Bagi Delta, bersekolah layaknya murid biasa adalah sesuatu yang membosankan. Tugas-tugas menumpuk, kerja kelompok dan buku pelajaran harus menemani setiap harinya. Tidak, Delta tidak suka itu. Dia hanya menyukai alunan musik dari senar gitar yang dimainkannya.
Delta termasuk murid yang cuek dengan nilai akademik maupun peringkat. Bukan karena Ayahnya seorang pemilik yayasan, dia hanya murid biasa yang malas dihadapkan dengan peliknya mata pelajaran yang tidak dia suka seperti matematika dan biologi. Bahkan, jika awal semester akan sangat menyenangkan bagi beberapa murid, namun bagi Delta tidak. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di rooftop dengan petikan senar menemaninya.
Delta hanya mencoba membiasakan diri dengan lingkungan yang ditempatinya hampir dua bulan ini, seperti sebelumnya, dia tidak memiliki teman. Bahkan kenal saja tidak dengan teman sekelasnya. Delta hanya kenal Pak Kadi satpam sekolah dan Buk Dara wali kelasnya, selebihnya dia tidak peduli.
Sekolah ini jauh lebih nyaman dari sekolah Delta sebelumnya, tidak terlalu mengekang meski ia harus jengah jika diceramahi berjam-jam. Bagi beberapa orang, Delta terlihat dingin dan cuek, apalagi melihat ekspresi datarnya yang tidak bisa ditebak. Bahkan sampai ada yang menjulukinya 'es batu berjalan'.
Padahal baginya, Delta hanya malas basa-basi atau berbicara yang tidak penting. Cukup diam dan bicara seperlunya.
Semua terasa begitu damai sebelum seorang gadis dengan suara nyaring memanggilnya.
"Delta! Woi pekak!"
Delta menilik tajam padanya, seorang gadis dengan baju kusut dan rambut awut-awutan.
"Lo satu kelompok sama gue, hari ini ada presentasi sejarah! WOI LO DENGAR GUE GAK?!"
"Gak usah ngegas." Delta mendengus kesal, berusaha menahan kekesalannya pada cewek itu. Kenal aja enggak, main gas aja. Pikir Delta.
"Gue gak mau tau pokoknya lo yang presentasi, keriting tangan gue ngetik bahannya semalam!"
"Yang lain?"
"Yah mana gue tahu!"
"Ha?" suara Delta singkat, membuat Alpha membuang nafas cukup kasar. "Gini ya Delta, Joko sama Reff gak kelihatan di kelas. Jadi cuma lo satu-satunya yang kelihatan," jelas Alpha dalam satu nafas. Rambutnya terlihat basah oleh keringat membuat Delta agak risih.
"Slebor banget sih jadi orang," ucap Delta tanpa sadar. Alpha membulatkan matanya kesal. "Bodo amat! Emang situ sempurna, woi badan kek tiang madrasah gitu masih bangga aja."
"Peduli."
"Lo peduli---"
"Monyet."
"SANGPAH LO DELTA!" pekik Alpha berniat menggaruk lengannya, Delta menjauh cepat membuat tubuh Alpha jatuh terjerembab di lantai.
"Gak usah nyentuh gue."
Singkat, padat, dan nyesek.
Alpha menepuk roknya sambil mengumpat. "Dasar cowok batu! Gue doain lo jadi Maling Kundang!"
Delta menuruni tangga sembari mengacuhkan cewek di belakangnya, tanpa sadar Alpha sudah berdiri di sampingnya sambil menggerutu samar.
"Bisa cepet dikit gak? Lo jalan udah kayak Putri Keraton aja," sinis Alpha yang kini membuat alis tebal milik Delta bergerak naik turun.
Delta mempercepat langkahnya, karena langkah kakinya yang panjang membuat Alpha sesak nafas hanya untuk mengimbangi langkahnya.
"Delta, oi tungguin," ujar Alpha tergesa. Mencoba memegang lengan Delta dan,
Plakk!
