NovelToon NovelToon

Menikah Muda

Awal bertemu

"Malam ini kalian harus menikah, besok baru Paman urus surat-suratnya," kata Paman dengan tegas.

Bila hidup boleh memilih, tentu akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu yang di anggap benar bagi setiap manusia untuk mengambil keputusan.

Tapi berbeda dengan Caca, gadis muda usia 21 tahun harus menerima keputusan dari Pamannya, menikah muda selama ini belum jadi prioritas Caca, apa lagi dengan lelaki yang belum di kenalnya.

Arkana lelaki usia 28 tahun, pengusaha Kuliner, suka berkerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi supaya bisa mengembangkan usaha kuliner dan restonya.

Di paksa menikahi wanita karena kesalah pahaman warga, Arkana tida ada pilihan lain harus menikah dengan wanita yang tidak di cintainya

Bagai mana kehidupan Caca selanjutnya, menjalani ke hidupkan rumah tangga dengan lelaki asing yang belum di kenalnya

💞💞💞💞💞

Malam hari tepatnya jam 11.30, Caca baru pulang kerja, karena jarak tempat berkerja dengan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh Caca pulang dengan berjalan kaki.

Saat sampai dekat sungai Caca di kejutkan dengan sosok yang tergeletak di pingir jembatan, saat Caca melihat badan lelaki itu bergerak, Caca berlari langsung menarik kaki lelaki yang tidak di kenalnya.

"Mas, aduh jangan bunuh diri, kalau ada masalah itu di hadapi bukan cari jalan pintas gini," kata Caca sambil menarik kaki lelaki yang sudah tidak sadarkan diri.

Caca yang kebingungan, mencoba mencari pertolongan, tapi karena waktu sudah malam tidak ada kendaraan yang lewat. Caca langsung mengambil handphonenya, di carinya kontak sahabatnya Diki, tak lama telpon tersambung.

"Halo, Ada apa Ca?" Kata Diki dari seberang sana.

"Diki aku butuh bantuanmu, cepat ke jempatan dekat rumahku ya, aku tunggu," tak lama Caca memutuskan hubungan teleponnya.

Diki hanya bisa menghela nafas panjang, kenapa sahabatnya memintanya datang, tidak menunggu lama Diki langsung ke arah rumah Caca menggendaraii motor metiknya. Dari jauh Diki sudah melihat Caca duduk di pinggir jembatan yang arus sungainya sangat deras.

"Caca! Kamu mau bunuh diri?" Kata Diki sambil menatap tajam sahabatnya.

"Gila apa, ngapain aku bunuh diri, enggak setipis itu imanku nyuk," jawab Caca sambil memukul lengan Diki.

“Auh, sakit Caca, kamu cewek tenaganya kuat banget,” racau Diki dengan sebel.

"Makanya, jangan mikir aneh-aneh, ini aku tadi lihat orang ini masih gerak, tapi sepertinya sekarang pingsan, kamu harus bantuin aku ya? Kita bawa ke rumah sakit," kata Caca sambil memperhatikan wajah tampan lelaki itu.

"Ca, bagaimana mau bawa ke rumah sakit, uangmu aja enggak ada, tadi kamu saja pinjam sama aku 20.000 buat pegangan," jawab Diki yang ikut duduk dekat Caca.

"Jadi bagaimana nyuk? Kasihan kalau tidak di tolong," kata Caca sambil melihat Diki.

Diki diam, tak lama Diki langsung menghidupkan motornya, merasa ada ide, Diki menatap lelaki yang masih pingsan itu.

"Ca, kita bawak ke rumah kamu saja, terus nanti kita bicarakan lagi ya, ayo bantuin angakat naikkan ke motor, kamu duduk di belakang, ingat ca, pegang jangan sampai jatuh." Jelas Diki ke Caca.

Tak lama motor langsung jalan ke arah rumah Caca, melihat jalanan yang sepi Caca merasa ragu, bagaimana kalau ada tetangga yang melihat membawa laki-laki pulang kerumahnya.

