...WARNING🔥🔥...
...CERITA INI MASIH BANYAK KEKURANGAN BAIK DARI EYD,TULISAN,KATA,DAN JUGA PENERANGAN LATAR....
...MOHON DIMAKLUMI KARENA AUTHOR MASIH PEMULA 🙏...
...APABILA TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA,SAYA SELAKU AUTHOR MEMINTA MAAF YAH...
...SAYA BERNIAT MEREVISINYA JIKA SUDAH TAMAT📕...
...🍁MOHON KEBIJAKANNYA YAH 🍁...
...🍁🍁Karena aku hanya seorang gadis yang apa adanya. Bisakah aku mendapatkan laki-laki yang menerima setiap kekurangan ku? 🍁🍁...
"Gadis dungu. Cepat kemari! " Aku mendengar teriakan dari atas saat aku sedang membersihkan ruang depan saat ini.
Dengan gerakan kilat aku mulai membersihkan nya. Sebenarnya aku bisa saja langsung kesana, tapi setelah kesana ia akan turun ke bawah dan memeriksa setiap pekerjaan ku apakah sudah becus atau tidak.
"Gadis dungu, punya telinga kan? " Ia semakin berteriak murka karena aku belum juga datang kesana.
"Iya pak, tunggu! " Aku langsung mengembalikan perlatan bersih-bersih itu ketempat dimana mereka biasa diletakkan dan aku langsung berlari kearah suara tadi.
"Ada apa pak? " Aku sampai disana dengan nafas yang terengah-engah karena panik.
Ia memasang wajah tak suka ke arahku. "Kenapa setiap saya panggil kamu tidak pernah langsung datang? Masih ingin hidup kan? " Ia dengan wajah khas miliknya dan saat melihat itu seluruh bulu kuduk ku langsung stand up tanpa sisa.
"Maaf pak, saya sedang kebersihan tadi. " Aku membela diri agar ia tidak terlalu murka.
"Ooh lebih mementingkan kebersihan daripada saya yah? Bagaimana kalau suara saya habis hanya karena memanggil mu berkali-kali? Kamu bisa tanggung jawab? " Tanya nya dengan nada mengintimidasi ku.
"Yang nyuruh kamu teriak juga siapa? Yah tanggung sendiri kalau suaranya beneran ilang. " Aku berdumal dalam hati karena aku tak seberani itu untuk mengatakan nya secara langsung.
"Kenapa diam? Pasti kamu sedang menyumpahi saya kan dalam hati? " Ia terlihat curiga dengan ku dan terlihat sebelah matanya memicing mencari tahu.
Aku dengan cepat menggeleng padahal ia mengatakan yang sebenarnya"Hahaha tidak pak, mana berani saya. "Aku langsung takut.
" Awas saja kalau kamu berani mengatai saya bahkan dalam hati sekali pun kamu akan Terima akibatnya nanti. "Ia berjalan pelan kearah sofa dan duduk disana.
Lalu apa gunanya ia memanggilku tadi dengan suara selantang itu? Aku semakin bingung saja dibuatnya.
" Ah satu lagi, kamu seperti nya tidak Setua itu untuk lupa kan dengan apa yang saya katakan sebelum nya?. "Banyak kata yang sudah ia katakan sebelum nya hingga aku tak tau kata yang mana yang ia maksud itu?.
" Kata yang mana pak? "Ia terlihat kesal karena aku sama sekali tidak tau kata yang mana yg ia maksud.
" Berarti setiap saya memberitahu sesuatu kamu tidak pernah peduli yah? Dasar dungu. "Aku sebenarnya sangat kesal saat ia mengataiku dengan sebutan itu.
Sudah tau dungu masih saja ia katai seperti itu bagaimana aku tidak makin dungu sih?.
" Maaf Pak, banyak kata yang sudah bapak sebutkan jadi saya tidak tau yang mana tepatnya pak. "Aku menunduk bingung.
