NovelToon NovelToon

Dijodohkan ? Siapa Takut

Juleha dan Zainal ( part 1 )

...Sebelumnya ini Rumah Jagad ( Dia bukan Ayahku ) tetapi karena Jagadnya sudah pindah rumah, sekarang di tempati oleh orang dan cerita yang berbeda, jadi kalau komentar reader dibawah berbeda dengan cerita sekarang, diharap maklum ya...

...****************...

" Leha...Turun gak ? " Ibunya sudah berkacak pinggang menunggu di bawah pohon mangga yang ada di samping rumah.

" Bentaran buk, tanggung "

Juleha masih dengan santainya nangkring disalah satu ranting yang sedikit besar sembari matanya jelalatan kesana kemari mencari buah mangga yang sudah mulai ranum untuk di petiknya, tanpa melihat kearah ibunya.

" Eh Leha, lu gak malu apa, noh Zainal sudah nungguin lu dari tadi "

" Dari orok aja bang Zai udah nungguin Leha, dianya santai aja buk, terus apa lagi cuma dari tadi ? "

Buah mangga yang baru berhasil dipetiknya, terlihat sangat menggairahkan, air liurnya sampai menetes, buru buru disedotnya kembali, kulitnya menguning pertanda mangga yang berada dalam genggamannya sudah masak,

Hidungnya mengendus endus aroma wanginya, tingkahnya sudah mirip seperti si Bleki saja, anjing milik Pak Karta si juragan kelapa.

Terus anjingnya untuk apa di pelihara ? Kan gak ada manfaatnya.

Biar terlihat keren Jul.

Tangannya mengelap mangga dengan ujung kerudung yang dipakainya, merasa kulit mangga sudah bersih dari debu, Juleha mulai menggigit kulitnya.

" Astagfirullah...Ni anak, gak ada anggun anggunnya jadi anak perempuan, cepat turun Lehaaaaa...."

Suara lengkingan ibunya membahana dan mulai merontokkan daun daun mangga yang sudah kering.

Cek, lebay ah.

Leha menutup sebelah daun telinganya, tidak terpengaruh karena sudah biasa mendengar ibunya berteriak.

" Biar aku saja yang menyuruhnya turun ya Bu ! "

Zainal berucap pelan pada calon ibu mertuanya.

Merasa kelamaan menunggu di teras bareng Bapaknya Juleha, Zainal nyusul ke belakang.

Dengan mulut yang masih menggerutu, ibunya Leha lebih memilih masuk ke dalam rumah.

" Dek, Leha, sudah mau magrib, kita jadikan ke rumah Pak RT ? "

Zainal berkata sedikit lembut.

Juleha melongok ke bawah.

" Ce-ela bang Zai, ngomongnya biasa aja, jangan mesra gitu, ntar Leha minta dinikahi malam ini lho, gara gara gak tahan dengar suara Abang "

Pelan pelan Juleha mulai turun dari atas pohon.

Zainal tidak berani berdiri di bawah pohon, takutnya akan terlihat sesuatu yang belum layak dilihat.

Zainal hanya bisa tersenyum simpul menanggapi gurauan Juleha.

Bang Zai ( Zainal )

Tetangga Juleha, tinggal tidak jauh dari rumah orang tua Juleha, hanya selisih dua rumah, usianya sudah 27 tahun, Zainal hanya seorang pegawai negeri biasa, dan ditugaskan di kantor kecamatan.

Sebulan lagi dia dan Leha akan segera menikah, keduanya dijodohkan karena permintaan Zainal yang minta di jodohkan pada Juleha. Eh.

Juleha, perempuan muda berusia 20 tahun, setelah menamatkan pendidikan SMU-nya, tidak melanjutkan sekolahnya ke tempat yang lebih tinggi karena Juleha yang sudah kepengen kawin, eh nikah maksudnya.

Jadi ketika Zainal tiba tiba mengajukan lamaran, dengan senang hati Juleha menerimanya.

Apalagi Juleha sedang jomblo, pengangguran, tiap hari kerjanya cuma nonton TV sembari mendengarkan omelan ibunya yang sudah menjadi santapan wajib untuk telinganya.

" Bang, sudah mau Magrib, nanti malam aja ya ! "

Juleha mengibas ngibaskan jilbabnya yang sedikit kotor terkena serpihan kulit kayu.

" Baru jam lima dek, masih ada waktu, rumah Pak RT kan deket, ntar malem baru kita kerumah Pak RW "

" Sama Bapak saja perginya, bang " Juleha kembali memakan mangga tanpa menggunakan pisau, kulitnya hanya dikupas dengan menggunakan giginya.

Zainal hanya bisa meringis melihat kelakuan nyeleneh calon istrinya, habisnya terlanjur suka sih, eh.

" Abang kan nikahnya sama kamu, dek, bukan dengan Bapakmu "

Zainal berkata pelan, takut kedengaran calon mertuanya, bisa berabe.

" Ya sudah, ayo berangkat ! "

...*****...

...🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿...

