NovelToon NovelToon

Mencintaimu Lara

hari pertama

menjadi pembantu di rumah orang kaya raya, bukanlah keinginan semua orang, termasuk lara. yang mana seharusnya di umur yang masih sangat muda, 18 tahun, harus melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, tapi untuk lara tidak.

sepeninggal orang tuanya, lara tidak mendapat harta warisan apapun kecuali berupa rumah yang mereka tinggali, itupun sangat kumuh!.

lebih parah lagi, tanah tempat rumah mereka berdiri bukan milik orang tuanya, itu hanya tanah pinjaman atau tumpangan.

pemilik tanah juga meminta haknya untuk menggunakan tanah miliknya, rumah itu akan di robohkan.

lalu atas dasar apa rumah itu masih menjadi miliknya, jika sudah di robohkan.

menyedihkan sekali bukan?

dan disinilah lara, menampakan kakinya untuk pertama kali kerumah orang yang akan menjadi majikannya, sangat besar dan megah.

lara pun tercengang dengan apa yang di hadapannya, ini bukan rumah tapi istana yang sesungguhnya, begitu pikirnya.

memasuki kawasan rumah dengan halaman yang sangat luas, lara memperkirakan berapa meter untuk satu bangunan rumah ini.

seratus, dua ratus atau tiga ratus meter? lara tidak tau.

lara terus berjalan mencari orang yang sudah menunggunya di depan rumah katanya, begitu yang dia bilang saat di telepon.

capek sekali!

lara berhenti sejenak, mengibaskan jilbabnya sebagai alat kipas.

aku yakin penghuni rumah ini pasti pada langsing!

secara, rumah ini sangat besar, berjalan menuju pintu masuk saja sudah seperti olahraga maraton baginya.

Tin tinnnnnnn...

suara klakson mobil mengagetkan lara dari lamunannya, melihat ke arah mobil. menoleh kanan kiri, dia baru menyadari bahwa dia berada di tengah-tengah halaman, menghalangi mobil tersebut lewat.

di sini halamannya luas kenapa tidak jalan lain saja!!

tiiiiinnnnnnn

bunyi klakson terdengar kembali, memengakkan telinga lara.

" maafkan saya " lara menepi lalu menunduk.

mobil tersebut melewatinya tanpa ucapan sepatah pun dari pengendara.

lara memperhatikan mobil itu menjauh, orang kaya memang seenaknya!

"lara" seseorang memanggilnya. lara menoleh ke arah suara, mengetahui bahwa orang itu yang dia cari tadi berlari menghampirinya.

"ayo masuk! "

" nyonya Mira dan tuan Hanif mempunyai 2 anak laki-laki, anak pertama bernama Ryo brama Wijaya dan anak kedua bernama Devan Adin Wijaya mereka sama sama masih kuliah saat ini bedanya Ryo sedang melanjutkan S2 nya sedangkan devan masih semester 5"

Bi yusi menjelaskan, lara mendengar dengan seksama.

Tapi, lara agak gugup mendengar bahwa nyonya memiliki anak laki laki dan itu membuat lara gelisah.

*bagaimana aku melayani mereka nanti*?

( bukan melayani yang sedang kalian pikirkan ya! buang jauh-jauh pikiran mesum kalian) \_author\_

Bi yusi yang melihat raut wajah lara berubah, teringat bahwa lara tidak bisa berkomunikasi baik dengan lawan jenis, khususnya yang masih muda seperti anak nyonya Mira dan tuan Hanif.

" mereka jarang pulang kerumah krna mereka punya rumah masing masing, paling tidak mereka pulang setiap akhir pekan, jadi kamu jangan khawatir.."

Bi yusi menenangkan.

"apa yang harus kulakukan saat bertemu dengan mereka bi? "

"cukup lakukan saja apa yang mereka perintahkan, mereka tidak begitu peduli terhadap pembantu dirumah ini"

" baik bi.. " Lara mengiyakan, berusaha tenang.

Devan dan Ryo berhenti di sebuah cafe tempat mereka sering nongkrong,

Memesan makanan dan memulai obrolan.

Ryo yang sedari tadi diam memikirkan sesuatu memulai percakapan.