" Huh, baiklah dengarkan ini baik-baik dengan telinga mu itu. Saya tidak peduli bahkan jika telinga mu itu memang bermasalah atau otakmu. Tapi untuk yang satu ini tolong ingat dengan jelas. Saya paling benci dengan panggilan mu itu, pak pak, kamu pikir saya bapak kamu apa? Berhenti memanggil saya dengan sebutan itu. "Ia benar-benar terlihat kesal dengan ku.
Lantas? Ia ingin aku memanggilnya apa? Suami? Sayang? Atau hany? Ahhh pusing aku kalau gini mah.
" Jadi saya harus memanggil bapak dengan sebutan apa? "Aku benar-benar bingung bukan main. Ini lebih sulit daripada ujian essay disekolah ku.
Ia lagi-lagi menatap tajam kearahku" Langsung saja bertanya yah mulut mu itu? Punya otak kan untuk berpikir? Kalau tak berguna sama sekali lebih baik kamu tidak usah sekolah saja. "Ia dengan mudahnya menyuruhku berhenti sekolah.
Ck, yasudah dikasih taulah kalau tidak ingin kesal. Sudah tau orang bodoh masih saja diberikan teka teki seperti itu.
" Saya benar tidak tau bagaimana harus memanggil bapak. Bagaimana kalau suami? "Tanyaku dengan ragu dan ia yang sedang minum langsung menyemburkan nya ke lantai hingga lantai yang sudah kusapu bersih tadi kembali kotor.
" Apa saya sedekat itu dengan mu? Ingat inu juga baik-baik. Walaupun saya sudah menikah dengan mu, bukan berarti kita adalah suami istri. Ingat itu. Kamu hanya seorang yang saya beli dari seorang agen karena saat ini saya sedang butuh kamu ingat itu. Nanti juga akan saya buang kok. "Ia dengan entengnya berkata seperti itu.
Aku langsung terdiam setelah mendengar itu, sakit sekali mendengar itu. Aku seperti barang saja diperjual belikan dan lebih parahnya hingga kini ia telah sah menjadi suamiku tetap saja ia mengataiku seseorang yang telah ia beli.
" Baiklah tuan, saya minta maaf karena sudah bersikap tidak tau diri."aku menunduk karena merasa tak sanggup untuk sekedar melihat wajahnya itu. Aku merasa sangat rendah kini.
"Tuan? Baiklah tidak terlalu buruk juga panggilan itu. " Ia tersenyum sedang aku saat ini setengah mati menahan sakit hati.
Benar-benar terasa sakitnya kini. Aku selalu meyakinkan hatiku agar kuat tapi tetap saja aku tak tahan saat mendengar ia berkata seperti itu.
"Apa masih ada lagi yang ingin tuan inginkan? " Aku bertanya lagi.
Ia sedikit memandang heran ke arahku lalu kemudian berpikir lagi.
"Kenapa tiba-tiba ia terlihat murung begitu? Ah siapa peduli juga. " Albar membatin.
"Saya hanya ingin menekankan setiap tugas yang harus kamu lakukan dirumah ini saat saya sedang dirumah dan saat saya sedang tidak dirumah, ingat ini baik-baik agar kamu tidak salah. Karena jika kamu salah juga ingat kan setiap perbuatan ada balasnya?. "
Aku dengan cepat menganggukkan kepalaku menunggu setiap kata yang keluar dari bibirnya itu.
"Kerjakan semua tugas yang dilakukan oleh semua asisten rumah tangga, saya malas menyebutkan nya satu persatu jadi coba cari tau sendiri. Kalau kamu susah berpikir dengan otakmu yang seperempat itu pergilah kerumah mantan asisten rumah tangga saya dan bertanya padanya kalau perlu catat agar kamu tidak lupa. Soalnya kamu kan pelupa dasar pikun. " Dasar yah masih saja sempat sempat nya mendzolimi ku. Langsung intinya saja kenapa rupanya?.
