"Mas, delapan hari lagi pernikahan kita. Bagaimana perasaan mu?" tanya wanita dengan hijab yang menjuntai panjang ke bawah itu.
"Alhamdulillah, aku sudah siap." jawab pria itu sambil tersenyum lebar.
"Aku sangat gugup." ucap Zahrana.
"Apa yang kau gugupkan?" tanya Adit sambil melempar batu ke arah danau.
"Ya aku sangat gugup, karena pernikahan ku dan kakak ku di laksanakan dalam satu waktu." ujar Rana.
Pias, wajah Adit mendadak datar. Seketika pria itu diam. "Ayo kita pulang." ajak nya.
Zahrana cuek saja, wanita itu tak ambil pusing dengan sikap Adit yang tiba-tiba berubah. Sepanjang perjalanan Adit hanya diam dan pria itu fokus pada kemudi nya. Setiba nya di halaman rumah, Adit langsung pergi begitu saja.
"Assalamualaikum." ucap Rana ketika memasuki rumah. Namun bukan nya jawaban yang ia dapat tapi sebuah pertanyaa.
"Dari mana kamu?" tanya Kirana.
"Habis pergi dengan mas Adit." jawab jujur Rana membuat wajah Kirana berubah masam.
Kirana dan Zahrana adalah adik kakak dari pasangan Rahman dan Wina. Sifat ke dua yang sangat berbanding terbalik, jika Zahrana terkesan pendiam dan selalu menggunakan hijab berbeda dengan Kirana yang suka menggunakan pakaian terbuka dan kasar.
Rana masuk ke dalam kamar nya, rumah itu hanya memiliki empat kamar dengan gaya rumah biasa saja seperti kebanyakan orang. Rahman dan Wina bukanlah seorang pengusaha sukses namun mereka hanya memiliki tempat usaha berupa toko sembako.
Selesai makan malam, Kiran menghampiri Rana di kamar nya. Wanita itu sedang asik membaca buku tentang pernikahan. Kiran bersandar pada daun pintu sambil melipat ke dua tangan nya.
"Pergi kemana aja kamu sama Adit?" tanya Kiran.
"Gak kemana-mana, hanya ke danau saja." jawab jujur Rana.
"Kamu yakin Adit itu setia?" tanya Kiran lalu Rana menutup buku nya.
"Yakin kak, aku dan Adit sudah lama saling kenal jadi gak mungkin dia berpaling apa lagi sebentar lagi kami akan menikah." ujar Rana tanpa merasa curiga sedikit pun dengan pertanyaan dengan sang kakak.
Kiran kemudian menutup pintu kamar Rana. Entah apa yang sedang di rahasia oleh Kiran, namun wanita itu sedang mencari cara untuk membatalkan pernikahan Zarharana dan Adit.
Pagi menjelang, Zahrana sudah siap dengan pakaian kerja nya. Wanita itu menuju meja makan untuk sarapan. Berbeda dengan Kiran, wanita itu adalah pengangguran yang lebih suka menghabiskan uang orang keluarga nya. Zahrana, wanita itu bekerja di sebuah perusahaan. Meski hanya seorang karyawan biasa, namun Rana sangat mensyukuri hasil dari kerja nya.
"Rana, kapan kamu ambil cuti?" tanya Wina.
"Tiga hari sebelum pernikahan bu. Perusahaan tidak mengizinkan cuti lama-lama." jawab Rana.
"Ya sudah kalau begitu, kalau kerja hati-hati." ujar Wina.
Selesai sarapan Zahrana langsung berangkat ke kantor. Dengan menggunakan sepeda motor metic milik nya wanita itu berangkat kerja. Rana terkenal sangat baik dan murah senyum, banyak pria yang mencoba mendekati nya namun dengan tegas wanita itu menolak.
Hari mulai siang, Rana dan teman nya pergi ke kantin untuk makan siang. Sedangkan di lain tempat, sebuah pertengkaran hebat sedang terjadi di dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam. Wanita itu bersikeras menolak pernikahan pria itu dengan alasan ia masih sangat mencintai nya.