" Van, mama kayaknya bakalan nggak akan berhenti ngejodohin kamu dengan wanita pilihannya "

Devan mengangkat bahu tidak tau, pusing juga menghadapai tingkah mamanya yang ingin dia segera menikah, kakaknya yang sudah cukup umur untuk menikah malah tidak di hiraukan.

" kenapa mama ingin sekali kamu cepat menikah, aku abangnya, mama malah tidak peduli denganku "

devan tergelak.

"sudahlah, aku selalu bermain cantik agar tidak cepat menikah"

Ryo mengernyit bingung "maksudnya? "

"intinya aku nggak mau nikah muda apalagi sama pilihan mama, itu saja!"

Ryo mengangguk tanda setuju, mamanya benar-benar kekanakan menurutnya, dan dia sakit hati karna mamanya sama sekali tidak menghiraukan dia dengan wanita mana yang akan di nikahi, benar-benar nggak adil, pikirnya.

"nih makan! "devan menyodorkan makanan yang sudah tersaji di meja mereka berdua.

Mereka mulai makan, devan mengalihkan topik pembicaraan membahas soal perusahaan ayah mereka yang kini sebagian di tangani Ryo.

Kalau devan?, jawabannya dia belum berniat untuk mengemban tugas perusahaan yang begitu besar tanggung jawabnya, dia terlalu muda dan baru semester 5 di kuliahnya, dia mau bersenang senang dan menikmati masa muda dulu, begitu pikirnya.

" aku gak pulang malam ini krna ada urusan perusahaan yang sangat penting mesti di kerjakan"

Devan menatap kakaknya malas.

"Kebiasaan!!, aku juga gak pulang kalau gitu"

" janganlah, nanti mama marah dengan kita, gimana? "

" iya, aku pulang!"

Ryo tersenyum, memamerkan lekuk bibirnya yang seksi.

para wanita yang melihatnya langsung terpana, ada juga yang mengeluarkan ponsel lalu memfoto dan memvideokan dua pria tampan yang sedang mengobrol itu.

ini pasti akan viral, lumayan kan nambah followers heheh.

hari itu juga lara langsung bekerja, selesai perkenalan diri di hadapan penguasa rumah, lara langsung diterima.

bi yusi yang ikut menemani lara perkenalan, menangkapi bahwa nyonya mereka menyukai kehadiran lara di rumah ini.

saat ini lara berada di dapur membantu bi yusi yang sedang memasak untuk makan malam.

untuk tugasnya sendiri dia belum di beri tahu oleh bi yusi.

tadi hanya di perkenalkan dengan pembantu lainnya, ada bi inah, bi ratih dan bi lasma, juga petugas kebun dan satpam yang belum lara ketahui namanya.

di balik dapur nyonya mira diam-diam memperhatikan lara yang sedang melakukan kesibukannya membantu bi yusi,

senyum terukir di wajah nyonya mira

*dia kandidat yang kuat, aku harus ngomong ini ke papah*.

nyonya mira berlalu.

\*\*\*\*

malam hari

lara merenung di taman halaman belakang, memikirkan masa depannya.

dia baru tamat SMA, berkuliah merupakan keinginannya dari dulu.

tapi, masalah ekonomi menjadi faktor utama yang tidak bisa membuatnya kuliah.

*seandainya, ayah dan ibu masih ada*.

lara merasa iri dengan kehidupan anak dari majikannya, berkuliah bahkan sampai S2

*astaghfirullah... kenapa aku ini, iri dengan kehidupan orang*!

lara memijat keningnya.

mengenai anak nyonya dan tuan, lara sedikit takut.

takut jika mereka menyukai lara??

tidak!

bukan itu yang di takutkan lara, bertemu dengan mereka, itu yang di takutkan. bagaimana berhadapan dengan mereka?

bukan apa, lara memang seperti itu, sejak kecil sampai sekarang, dia memang tidak biasa berhubungan dengan laki-laki selain ayahnya. membuat rasa takut dengan laki-laki muncul dengan sendirinya. dia disebut wanita pendiam di kampungnya.

bahkan saat sekolah pun ia tidak pernah bertegur dengan pria manapun, kecuali gurunya.

lara akan menghindar jika ada laki-laki mendekatinya. begitu sanggupnya iya menjalani kehidupan seperti itu.