"Mengerti tidak? " Ia berteriak didepanku padahal kan aku dekat dengan nya kenapa berteriak begitu?.
"Me,, mengerti tuan. " Aku langsung kaget bukan main.
"Makanya kalau orang lagi ngomong di dengerin bukan melamun seperti itu, kapan majunya jika kamu terus seperti itu? " Aku langsung iya iya kan saja bosen denger omelan nya mulu.
"Terus satu lagi yang paling penting, apapun yang saya katakan kamu harus menurut bagaimana pun itu dan dalam bentuk apapun itu. "
Apa-apa dia? Kalau nanti dia nyuruh aku makan tai gimana? Harus nurut juga dong? Ihh kok malah gitu sih?.
Aku hendak protes ia sudah bersuara keras terlebih dahulu"Faham tidak? "Aku sampai terlontar kaget.
" Fa,, faham tuan. "Ia tersenyum dengan bangga karena sudah berhasil membuat ku takut.
" Bagus kalau faham. "
Iss kenapa sih ngeselin banget?
🍁🍁Bersambung 🍁🍁
Start:
(05 februari 2021)
Heyyo watsapp gaes? Aku punya cerita baru lagi ini.
Semoga kalian suka yah dengan cerita ku yang satu ini.
Dan berikan banyak cinta yah untuk cerita ini❤💋.
Pai pai say🍁💋
🍁🍁bisa apa aku saat bibir ini hanya bisa bungkam dengan semua yang terjadi 🍁🍁
Hai, perkenalkan aku adalah gadis yang terlahir miskin dan bertempat tinggal di desa atau bisa juga disebut sebagai kampung. Aku menjadi yatim piatu saat banjir melanda desa kami ibu dan ayah meninggal dalam insiden itu. Kala itu aku sedang melakukan ujian nasional di kampung sebelah dan bertempat tinggal disana dalam beberapa hari. Setelah selesai ujian ku aku kembali ke rumah dan melihat kampung sudah porak poranda karena banjir bandang yang menimpa nya. Tak ada yg mengabari ku seorang pun karena aku tidak memiliki kerabat sama sekali selain kedua orang tuaku. Dan ternyata mereka tidak bisa diselamatkan.
Saat itu aku baru menyelesaikan sekolah menengah pertama ku(SMP) aku hanya seorang anak yatim piatu dan tak bisa berbuat apa-apa selain mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup.
Aku bekerja diberbagai tempat mulai jadi seorang pencuci piring, baju bahkan pernah mengamen saking putus asanya aku menjalani hidup ini.
Aku pun mulai bertekad ingin ke kota dengan mengumpulkan uang untuk ongkos ku ke kota, setelah semua terkumpul akupun berangkat dengan uang yang ku kumpulkan itu.
Saat aku sedang membeli sebuah roti bakar untuk sarapan pagiku aku bertemu dengan seorang paman yang tersenyum sangat hangat padaku, ia begitu ramah dan memberikan minum untuk ku. Aku sangat senang kala itu.
Ia bahkan membiarkan aku tinggal ditempat nya dan memberiku pekerjaan, ternyata ia adalah seorang agen permodelan.
Setelah bekerja dengan nya aku pun mulai mengubah hidupku dengan honor yang kudapat kan itu, aku mulai mendaftarkan diri kesekolah dan melanjutkan pendidikan ku.
Aku sangat bersyukur saat itu karena telah bertemu dengan paman adil, ia sangat perhatian padaku dan memberikan segalanya untuk ku. Ia berkata kalau ia sudah menganggap ku sebagai anaknya. Dan benar saja saat sekolah ku meminta pertemuan orang tua ia akan dengan senang hati datang.
Aku merasa bahagia sekali saat itu, bisa membeli semua yang kuinginkan dan bersekolah. Orang orang juga sangat menyukai ku disekolah begitu juga dengan teman, aku dengan mudah mendapatkan teman sangat berbeda dengan saat aku SMP dulu, hanya beberapa orang yang mau berteman dengan ku.
