Matahari bersinar dari arah timur, menandakan aktivitas sehari-hari akan dimulai. Semua orang bangun di pagi hari untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup.
Seorang gadis perempuan, sedang bersiap-siap akan pergi berangkat kerja. Dia bernama Devani Zayn Lye biasanya dipanggil Vani atau Dev. Devani berusia 23 tahun. Devani memiliki tinggi badan 165 cm, wajah yang putih dan mempunyai senyum pipi di wajahnya. Setiap orang yang melihatnya pasti tidak akan menyangka jika Devani itu bukan keturunan orang yang kaya raya.
Devani dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Ibunya tidak bekerja dan ayahnya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan kecil. Devani memiliki sifat yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang. Oleh karena itu, Devani mudah untuk berkomunikasi dengan semua orang.
****
Derry Viano Zhaffar yang biasa dipanggil Derry adalah anak dari Bapak Wahyu Zhaffar dan Ibu Olivia Putri. Derry berusia 25 tahun. Diusia ke 21 tahun Derry menggantikan ayahnya menjadi seorang CEO di perusahaan yang telah dipimpin oleh ayahnya bertahun-tahun. Saat Derry memimpin, perusahaan itu menjadi terkenal dalam satu tahun. Derry merupakan orang yang paling kaya di negeri X.
Derry juga mempunyai seorang asisten yang bernama Jerry. Usianya sama seperti Derry. Karena, mereka dari dilahirkan sampai sekarang tidak pernah berpisah. Walaupun bukan saudara kandung. Tapi, Derry tidak pernah menganggap Jerry adalah bawahannya. Derry selalu menganggap Jerry adalah temannya.
Mereka berdua mempunyai wajah yang tampan. Derry memiliki tinggi badan 180 cm dan Jerry memiliki tinggi badan 175 cm. Sering sekali orang menduga bahwa Jerry adalah bos nya. Karena, Derry tidak pernah mau berbasa-basi dengan siapapun.
***
Di Restoran yang paling terkenal di kota X.
"Jam berapakah mereka datang?" ujar Derry dengan geram, karena sudah hampir sejam ia menunggu kliennya.
"Sebentar lagi Der," ujar Jerry.
"Kalau mereka tidak datang dalam lima menit lagi, batalkan saja kontrak ini," ujar Derry.
Empat menit kemudian, datanglah beberapa orang yang mereka tunggu. Mereka datang dengan berlari ke tempatnya Derry saat ini.
"Maaf pak, kami terlambat. Karena tadi ada renovasi jalan raya. Jadi, kami terpaksa harus mencari jalan lain," ujar bapak itu.
"Baik pak, sudah ayo kita mulai saja rapat nya," ujar Jerry.
Derry hanya diam. Jerry yang melihat tuan nya hanya diam, mengerti bahwa tuannya akan segera meledak jika ia mengeluarkan satu saja kata.
Rapat pun dimulai, semua orang yang mengikuti rapat menjadi tegang. Dikarenakan, Derry dari tadi hanyalah diam. Mereka tidak ada yang berani untuk bertanya ataupun mengeluarkan sebuah kata. Jerry yang melihat situasi nya sedang tidak baik pun, menunda kegiatan rapat nya.
"Sepertinya pak Derry sebentar lagi ada kegiatan metting di tempat lain. Rapat kita tunda minggu depan," ujar Jerry.
Satu persatu orang yang mengikuti rapat pergi meninggalkan ruangan.
"Derry, rapatnya sudah selesai, ayo kita pulang!" ujar Jerry.
Derry yang dari tadi sedang berada di dalam pikirannya pun tersadar karena, Jerry memanggilnya.
"Kemana semua orang pergi?" ujar Derry sambil menatap ke arah matanya Jerry.
"Maaf, Der tadi aku yang menyuruh mereka pulang. Karena, sepertinya kamu tidak siap untuk rapat," ujar Jerry dengan menundukkan kepalanya.
"Iya tidak apa Jer, aku yang harusnya minta maaf karena, tidak konsentrasi dalam rapat kali ini," ujar Derry.
