Pagi yang cerah mengawali hari ini, Maharani seorang wanita 47 tahun yang masih terlihat segar dan cantik itu, selalu tak lupa menyiapkan makanan untuk putri semata wayangnya.
Chesa kaylandra gadis 27 tahun yang mempunyai restoran seafood yang cukup terkenal di kota Jakarta, dan 2 cabang lain di 2 kota yang berbeda.
Chesa yang hobi memasak lebih memilih usahanya sendiri daripada pekerjaan di perusahaan dimana sang mama bekerja.
"Pagi ma..."
"Pagi sayang.... makanlah mama segera berangkat!"
"kenapa buru-buru ma?"
"Tuan muda datang hari ini! dia menyelesaikan sekolah S1 dan S2 nya lebih cepat dari yang diperkirakan"
"Wooww jenius!"
"hemmm.....makanya mama mohon pikirkan kembali tawaran mama sayang!... Tuan besar kembali meminta dirimu!"
"No ma! aku nyaman dengan hidupku sekarang!"
"Ya kau nyaman! sampai lupa kalo kau harus segera menikah!!"
"Maaa...jangan mulai deh!!"
"okey... terserah kamu sayang! mama berangkat!!"
Setelah kepergian sang mama...bik Nuri membereskan meja makan, bik Nuri adalah pembantu yang seumuran dengan mamanya, dia bekerja sudah hampir 15 tahun, ananknya sekarang sudah menikah dan ikut suaminya di kota lain, sedangkan sang suami adalah supir dan tukang kebun di keluarga nya.
"Non gak pergi juga?"
"Masih pagi bik, lagian aku juga udah cek belanjaan di resto kemarin, udah lengkap..nanti tinggal berangkat agak siangan!"
"Ya udah bibik pergi dulu non!mau nyuci baju!!"
"wokey bik!"
Chesa gadis 27 tahun itu berulang kali di desak sang mama untuk menikah, perawakannya yang kecil dengan tinggi 159cm dan tubuh yang kecil serta pipi chubby nya membuat dia terlihat jauh lebih muda dari umurnya,banyak yang mengira bahwa dia masih remaja umur 20 tahunan. bagi Chesa menikah berarti mengabdi pada sang suami, seperti apa yang dipesankan oleh mendiang papanya.
'anak gadis itu milik suami Sa...kalo sudah menikah! jadi papa mau puas-puasin meluk anak gadis papa ini sebelum diambil orang'
begitulah kata papa kala itu, sebelum akhirnya sang papa menghembuskan nafas terakhirnya, penyakit yang di deritanya bertahun-tahun hingga menguras habis simpanan mama dan papa serta terjual nya rumah yang mereka tempati, pada akhirnya Tuan besar Mahesswara yang datang sebagai penolong dan memberikan pengobatan terhadap papanya,
setelah sembuh, beberapa bulan kemudian penyakit papanya kembali kambuh dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya kala Chesa berusaha 17 tahun.Sejak saat itu mamanya yang menjadi tulang punggung keluarga dan bersedia menjadi asisten dan sekertaris tuan besar Mahesswara sebagai bentuk pengabdian karena telah membantu sang suami walau hanya bertahan beberapa bulan saja.
Di kediaman keluarga Mahesswara...
"Selamat pagi Tuan!"
sapa Maharani dengan membungkukkan badannya sedikit.
"Pagi!... bagaimana jadwalnya hari ini!"
"Tuan muda akan menghadiri pertemuan pemegang saham hari ini juga Tuan, sekalian hari ini Tuan muda akan menjabat sebagai wakil direktur Tuan!"
"Bagaimana dengan asisten nya?"
"Saya sudah memilih Andi sebagai asisten nya Tuan, Tuan jangan khawatir dia langsung berada dalam didikan saya!"
Dari lantai dua turun dengan gagahnya seorang pemuda berdarah india Indonesia, lelaki 22 tahun itu terlihat tampan dan berkharisma, tinggi 178cm membuat dia terlihat proposional,badannya yang terlihat sangat seimbang dengan tinggi badannya.
"Pagi pa!pagi asisten Rani!"
" pagi..."
"pagi Tuan muda!"
"Apa kamu siap ke perusahaan hari ini?"
tanya sang papa.
"tentu saja pa...jangan khawatir kan aku!"
Dari arah pintu datangnya seorang pemuda yang terlihat lebih tua dari tuan muda Abraham, ya dia adalah Andi, asisten baru untuk Abraham, lelaki itu memang 3 tahun lebih tuan dari tuan muda Abraham.