" sedang apa kamu disini? "

*suara siapa itu*?

tanpa menoleh ke arah suara, lara langsung berlari ke dalam rumah, menjauhi pemilik suara yang ternyata Devan, anak kedua nyonya mira.

\*\*\*\*\*\*\*

maaf banyak typo🙏🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak ya... 🙏

berikan kritikan dan saran yang bijak dan membangun agar author semangat memperbaiki tulisannya...

tatapan apa itu?

sudah seminggu lebih lara bekerja di rumah nyonya mira dan tuan hanif, perhatian yang di berikan nyonya mira pada lara membuatnya betah bekerja disana.

nyonya mira sangat baik kepadaku begitupun tuan hanif, aku tak boleh mengecewakan mereka

lara membatin, namun ada sesuatu yang menjanggal di hati lara.

mengenai anak dari nyonya dan tuannya

bukankah mereka akan pulang setiap akhir pekan?

pertanyaan itu selalu di pikiran lara.

Seharusnya mereka pulang hari ini.

lara termenung.

ah.. sudahlah untuk apa aku memikirkan mereka, lebih bagus malah mereka tidak pulang.

lara melanjutkan pekerjaannya...

*****

ting!

devan membuka chat yang masuk ke ponselnya

"devan, kamu pulang kan hari ini, bilang ke ryo sekalian. kalau kalian tidak pulang hari ini, mama gak mau lagi bicara sama kalian! " mama memberikan pesan ancaman

devan tertawa kecil mengingat kelakuan mamanya yang selalu mengancam jika permintaan nya tidak di penuhi,

bukankah seharusnya anak yang banyak maunya? tapi kenapa mamanya yang banyak keinginan!

"iya, aku dengan kak ryo pulang hari ini, tapi sore nanti ya mah"

devan mematikan layar ponselnya lalu beranjak ke kamar mandi.

usai mandi devan berencana akan pergi keluar membelikan hadiah, buat siapa lagi kalau bukan untuk mamanya, devan yakin jika dia tak memberi hadiah, mamanya akan ngambek tak jelas, dan semua akan terkena impasnya.

****

sore hari,

Devan dan Ryo keluar dari mobil memasuki rumah orang tua mereka yang jarang sekali mereka tempati. semenjak kuliah, mereka di bebaskan untuk hidup secara mandiri termasuk tidak serumah dengan orang tua mereka.

"aduh! "

mereka berdua menoleh secara bersamaan.

seorang gadis terjatuh tidak jauh dari mereka berdiri, barang belanjaan yang di bawa gadis itu berserakan di lantai.

Ryo langsung membantu, sedangkan Devan tak tertarik sama sekali, hanya melihat dengan melipat kedua tangannya.

cih... kampungan sekali penampilannya.

"kau tidak apa-apa? "

Ryo menjulurkan tangan hendak membantunya berdiri.

tapi gadis itu berdiri sendiri dan merapikan barang belanjaannya

"saya tidak Apa-apa pak! "

apa!

dia memanggilku bapak? apa aku setua itu?

Ryo ternganga.

devan menghampiri mereka, menatap gadis itu tidak suka. berani sekali dia menghina kakaknya dengan sebutan bapak. apa matanya buta?

"apa kau bisa melihat kakakku yang masih muda? kenapa kau memanggilnya bapak!! "

suara Devan terdengar keras.

"maaf kan saya pak, eh! om maksud saya! "

Devan pun semakin marah! sekarang dia juga di panggil dengan sebutan om? apa gadis ini tidak tau siapa mereka.

"saya sedang terburu-buru pak, om!. jadi kalau mau bertemu dengan nyonya mira dan tuan hanif mereka ada di di dalam, permisi. "

gadis itu menunduk lalu meninggalkan mereka yang masih dalam keadaan tercengang.

Devan hendak menahan gadis yang mengolok mereka namun dicegah Ryo.

Ryo langsung tersenyum lalu tertawa, sedangkan devan masih kesal dengan panggilan yang di ucapkan gadis tadi.

om?

awas saja gadis itu!, dadanya bergemuruh.

"ayo om kita masuk" Ryo merangkul Devan sambil tertawa.

sialan!