Setelah sampai di rumah.Caca, membantu Diki untuk mengangkat laki-laki yang baru di tolongnya, dengan nafas tersengal-sengal Diki dan Caca akhirnya bisa membaringkan tubuh pria yang tidak di kenalnya itu.

"Ca, kau bersihkan wajahnya dan obati ya, aku mau pulang capek besok aku shif pagi, kamu kan shif sore jadi bisa jagain orang ini," kata Diki sambil berdiri hendak keluar rumah.

"Nyuk, tunggu kamu nginap aja nyuk, nanti kalau aku di apa-apain bagaimana nyuk?" Kata Caca dengan cemas.

"Hah, orang mikir kalau mau ngapa-ngapain kamu Ca, badan tipis gini enggak ada yang menarik," jawab Diki sambil tertawa.

"Enak saja, mana ada gini tipis, ini badan model tau nyuk," kata Caca dengan gaya berjalan bak model.

"Sudahlah, aku pulang ya," Diki langsung keluar dan mengendarai motornya.

Setelah kepulangan Diki, Caca langsung mengobati luka di wajah, tangan dan perut laki-laki yang di tolongnya tadi.

Caca selesai, langsung duduk di sofa dekat kamarnya, tampan juga, batin Caca. Tak lama terdengar suara lelaki itu.

"Auh, dimana aku?" Kata laki-laki itu sambil berusaha duduk bersandar di dinding.

"Alhamdulillah, mas sudah sadar," kata Caca mendatangi laki-laki yang sedang menahan sakit itu.

"Kamu yang menolongku?" Belum sempai Caca mnjawab terdengar suara gaduh di luar.

Caca yang penasaran langsung berjalan membuka pintu, Caca melotot terkejut, melihat banyak warga di depan rumahnya, ada juga Pamannya yang menatapnya tajam.

Plakk

"Aaww, kenapa Paman menampar ku," kata Caca sambil memegang pipinya yang terasa panas.

"Caca! Paman dan Ayah mu tidak pernah mengajarkan hal buruk, kenapa kamu berzina dengan lelaki yang ada dalam rumah Ayahmu," suara Paman Jaka yang sudah terbawa emosi membuat Caca ketakutan.

Paman Caca yang bernama Jaka adalah adek kandung dari Ayah Caca yang bernama Yanto, hanya Paman Jaka kerabat Caca yang ada, sudah di anggap seperti Ayahnya sendiri oleh Caca.

Tak lama keluar lelaki dari dalam rumah, menatap semua orang yang ada di luar rumah.

"Ada apa ini?" Kata lelaki yang belum di ketahui namanya oleh Caca.

"Sebaiknya kita bicarakan di dalam saja bapak-bapak," kata Paman.

Tak lama sebagian Bapak-Bapak ada yang masuk ada juga yang menunggu di luar rumah caca. Setelah itu Paman menatap tajam ke arah laki-laki yang ikut duduk di samping Caca.

"Siapa namamu?" Kata Paman dengan suara tertahan. 

"Saya Arkana," jawabnya singkat.

"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" Tanya Paman lagi yang di tunjuk kan ke Caca dan Arkana.

Caca dan Arkana saling tatap merasa bingung, karena tidak ada yang menjawab, Paman semakin bertambah menatap tajam.

"Kenapa tidak ada yang menjawab? bukan kah ini pertanyaan yang mudah," kata Paman.

"Maaf, Paman tadi Caca pulang kerja baru bertemu," jawab Caca dengan suara yang bergetar.

"Apa? Baru bertemu langsung kamu bawa menginap di rumah Caca!" Suara Paman membuat Caca semakin ketakutan.

"Begini Paman," tak lama Caca menceritakan semua awal bertemu dengan Arkana.

Setelah Caca menceritakan semuanya, Paman terdiam, ini bukan salah Caca, tapi ini sudah membuat malu, seorang gadis tingal sendiri memasukkan lelaki kedalam rumah.

"Malam ini kalian harus menikah, besok baru Paman urus surat-suratnya," kata Paman dengan tegas.

"Apa?" Kata Caca dan Arkana serempak.