Tapi, siapa sangka kebahagiaan itu hanya bersifat sementara saja. Aku tak menyangka dengan kenyataan mengerikan itu. Selama ini aku sangat tidak percaya saat orang lain berkata bahwa musuh paling sadis adalah orang terdekat kita sendiri. Tapi kini aku sadar bahwa itu adalah kebenaran yang nyata sekali.
Paman adil, paman yang juga kuanggap sebagai ayahku sendiri ternyata tega menjual ku pada orang lain. Aku hampir tak bisa percaya dengan itu. Bagaimana bisa ia melakukan itu padaku? Apa benar ia pernah menganggap aku sebagai anaknya? Kalau iya kenapa ia bisa sekeji itu padaku?.
Ingin kabur dan protes juga percuma, semua data dan surat transaksi mereka ada lengkap pada pria yang membeliku. Jika aku kabur ia bisa melaporkan ku sebagai buronan dengan dalih sesuka nya. Aku sudah tamat kini.
Setelah dibeli aku bahkan harus menikah dengan nya, bisa kalian bayangkan bagaimana hidupku saat ini? Aku dijual kepada pria berumur sangat jauh dari ku. Aku baru 17 tahun sekarang dan pria yang membeliku sudah hampir menginjak kepala tiga. Ia berumur 29 tahun sangat jauh bukan? Dan aku dipaksa harus menikahinya jika ingin hidup.
Dia begitu kaya, tampan dan mapan. Apa yang ia ingin kan dari gadis desa seperti ku? Aku sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran nya itu.
Saat aku bertanya kenapa ia menikahi ku, ia hanya tertawa dan menjawab "Hanya iseng. " Dia pikir pernikahan adalah sebuah guyonan? Aku pernah bermimpi akan menikah dengan laki-laki baik dan juga menerima ku apa adanya dan kami berbahagia dengan kesederhanaan. Nyatanya aku menikah dengan laki-laki yang tak pernah melihat ku ada, aku diperlakukan layaknya pembantu nya, ah lebih tepat nya budak yang bisa ia peralat.
Aku dipindahkan dari sekolah lamaku kesekolah yang ia tunjuk. Aku tak masalah dengan itu asalkan aku masih bisa melanjutkan pendidikan ku.
Pria angkuh itu terus saja memerintah ku sesuka nya. Ia memang menggunakan ku layaknya barang karena ia membeliku seolah aku ini adalah barang. Dan setelah beberapa saat barulah aku sadar ia menikahi ku agar bisa mendapatkan warisan dari keluarga nya.
Ia menolak dijodohkan dengan gadis-gadis pilihan ayahnya dan ia mau mau saja menikahimu dan akan melepaskan ku setelah selesai dengan keinginan nya itu. Aku sangat ingin dibebaskan secepatnya.
Pernikahan kami dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh orang tua mas Albar. Yah nama pria yang membeliku adalah ALBAR SANGAKARA GEVANO, nama yang bagus bukan? Tapi tidak mencerminkan sifatnya sama sekali. Aku Sungguh lelah menghadapinya.
Kapan ia akan mendapatkan warisan itu lalu membuang ku? Aku sungguh menunggu nya dengan senang hati aku akan pergi secepatnya dari rumah ini.
Ah, aku sempat lupa untuk memperkenalkan namaku. AZHIA LIANANDA adalah nama lengkap ku kalau orang orang biasa memanggilku dengan sebutan zhia. Tapi tidak berlaku untuk mas Albar. Ia hanya tau namaku adalah si dungu. Miris bukan? Suamimu menamaimu dengan sebutan hina itu.
Ah aku salah lagi, ia hanya berstatus suami saja tapi nyatanya aku adalah pelayan yang ia beli dari paman adil.