"Auuwwh!"
Alpha memekik nyaring saat lengannya ditebas kasar oleh Delta, iris matanya mengamati cowok di hadapannya seraya berjingkat kesal. "Kasar banget sih lo?"
"Serah."
"Udah batu, kek Putri Keraton, mana galak lagi. Gak akan ada cewek yang mau sama lo. Gue jamin!"
Delta menarik sudut bibirnya, sedikit, bahkan tidak seperti senyuman. "Ada."
"Hah? Gak salah denger gue, sama siapa emang? Oh... Curut di got tetangga gue kali, behahaha!"
"Emang lo ada yang mau?"
"Ada lah!" Alpha membusungkan dada bangga, sambil mengusap ujung hidungnya.
"Siapa?" tanya Delta tanpa ketertarikan sedikitpun, mengundang senyum jenaka Alpha untuk merekah sempurna.
"Elo."
Delta beralih menatap Alpha dengan wajah gak-salah-gue-nyed?
"Ogah. Gak akan pernah," sela Delta terselip nada tak suka dalamnya.
Sedangkan cewek di sebelahnya hanya menggendikan bahu, sedetik kemudian sebuah senyum terulas lagi di bibirnya. "Kalau ntar lo suka sama gue gimana?" celetuknya membuat ekspresi dingin Delta seketika berubah heran seraya menengok ke samping.
"Mana mau gue."
"Yakin?"
"Ehm."
"Ah masa?" goda Alpha berniat mencolek Delta lagi dengan genitnya namun ditebas habis-habisan oleh cowok itu.
"Gak usah sentuh gue!" tegasnya dengan sorot tajam. Delta tidak suka disentuh sembarang orang, pokoknya apapun yang ada sangkut-pautnya dengan Delta tidak boleh disentuh!
"Kasar banget sih! Lihat aja, ntar lo yang pengen nyolek gue," ujar Alpha bercanda.
"Jijik."
"Kalau gue bisa bikin lo suka sama gue gimana? Lo mau kasih apa?"
"Serah," jawabnya malas menanggapi. Jujur, ini record paling banyak bagi Delta untuk berbicara dalam 2 tahun ini.
"Em... Gue mau... Apa yak?"
Delta melirik Alpha dengan kesal, angin membuat rambut cewek itu berterbangan mengenai wajah tampannya.
"Ck! Rambut lo!"
"Alus yah?"
"Bau bangke." Delta menjawab, senyum sinis samar tercetak di sudut bibir tipisnya.
"Masa? Gue 'kan duta shampoo lain, dulu pernah pake odol sekarang pake wipol!" Alpha mengibas rambutnya hingga menampar wajah Delta.
"Sialan!" gerutuan kasar lolos dari bibirnya, baru kali ini ada yang berani berinteraksi dengan Delta, karena biasanya murid lain akan menjauh ketika melihat wajah dingin dan aura tajam di sekitarnya.
"Lihat aja De, gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue! Ingat itu baik-baik!" seru Alpha nyaring sebelum memasuki kelas. Delta berjalan lambat sambil mengumpat dalam hati.
Bel istirahat berbunyi nyaring, dengan senyum merekah seorang cewek mengintai cowok dengan wajah super datar itu. Mulai detik ini Alpha telah berikrar lewat bahasa kalbu dengan menatap Delta yang duduk di seberang sana. Bahwa mahkluk bermuka tembok itu akan jadi miliknya.
Bibirnya membentuk senyuman smirk dengan mudahnya, langkahnya terayun menghampiri cowok yang tengah tertidur di lipatan lengannya.
"WOI BANGUN WOI!!!"
"Eh monyed bisa selo dikit gak?!"
Itu bukan suara Delta, melainkan Saga yang menyalin PR Kimia karena setelah istirahat guru killer akan masuk. Delta masih tertidur dengan damainya tanpa terusik sedikitpun.