"Selamat pagi tuan,tuan muda dan bu Rani!"
sapa Andi.
Setelah menyapa semuanya, Maharani memperkenalkan Andi sebagai asisten baru untuk Abraham,dan tentunya setelah di jadikan asisten pribadinya hidup dan mati Andi hanya untuk melayani dan menjaga tuan muda Abraham.
"Mohon kerjasama nya asisten Andi!!"
ucap Abraham tegas.
"Baik tuan muda!"
Perusahaan milik keluarga Mahesswara memang bukan perusahaan terbesar di kota itu, namun begitu perusahaan Swaraya Group tak bisa dianggap enteng juga oleh pebisnis lain.
Di tangan dingin seorang Shakti Mahesswara perusahaan itu berkembang dengan pesat dan mampu bertahan dengan baik selama bertahun-tahun. dan kini si jenius Abraham ikut bergabung untuk memajukan perusahaan.
Setelah acara memperkenalkan anaknya pada dewan direksi dan menobatkan diri Abraham sebagai wakil direktur sebelum dia nantinya akan menggantikan sang papa menjadi direktur utama di Perusahaan tersebut.
Di ruangan tuan Shakti Mahesswara.
"Bagaimana kabar putrimu Rani?"
"Dia sehat Tuan, terimakasih!"
"Kamu tidak lupa janjimu kan Ran?"
"Tentu saja Tuan, anda tidak perlu khawatir!"
"kapan kau bicarakan?"
"Sebentar lagi Tuan! saya sedang mencari waktu yang tepat!"
"Baiklah! aku percaya padamu!"
"Apa jadwal ku hari ini!"
lanjutnya.
"Hari ini kita akan meeting dan makan siang dengan klien dari luar kota Tuan, dan saya sudah mengatur pertemuan di restoran Cendana!"
"Bukannya itu milik anakmu?"
"Betul Tuan, karena hotel klien kita dekat dengan restoran tersebut!"
"hemmmm sekalian aku ingin bertemu dengan Sasa!"
"Baiklah tuan, saya siapkan dulu berkas-berkasnya!"
Sementara di dalam ruangan Abraham,dia sudah mengintrogasi Andi, Andi adalah orang kepercayaannya sejak 5 tahun yang lalu, namun baik papa ataupun asisten papanya tidak tau kalo Abraham sudah menyiapkan Andi sebagai asisten nya kelak dan meminta Andi mengawasi papa dan asisten nya tersebut.
"Bagaimana apa papa punya rencana akhir-akhir ini?"
"Sepertinya pernikahan Anda yang jadi rencananya saat ini tuan muda!"
"Haiiissshh papa!! apa dia tidak tau anaknya masih terlalu muda!!apa tante Rani ikut andil?"
"Itu sudah jadi tugasnya tuan muda, walaupun begitu semuanya tetap dalam kendali tuan besar Shakti tuan muda!!"
"Kau tau siapa target nya kali ini?"
"Sepertinya mereka sudah pintar tuan muda! dengan menutup segala informasi termasuk pada saya juga tuan muda! jadi saya belum tau target nya siapa saat ini!"
"Apa tidak ada pertemuan spesial antara papa dengan seorang gadis?"
"Tidak ada tuan muda! satu-satunya gadis yang pernah di temui tuan besar hanya putri dari asistennya!"
"Lupakan dia!...papa menganggap gadis itu Putrinya sendiri, wajar kalo mereka bertemu!"
"Tapi beberapa minggu yang lalu tuan besar mengadakan pertemuan dengan seseorang tuan muda!"
"siapa??"
"Saya sudah selidiki, tapi saya belum yakin ini murni bisnis atau yang lainnya, beliau meeting dengan menyewa private room di sebuah cafe dengan perwakilan dari ternity corp. dan yang datang adalah putri bungsu dari pimpinan ternity corp. tersebut tuan muda!"
"ciihh...papa benar-benar berusaha keras!!"
"Baiklah pa...kita lihat siapa yang menang diantara kita!"
Abraham mengangkat ujung bibir kanannya, perjodohan yang sering papanya rencanakan di anggap Abraham sebagai genderang perang yang ditabuh sang papa dengannya, karena nyatanya diusianya yang ke 22 hampir menginjak 23 tahun ini Abraham masih ingin bersenang-senang dan belum mau menikah.
bersambung....
slow up ya....