******

lara meletakkan barang belanjaannya ke dapur, mengambil air dingin.

dia begitu ketakutan tadi saat berhadapan dengan dua orang laki-laki di depan rumah.

siapa mereka?

lara menggelengkan kepala.

aku pasti sudah membuat mereka marah, tadi terdengar jelas dari mereka membentak ku

lara meminum air di tangannya. bingung, dengan apa yang terjadi barusan, kenapa mereka yang marah?

lara merasa dia tidak berbuat salah.

aku tadi hanya terjatuh, dan tidak mengenai mereka, apa mereka marah karna ku panggil dengan sebutan bapak???

"lara" bi yusi memanggilnya

lara langsung menoleh, melihat bi yusi menghampirinya.

lara mengernyit, wajah bi yusi terlibat pucat

" kenapa wajah bibi pucat begitu? "

"bibi agak tidak enak badan"

lara membulatkan matanya.

"kamu kalau sakit ya istirahat, jangan bekerja dulu" bi inah menghampiri mereka

lara mengangguk membenarkan perkataan bi inah.

"iya bi, lebih baik bibi istirahat sebentar"

"tapi bibi harus memasak untuk makan malam lara"

"ah... urusan itu biar lara saja yang tangani, lara kn juga bisa masak" senyum lara mengembang

bi inah mengangguk setuju

bi yusi terdiam sebentar lalu memperbolehkan lara untuk mengerjakan tugas yang seharusnya menjadi pekerjaannya,

dia benar-benar merasa lelah hari itu, dia akan beristirahat sebentar.

"Maaf ya ra, bibi merepotkan mu"

bibi merasa tidak enak

"nggak apa-apa kok bi, lara juga senang masak heheh" lara mengeluarkan senyum lengkap dengan deretan gigi putihnya.

bi yusi dan bi inah tersenyum melihat lara

"lara ini ini cantiknya Keterlaluan" puji mereka bersamaan.

******

malam harinya,

" bi yusi! "

bu yusi berlari kecil menuju meja makan

" eh iya nyonya, apa ada yang kurang? "

nyonya mira menatap curiga ke bi yusi

nyonya kenapa menatap saya seperti itu, bikin saya ketakutan saja

" siapa yang memasak ini? " nyonya mira bertanya sambil menunjuk piringnya

bu yusi gugup, mulai berkeringat dingin

"sa.. saya nyonya" terbata

" aku tau rasa masakanmu bi. "

nyonya mira tetap curiga, dia tau bi yusi sedang berbohong.

Ryo dan Devan yang juga ikut makan bersama memperhatikan bi yusi yang sedang ketakutan.

Ryo yang tak ingin selera makannya hilang,karna tingkah mamanya, meminta tolong ke papanya lewat kode mulut, tak bersuara.

papanya hanya angkat bahu.

"mah, sudahlah! " devan menenangkan mamanya yang sedang marah.

eh, bukan marah sebenarnya tapi curiga.

" se,, sebenarnya bukan saya yang masak nyonya, tapi lara, tadi sore saya agak kurang enak badan jadi lara menggantikan saya" jelas bi yusi gugup

wajah nyonya mira berubah, entah itu mengekspresikan suka atau sebaliknya.

sedangkan Ryo yang baru mendengar nama "lara" menatap mamanya, dia baru pertama kali mendengar nama itu di rumah ini.

Devan terlihat tidak perduli.

" benarkah? "

"iya nyonya"

"panggil dia! " tegas nyonya mira

aku akan menjahilinya sebentar! heheh.

bi yusi mengangguk lalu berlalu meninggalkan majikannya, menghampiri lara kekamar

yang saat itu sedang mengaji, bi yusi merasa enggan memanggilnya.

panggil saja dari pada nyonya mira semakin marah.

"lara! " panggil bi yusi dengan pelan

lara melihat ke asal suara yang memanggil, menutup mushaf nya

"iya bi, "

" kamu di panggil nyonya, di suruh menghadapnya sekarang! "

eh, nyonya memanggilku? ada apa?

bi yusi merasa tidak enak dengan lara, tau akan hal apa yang terjadi, sudah tentu lara akan di marahi.