"Ada masalah apa Der? Kamu boleh cerita sama aku, ingat aku ini sahabatmu juga," ujar Jerry dengan tersenyum.
Derry pun berpikir sejenak,
"Baiklah, ini mengenai permintaan ayah dan ibu semalam," ujar Derry.
"Ehmm, apa permintaan nya Der?" ujar Jerry.
"Mereka meminta aku agar segera menikah. Bagaimana menurutmu Jer?" ujar Derry.
"Hah? Bagus itu Der, mereka ingin agar kamu ada yang urusin, lalu kenapa kamu jadi gelisah gini?" ujar Jerry.
"Kamu nggak ngerti Jer, aku belum siap untuk menikah. Kamu tau kan Jer, aku masih ingin bebas dan tidak ingin ada yang mengatur hidupku," ujar Derry.
"Der, kalau aku boleh kasih saran ya. Ikutin aja kata orang tuamu, aku yakin kamu sekarang sudah sangat siap," ujar Jerry.
"Tapi, bagaimana jika nanti hubungan rumah tangga kami berantakan dan tidak ada kecocokan," ujar Derry.
"Aku yakin kamu pasti bisa mengatasinya," ujar Jerry dengan tersenyum.
Disisi lain, saat ini Devani sedang melayani setiap pengunjung restoran dengan ramah.
"Hai, cantik!" ujar salah satu pengunjung pria itu.
Devani hanya diam tanpa menanggapi perkataan pria yang mencoba menggodanya itu.
"Sombong banget deh, namanya siapa?" ujar pria itu sambil mau memegang tangan Devani.
Lalu, Devani pun langsung bereaksi menampar pria yang baru saja memegang tangannya.
Plak ... plak .... Suara tamparan Devani sangat keras, sehingga semua orang yang berada di restoran itu menjadi terkejut.
"Eh, apa-apaan kamu Nona? Tiba-tiba langsung menampar saya!" ujar pria itu dengan nada yang tinggi.
Devani hanya menangis, dan tidak berkata apapun.
Hiks ... hiks ... hiks....
"Cepat panggil, pihak manajer restoran ini," ujar pria itu.
Lalu, manajer restoran itu datang dan bertanya mengenai apa yang terjadi.
"Pak, pelayan anda kurang ajar sama saya. Saya hanya memegang tangannya saja dan dia langsung menampar saya. Saya mau kamu pecat dia sekarang! Atau saya akan," ujar pria itu.
"Maaf tuan, maafkan kesalahannya. Dia adalah pelayan terbaik kami," ujar manajer restoran itu.
"Baik, saya akan lapor polisi dan restoran ini akan ditutup," ujar pria itu.
Devani yang mendengar kata pria itu langsung berkata,
"Pak pecat saya saja. Saya yang bersalah, restoran ini tidaklah salah. Jadi, jangan biarkan banyak orang yang harus kehilangan pekerjaan nya hanya karena kesalahan yang saya perbuat." Devani pun menundukkan wajahnya.
"Devani," ujar manajer restoran itu.
"Ayo pak pilih? Saya nggak punya banyak waktu!" ujar pria itu.
"Baik, saya akan memecatnya," ujar manajer restoran itu.
Semua orang yang berada di restoran itu hanya melihat dan mendengarkan apa yang terjadi. Tanpa ingin ikut campur di dalam masalah pelayan itu, yaitu Devani.
Derry dan Jerry pun berada di restoran yang sama dengan Devani. Mereka tidak pernah menghiraukan masalah orang bawahan.
"Der, menurut kamu apakah pelayan wanita itu bersalah?" ujar Jerry.
"Iya lah, mana ada orang yang nggak bersalah tapi mengakui kesalahan orang lain. Di dunia novel mungkin ada orang seperti itu, tapi ini dunia nyata Jer. Mana mungkin ada," ujar Derry dengan tersenyum.
"Tapi, aku berpendapat lain Der," ujar Jerry di dalam hatinya.
***
Saat ini, Devani sedang berada di ruangan staf karyawan.