Di restoran Cendana seperti yang telah disepakati Tuan Shakti dengan kliennya, mereka melakukan meeting dan sekaligus makan siang bersama, karena sudah menyetujui kesepakatan bersama, kliennya yang berasal dari luar kota tersebut undur diri karena harus langsung berangkat ke luar negri, sesuai jadwalnya.
Chesa yang melihat ada tuan besar Mahesswara dan sang mama segera mendekati.
"selamat siang tuan besar!"
sapa Chesa sambil membungkuk sebentar.
" oohh kamu Sa..."
"Sedang meeting Om?"
tanya Chesa yang sudah merubah gaya bicaranya biar tak terlihat terlalu formal.
"Bagaimana restoran milikmu lancar?"
"Lancar om... makasih,..om sudah makan siang?"
"sudah barusan dengan klien"
"Sa kita harus pergi, tuan besar masih harus ada meeting di kantor!...mari tuan kita harus segera berangkat!"
ucap asisten Rani yang tak lain adalah mama Chesa sendiri.
"Baiklah!...om pergi dulu Sa!"
"Iya om...mama juga hati-hati "
Akhirnya mereka pergi meninggalkan restoran milik Chesa tersebut.sedangkan Chesa sendiri sudah kembali lagi ke ruangannya, karena sebenarnya Chesa baru saja datang ke restoran siang itu.
Di dalam kantor tuan Shakti kembali dia berkutak dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya.
Dan asisten Rani kembali ke ruangannya sendiri.
Seketika dia terdiam mengingat apa yang dokter Andreas katakan padanya.
"Istirahat lah om dirumah! bukannya Abra sudah pulang, biarkan dia memantau perusahaan! "
kata-kata dokter Andreas sepupu sekaligus teman Abraham, lelaki yang 4 tahun lebih tua dari Abraham ini adalah salah satu dari 4 sahabatnya sekaligus dokter pribadi keluarga Mahesswara.
"Seperti ini akan berhasil! kali ini aku harus berhasil!"
ucap tuan Shakti dengan rencana di otaknya, janjinya pada sang istri akan memberikan hal terbaik untuk anak semata wayangnya Abraham, sebelum terjadi apa-apa pada dirinya dia sudah harus mempersiapkan segalanya untuk hidup Abraham ke depannya.
"Pa...."
panggilan Abraham di ambang pintu ruangan itu membuyarkan lamunan tuan Shakti.
"ohh kamu Ham! masuk nak! uhuk...uhuk...uhukk...!"
"papa tidak sehat? apa sudah cek up? aku telpon Andreas saja ya pa!"
ucap Abraham terlihat panik.
"Tidak....tidak papa baik-baik saja, ini hanya batuk biasa!"
"Ini Abra bawa berkas-berkas ini pa.. untuk papa pelajari dan papa tanda tangani di sini."
"Baiklah nanti papa baca, ini tanggung ada berkas yang sudah papa baca.. tinggal sedikit lagi! kamu sudah makan?"
"sudah pa!"
"Jaga kesehatan kamu! jangan suka begadang!"
"papa juga jaga kesehatan!"
ucap Abraham, kemudian hendak pergi dari sana...namun Abraham mendengar batuk tuan Shakti semakin parah dan tiba-tiba....bruukk...
"Papa!!"
teriak Abraham mendapati sang papa jatuh pingsan.
asisten Rani yang hendak masuk ke ruangan tuan Shakti juga sangat kaget, akhirnya dia menelpon ambulans untuk membawa tuan Shakti ke rumah sakit.
"bagaimana keadaan papa saya dok??"
"Tuan Shakti sudah ditangani, dan sekarang sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat! dan mari ikut saya ke ruangan saya"
"beliau adalah pasien dokter Andreas!"
"Dokter Andreas??"
tanya Abraham.
"Iya... beliau adalah pasien dokter Andreas ketika saya melihat riwayat nya di rumah sakit ini!"
"Bisa kita bertemu dokter Andreas dok!"
ucap Abraham menahan geram karena Andreas yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri tak pernah memberitahukan perihal sakit sang papa.
"Beliau sudah di hubungi dan sekarang dalam perjalanan ke sini, beliau sedang ada seminar!"
"Terimakasih dok"
"Sama-sama nanti dokter Andreas yang akan menjelaskan semuanya"
"Baiklah dok kalo begitu biar saya tunggu di ruangan dokter Andreas saja"
"Baiklah suster ani yang akan mengantarkan anda!"
kemudian dokter tersebut memanggil suster yang di maksud untuk mengantarkan Abraham ke ruangan dokter Andreas.
"Silahkan tuan, ini ruangan dokter Andreas"
"terimakasih suster!"