Aku berharap paman adil menyesali perbuatan nya yang telah menjual ku pada orang lain hingga kini hidup ku hancur dan berubah total. Mimpi mimpi yang kurancang dahulu harus kutelan paksa karena aku tak tau bagaimana akhir dari cerita ini. Aku tidak tau sampai kapan ia akan mengurung ku dalam sangkar nya. Aku ingin bebas secepatnya. Bagaimana jika ia tak kunjung melepaskan ku?.
Dalam setiap hari yang kulalui kini terasa seperti hidup segan namun tak ingin mati. Aku sungguh tidak tau akan bagaimana hidupku ini kedepannya? Bisakah aku bahagia? Bisakah aku bahagia seperti yang orang-orang inginkan? Apakah aku juga berhak untuk merasakan kebahagiaan seperti yang orang lain rasakan?.
Aku selalu bertanya pada diriku, apakah aku akan kuat menjalani ini? Apakah aku akan sanggup jika terus begini? Walaupun sanggup tidak sanggup aku masih harus tetap menjalani nya karena aku harus bertahan dengan kejamnya dunia yang tak pernah berpihak padaku ini.
🍁🍁bersambung 🍁🍁
Duhh, gimana gaes? Maaf yah kalau kurang menarik?
Semoga kalian suka dan bersedia memberikan dukungan pada cerita ini. Berikan banyak cinta pada cerita ini yah❤.
Jangan lupa like, komen dan vote.
Pai pai say💋.
🍁🍁aku tak tau akan seperti apa kisahku ini kedepannya, yang pasti aku akan berusaha bertahan bagaimana pun itu 🍁🍁
Setelah selesai membersihkan lantai yang sempat kotor karena semburan mas Albar tadi aku turun ke bawah untuk melanjutkan menata barang barang yang pindah dari tempat nya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan mas Albar? Hanya kami berdua ditempat ini kecuali mang kebun yang datang sekali tiga hari untuk melihat keadaan kebun yang dirawat oleh mas Albar.
Setelah kedatangan ku ke tempat ini semua asisten rumah ia pecat dan menugaskan semua pekerjaan rumah padaku. Memang sepertinya mas Albar sudah terniat ingin menjadikan ku babu nya.
"Jangan lupa pergi kerumah sari untuk mencatat semua pekerjaan yang harus kamu lakukan dirumah ini. Jangan hanya berharap hidup gratis disini. " Ia berjalan naik keatas setelah dari luar tadi.
Aku hanya menundukkan kepalaku. Aku ingin marah dan juga menjawab semua ucapannya itu tapi kesadaran ku menahan ku untuk melakukan itu. Bisa mati beneran aku nanti.
Aku pun mengatur foto-foto yang ia pajang dilemari hias itu dan membersihkan debu-debu yang ada disana.
Setelah semua pekerjaan rumah sudah selesai aku berjalan ke kamar untuk mengambil catatan dari tas ku. Ia sekilas melirik kearah lalu kembali fokus pada layar hpnya dengan sesekali tersenyum saat mengetik sesuatu disana.
Aku tak peduli dengan itu dan berjalan keluar. Namun langkah ku terhenti saat ia bertanya.
"Mau kemana? " Padahal dia sendiri yang menyuruh ku untuk pergi kerumah mbak sari. Bagaimana sih? Aku kalau diginiin makin oon lama-lama.
"Kerumah mbak sari tuan. " Aku tak melihat kearahnya sama sekali. Benar-benar jengkel jika melihat wajahnya itu.
"Punya mulut kan? Kenapa tidak pamit? "
Apa harus yah? Biasanya juga pembantu ngk ada tuh ngelaporin ini itu jika ingin keluar. Lagian kan mas Albar sudah tau aku hendak kemana. Kenapa malah begitu sih? Beneran ini mah aku semakin bingung semakin bodoh lama-lama. Sudah otak yang seperempat mau digimanain lagi sih?.
"Maaf tuan, saya hanya takut mengganggu. Saya permisi tuan. " Aku berjalan pelan.