"Congor-congor gue! Emang lo siapa? Liat, Delta aja gak protes tuh," cela Alpha dengan bersidekap dada. Saga mengumpat dalam hati berharap si toa mesjid itu menghilang ditelan bumi.
"Lo liat noh si Joko gak fokus nulis!" tunjuk Saga pada cowok blasteran itu, Josseph Cordians yang disingkat para cowok kampret menjadi nama ndeso, Joko alias Jomblo Koplak, karena nyatanya Josseph selalu ditinggal ceweknya saking gondok dengan kelakuan abnormalnya ; makan sayur mentah.
"Ngapain lo bawa-bawa gue?"
"Oh... Jadi lo yang gibahin gue di perosotan?"
"Elo 'kan yang ngomongin gue di depan kap mobil?"
Dan terjadilah acara sahut-menyahut di kelas, teman sebangku Alpha yang paling ganas itu menancapkan bolpoinnya ke meja lalu berteriak lantang.
"BISA DIAM GAK SIH? KEK ORANG DEMO TAU GAK??!"
Semuanya terdiam, bahkan sok sibuk dengan urusan masing-masing. Joko menangkap nyamuk di dalam kolong meja, Saga menggambar pemandangan gunung sedangkan yang lain memandang langit-langit kelas, berharap Reff tidak memulai aksi ngamuknya. Seperti minggu kemarin saat anak cowok ketahuan nonton film blue, Reff membanting meja dan menumpahkan tinta spidol ke mereka.
Kejam memang, bahkan Alpha tidak habis pikir kenapa dia bisa sebangku dengan titisan maddog itu. Si cewek tomboy dengan tangan besi.
Sembari menunggu amukan Reff mereda Alpha memutar otak, cewek itu berinisiatif memegang pundak Delta. Karena menurutnya cowok itu paling benci disentuh, jadi ini kesempatan emas bagi untuk Alpha bisa menyolek pangeran Es paling beku di SMA-nya.
Semua murid menatap lekat-lekat pergelangan tangan Alpha, karena bagaimanapun tidak ada di antara mereka yang berhasil menyentuh Delta barang lima detik. Memang pernah, tapi hanya sedetik, itupun hanya tebasan kasar. Sengaja atau tidak sama saja.
Jarak makin menipis, Alpha bergerak makin pelan hingga jemarinya menyentuh seragam Delta,
Plakkk!
Dan yah, Alpha lagi-lagi ditebas dengan kasar. Bahkan tangannya memerah dan perih menjalari jemarinya. Alpha memekik kesakitan, Delta menatapnya dengan marah. Cowok itu melaluinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Pokoknya De, gue bakal buat lo lope-lope sama gue! Liat aja, auuuwwwh..." lagi, Alpha meringis ketika tangannya berdenyut meninggalkan rasa perih.
"Eh seriusan lo Al?"
"Yang bener woi? Kuping gue gak kemasukan laler 'kan?"
"Demi sempak kuda poni Joko! Lo yang bohong lah Al!" timpal Adiba hingga Joko menempeleng wajahnya. "Sempak gue dibawa-bawa! Yang bener bego!" ketusnya menatap wajah mupeng Adiba.
"Ish kesel gue aseli!" Joko kembali menempeleng wajah Adiba. "Woi yang berdua lagi tempeleng-tempelengan! Kek maho tau gak?" kali ini suara Saga yang masih setia dengan PR Kimianya.
"Ngehehhehe yaiyalah, Alpha gitu lo! Oh iya gue cuma bercanda sih sebenarnya tapi kayaknya enak kibulin tuh anak," jelas Alpha dengan cengiran lebar.
"Bercanda, ntar kena getahnya lho! Yang ada lo beneran suka lagi sama tuh es batu berjalan, hahaha!"
"Dih ogah, mending gue ngebet kawin sama kambeng lagi daripada dia."
"Kita support lo kok, pokoknya bikin tuh es batu jera, lo 'kan ratunya bikin orang gondok, mana slebor lagi. Yakin gue tuh anak paling benci deh sama orang kayak lo!" celutuk Dania memberi semangat, Alpha melirik Dania dengan mata melotot.