Bersambung ya

jangan lupa like dan votenya 🙏

Sah

Malam ini juga Caca menikah dengan Arkana, entah mimpi apa, Caca dalam hitungan jam berubah setatus. Acara ijab kabul yang sangat sederhana di lakukan di kediaman Almarhum rumah pak Yanto.

Kata-kata sah dari para saksi dan warga setempat menandakan kalau Arkana dan Caca sudah menjadi pasangan suami-istri.

Di pernikahan singkat ini, tidak ada cincin, mas kawinnya saja hanya uang 35 ribu yang ada di dompet Arkana, sebenarnya Arkana bisa memberi lebih, tapi karena semua mendadak, jadi apa yang ada saja.

"Nak Arkana," kata Paman, setelah para warga sudah pulang, tingallah mereka bertiga, Arkana, Caca dan Paman Jaka.

"Ia Paman," jawab Arkana singkat sambil menatap Paman Jaka.

"Tolong jaga Caca, sekarang dia tangung jawabmu, dan kamu Caca tolong hormati suamimu, seperti kamu menghormati Ayah dan Paman mu nak," kata Paman Jaka, dengan raut muka yang terlihat sedih.

Caca yang sedari tadi menahan air matanya, akhirnya sudah tak tahan Isak tangisnya sudah terdengar di telinga Arkana dan Paman Jaka.

"Caca kangen sama Ayah Paman," kata Caca sambil memeluk Paman Jaka.

"Paman mengerti, sekarang istirahat lah, Paman juga mau pulang, besok bawak suamimu kerumah Paman," kata Paman sambil menepuk bahu Arkana. 

Selepas ke pergian Paman, suasana menjadi canggung antara Caca dan Arkana, tidak ada yang berbicara seakan masing-masing larut dengan pemikiran masing-masing, tak lama Caca memecahkan ke heningan.

"Mas, Mas istirahat saja di kamar, pasti badan mas masih  sakit," kata Caca tanpa berani melihat Arkana yang kini sedang menatapnya.

"Ayo, kita istirahat kamu juga lelah," jawab Arkana langsung berdiri menarik tangan Caca untuk masuk  ke dalam Kamar.

Caca merasa panik, saat ada di dalam kamarnya, di tatapnya suaminya yang baru 1 jam menikahi nya.

"Sini tidur, aku tidak akan menyentuhmu," kata Arkana sambil menepuk kasur di sebelahnya.

"Hem, aku di sini saja Mas, Mas saja yang istirahat di situ," kata Caca sambil membaringkan tubuhnya di sofa.

Arkana hanya diam , sambil menutup matanya, setalah 1 jam tidak ada pengerekan dari istrinya, Arkana bangun langsung mengangkat tubuh istrinya untuk di pindahkan di kasur sampingnya.

Arkana menatap wajah ayu istrinya, andai kamu tidak menolongku pasti pernikahan ini tidak akan terjadi, Maafkan aku, batin Arkana, Lalu mengecup kening Caca, habis itu Arkana keluar kamar dan mengambil handphonenya Caca, Arkana mengetik nomer di handphone Caca tak lama sambungan terhubung.

"Halo, siapa sih telpon malam-malam gini," kata Doni asisten Arkana.

"Kamu mau aku pecat Don!" Suara Arkan yang datar terdengar menyeramkan.

"Eh, bos maaf tadi kirain siapa, ganti nomer telpon bos," jawab Doni gugup.

"Kamu antar bajuku dan baju wanita, nanti aku shere lokasinya," kata Arkana, tanpa menunggu jawaban dari Doni Arkana langsung mematikan sambungan teleponnya.

Saat azan subuh berkumandang, Caca bangun langsung ambil wudhu dan menjalankan ke wajibannya sebagai seorang muslim. Caca seakan lupa apa yang terjadi semalam.

Saat Caca keluar kamar di kejutkan dengan dua orang pria tampan sedang menatapnya.

Caca hanya diam di depan kamar menatap kedua orang itu, huf, kirain kejadian semalam hanya mimpi, ternyata aku benar-benar sudah menikah, batin Caca.