"Memangnya kamu tau dimana rumah si sari itu? "
Kan? Aku sendiri tidak kepikiran kesitu. Sudah ku katakan aku bisa linglung jika sering diperlukan tidak jelas oleh mas Albar.
Aku dengan cepat menggeleng "Heheh maaf tuan, dimana yah rumah nya mbak sari? " Aku bertanya dengan cengengesan hingga ia terlihat kesal.
"Lihatlah si dungu ini. Makanya kalau punya bibir tuh diguain. Yah ditanya bodoh. " Duhh kane banget ke ulu hati ku. Yah orang bodoh bisa apa.
"Maaf tuan, saya takut tuan akan marah jika saya banyak bertanya. " Aku menunduk.
"Saya tidak akan marah jika itu sesuatu yang penting. Tapi kalau kamu tanya berapa jumlah rambut saya baru saya marah karena saya juga tidak tau berapa jumlah nya. " Apa-apaan sih? Siapa juga yang bertanya hal bodoh seperti itu?.
"Eugh,maaf tuan. Jadi dimana alamat nya mbak sari. " Aku lagi-lagi memperjelas karena hari sudah sore takutnya akan memakan waktu lama kesana.
"Ikut saya, kalau saya beritahu juga alamat nya kamu belum tentu tau dimana. Nanti kamu malah kesasar dan merepotkan saja. " Ia menarik tanganku menuruni tangga dan menarik ku menaiki mobil.
Di dalam mobil aku hanya diam saja melihat pemandangan luar. Dulu aku sangat suka melihat lihat pemandangan kuar saat sedang berkendara dengan paman adil tapi kini aku sangat membenci itu. Aku masih tidak Terima dengan perlakuan paman ini. Aku merasa hidupku hancur gara-gara ia menjual ku. Aku tak bisa bebas dan serasa diawasi setiap saat.
"Hei,, dungu. " Aku kaget saat mas Albar memanggilku dengan keras dan menyentuh bahuku.
"A,, ada apa tuan? "
"Ada apa kamu bilang? Apa sih yang kamu lamunkan hingga tidak mendengar ucapan saya sejak tadi? " Aku hanya menggeleng saja.
"Maaf tuan, apa yang tuan katakan tadi? "
Ia dengan kesal mendesih "ck, makanya jangan suka melamun. Kamu kira tidak capek apa berbicara hal yang berulang-ulang. Itu membuat bibir saya pegal. Kalau seumpama bibir saya lelah kamu bisa tanggungjawab? "
Kenapa suka sekali sih mengatakan umpama seperti itu? Kalau bener sih syukur syukur biar aku tidak mendengar celoteh nya yang pedas itu.
Lagian kalau ia mengatakan capek mengatakan hal yang berulang ia tak seharusnya mengoceh seperti tadi karena mengoceh lebih membuat bibir lelah.
"Maaf tuan. " Aku menunduk hingga ia hanya mendesah kesal.
"Saya berpesan kamu harus mencatat baik-baik apapun yang sari katakan nanti. Jangan terlewat satupun. Karena kamu akan menerima akibatnya jika sampai tidak becus dalam mengerjakan nya. " Aku langsung mengangguk saja karena aku benar-benar lelah mendengar suaranya yang keras itu.
"Punya mulut? " Sudah lihat masih saja bertanya. Kenapa sih?.
"Punya tuan. "
"Terus kenapa tidak menjawab saat saya bertanya mengerti atau tidak? Saya tidak suka yah kamu menjawabnya hanya dengan Angguk. Kamu ingin bisu yah makanya tak menggunakan mulutmu itu? "
Yatuhan dia kenapa sih? Kenapa melebihi perawan yang datang bulan? Sedikit pun kesalahan ku akan ia koreksi. Membuat ku stress saja.
Setelah sampai didepan sebuah rumah aku turun mengikuti mas Albar berjalan menuju rumah itu.
Mas Albar disambut hormat oleh seorang wanita yang berumur jauh dariku, seperti nya ia juga sudah menikah. Karena saat ini kulihat ia sedang menggendong seorang bayi.