"Dev, kamu beneran dipecat dari restoran ini?" ujar salah satu teman Devani yang bernama Ayu.
Ayu adalah teman Devani sejak SD. Ayu mempunyai wajah yang cantik, dan tubuh yang agak gemuk. Usianya sama seperti Devani. Tinggi badan 157 cm.
"Iya, Yu. Kamu yang semangat ya kerjanya," ujar Devani dengan tersenyum.
"Dev, apakah kamu yang bersalah?" ujar Ayu.
"Menurutmu Yu?" ujar Devani.
"Menurutku kamu berkorban demi kami semua Dev, katakan bahwa itu benar. Hiks.. Hiks.. semua orang disini bilang jika kamu yang salah, kamu terlalu genit sama setiap laki-laki. Tapi, aku itu sangat kenal kamu Dev, kamu nggak akan pernah seperti itu," ujar Ayu sambil menangis.
"Yu, udah jangan nangis. Aku sangat berterima kasih kamu udah mau percaya sama aku Yu. Kamu memang sahabat yang paling terbaik Yu," ujar Devani dengan tersenyum sambil memeluk Ayu.
"Devani memang cewe nggak benar karena itu dipecat," ujar salah satu karyawan di dekat mereka.
"Iya, benar. Lihat aja dari penampilan nya, hahaha," ujar karyawan yang lain.
Ayu yang mendengar sahabatnya dijelek-jelekkan tidak tinggal diam. Ayu langsung berkata,
"Eh kalian itu jangan asal bicara ya. Kalian itu nggak tau siapa Devani yang sebenarnya. Daripada urusin hidup orang lain, lebih baik urusin hidup diri sendiri sana!"
"Udah Yu," ujar Devani.
"Dev aku nggak bisa tahan jika mereka menghina kamu," ujar Ayu.
"Makasih kamu memang bukan hanya sahabat tapi adalah saudaraku walaupun kita tidak sedarah. Sudah aku mau pergi ya," ujar Devani dengan tersenyum.
"Dev, nanti kalau kamu sudah ada kerjaan baru. Jangan lupa kabarin aku ya," ujar Ayu dengan tersenyum.
Bersambung ....
Menurut kalian bagaimana kah dengan ceritanya? Yuk ditunggu kritik dan sarannya:)
Jangan lupa vote, like dan coment nya.
Saat ini, Devani telah berada di jalan. Devani sangat bingung, apa yang akan ia katakan kepada keluarga nya nanti. Devani berjalan tanpa melihat ke arah jalan, seakan ia saat ini tidak berada dimanapun. Kakinya melangkah tanpa henti, entah mau kemana. Tapi, pikirannya berada di tempat lain.
"Ibu pasti akan sangat marah saat tahu, aku dipecat. Ayah juga pasti sangat sedih, aku hanya menjadi beban bagi mereka," ujar Devani di dalam hatinya.
Devani tidak sadar ia sedang menyeberangi jalan, lalu tiba-tiba ada sebuah mobil yang sedang melaju ke arahnya.
"Awas, nona!" ujar sopir di dalam mobil itu.
Tetapi, Devani tidak mendengarnya sama sekali. Mobil itu pun berhenti pas di depan Devani, hanya tinggal jarak 5 cm lagi. Lalu, supir mobil itu pun keluar dan menemui orang yang hampir saja ia tabrak, yaitu Devani.
"Nona, apakah ada yang terluka?" ujar pak sopir itu.
"Maaf pak, saya yang bersalah. Saya menyebrang tanpa melihat ke kiri dan ke kanan dulu. Sekali lagi maafkan saya pak," ujar Devani dengan nada memohon.
"Iya non, nggak apa-apa lain kali lebih hati-hati ya," ujar pak sopir itu.
Lalu, pak sopir itu kembali masuk ke dalam mobilnya.
"Bagaimana pak, dia minta ganti berapa?" ujar Jerry.
"Nggak tuan, dia tidak meminta apapun. Dia hanya meminta maaf kepada kita," ujar pak sopir dengan tersenyum.