Caca langsung melangkah kedapur untuk membuatkan minum suaminya, Caca tersenyum geli dengan kata-kata suami. Setelah selesai membuat minum dan memotong kue yang di buatnya kemarin sebelum pergi kerja Caca berjalan ke depan ruang tamu.

"Silahkan diminum Mas," kata Caca dengan tersenyum ramah. Saat Caca hendak berjalan kebelakang Arkana menarik tangan Caca.

"Duduklah sebentar, ada yang mau aku bicarakan denganmu,"kata Arkana.

Tak menunggu lama Caca duduk di samping Arkana, sambil menunduk, entah kenapa di depan Arkana tingkah bar-bar Caca hilang.

"Ada apa Mas?" Kata Caca sambil menatap Arkana sebentar.

"Nanti sore kita pindah ke rumahku, ku harap kamu mengerti," kata Arkana dengan datar.

"Maaf Mas, bukannya Caca enggak mau ikut, tapi hari ini Caca kerja masuk jam 3.00,"jawab Caca.

Arkana menatap Doni, dan beralih menatap wanita yang sekarang menjadi istrinya. Arkana berfikir bagaimana caranya suapaya istrinya tidak berkerja lagi.

"Jam berapa kamu pulang kerja?" Tanya Arkana lagi.

"Jam 11 malam Mas," jawab Caca.

"Bagaimana Don? Kamu suruh anak buahmu untuk mengemasi barang-barang istriku, karena pagi ini sampai siang aku akan berkunjung ke rumah Paman Jaka," kata Arkana.

"Siap bos, nanti siang barang-barang Nyonya sudah ada di rumah besar," jawab Doni sambil mengotak-atik handphonenya.

Arkana mengambil paper bag yang di bawa Doni tadi lalu memberikan ke Caca, Caca menatap suaminya seakan menanyakan apa isi di dalamnya.

"Ini apa Mas," kata Caca

"Bersiaplah, ini baju buat mu, nanti setelah dari rumah Paman langsung saja pergi kerja," jawab Arkana.

Caca menatap suaminya, kapan Mas membelinya? Bukankah ini masih pagi mana ada toko buka jam segini, batin Caca

"Ya sudah Caca ke kamar dulu Mas," Caca berdiri dan buru-buru masuk ke kamar.

Setelah kepergian Caca, Doni langsung mengacuhkan jempolnya ke Arkana.

Beruntung sekali Arkana dapat istri yang cantik dan menggemaskan.

"Bos, lo seriuskan, sama istri lo? Terus bagaimana dengan Laras bos?" Doni memberondong pertanyaan ke Arkana.

"Itu yang bikin gue semalam enggak bisa tidur Don!" Arkana merasa frustasi memikirkannya.

Tanpa mereka sadari Caca mendengarkan pembicaraan antara Arkana dengan temannya, ya Allah apakah aku sudah menjadi orang ketiga dari mereka, batin Caca meneteskan air matanya, Caca tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain.

"Mas," suara Caca mengejutkan Arkana dan Doni.

"Eh, anu...sejak kapan kamu berdiri di situ?" Kata Arkana dengan gugup, takut Caca mendengar obrolannya tadi bersama Doni.

"Baru Mas, aku sudah siap jam berapa kita pergi," jawab Caca berusaha santai.

"Ia, kita pergi sekarang," tak lama mobil yang di kemudikan Doni meluncur dengan kecepatan sedang ke arah rumah Paman Jaka.

Setelah menempuh perjalanan 20 menit Caca dan Arkana sampai di rumah Paman Jaka, Caca turun dari mobil mewah Arkana, Caca langsung membuka pagar.

"Assalamualaikum," kata Caca dengan semangat sambil teriak.

"Jangan teriak enggak sopan!" Tegur Arkana ke Caca.

"Kalau enggak teriak bibi Anis enggak dengar Mas," jawab Caca sambil tersenyum.

Tak lama keluar wanita paruh baya dengan senyum tersungging di bibirnya, di ikuti Laki-laki yang semalam menikahkannya.