"maafkan bibi ra, seharusnya bibi saja yang memasak tadi" bi yusi menjelaskan alasan lara di panggil.

"apakah masakan lara nggak enak bi? "

"bibi juga nggak tau, tapi mungkin memang iya! "

ya Allah... bagaimana ini?,nyonya pasti marah besar padaku, tapi kenapa masakan yang ku coba tadi rasanya tidak ada yang kurang, pas!!! apakah lidah orang kaya dengan lidah orang miskin berbeda???

lara berpikiran macam-macam.

mereka bergegas menghadap nyonya mira yang masih menunggu mereka, nyonya tidak hanya berdua dengan suaminya.

mereka...

lara tercengang.

itu kan gadis tadi!!

Ryo menyenggol lengan devan, lalu menunjuk dengan dagunya.

Devan melihat ke arah lara, Menyeringai.

owh... ternyata gadis itu pembantu dirumah ini pantas gayanya kampungan begitu, rasain!!!

" nyonya memanggil saya? "

" duduk! "

lara mengangguk takut, menoleh ke bi yusi yang sama takutnya

bi, lara takut!

" kenapa duduk di lantai, duduk di kursi! "

nyonya Mira berkata keras, dalam hati menahan tawa

anak ini ketakutan, kenapa menggemaskan sekali sih.

lara mengangkat tubuhnya hendak duduk di kursi, di meja makan ada 8 kursi membuat lara bingung.

aku duduk dimana?

ehmmm...

Ryo menepuk kursi di sampingnya, bermaksud agar lara duduk di sampingnya.

lara mengerti maksud Ryo namun menolak, dia lebih memilih duduk di kursi samping nyonya mira yang menatapnya tidak suka (padahal akting).

Ryo kecewa.

" kamu tau kenapa di panggil? "

"tau nyonya" lara menunduk

"jelaskan! "

aku harus menjelaskan dari mana kesalahanku!

"kesalahan saya adalah memasak makanan yang tidak enak nyonya, karna saya memakai lidah saya untuk mencicipi masakan tanpa harus memperhatikan lidah nyonya dan tuan"

penjelasan ku tidak membuat mereka tersinggung kan? semoga...

nyonya mira mengernyit bingung, belum mengerti dengan ucapan lara.

" apa maksudmu lara, memperhatikan lidah kami untuk apa? "

bagaimana ini?

" maksud saya nyonya, mungkin lidah orang kaya dengan lidah orang miskin berbeda, karna saya mencicipi makanan ini rasanya pas" lara semakin menunduk, kepalanya sudah mulai pegal dari tadi menunduk.

ayo mah, marahin terus gadis itu, jangan kasih ampun, hukum saja dia!!!

Devan semakin senang.

hahahah hahahahah...

tuan hanif yang sedari tadi diam akhirnya tidak bisa menahan ketawanya, penjelasan lara sangat lucu baginya.

nyonya mira yang awalnya berwajah ingin menerkam berubah dan ikut tertawa bersama suaminya.

Devan dan Ryo saling pandang.

kenapa dengan mama dan papa?

" lara apa yang kau katakan? kami tidak bilang masakanmu tidak enak, bahkan ini sangat enak, maafkan aku, aku menjahilimu tadi hahahaha"

"kau sudah makan?" tuan hanif bertanya

"be... belum tuan"

"ayo, makanlah bersama kami"

nyonya mira mengambil piring untuk lara.

Devan membulatkan matanya, makan semeja dengan gadis itu?

"tidak usah nyonya, saya akan makan nanti di dapur. " lara menolak, tentu saja dia menolak, apa haknya untuk makan bersama majikan?

"kalau kau menolak, gajimu ku potong setengah" ancam nyonya Mira.

lara tentu saja tidak mau gajinya di potong hanya gara gara menolak makan bersama majikannya, mau gimana lagi!!!

" baik nyonya"

devan menatap tidak percaya mamanya, senang yang tadi di rasakan olehnya berubah menjadi rasa marah, dan juga heran.

bi yusi juga terheran, tidak pernah nyonya mira mengajak pembantunya makan bersama, tapi lara...

lara mengambil nasi dan lauk dalam jumlah sedikit.

lapar?

tentu saja dia lapar, tapi tidak ingin meninggalkan kesan jelek ke majikan,

jika sebenarnya ia makan sangat banyak.

aku akan makan lagi di dapur...

tuan hanif, nyonya mira beserta kedua anaknya melanjutkan makan yang sempat tertunda.