"Ehm, ada juga yang masih baik di zaman sekarang," ujar Jerry.
"Sudah Jer, jangan terlalu dipuji. Aku yakin dia hanya bersandiwara," ujar Derry.
"Der, bisa nggak kamu itu melihat sebuah kebaikan seseorang satu kali saja," ujar Jerry.
"Terserah kamu saja Jer," ujar Derry.
Lalu mobil itu pun melanjutkan perjalanannya. Devani hanya melihat mobil yang hampir saja menabrak nya itu pergi.
"Untung saja aku nggak tertabrak, harusnya aku konsentrasi kalau sedang berjalan," ujar Devani.
***
Saat ini, Devani telah berada di depan rumahnya. Devani sangat takut dan ragu-ragu untuk masuk ke dalam rumah. Rumah Devani hanya satu tingkat, dan terlihat sangat sederhana.
"Dev, udah pulang?" ujar ibunya Devani yang bernama Yuni.
"Iy-iya bu," ujar Devani dengan terbata-bata.
"Kenapa cepat sekali pulang hari ini?" ujar Yuni.
"Devani di pe-ca-at bu," ujar Devani dengan terbata-bata sambil menundukkan wajahnya.
"Apa?" ujar Yuni.
"Iya bu, karena Devani melakukan sebuah kesalahan saat bekerja," ujar Devani.
"Dev, kamu tau kan cari kerja sekarang susah. Harusnya kalau kamu buat kesalahan langsung minta maaf," ujar Yuni dengan kesal.
"Iya bu, maafin Devani. Devani bakal cari kerjaan yang baru bu," ujar Devani dengan memohon.
"Ya sudah cepat ganti baju sana!" ujar Yuni.
Lalu, Devani pergi meninggalkan ibunya. Tetapi, tiba-tiba Yuni melihat baju Devani yang kotor seperti habis jatuh dari suatu tempat.
"Dev tunggu!" ujar Yuni.
Devani langsung berhenti ketika ibunya memanggil,
"Ada apa bu?" ujar Devani.
"Kenapa baju kamu kotor Dev?" ujar Yuni sambil memegang bajunya Devani.
"Itu karena, tadi Devani hampir ditabrak oleh seseorang bu saat di jalan," ujar Devani.
"Astaga Devani, jadi orang yang nabrak kamu itu tanggung jawab nggak?" ujar Yuni.
"Orangnya sudah minta maaf bu dan Devani sudah memaafkannya. Ini juga kesalahan Devani bu," ujar Devani.
"Apakah orang kaya yang nabrak kamu itu?" ujar Yuni.
"Nggak tau bu, tapi tadi Devani lihat mobilnya bagus," ujar Devani.
"Emm, pasti orang kaya itu. Harusnya kamu minta pertanggungjawaban nya Dev," ujar Yuni.
"Tapi bu, mereka nggak salah yang salah itu Devani," ujar Devani.
"Sudah cukup, lain kali jika ada yang nabrak kamu dan itu orang kaya jangan lupa minta uangnya," ujar Yuni lalu pergi meninggalkan Devani.
***
Disisi lain, mobil yang tadi hampir menabrak Devani sudah sampai di kediaman Derry.
"Selamat datang tuan muda," ujar satpam yang membuka pagar rumah itu.
Derry lalu keluar dari mobil dan memasuki rumahnya. Rumah Derry sangatlah megah dan besar, sekitar 20× lipat dari besar rumah Devina. Satu persatu pelayan rumah itu pun menyambut kedatangan Derry.
"Selamat datang tuan muda," ujar kepala pelayan.
Derry masuk ke dalam rumahnya, tanpa menjawab sapaan semua pelayan yang sudah menyambutnya. Jerry juga ikut masuk bersama Derry. Berbeda dengan Derry, Jerry menjawab dan tersenyum kepada semua pelayan.
"Tuan Jerry sifatnya memang sangat berbeda dengan tuan muda Derry, dia sangat ramah dan jauh lebih tampan," kata salah satu pelayan di sana.