Aku tak masuk karena belum disuruh masuk. Ku lihat mas Albar berbicara dengan mbak sari dan kulihat mereka sangat dekat karena mereka bahkan tertawa yang penyebab nya aku sendiri tidak tau.
"Dungu, masuklah dan dengarkan baik-baik apa saja yang harus kamu kerjakan nanti. "Aku langsung menurut dan masuk.
Aku duduk di depan mbak sari sembari menunggu apa saja yang akan ku catat.
" Setiap pagi kamu harus bangun cepat kalau bisa secepatnya agar kamu bisa menyiapkan air untuk tuan Albar mandi, menyiapkan ia pakaian untuk ke kantor dan juga mengikat kan ia dasi. "Aku mencatatkan nya dan mengangguk saja namun aku baru sadar dengan ucapan nya yang terakhir.
Terdengar sedikit sesuatu sekali. Aku kan hanya asisten rumah tangga nya kenapa harus mengikatkan ia dasi?.
" Memang harus diikatkan dasi yah mbak? Mbak juga dulu mengikatkan dasi tuan Albar yah? "Kurasa tidak, mana mungkin gadis yang sudah menikah mengikatkan dasi pada pria lain.
Ia langsung mengangguk begitu saja. Hah? Apa tidak apa-apa yah? Ia tidak takut yah suaminya akan cemburu? Wahh dunia kerja sangat keras sekali.
" Sudahlah catat saja, kamu menghabiskan banyak waktu karena bertanya ini itu? AS Albar terlihat kesal dari belakang. Isss kenapa sih?.
"Setelah itu, jangan pergi kemana-mana sebelum tuan Albar berangkat kerja. Dan sambut ia ketika pulang dari kerja. Itu adalah Poin penting nya. " Aku mencatat nya dengan penuh teliti meskipun terasa janggal dengan apa yang mbak sari ucapkan. Apa ia benar-benar sering melakukan itu pada mas Albar dulu? Padahal kan... Ah sudahlah mina turuti saja jika ingin selamat dari ocehan nya.
"Dan selebihnya pekerjaan rumah mulai dari memasak, mencuci dan membersihkan rumah kamu pasti sudah tau kan? " Aku dengan cepat mengangguk karena sudah faham dengan itu.
"Lihatlah gadis dungu itu, ia benar-benar percaya dengan yang sari katakan? Hahhah sebodoh itukah ia, padahal kan terlihat jelas saat ini sari sedang tidak serius. Ahh sudahlah biarkan saja. Kita lihat sejauh mana ia sabar dengan itu. " Albar membatin.
"Terima kasih mbak. " Aku tersenyum pamit pada mbak sari dan ia langsung mengangguk sedikit tertawa begitu juga dengan mas Albar.
Apa saat berpamitan juga harus tertawa yah? "Ahhahaha." Aku ikut-ikutan tertawa hingga mas Albar melihat heran ke arahku.
"Kenapa kamu tertawa? " Hah? Kenapa yah?.
"Saya hanya ikut tertawa karena tuan dan mbak sari tertawa heheh. " Aku merasa sangat malu sekali.
"Bodoh, padahal yg sedang kami tertawai itu adalah dia. Dan dia ikut tertawa? "Batin Albar
Aku langsung diam saja setelah mas Albar menatap sinis ke arahku.
" Karena sudah kamu catat, awas saja kalau kamu masih tidak tau apa tugasmu. "Aku dengan cepat mengangguk dan panik sendiri karena takut mas Albar akan marah jika hanya kubalas dengan anggukan.
" E,, eh iya tuan. "
Ia langsung menggeleng kesal.
🍁🍁bersambung 🍁🍁
Hahaha Albar tuh seperti nya memiliki darah lambeh 😅, mulutnya ituloh ngk berenti ngerocos mulu.
Jangan lupa yah like, komen dan vote❤.
Pai pai say💋.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!