"Ngejek apa ngejek mbak?"
Dania tertawa dengan senyum ngenesnya. Tak lama Saga menjentikkan jarinya sambil menatap Alpha dengan sumringah.
"Alpenliebe! Sini lo!" seru Saga membuat monyong Alpha maju menyerupai bebek pancoran.
"Gue bukan permen curut! Apaan dah lo manggil gue? Bakso Kang Iko naek harga?"
"Bukan noh... Kakek gue mau buka orkes dangdut! Sini gue bisikin nyet!"
"Ogah gue, jigong lo bau sampah."
"Lo udah pernah dicium jenglot belom?"
"WOI CEPETAN DAH NYED! KELAMAAN WOI!" seru Joko gemas, gemas banget sampai kepengen nabok mereka dengan pantat wajan.
"Kita buat es batu tuh terpaksa nyentuh lo!"
"Gimana?" sahut mereka berbarengan. Alpha mendelik heran. Kenapa semua temannya tiba-tiba antusias menjadi mak comblangnya? Biasa juga pada tawuran di kelas.
"Pokoknya ada deh, setuju gak?"
"80 jete dulu mas," jawab Alpha memasang wajah iblisnya.
"Tai, gak sudi gue perkosa anak jenglot. Bisa-bisa mayat gue gak bisa dikubur lagi."
"Yeh, gue lipat masukin lemari lagi nih anak, kesel aku tuh." Alpha mengomel sambil menabok kepala Saga. "Sakit, goblok. Sini lo!"
Alpha berlari menghindar, mengambil gorden kelas yang tidak dipakai lalu menyabet cowok itu. "Eh anjinx, sakit woi!" seru Saga memegangi telinganya yang terkena sabetan Alpha, dia mengambil gorden juga lalu membalas Alpha.
"Eh sakit gue duoblok!"
"Rasain,"
Adiba menghampiri mereka dengan wajah kesal, "Woi kalian!"
"Apaan dah?" sahut mereka berdua menghentikan acara sabet-menyabetnya.
"Gue ikutan dong, seru keknya," timpalnya lalu ikutan mengambil gorden bekas di pojok kelas.
"Apaan dih, gak jelas," oceh keduanya sambil gandengan tangan dengan akrabnya, padahal tadi baru aja perang. Adiba menatap mupeng dengan tak percaya.
"Jadi gini, ya rasanya pengen nabok tapi takut kebablasan?"
Tidak ada yang menjawab, dua curut tadi sibuk ngelambeh turah dengan gaya cucok meong. Cowok itu mengelus dada sabar.
"Setuju gak?" tanya Saga akhirnya seraya kembali mengerjakan PR Kimia.
"Iya deh, gimana?"
Saga berbisik pelan sambil mendelik tajam pada gerombolan manusia yang ingin menguping pembicaraannya.
"YANG BENER AJA LO CURUT?!!"
Siang itu, di saat terik matahari sedang ganas-ganasnya murid Ipa 3 terpaksa berjemur di pinggir lapangan untuk mengambil nilai olahraga dalam permainan bola volly. Banyak yang membolos sedangkan para siswi dengan suka rela panas-panasan karena suatu alasan.
Delta Azriya Pratama.
Memiliki wajah kalem dan tampan, disertai figurnya yang tinggi dengan kulit putih bersih membuat para cewek gemas. Ingin nyentuh takut ditabok, serba salah.
"Adiba dan Lara, kalian maju!" Pak Aji memberi isyarat maju. Dua sejoli itu menatap sinis satu sama lain. Karena sebelumnya mereka sempat adu bacoet mempermasalahkan bolpoin. Adiba yang notabene-nya hobi nyolong bolpoin dan Lara korbannya. Adiba mengelak Lara memberontak.
Terjadilah perang Shinobi ke-3.