"Mana ada tuan muda Derry lah yang jauh lebih tampan!" ujar pelayan yang lain.
"Sudah cukup! Ayo lanjut bekerja, kalau tuan muda Derry atau tuan Jerry yang mendengar nanti, kalian bisa dipecat saat ini juga," ujar kepala pelayan itu.
"Maafkan kami," ujar pelayan itu.
***
Di Rumah Devani.
Saat ini Devani sedang menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Di rumah hanya ada Devani, ayah dan ibunya.
"Ibu, Ayah ayo makan," ujar Devani sambil mengetuk kamar orang tuanya.
"Iya Dev, kami segera kesana," ujar ayah Devani yang bernama Herman.
"Iya Dev," ujar Yuni.
***
Di Rumah Derry.
"Der, baru pulang?" ujar Olivia yang merupakan ibunya Derry.
"Iya bun," ujar Derry dengan tersenyum.
"Sudah cepat mandi dan ganti baju. Kita akan makan bersama," ujar Olivia.
"Baik bun," ujar Derry.
Derry lalu pergi ke kamarnya.
"Jer, mau kemana?" ujar Olivia yang melihat Jerry mau segera pulang.
"Mau pulang tante," ujar Jerry.
"Sudah makan disini dulu. Nanti baru pulang kalau sudah makan," ujar Olivia.
"Tapi," ujar Jerry.
"Tante nggak beri kamu untuk kesempatan memilih Jer. Ini adalah sebuah perintah," ujar Olivia dengan tersenyum.
"Tante," ujar Jerry dengan memohon.
"Gak boleh! Udah ayo ikut tante kita ke meja makan sambil nunggu Derry dan om Wahyu nya," ujar Olivia dengan menarik tangan Jerry.
Jerry hanya cemberut tanpa bisa melakukan apapun. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Derry dan Wahyu datang juga.
"Yah, ayo duduk di sini," ujar Olivia.
"Eh belum pulang Jer?" ujar Wahyu.
Jerry hanya cemberut tanpa menjawab pertanyaan Wahyu.
"Aku yang paksain Jerry supaya nanti saja pulang, tunggu sesudah makan," ujar Olivia.
"Ohh, begitu. Derry bagaimana pekerjaan hari ini lancar?" ujar Wahyu.
"Meeting nya ditunda Yah," ujar Derry.
"Ok, jadi bagaimana apakah kamu sudah siap Der untuk menikah?" ujar Wahyu.
Derry yang sedang makan pun jadi tersedak mendengar ucapan ayahnya.
"Minum Der," ujar Olivia.
Lalu, Derry pun minum, dan berkata
"Nanti Yah, aku belum mau untuk menikah sekarang."
"Der usiamu sudah tambah tua loh, kalau ditunda-tunda terus nanti nggak akan ada yang mau sama kamu," ujar Olivia.
"Nah bener kata bunda, ayah beri waktu seminggu jika kamu tidak menemukan calon istrimu sendiri, maka ayah yang akan mencarinya," ujar Wahyu.
"Baik Yah, aku setuju tapi dengan syarat Jerry juga harus menikah," ujar Derry dengan tersenyum.
"Kenapa aku juga dibawa-bawa," ujar Jerry di dalam hatinya.
"Gak aku tidak mau," ujar Jerry.
"Ayah setuju, kalian juga usia nya kan sama. Jadi, ayah beri kesempatan kepada kalian berdua dalam waktu seminggu," ujar Wahyu.
"Tapi, om aku tidak mau. Der kenapa kamu bawa-bawa aku juga," ujar Jerry dengan menatap ke arah Derry.
"Karena kita kan seumuran, hehehe," ujar Derry dengan tersenyum.
"Sudah ayo dilanjutkan makannya," ujar Olivia.
"Siap!" ujar mereka bertiga serentak.
Bersambung ....
Bagaimana kah ceritanya menurut kalian? Jika kalian suka terus dukung ya cerita ini:)
Terima kasih^^
Di Pagi Hari.