Ryo memperhatikan lara, senyum terukir di wajahnya yang tampan.

sederhana, tapi sangat cantik

sedangkan Devan, dia makan dengan keadaan kesal,suara denting piring sengaja di keraskan agar lara melihat kearahnya.

awas kau!

lara yang melihat tatapan Devan bergidik ngeri.

tatapan apa itu?

*********

maaf banyak typo🙏🙏

Jangan lupa tinggalkan jejak ya...

berikan kritikan dan saran yang bijak dan membangun agar author semangat memperbaiki tulisannya...

Catatan: untuk readers ku yang beragama muslim, yuk sempatkan diri untuk membaca Al-Quran, jangan sampai waktumu yang berharga di gunakan hanya untuk membaca karangan fiksi semata.

Semangat buat diriku untuk kalian semua

gagal menjebak lara!!!

apa ini?

lara mengambil sebuah kotak kecil di laci almari kamarnya, dia bingung,

merasa tidak pernah memiliki barang tersebut. setelah dibuka, betapa terkejutnya dia, kotak tersebut berisi cincin yang sangat indah lengkap dengan berlian sebagai hiasan tengahnya, sudah pasti sangat mahal.

ini punya siapa?

lara menoleh ke pintu kamarnya, memperhatikan dengan seksama, siapa tau ada yang melihatnya. ia takut ini hanya jebakan yang akan merugikan nya kelak.

langsung bergegas keluar mencari nyonya besar, bi lasma yang sedang menjemur pakaian, melihat lara yang berjalan dengan tergesa-gesa.

kenapa anak itu?, bi lasma melanjutkan menjemur pakaian.

" kenapa mencari ku, lara? " nyonya mira bertanya.

" saya mau menyerahkan ini nyonya"

lara memberikan kotak kecil berisi cincin yang di temukan nya tadi.

"di dalam nya ada sebuah cincin nyonya"

nyonya mira membuka kotak kecil itu, dan memang benar, berisi cincin yang cantik,

dan dia tau milik siapa cincin itu.

"kapan kau menemukannya? "

" baru saja, saya tadi berniat mau mengambil ponsel saya lalu menemukan itu" lara menjawab dengan takut, dia tidak mau di tuduh pencuri.

dia sering menonton ataupun membaca cerita yang hampir sama dengan apa yang terjadi sekarang, hampir semuanya menceritakan bahwa itu hanya jebakan.

" saya tidak tau itu punya siapa, dan saya bersumpah demi Allah,, bahwa saya tidak mencuri cincin itu nyonya" lara menunduk, takut perkataannya tidak di percayai.

" aku tidak menuduhmu lara, nanti biar aku yang mencari tau kenapa cincin ini bisa di kamarmu "

nyonya mira meninggalkan lara yang sedang dalam keadaan cemas.

ini pasti ulah Ryo!!

*****

nyonya mira, mencari keberadaan Ryo di kamarnya, membuka pintu lalu masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Ryo yang sedang bermain game dengan ponsel melihat ke arah mamanya.

"kenapa ma? "

"apa maksudmu ini"

nyonya mengangkat kotak cincin yang di bawanya, meminta penjelasan. ya, dia yakin sekali cincin itu milik anak sulungnya.

" apa maksud kamu meletakkan cincin itu di kamar lara? "

Ryo menatap kotak cincin yang di pegang mamanya, itu memang miliknya yang akan di berikan kepada calon istrinya kelak.

tapi, kenapa bisa berada di tangan mamanya.

aku tidak pernah meletakkan cincin sembarangan, begitu pikirnya. dan tadi...

apa? di kamar lara??, sejak kapan dia meletakkan cincin nya di kamar lara. mungkinkah lara mencurinya?.

"kenapa bisa di kamar lara? " Ryo menghampiri mamanya, mengambil kotak cincin tersebut.

" apa kamu yakin, kamu tidak tau hal ini?, lara tadi menemukannya di kamarnya lalu langsung memberikannya kepada mama"

nyonya mira menatap anaknya.