Selang beberapa menit, Pak Aji kembali bersuara, "Saga dan Reff, giliran kalian!"
Semua orang bertepuk tangan heboh, giliran dua kubu yang dicap sebagai Tom and Jerry di SMA Adibraka. Reff yang kelihatan santai dengan postur jangkung dan rambut kuncir kuda sedangkan Saga si kampret dengan gigi taring seperti setan bohlam.
Terjadi persaingan sengit, bola sama sekali belum jatuh ke tanah. Kedua kubu saling mempertahankan harga diri hingga suara mengggelegar Saga membuat lawannya terkejut.
"EH ENCOK GUE ANYING!" pekik Saga setelah membalas serangan Reff. Bola jatuh tepat di daerah lawan dan Saga menang angka.
"Curang lo," cibir Reff tanpa memperlihatkan ekpresi kesal sedikitpun, masih kalem seperti biasanya.
"Hoho, kadang seneng suara gue mirip knalpot bajay hahha! Terkejut juga nih anak," ledek Saga menertawai cewek di hadapannya itu, dia hanya menggendikan bahu lalu kembali ke pinggir lapangan.
"Pokoknya Delta harus sama gue!" batin Alpha sembari melotot ke Delta, yang dipelototi menatapnya dengan datar, hanya sedetik dan dia langsung berpaling muka.
"Alpha dan... Diana!"
"Yaaah...." sontak beberapa murid mendengus kecewa. Pak Aji menatap terheran-heran. "Ada yang salah?" tanya beliau.
"Gak pak," jawab mereka.
Sebelum memulai bertanding Diana mengedipkan matanya ke Alpha, ia hanya menatap bingung sebelum bola volly berpacu cepat mengenai jidatnya.
"Adddauuuww!!!" pekik Alpha memegang jidatnya, tubuhnya terhempas di lapangan. "Woi Delta tolongin Alphaa oi!! Eh bujug mati bespren gue itu, alahmakjang!" histerisnya tanpa bergerak sedikitpun untuk membantu Alpha.
"Males," jawab Delta membuang muka, Alpha terjatuh tepat di hadapannya.
"Woi lo lebih dekat tuh, Ya Allah... Kalau dia mati gue gak mau tahu, pokoknya lo harus kafanin dia!" seru Diana lagi sambil membantu Alpha berdiri.
"Auwh, sakit nyed!" bentaknya sembari menempeleng Diana.
"Lo berat go block ehh---"
Alpha kembali jatuh karena Diana tidak bisa menahan bebannya.
"Delta! Bantuin kek! Lo punya hati gak sih biarin cewek kesakitan begini?!" hardik Reff dengan tajam. Sebenarnya dia bisa langsung mengangkut tubuh Alpha ke UKS, tapi mereka punya rencana.
"..."
Diana memelas pada Pak Aji, guru itu menangkap maksud Diana lalu membuka mulutnya. "Delta, bantuin Alpha bangun. Kamu jadi cowok harus gentleman dong!" ucap Pak Aji mengobarkan jiwa mudanya. Kalau masih muda bolehlah diangkatnya tuh bocah, kalau sudah tua yang ada dimutilasi istri di rumah.
"Oi!"
Merasa terdesak Delta memanggil seorang cowok berkacamata, cowok itu mendekat. "Kenapa bang?"
"Lo angkat dia." Delta memberi uang biru pada cowok dengan gaya culun itu.
"Yoi bang, hayok sini kak," ajaknya sembari merentangkan tangan seperti hendak memeluk.
"OGAH GUE OGAAAH!! PELUK TIANG KANTIN SANA!!!"
"Oh gak jadi, balikin," ujar Delta kembali mengambil uangnya, semua orang menatap nanar terutama cowok culun itu. Masih menatap Delta dengan nanar, Alpha berjingkat kesal.
"Ngeselin," gumam Alpha sangat pelan.
"Emang." Delta berbicara tanpa sedikitpun emosi dalam setiap katanya. Hanya berbicara tanpa perasaan.