Matahari terbit begitu indah hari ini. Bersinar dengan begitu terang dan tidak terlalu panas. Devani saat ini sedang berada di jalan. Sudah berbagai banyak tempat ia kunjungi, tapi tidak ada yang menerima lowongan pekerjaan.
"Mau cari dimana lagi," ujar Devani.
Sudah hampir dua jam, Devani mencari dari satu gedung ke gedung yang lain.
"Ibu benar, mencari pekerjaan memang sulit, tapi aku tidak boleh putus asa," ujar Devani dengan tersenyum.
***
Disisi lain, saat ini Derry sedang berada di lobi Perusahaannya. Derry baru saja tiba, semua karyawan menyambut kedatangannya. Dan seperti biasa Derry hanya berjalan tanpa melihat ke arah mereka. Jerry seperti biasa selalu mengikuti tuannya kemana pun ia pergi.
Di dalam Ruangan Ceo.
"Jer, bagaimana kamu punya ide mengenai janji kita semalam?" ujar Derry.
"Kalau aku sih, nggak akan sulit mencari perempuan. Yang sulitnya itu mencari yang benar-benar baik hati, cantik dan setia," ujar Jerry sambil membayangkan kriteria perempuan yang diinginkannya.
"Emm, aku punya ide Jer," ujar Derry dengan tersenyum.
"Apa?" ujar Jerry.
"Bagaimana jika kita membuat sebuah poster. Di poster itu kita tulis 'dicari calon istri'. Lalu poster itu kita sebar ke internet, telivisi, dsb," ujar Derry.
"Der kalau punya ide itu yang bagus sedikit lah, ini calon istri calon pendamping kita di masa depan. Bukan barang yang harus diperjualbelikan begitu. Aku tidak setuju," ujar Jerry.
"Emm terserah kamu Jer, aku mau buat poster itu. Kamu tidak ikut atau ikut pun, tidak ada pengaruhnya juga," ujar Derry.
"Oke, ingat Der aku sudah peringatkan kamu ya. Jangan sampai nanti kamu menyesal kedepannya," ujar Jerry.
Derry tidak mendengarkan perkataan temannya itu. Derry langsung menemui pihak HRD untuk membuatkan poster 'lowongan pekerjaan menjadi istri tuan muda'. Ide yang sangat gila begitulah pandangan Jerry.
Poster pun sudah disebarkan dimana-mana. Dalam waktu 5 detik poster itu disebar, sudah ada banyak orang yang datang ke perusahaan itu untuk melamarkan dirinya.
"Mereka semua sudah tidak ada akal lagi apa ya? Kenapa banyak sekali yang mau daftar?" ujar Jerry yang melihat antrian di perusahaan mereka yang begitu panjang.
Lalu, Jerry melihat poster yang disebarkan tersebut di ponselnya. Saat Jerry membuka ponsel, ia sangat terkejut dan hampir saja menjatuhkan ponselnya itu.
"Di cari lowongan pekerjaan menjadi istri Tuan Derry biaya perbulan 100 juta dan berlaku selama 3 bulan," ujar Jerry yang membaca isi poster tersebut.
"Persyaratannya, tinggi badan yang ideal, tidak cupu, tidak gagap, cantik yang paling penting, dan mengikuti semua aturan yang akan ditetapkan oleh Tuan Derry jika terpilih," ujar Jerry.
"Der, ini terlalu berlebihan," ujar Jerry.
Lalu, Jerry pun mematikan ponselnya. Dan langsung pergi ke tempat Derry saat ini.
***
Disisi lain, Devani saat ini telah berada di sebuah perusahaan yang sangat besar. Perusahaan itu bernama Devi Corporation. Semua orang pasti mengenal nama perusahaan itu. Tapi, lain halnya dengan Devani. Devani sama sekali tidak mengenal nama perusahaan itu.
"Mereka pasti sedang melamar pekerjaan," ujar Devani yang melihat antrian begitu panjang dari luar perusahaan.
***
Di Ruangan Ceo.
"Der!" teriak Jerry saat mau masuk ke dalam ruangan ceo.