"sama-sama baiklah saya permisi dulu tuan!"
Setelah menunggu hampir setengah jam dokter Andreas datang dan langsung membuka pintu, suster di depan sudah mengatakan bbahwa di dalam ada tamu, dokter Andreas sudah merasa akan mendapatkan murka dari sahabatnya tersebut hanya bisa membuang nafasnya dengan kasar.
"Kau sudah disini?"
tanya dokter Andreas dan..
Bug...bug...bug...
"Brengsek loe ya!!...loe gak bilang bokap gue sakit!! teman macam apa loe!!"
teriak Abraham marah pada Andreas.
"Lepaskan Abra!! gue bisa jelasin!!!"
tiba-tiba suster datang karena mendengar keributan di dalam ruangan tersebut.melihat kerah baju dokter Andreas di cengkeram oleh tamunya, suster tersebut merasa kaget.
"Do-dokter tidak apa-apa??"
"Tidak apa-apa sus, keluar saja ini urusan saya!"
"Ba-baiklah dok!"
Setelah suster keluar Abraham menghempaskan Andreas begitu saja.
"Duduk dulu Abra!"
"Gue gak bisa kasih tau loe soalnya om Shakti ngacem gak bakalan mau berobat lagi kalo sampe loe tahu!! menurut loe gue musti gimana? melanggar omongan gue? trus melihat om Shakti berhenti berobat!! gak!! itu gak bakal gue lakuin!!"
"Katanya apa sakit bokap gue?"
ucap Abraham setelah merendam kemarahan nya.
"Kanker paru-paru!"
bersambung...
"Katanya apa sakit bokap gue?"
ucap Abraham setelah merendam kemarahan nya.
"Kanker paru-paru!"
"Separah itu dan loe tetep berencana nutupin dari gue??? temen brengsek loe!!!"
emosi Abraham terpancing kembali.
"Setelah dia mau melakukan pengobatan dan kemo gue baru mau kasih tau loe!!"
"Shit!!!..."
Abraham merasa kacau sendiri, beberapa tahun dia tak hidup bersama sang papa karena harus meneruskan sekolah bisnisnya di luar negri, baru juga pulang beberapa hari sudah disuguhkan dengan keadaan papanya.
"Sebaiknya kita ke ruangan om Shakti, gue yakin beliau sudah dipindahkan!"
Dua orang sahabat tersebut akhirnya keluar dari ruangan dan menuju kamar rawat VIP dimana tuan Shakti di pindahkan.
Disana sudah ada asisten Rani dan juga Andi asisten Abraham, mereka menunduk badannya ketika melihat Abraham masuk.
"Pa....!kenapa papa gak ngomong sama Abra! apa papa gak percaya sama anak sendiri?!"
"Papa hanya gak ingin kamu khawatir Ham!"
"Tetap saja papa bikin aku khawatir!"
Abraham sangat menyayangi sang papa, semenjak kepergian mamanya, Shakti adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Abraham, Lelaki asal India itu sudah tak mempunyai keluarga lagi, di negaranya pun Shakti sudah tak memiliki sanak saudara, sedangkan dari keluarga sang mama, Abraham hanya punya tante, adik dari sang mama yang dari dulu tinggal di Singapura bersama suami dan anaknya.
"Papa harus berobat! dan papa harus berhenti dari perusahaan! aku gak ingin papa capek!"
"papa tidak apa-apa Ham, papa akan baik-baik saja setelah minum obat!"
"Ya...ya..ya..terus saja ngeyel!!"
"Baik lah papa akan istirahat!"
"Pa..aku ke kantor sebentar, tante Rani tolong jaga papa!"
ucap Abraham,yang memang memanggil asisten Rani dengan sebutan Tante jika di luar kantor atau jauh dari keramaian.
"Sudah tugas saya tuan muda!"
"Nanti malam saya yang akan nemani papa, sekarang papa istirahat saja, Abra pergi dulu pa!"
"Iya hati-hati dijalan!"
"iya pa...ayo Andi kita pergi!"
"baik tuan muda, saya permisi tuan besar, bu Rani!"
Setelah kepergian mereka, tuan Shakti tersenyum tipis, asisten Rani merasa heran dengan tingkah majikannya tersebut.
"Ada apa tuan besar?"
"Aku punya rencana Ran!"
"Maksud tuan besar?"
"Aku punya rencana untuk pernikahan anakku!! aku yakin ini akan berhasil!"
"Jangan katakan kalo tuan besar akan melaksanakan rencana B!"