Pertengkaran tersebut tak bisa di hentikan hingga tiba-tiba pria itu membanting stir ke pembatas jalan saat wanita itu mencoba merebut kemudi. Mobil mereka menghantam pembatas jalan dan terjun bebas ke bawah jembatan layang. Bunyi dentuman keras mobil menghantam aspal jalan di bawah, pria dan wanita itu sudah tidak sadarkan diri dengan sejumlah luka yang cukup parah.
Semua orang yang mendengar kabar kecelakaan itu langsung mendatangi rumah sakit. Sudah ada keluarga Kiran dan keluarga Adit. Wina sudah tidak sadarkan diri ketika Dokter menyatakan jika Kiran sudah meninggal dunia. Begitu juga dengan Laras, wanita itu juga tak sadarkan diri ketika Dokter juga menyakatan Adit anak nya meninggal dunia.
Jenazah sudah di bawa ke rumah duka masing-masing, di rumah keluarga Rahman juga hadir keluarga Angga yaitu calon mertua dari Kiran. Fattan, pria itu cukup tegar ketika melihat sang calon istri di masukkan ke dalam liang lahat. Meski air mata nya jatuh mengalir, pria itu sudah ikhlas atas kepergian Kiran.
Tanah masih merah, namun desas desus kecelakaan Adit dan Kiran menjadi buah bibir dari tetangga dan teman-teman mereka. Banyak yang mengatakan jika Adit dan Kiran adalah sepasang kekasih di belakang Rana dan Fattan.
Sungguh ini adalah kenyataan yang menyakitkan, Rana dan keluarga nya tidak pernah menyangka dengan perbuatan memalukan Kiran. Begitu juga keluarga Adit. Fattan, pria itu juga sudah mengetahui kebenaran tersebut. Amarah dan juga dendam telah merasuk kedalam hati pria itu. Kesetiaan nya selama ini di balas dengan sebuah pengkhianatan.
Tiga hari setelah kematian Kiran dan Adit, keluarga Angga datang mengahadap keluarga Rahman. Mereka tetap ingin pernikahan itu di laksanakan dengan menikahkan Fattan dan Rana. Awal nya Fattan dan Rana menolak, namun karena demi nama baik keluarga akhir nya mereka menerima pernikahan itu.
Fattan dan Adit sama-sama dari keluarga yang berada namun sikap mereka yang tidak pernah membedakan derajat banyak orang yang menyukai keluarga mereka.
Ke esok kan hari nya, Fattan dan Rana bertemu di sebuah cafe. "Apa kau senang jika menikah dengan ku?" tanya Fattan dengan sorot nata tajam nya.
"Tidak!" jawab tegas Rana. Biar bagaimana pun ia masih mencintai almarhum Adit.
"Pengkhianatan kakak mu sudah menghancurkan hidup ku juga keluarga ku."
"Aku juga di khianati." balas Rana.
Fattan mendecih, "Aku akan membalas perbuatan kakak mu!" ujar Fattan.
"Bagaimana mas Fattan akan membalas nya? Kak Kiran sudah meninggal."
"Kau yang harus menerima imbal balik atas perbuatan kakak mu." ucap Fattan dengan penuh penekanan.
Wajah Rana mendadak datar, "Jika hati mas Fattan memiliki dendam sebaiknya segera hilangkan. Tidak baik menyimpan dendam kepada orang yang telah tiada." ujar Rana. "Mas Fattan hanya kehilangan calon istri, tapi aku? aku juga kehilangan calon suami dan juga kakak kandung ku." ucap Rana mampu membungkam mulut Fattan.
"Aku menikahi mu demi keluarga ku. Jadi kau jangan berharap lebih dari ku apalagi itu cinta."
"Aku juga menikah dengan mas Fattan demi keluarga. Urusan cinta dan hati itu hanya Allah yang tahu." balas Rana kemudian pamit pergi.
Fattan mengepalkan kedua tangan nya, selama ini ia mengenal calon adik ipar nya itu sangat pendiam bahkan jarang bicara. Namun berbeda dengan kenyataan yang ia dapat siang ini.
Rana pulang, wanita itu melepas hijab nya lalu mengambil air wudhu kemudian ia melaksanakan sholat asar. Tangis nya kembali pecah, sungguh sakit pengkhianatan yang di lakukan oleh Adit selama ini, terlebih lagi ia berselingkuh dengan kakak nya sendiri.