Derry yang sedang duduk tenang sambil melihat laptop menjadi terkejut,
"Siapa sih gangguin saja," ujar Derry.
Lalu, Jerry masuk dan menatap mata sahabat nya itu.
"Kamu Jer, ada apa?" ujar Derry.
"Der, kamu harus menghentikan brosur yang sudah disebar itu sekarang," ujar Jerry.
"Lah kenapa memangnya? Kamu iri Jer, kalau begitu aku buat juga untuk kamu," ujar Derry dengan tersenyum.
"Der yang kamu lakuin itu salah. Kamu harus berhenti sekarang atau aku akan lapor om Wahyu," ujar Jerry.
"Jadi sekarang kamu sudah berani sama aku ya. Baiklah, silahkan lapor aku tidak akan peduli. Asal kamu tau, ayah sudah mengubah nama perusahaan ini dengan nama aku. Jadi, mau dilapor atau tidak. Tidak akan berpengaruh sama aku," ujar Derry.
"Der, bagaimana agar bisa buat kamu ngerti kalau perempuan itu bukan hanya barang?" ujar Jerry di dalam hatinya.
"Baiklah, aku tidak akan lapor sama om. Asal aku yang memilih calon istri untuk kamu Der. Bagaimana?" ujar Jerry.
"Boleh, tapi aku yang akan pilih calon buat kamu juga," ujar Derry.
"Kenapa jadi begini?" ujar Jerry di dalam hatinya.
"Oke aku setuju," ujar Jerry.
***
Di Lobi Kantor.
Sudah terdaftar 10.000 perempuan yang akan mengikuti lowongan pekerjaan di kantor tersebut. Devani juga ikut mendaftar tapi, ia ingin mengajukan menjadi OG di perusahaan itu.
"Mbak mau daftar jadi apa?" ujar Devani kepada salah satu pendaftar yang lain.
"Calon istri tuan muda Derry, kalau mbak mau daftar jadi apa?" ujar perempuan yang tadi ditanya oleh Devani.
"Daftar jadi OG mbak, tadi saya lihat ada lowongan untuk office girl," ujar Devani tersenyum.
"Gajinya kecil loh mbak, kenapa nggak coba daftar jadi calon istri tuan muda aja. Sepertinya mbak juga cocok di kriterianya," ujar perempuan itu.
"Nggak mbak, saya belum siap untuk menikah," ujar Devani.
"Baiklah mbak," ujar perempuan itu.
"Aneh banget lowongan nya, siapa sih yang buat?" ujar Devani di dalam hatinya.
Flashback On
Devani yang melihat ada banyak sekali perempuan berbaris di depan perusahaan tersebut, menjadi heran. Lalu, Devani juga ikut dalam barisan tersebut.
"Mbak kenapa banyak sekali orang berbaris di sini?" ujar Devani kepada perempuan di depannya.
"Ini mbak mereka ingin ikut lowongan pekerjaan di perusahaan itu, lumayan loh mbak gajinya," ujar perempuan itu.
"Kerja apa ya mbak kalau boleh tau?" ujar Devani.
"Jadi istri tuan muda Derry mbak," ujar perempuan itu.
"Hah? Maksudnya mbak bagaimana?" ujar Devani.
"Maksudnya jadi istri sementara tuan muda Derry mbak, selama tiga bulan. Setelah tiga bulan maka harus bercerai," ujar perempuan itu.
"Kalau kita tidak mau bercerai bagaimana mbak?" ujar Devani.
"Ya mbak tau sendiri lah, mereka orang kaya. Kalau kita tidak mau pasti hidup kita akan lebih sulit kedepannya," ujar perempuan itu.
Devani hanya tersenyum kecut mendengar perkataan perempuan tersebut. Lalu, Devani langsung keluar dari barisan.
"Sudah tidak benar nih lowongan nya, perempuan kok dijadikan seperti barang begitu. Lebih baik aku cari lowongan kerja di tempat lain saja," ujar Devani di dalam hatinya.
"Mbak, mau kemana?" ujar perempuan itu.
