnya.

"Cukup Duchess ! dimana sopan santun mu pada Ayah mu?" tanya seorang laki-laki yang sudah mendengarkan semua pembicaraan mereka.

"Tidak ada sangkut pautnya dengan mu Duke Cristin."

"Cukup! kamu sudah mempermalukan keluarga Duke Cristin. Aku akan menghukum mu, supaya kamu merenungi kesalahan mu."

"Hukuman, apa orang yang di hina tidak pantas membela dirinya. Bagaimana jika kamu di hina oleh orang lain? bagaimana jika Abella mu di hina orang lain? tentunya kamu tidak akan tinggal diam. Justru kamu akan membela dirimu dan juga kekasih mu itu, Abella." Viola menuju ke arah ketiga orang itu.

"Hukuman apa yang Duke akan berikan? hukuman mati atau hukuman cambuk," Mata Viola beradu pandang pada Duke Cristin. Dadanya berdetak hebat. Entah karna takut melihat tatapannya atau tidak. Namun saat ini, Viola yang di depannya tiba-tiba berubah dalam sekejap.

"Katakan saja hukumannya, dengan senang hati aku menerimanya."

"Armand bawa dia ke ruang bawah tanah, hukum dia sebanyak 50 kali cambukan." teriaknya menggelagar di ruangan itu.

"Tuan," lirih Flora yang tidak tahan melihat majikannya di hukum bukan karna kesalahannya. Tetapi dia tidak bisa apa-apa saat Viola meliriknya tajam, memberitahuanya agar tidak ikut campur.

"Dengan senang hati aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan pernah lupa penghinaan ini." Viola menatap satu per satu wajah itu. "Dan aku berdoa, semoga kalian cepat menemukan Kakakku, dengan begitu aku tidak akan lama-lama dengan orang yang tidak memiliki hati seperti kalian." ujar Viola dengan nafas kasar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!