"apakah kamu menyukai Lara? "

Ryo terkejut, wajahnya yang putih bersih langsung berubah memerah mendengar pertanyaan mamanya.

ya, dia memang menyukai lara. bahkan dia rela tidak pulang kerumahnya hanya untuk melihat lara dirumah orang tuanya. sudah sepekan ini dia hanya di sibukkan dengan memperhatikan Lara dari kejauhan, mencoba bertegur sapa dengan nya namun selalu gagal, Lara selalu berlari menjauhinya.

nyonya mira yang melihat wajah anak sulungnya memerah, mulai mengerti.

"buang perasaanmu jauh-jauh Ryo, kamu tidak akan mendapatkan lara sesuai keinginanmu"

Ryo menatap mamanya, apa maksud mamanya mengatakan hal seperti itu?, apakah mamanya tidak menyetujui dia menyukai lara?.

"aku hanya sedikit tertarik padanya mah, bukan berarti aku menginginkannya" Ryo akhirnya memilih berbohong, dari perkataan mamanya saja dia sudah mengerti, mamanya pasti tidak mengizinkan ia mendekati Lara.

untuk alasannya, Ryo sendiri pun tak tau.

"tapi, kenapa cincin ini bisa ada di Lara?," pertanyaan itu belum terjawab.

dia ingat sekali dimana dia meletakkan cincin miliknya, tersembunyi, dan yang tau tempatnya hanya adiknya, Devan.

"mama tidak tau"

hening.

"aku melihat Lara masuk ke kamarmu kak"

devan memecah keheningan, masuk ke kamar Ryo. kapan dia datang kerumah?

nyonya mira menatap tidak percaya.

"benarkah? "

"iya, ayo ikut aku! "

Ryo dan nyonya mira mengikuti Devan menuruni tangga, berjalan ke dapur, dimana di dapur tersebut terdapat bi yusi dan Lara yang sedang memasak untuk makan siang.

"aku yakin memang dia yang mencuri cincin kakak" Devan menunjuk ke arah Lara.

Lara yang namanya di sebut menoleh, matanya membesar, ketakutan. nyonya mira bersama kedua anaknya sedang menatapnya.

"hei kamu, kamu mencuri cincin kakakku kn! "

Lara yang sudah tau hal ini akan terjadi, menggeleng. cincin itu punya tuan Ryo?? lara bertanya-tanya.

benarkan, aku sedang di jebak!

"maaf nyonya, bukan saya yang mencurinya, saya sedang di jebak! "

" alah... alasan! mana ada maling mau ngaku "

"kalau begitu, tuan devan tau dari mana kalau saya yang mencurinya? " tanya lara lantang.

orang yang berada di dapur terkejut mendengar pertanyaan lara yang....

terbilang berani bicara seperti itu pada tuan mudanya.

lara sendiri pun sama terkejutnya, dimana dia punya keberanian sperti itu.

mati aku!

tapi, dia tidak bisa menerima dirinya di tuduh sebagai pencuri, dia hanya korban fitnah dari anak majikannya, Devan.

"aku melihatmu masuk kekamar kakakku! " devan tersenyum licik, merasa menang.

kau tidak akan bisa berkutik gadis kampung!

tunggu!!!, lara merasa dia tidak memasuki kamar siapapun tadi, bi Ratih memang menyuruhnya untuk mengambil pakaian kotor di setiap kamar, namun bi lasma mencegahnya karna itu merupakan tugas dari bi lasma dibagian pakaian. akhirnya dia hanya menyapu taman halaman belakang lalu membantu bi yusi memasak.

lagi pula, dia agak enggan masuk ke kamar para majikannya, takut akan terjadi sesuatu. apalagi itu kamar laki-laki!. lara menolak itu!

beruntung bi lasma mencegahnya.

tapi, kalau disimpulkan...

tuan Devan lah yang menjebaknya, benarkah??

berpikir,lalu menuding tuduhan Devan.

"nyonya, saya tidak masuk kekamar siapapun, bi Ratih memang menyuruh saya mengambil pakaian kotor, tapi saya di cegah bi lasma. nyonya bisa bertanya sendiri dengan bi lasma!" lara menatap Devan, ketakutannya terhadap laki-laki hilang begitu saja di saat situasi seperti ini.