"Mau cari lowongan kerja tempat lain saja mbak, sepertinya tidak cocok saya disini," ujar Devina dengan tersenyum.
"Emm keahlian mbak memangnya apa?" ujar perempuan itu.
"Saya dulu adalah pelayan di sebuah restoran mbak," ujar Devani.
"Ohh iya saya baru ingat mbak. Kalau nggak salah di perusahaan itu juga lagi buka lowongan office girl," ujar perempuan itu.
"Benarkah mbak?" ujar Devani dengan girang.
"Iya mbak," ujar perempuan itu.
Flashback Off
"Untung saja aku tadi bertemu sama mbak yang baik itu," ujar Devani di dalam hatinya.
"Devani Zayn Lye," ujar perempuan cantik yang sepertinya adalah karyawan yang menyeleksi calon karyawan official girl.
"Iya bu," ujar Devani sambil mengikuti perempuan itu ke dalam sebuah ruangan.
Di dalam ruangan, sudah terdapat seorang pria yang bernama Yudi. Dan disampingnya ada seorang wanita.
"Sepertinya dia yang akan mewawancarai aku," ujar Devani di dalam hatinya.
"Halo pak," ujar Devani tersenyum.
"Silahkan duduk mbak," ujar Yudi.
"Cantik, kelihatannya tidak cocok jadi office girl disini. Lebih cocok jadi sekretaris deh," ujar Yudi di dalam hatinya.
"Kenapa mbak melamar jadi office girl?" ujar Yudi.
"Karena, dulunya saya bekerja di restoran sebagai pelayan pak," ujar Devani.
Lalu, Yudi memberikan pertanyaan satu persatu kepada Devani. Dan Devani menjawab semuanya dengan rileks dan membuat Yudi terkesan dengan semua jawaban yang diberikan oleh Devani.
"Baiklah, mbak Devani saya terima jadi office girl disini. Bisa bekerja mulai dari hari ini ya," ujar Yudi.
"Benarkah pak? Terima kasih," ujar Devani.
"Iya, silahkan ambil semua pakaian official girl di gudang ya, Tea tolong antarin mbak Devani ke gudang," ujar Yudi.
Tea yang sedang berdiri di samping Yudi dari tadi pun hanya mengangguk. Lalu mengajak Devani untuk ke gudang.
"Ayo mbak," ujar Tea dengan tersenyum.
"Iya," ujar Devani.
Lalu, mereka berdua berjalan ke gudang.
"Mbak Devina sangat cantik loh, kenapa mau jadi office girl?" ujar Tea.
"Mbak Tea juga cantik. Alasannya karena, saya hanya punya bakat di sana mbak," ujar Devani.
"Kenapa mbak Devina nggak ikut lowongan calon istri itu saja mbak?" ujar Tea.
"Saya sebenarnya kalau boleh jujur tidak suka mbak, perempuan dijadikan barang seperti itu. Karena itu saya tidak ingin ikut," ujar Devani.
"Iya juga mbak, saya juga tidak suka. Tapi, bagaimana tuan Derry juga terpaksa melakukan itu?" ujar Tea.
"Kenapa begitu mbak?" ujar Devani.
"Tuan Derry disuruh harus menikah segera oleh orang tuanya mbak, kalau tidak dia akan dijodohkan," ujar Tea.
"Kalau aku jadi dia pasti mau kok dijodohin daripada harus menyakiti hati setiap orang," ujar Devani tersenyum di dalam hatinya.
***
Di Ruangan Kerja Jerry.
Saat ini sudah terdapat beberapa perempuan yang terpilih untuk mengikuti tes yang pertama. Jerry yang melihat masih banyak sekali yang mendaftar menjadi heran,
"Kenapa mereka mau jadi istri sementara ya?" ujar Jerry di dalam hatinya.
"Baiklah, Van kamu yang tes mereka," ujar Jerry.
"Baik tuan," ujar Evan.
Bersambung ....
Bagaimana kisahnya? Kalau kalian suka terus dukung ya ceritanya. Terima kasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!