.ucap asisten Rani yang tau apa rencana B yang dimaksud nya, karena dia sudah mendengar apa yang dilakukan oleh sang majikan, dia pun terlihat cemas.
"Tenanglah Ran!! aku akan baik-baik saja!"
"Tapi tuan besar...."
"Sudahlah...jangan banyak berpikir!!"
Di lain tempat, Abraham sudah sampai di kantor dan melihat seseorang berbicara dengan resepsionis.
"Maaf mbak saya benar-benar tidak bisa menghubungi ibu saya! saya mohon kemana ibu saya pergi! maksud saya rumah sakit mana?"
orang tersebut adalah Chesa yang sedang bertanya pada resepsionis dimana ruangan asisten Rani, namun dia malah mendapat kabar kalo tuan Shakti dilarikan ke rumah sakit ditemani sang mama tentunya.
"Maaf nona, kami tidak bisa memberikan informasi Tersebut kepada anda, ini benar-benar privasi!"
" begitu ya😔😔"
Akhirnya Chesa beranjak pergi dari sana, setelah berbalik badan dia melihat Abraham dan asisten nya sedang menuju di depan lift. Chesa langsung berjalan cepat mendatangi Abraham.
"permisi tuan muda"
Abraham melihat wanita yang ada disampingnya itu, hanya menoleh sebentar dan kembali lagi menegakkan tubuhnya menghadap ke lift yang sudah terbuka. Bukannya menjawab Chesa, Abraham masuk lift begitu saja karena merasa tak mengenal Chesa, Chesa refleks ikutan masuk.
"Maaf nona! apa yang nona inginkan?"
kali ini Andi yang bertanya.
"Saya Chesa, anaknya asisten Rani, saya hanya mau tanya di mana tuan besar di rawat?"
Abraham yang memang tak pernah tau wajah dari anak asisten papanya mengerutkan keningnya, di depannya nampak seorang wanita dengan postur tubuh yang mungil dan pipi chubby nya, dia terlihat masih berusia 20 tahunan, sedangkan menurut cerita sang papa, anak asisten Rani adalah wanita dengan umur 27 tahun dan sudah bisa dipastikan dia bukan orangnya,pikir Abraham.
"Maaf nona anda jangan berbohong! itu privasi!"
"Tapi say tidak bisa menelpon mama saya! saya juga mau tau bagaimana keadaan tuan besar!"
mereka diam dan saling pandang.
"Baiklah...."
Chesa mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto dirinya bersama tuan besar dan beberapa foto dengan sang mama. Andi akhirnya percaya dsn Abraham hanya diam saja menanggapi semuanya.
"Sudah percaya? jadi kasih tau aku dimana rumah sakit nya?"
"Beliau di rawat di rumah sakit Cipto Medika di ruang VIP mawar nona!"
"Terimakasih mas.... terimakasih tuan muda!"
"Sama-sama nona"
jawab Andi dan Abraham hanya diam saja sambil berlalu dari dalam lift yang sudah terbuka.
Chesa kembali ke lantai bawah dan segera menuju rumah sakit yang di maksud Andi.
Di ruang rawat tuan Shakti..
"Udah malam...kalian pulanglah!"
perintah tuan Shakti yang ditemani Chesa yang sejak tadi sore datang juga asisten Rani yang bahkan tak terlihat lelah sama sekali.
"Sebentar lagi tuan, setelah tuan muda datang saya akan pulang!"
tak lama , Andi, Abraham dan Andreas masuk ke dalam ruangan.
"Bagaimana keadaan papa Dre?"
tanya Abra ketika Andreas memeriksa keadaan tuan Shakti.
"Om harus melakukan pengobatan dan kemoterapi Om, agar sel kankernya tak menyebarkan dan dapat di tanggani!"
"Baik Dre lakukan yang terbaik buat papa!"
"Tidak!!....papa tak mau berobat!!"
Semua yang ada di situ kaget, kecuali asisten Rani tentu nya karena dia sudah tau apa mau dari majikannya tersebut.
"Apa maksud papa?? papa gak sayang sama Abra??"
tanya Abraham dengan suara meninggi karena shock mendengar papanya tak ingin berobat.
"Tuan muda kendalikan emosi anda!!"
kata Andi.
"Apa maksud papa?"
tanya Abra lebih lembut lagi.
"Papa akan berobat bila kamu memenuhi syarat dari papa!"
"Baik lah...apa mau papa!"
"Menikahlah dengan Chesa!"
"Apa???!!!!"
Abra, Chesa dan asisten Rani teriak secara bersamaan.
bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!