Juleha dan Zainal ( Part. 2 )

Rumah Pak RT tidak terlalu jauh, hanya berada di ujung jalan, tetapi kalau harus jalan kaki, bisa bengkak juga betis.

Zainal sudah berada di atas jok motor Scoopy-nya.

Juleha berdiri mematung.

" Naik dek, ntar keburu magrib, apa sekalian kita numpang sholat di tempat Pak RT ? "

Zainal menolehkan kepalanya ke arah Juleha.

" Boncengan sama Abang ? "

Juleha tidak menanggapi gurauan Zainal.

" Iya, Abang di depan, kamu bentar lagi kan jadi istri Abang, Abang imamnya, kamu makmumnya, makmum itu berada di belakang 'kan, Dek ? jadi.... "

" Itu bentar lagi bang, sekarang belum, kita bukan muhrim, gak boleh ! "

Beuh, Juleha Sholeha, padahal dulu waktu balita, setiap hari main main di rumah Zainal, sampai bobok siang disana malah.

Zainal tersenyum.

" Duduknya biasa saja, gak perlu mepet mepet, abang bawa motornya pelan, janji ! "

Juleha cuma melengos, tapi akhirnya naik juga di belakang jok motor Zainal.

...*****...

" Kalian berdua dijodohkan ya ? "

Bu RT kepo.

Pak RT cuma mencari stempel saja kenapa lama sekali sih ? memang itu stempel di simpan dimana ?

" Sayangnya iya buk, Alloh yang menjodohkan kami, iyakan dek Leha " Zainal mengedipkan matanya sebelah.

Zuleha melongo.

Bu RT cuma mesem.

" Semua juga dijodohkan oleh Alloh, Zai, maksud ibu bukan gitu, kalian berdua tidak ada pacaran, seantero kampung ini juga tahu, tau tau sudah lamaran, nah ini ...."

Beuh, mesra bener manggilnya, Zai.

Bu RT, menyenggol lembaran kertas pengantar untuk menjauhi administrasi ke kantor urusan agama.

Juleha males nanggepin pertanyaan dari Bu RT, biar itu menjadi urusan Zainal.

" Bibirnya jangan digituin Dek ! "

Zainal melirik lewat kaca spion, keduanya sudah menuju pulang dari rumah Pak RT.

" Sebel, Bu RT sudah seperti wartawan infotainment aja, ntar Abang aja ke rumah Pak RW, Leha gak mau ikut "

" Lagian Abang manja bener, kesana kemari minta temenin, kaya' bocah "

Leha turun dari atas motor dengan melompat, padahal pakai stelan rok.

" Biar ada nostalgia kita, Dek "

" Lebay, nostalgia kok ke rumah Pak RT dan Pak RW, pokoknya Leha gak mau "

Leha berjalan cepat masuk ke dalam rumah, meninggalkan Zainal yang menatapnya dengan sebelah alis naik ke atas.

...****...

" Eh Leha, bangun ! "

Ibunya mulai menggoyang goyangkan bahu Juleha.

" Leha, jadi anak perempuan itu kudu bangun pagi, ke dapur, beberes, bukan seperti elu, molor mulu "

Nyanyian ibunya mulai terdengar seperti biasanya.

Bukan Juleha kalau terganggu tidurnya hanya kerena ocehan ibunya yang itu itu saja.

Sekali kali nyanyikan lagu kematian. Bila Izrail, datang memanggil....

Dijamin Juleha bangun ketakutan belum siap untuk mati karena masih berlumur dosa.

" Ibuk hitung sampai tiga, kalau elu gak bangun juga, ibuk siram juga lu, satu..."

Ibunya sudah mempersiapkan segelas air untuk menyiram Juleha jika gak bangun juga.

Belum sampai hitungan ke dua, Juleha duduk dengan mata masih terpejam.

" Buk, Leha kan' udah sholat subuh, mau apa lagi ? Hoam "

Leha menguap karena masih ngantuk.

Untungnya di tutup, kalau enggak.... Aromanya....Beuh, bisa kabur bang Zai.

" Enak aja lu njawab mau apa lagi, belajar lu masak yang bener, bentar lagi lu nikah, kalau lu gak bisa masak, laki lu mau lu kasih makan apa ? Telur ceplok ?

Buruan bangun, bantu ibuk di dapur ! "

Ibunya Leha masih tetap melanjutkan omelan-nya sampai ke dapur, padahal Juleha juga gak denger.

Kalau gak mau dikasih telur ceplok, ya masak sendiri, siapa suruh bang Zai mau di jodohin ama Leha.

" Lehaaaaa...."

" Astagfirullah...." Juleha memegang dadanya karena terkejut, lengkingan suara ibunya mulai membahana lagi.

" Iya buk, Leha masih beberes kamaaaarr "

Juleha menjawab tidak kalah kencangnya.

Bapaknya Juleha untungnya tidak punya riwayat penyakit jantung, kalau tidak.... Ibunya Juleha sudah lama jadi janda, eh, maksudnya apa ?

...*****...

...🌿🌿🌿🌿🌿...