"Kita lanjut... Oke, kamu Delta dengan Joko," suara Pak Aji dengan lantang. Joko maju berhadapan dengan Delta. Terjadi grasak-grusuk, para siswi memperhatikan setiap pergerakan mereka.
Di pinggir sana, Diana sibuk memberi kode pada Joko dengan mulut mangap-mangap.
"Oke siyap Nyai Kanjeng!" seru Joko.
"Nyai Kanjeng sempak lo nyangkut! Inget Ko, your time your gold!"
"Sok inggris juga lo, makanan di rumah masih sayur asem juga," sindir Adiba hingga sebuah tangan mengenai tulang pelipisnya. "Weh, anak saiton, lo mau gue tampol pake kaki lo?"
"Hih," dengusnya seraya memfokuskan pandangannya ke depan. Adiba menatap Diana lama hingga sebuah suara memecah gendang telinga mereka. "Ciiee pedekate cieee..."
"Si Lara cemburu cuk! Laki dia digebet Diana, ahayde!" seru Saga dengan gigi taring yang timbul di ujung bibirnya.
"Salah paham lo curut!"
Pertandingan dimulai, Joko memberi umpan pada Delta, dengan santai dia membalas memberikan operan tinggi sebagai kesempatan pada Joko untuk menyerang. Bola datang dan Delta menepis tangkas.
Pertandingan seru membuat siswi bersorak ricuh, terkecuali Alpha yang sibuk mengelus jidatnya. Diana sempat meminta maaf tadi, tapi tetap saja cewek itu merencanakan semuanya sendiri.
"Haha udah lama gue gak main begini," ujar Joko seraya memblocking bola, dari arah Delta, bola hampir jatuh ke tanah. Dengan terpaksa ia memukul bola itu terbang tinggi ke atas.
Joko mengambil ancang-ancang, memukul namun tangannya tergelincir hingga bola berubah haluan. Terjadi jeda sampai terdengar pekikan nyaring di sebelah Delta.
"WUANJIR SAKET KEPALA PERINSES!!!"
Delta menoleh ke sampingnya dan benar saja. Bola itu memang menyukai si slebor, Delta harus terdesak lagi seperti tadi.
"Salah lo, Ko." Delta menyela, membuat para penonton menyimak. Padahal daritadi bersorak supaya Delta menggendong Alpha dengan bridal style. Aura mak comblang mereka seperti membatasi ruang gerak Delta.
"Lo yang gak nangkap bola... Eh gue kebelet nih, dadah~"
Joko berlari dengan tralalala-trililili.
"Dijemur mulu gue perasaan. Hoi Diana bantuin gue kek!" pekik Alpha pada temannya itu tapi yang dicari tidak kelihatan batang hidungnya. Yang lain mengangkat tangan seperti tidak mau ikut campur.
"Ish kampret!" hardiknya kesal, dengan susah payah tangannya menopang berat tubuhnya hingga bisa berdiri tegak. Dengan perlahan kaki Alpha berjalan, pusing membuat tubuhnya oleng menabrak seseorang.
"Gak usah nyentuh!"
"Ngapain juga gue sentuh lo kalo kepala gue gak puyeng gini, ck! elo yang lempar bola juga gak minta maaf lagi!" umpatnya berjalan terseret-seret.
Semua orang menatap geli dua manusia itu, Alpha yang mengomel gak jelas sedangkan Delta yang...
Memegang ujung seragam Alpha agar tidak jatuh.
"Azzeeekk! Geli deh gue liat mereka," timpal Saga setelah kedua orang itu menjauh.
"Haha! Kok lucu yah?"
"Auwwwh~ co cwit...." komentar Diana sembari tersenyum merekah, banyak yang bersorak kagum hingga kedua orang itu makin menjauh.
Dari satu sisi, sepasang mata menatap dengan tajam. Sirat kebencian terselubung dibalik sorak-sorai murid Ipa 3.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!