Wina yang mendengar tangis anak nya hanya mampu menahan diri di depan pintu kamar Rana. Wanita itu cukup paham dengan perasaan Rana sekarang.
Hari pernikahan yang tidak pernah di inginkan itu akhir nya terlaksana juga. Pernikahan sederhana dan hanya ijab qobul sesuai kesepakatan Fattan dan Rana. Tak ada senyum dari sepasang pengantin baru itu.
Malam ini Fattan menginap di rumah mertua nya, pria itu duduk berselojor di atas tempat tidur Rana yang sudah sah menjadi istri nya tadi siang. Fattan sibuk memainkan ponsel nya ketika Rana masuk ke dalam kamar.
Wanita itu naik ke atas tempat tidur lalu memberi batas dengan satu buah guling. Rana memilih tidur dengan membelakangi Fattan. Ada rasa canggung dari ke dua nya, namun karena ego mereka mencoba bersikap biasa saja.
Keesokkan pagi nya, Fattan dan Rana pamit untuk pindah ke rumah yang telah telah di beli nya untuk Kiran. Wina dan Rahman sangat sedih ketika Rana memutuskan untuk ikut bersama suami nya. Bayangan buruk menghantui mereka mengingat pernikahan Fattan dan Rana hanya demi menyelamatkan nama baik keluarga.
Rumah berlantai dua dengan taman yang cukup luas. Ada empat kamar di sana, dua kamar di lantai atas dan dua kamar di lantai bawah.
"Itu kamar mu dan kamar ku ada di atas." tunjuk Fattan.
Tanpa bicara sepatah kata pun Rana langsung masuk ke dalam kamar nya. Wanita itu bisa bernafas lega karena ia dan Fattan tidak satu kamar.
"Mau ke mana kau?" tanya Fattan saat melihat Rana keluar dari kamar setelah asar.
"Kerumah bapak, aku mau ambil motor." jawab Rana.
Fattan hanya membulatkan mulut nya kemudian kembali ke kamar nya. Tanpa mengantar Rana, pria itu hanya melihat istri nya naik ojek dari atas balkon kamar.
Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk tiba di rumah orang tua nya. "Assalamualaikum." ucap Rana.
"Waalaikumsalam." balas Wina lalu menerima uluran tangan dari anak nya. " Loh, kok balik lagi?" tanya Wina.
"Iya bu, Rana mau ambil motor." jawab wanita itu.
"Suami mu kemana?" tanya Wina.
"Di rumah bu, mas Fattan sedang memperbaiki keran yang rusak." bohong Rana.
Rana kemudian mengambil kunci motor nya lalu langsung pamit. Wanita itu mampir ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu untuk membeli kebutuhan dapur. Setelah selesai ia langsung pulang.
Sesampai nya di rumah suami nya, Rana langsung menuju dapur dan menata barang belanjaan nya. Fattan yang melihat dari kejauhan hanya bisa menatap sinis wanita itu.
Menjelang magrib, Rana baru selesai memasak makan makan malam. Wanita itu kemudian pergi mandi lalu sholat magrib. Selesai sholat Rana menuju kamar suami nya lalu mengetuk pintu. Fattan keluar, wajah nya sangat malas.
"Ada apa?" tanya nya datar.
"Makan malam sudah siap." jawab Rana.
"Kau makan sendiri saja. Aku akan makan di luar." ujar nya lalu menutup pintu kamar nya kembali.
Rana menghela nafas dalam lalu turun ke bawah. Wanita itu menikmati makan malam dalam kesunyian. Rumah ini lumayan besar jika hanya untuk Rana seorang. Selesai makan malam, Rana kembali ke kamar nya. Sambil menunggu azan isya wanita itu menghabiskan waktu dengan membaca buku.
Selesai sholat isya, Rana menilik ke arah luar jendela dan mendapati mobil suami nya sudah tidak ada. Rana kemudian memilih merebahkan diri. Mengingat kembali kenangan bersama Adit, sungguh sangat menyakitkan. Mata wanita itu kembali berkaca-kaca.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!