Juleha dan Zainal ( Part. 3 )

Zainal mengajak Juleha muter muter ke pasar, mencari segala barang seserahan, dari mukena, gamis, sendal, sepatu dan semua kebutuhan pribadi Juleha.

Pernikahan semakin dekat, sengaja di cari waktunya menjelang ramadhan.

" Kenapa gak hari raya idul Fitri aja bang, baru kita nikahnya, kalau sekarang 'kan buru buru jadinya "

Juleha merasa kakinya lelah kesana kemari.

Beda dengan kebanyakan ibu ibu yang biasanya paling doyan mengelilingi pasar hanya karena perbedaan harga seribu atau dua ribu.

" Biar sahur bisa bareng sama kamu, dek "

Beuh, manis bener ucapan bang Zai, nyaingi manisnya gula.

" Kaki Leha udah pegel Bang "

" Kita istirahat aja dulu ya ! sekalian cari minuman, kamu haus-kan, Dek ? "

Juleha hanya mengangguk.

Tumben kalem Jul ?

" Kamu mau pesan apa, Dek ? "

Zainal memilih duduk didepan Juleha biar bisa menatap wajah gadis itu.

Salah seorang pelayan rumah makan sudah berdiri di depan mereka.

" Teh es manis, sama martabak mesirnya satu "

Itu yang disukai Zainal pada Juleha anak tetangganya, apa adanya, gak malu malu pura pura gak laper, padahal perutnya sudah berbunyi.

" Samakan saja, tapi untuk saya tehnya jangan kemanisan ya ! "

Pesan Zainal pada pelayan yang mencatat pesanan mereka.

" Baik, ditunggu sebentar "

" Abang gak suka minum manis ? "

Juleha mencari sedikit informasi kesukaan Zainal, biar ntar tahu kalau mau membuatkan teh atau kopi setelah menikah Kelak.

" Suka "

" Terus pesanan tadi "

" Manisnya kan ada di kamu, Dek " Meleleh hati Juleha, wajahnya semakin memerah karena kepanasan.

Zainal menahan tawanya, ia senang merayu Juleha, karena gadis itu tidak akan mampu menjawab serangan rayuan dari Zainal, sama ketika orang tua Zainal tiba tiba menemui kedua orang tua Juleha untuk meminangnya.

" Lah kapan anak anak ini punya hubungan, Juleha sepanjang hari nongkrong di depan TV "

Ibunya Juleha kaget ketika tetangganya datang Ba'da i'sa tanpa pemberitahuan.

" Pacarannya setelah menikah, lebih afdhol, jauh dari dosa, kita tetangga sudah saling mengenal, Zai juga akan sabar menunggu sampai Juleha siap jadi istrinya Zai seutuhnya "

Juleha yang meletakkan gelas teh dan kopi diatas meja mendadak gagu.

" Mau jadi menantu ibuk 'kan, Jul ? Zainal juga gak bakalan malu malu'in kalau di tenteng tenteng ke kondangan, wajahnya lumayan cakep'kan ? "

Zainal yang di puji puji ibunya setinggi Monas tersenyum manis menatap Juleha yang juga menatapnya.

" Lagian, Juleha juga gak ada yang di tunggu juga, sekolah udah enggak, pacar juga gak punya "

Ibunya Zainal percaya diri sekali lamarannya bakalan di terima.

Tapi memang di terima sih, semua yang dikatakan oleh ibunya Zainal benar.

Kalau Juleha menolak Zainal, memang Juleha mau mencari yang bagaimana lagi ?

Tetangga sebelah rumah Juleha yang juga teman seperjuangan Juleha saja, Zainab, selepas lebaran mau nikah, dengan anaknya juragan kelapa, Pak Karta.

Kalau Juleha masih jual mahal, ntar melihat Zainab duduk di pelaminan, Juleha bisa pingsan karena menangisi badan.

Do'a doa Juleha setiap malam di atas sajadah, dikabulkan oleh Alloh, bagaimana mungkin Juleha menolak, mana do'anya seperti bait pantun lagi, Alhamdulillah Alloh maha mengerti.

...Pandan, berdurilah ba'a...

...Badan belakilah ba'a...

Prinsip Zainal menikah tanpa pacaran, ia sudah cukup mengamati Juleha, dengan segala tingkah lakunya, tidak juga terlibat hubungan asmara dengan pria lain, itu sudah cukup menjadi modal untuk Zainal mengajukan lamaran kepada orang tua Juleha.

" Kita bisa mencari yang belum kebeli kan, Dek, ayo jalan lagi ! "

Zainal sudah berdiri di sebelahnya, sudah juga menyelesaikan pembayaran di kasir.

" Masih kenyang perut Leha, bang, bentaran lagi ya "

Juleha menguap, perut kenyang, bawa-annya mengantuk.

" Enakan jalan pelan pelan, dari pada ntar kamu ketiduran disini, biar cepat selesai, cepat pulang, cepat juga istirahat "

Walaupun malas dengan terpaksa Juleha berdiri, melihat tangan Zainal yang sudah terulur hendak menariknya.

Gak sabaran bener bang Zai, belum halal

...*****...

...🌿🌿🌿🌿🌿🌿 ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!