Devan terkejut, raut wajahnya mulai berubah,

kebohongannya sebentar lagi akan terbongkar. bagaimana bisa dia....

"kita bisa melihat CCTV di kamarku, aku meletakkan cincin ini di ruang ganti pakaian"

Ryo mencoba membela Lara, ia juga meragukan perkataan devan yang seakan-akan menuduh Lara tanpa alasan bukti yang kuat.

coba dari tadi kek, bilang CCTV-nya.

Devan semakin terkejut, ia bahkan lupa.

dengan CCTV di setiap ruangan, bahkan di ruang ganti pakaian sekalipun.

nyonya mira memperhatikan devan yang berubah takut, mulai menyadari sesuatu. dia sudah tau siapa pelakunya.

"tidak usah lihat CCTV Ryo, mama sudah tau siapa dalang di balik semua ini! " ucapnya menatap devan tajam.

devan semakin khawatir.

"Devan kau kekanakan sekali, cepat minta maaf dengan Lara! " nyonya mira setengah berteriak.

"apa maksud mama menyuruhku minta maaf dengan gadis kampung itu? "

" mulai berani ya kamu?"

nyonya mira mencubit perut Devan

"aaaa aduh sakit ma.. "

" kamu mau menjebak Lara bukan!!! cepat minta maaf!!! " tangan nyonya mira menjewer telinga Devan dengan kuat.

"aa ampun ma... iya iya aku minta maaf"

Devan memegang telinganya yang panas dan merah akibat mamanya. menatap Lara yang juga sedang menatapnya.

awas kau!

devan pergi meninggalkan mereka, masih memegang telinganya yang terasa panas.

"itulah Ryo, kenapa mama mau menikahkan adikmu sesegera mungkin! "

" kau lihat sendiri tingkahnya, seperti anak kecil "

"mama nggak mau tau, dia harus segera menikah, harus ada yang pendamping yang bisa merubahnya lebih dewasa"

mamanya terus saja berceloteh, Ryo hanya manggut-manggut.

"aku tidak mau nikah muda ma... ". Devan berteriak dari kejauhan.

*****

flashback.

devan menghampiri bi Ratih, yang sedang mengepel. ada sesuatu berada di kantong bajunya, berbentuk kotak kecil. dia mulai melaksanakan aksinya.

" bibi!"

"iya tuan muda, ada yang bisa saya bantu? "

" tadi aku kekamar kak Ryo, kenapa kulihat banyak sekali baju kotor di sana?"

devan Menyeringai.

" saya akan mengambilnya tuan"

" tidak usah, suruh saja gadis itu yang melakukannya? "

"apakah maksud tuan, Lara? " bi Ratih bertanya

"iya siapa lagi, suruh gadis itu saja. dann kamu lanjutkan pekerjaanmu! "

Devan meninggalkan bi Ratih, dia berniat untuk menjebak Lara dengan kotak kecil berisi cincin milik Ryo, yang ia ambil diam diam, dia ingin gadis kampungan yang sudah berani memanggilnya Om itu segera di pecat lalu keluar dari rumah ini.

dia benar-benar tidak sabar menunggu momen itu terjadi. dia akan tertawa puas setelah ini, begitu pikirnya.

dia tau betapa berharganya cincin di tangannya ini untuk Ryo, cincin yang akan di berikan kepada istrinya nanti, begitu katanya dulu.

sekarang dia hanya perlu ke kamar Lara lalu meletakkan cincin itu di kamarnya sehingga orang akan mengira Laralah yang mencuri cincin tersebut.

tanpa ia ingat bahwa kamera pengintai disetiap ruangan selalu aktif dan rencananya akan membuat ia malu sendiri.

********

maaf banyak typo 🙏

jangan lupa tinggalkan jejak ya🤗

berikan saran, kritikan yang bijak dan membangun agar author semangat memperbaiki Tulisannya.

Catatan: untuk readers ku yang beragama muslim, yuk sempatkan diri untuk membaca Al-Quran, jangan sampai waktumu yang berharga di gunakan hanya untuk membaca karangan fiksi semata.

semangat buat diriku dan kalian semua🥳

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!