"Walaikumsalam neng, ya Allah pengantin baru pagi-pagi sudah keramas saja," goda bik Anis.

Caca yang kurang paham hanya cuek saja, sedangkan Arkana tersenyum menanggapi godaan istri paman Jaka.

"Sudah bu, jangan di godain Caca nanti malu, ini siapa yang ganteng," paman Jaka menunjuk Doni.

"Ini teman Arkana Paman, maaf Paman sore nanti rencana mau bawa Caca pindah ke rumah Arkana, sekalian Arkana mau izin," kata Arkana.

"Saya mah, terserah Caca saja nak Arkana, tapi sudah ke wajiban Caca untuk mengikuti suaminya." Jelas Paman Jaka.

"Kalau Caca, ngikut saja, kemana mas Arkana tinggal," jawab Caca.

"Alhamdulillah, kalau gitu Paman senang dengarnya.

Bersambung ya mohon dukungannya dengan like dan votenya.

Laras pulang

Di tengah perbincangan antara paman Jaka dan Arkana yang terlihat hangat, Doni merasa senang ternyata bos yang biasa cuek dengan orang yang baru di kenalnya bisa berbincang hangat.

Tanpa terasa karena ke asikan ngobrol jam sudah menunjukkan 2.30, waktunya Caca pergi kerja. Arkana dan Caca berpamitan kepada paman Jaka dan bibi Anis, setelah masuk mobil handphone Arkana berdering, Arkana tersenyum saat melihat nama yang menelponnya.

"Halo sayang, apa kamu sudah sampai bandara?" Tanya Arkana.

"Ia Mas, bisa jemput kan?" Kata wanita yang di seberang sana.

"Bisa sayang, ini aku otw," tak lama sambungan terputus.

Caca merasa dadanya sesak, saat mendengar Arkana memanggil sayang waktu terima telpon tadi.ya Allah pernikahan apa ini? Apakah aku harus menyerah, sedangkan pernikahan ku belum ada 24 jam.

"Doni, kita langsung ke Bandara jemput Laras, Ca, kasih tau Doni alamat mu berkerja," kata Arkana.

"Mas Doni, Caca berhenti di simpang depan saja ya," kata Caca sambil tersenyum menatap Doni.

"Ia Nyonya," jawab Doni

"Mas Doni panggil Caca saja ya," tak lama mobil Doni berhenti di simpang yang di tunjuk Caca, sebelum Caca turun, Caca mengulurkan tangannya ke Arkana, tapi Arkana terlihat bingung.

"Apa?" Tanya Arkana dengan menaikkan alisnya satu.

"Salim," kata Caca sambil menarik tangan Arkana dan mencium punggung tangan Arkana.

"Oh," jawab Arkana hanya membiarkan tangannya di cium Caca.

"Mas Doni hati-hati ya titip Babang tamfanku," kata Caca sambil menutup pintu mobil.

Doni belum sampai menjawab, mobil sudah ditutup Caca, Arkana menatap Doni dengan heran siapa yang di maksud babang tamfan Caca tadi, ah nanti saja kutanya , batin Arkana.

Arkana menatap kepergian istrinya, ada rasa bersalah saat ini, bagaimana cara menjelaskan kepada Laras, kalau sekarang sudah menikah sedangkan kedatangan Laras untuk melaksanakan pesta pertunangannya.

"Apa yang di pikirkan bos, terlihat sekali kalau anda sedang banyak pikiran, andai bos mau cerita pasti dengan senang hati bos aku akan membantumu, batin Doni.

Tak berapa lama mereka sampai ke Bandara, mobil langsung meluncur ke bagian kedatangan, dari jauh Arkana sudah melihat Laras berdiri di tepi jalan, Doni menghentikan mobilnya tepat di samping Laras, Doni turun membukakan pintu mobil, tak lama langsung memasukkan koper Laras di bagasi belakang.

Mobil berlahan meninggalkan Bandara dengan kecepatan sedang.

"Mas, aku kangen," ucap Laras sambil memeluk Arkana, Arkana hanya tersenyum sambil mengecup kening Laras.

"Sayang kamu mau tinggal di hotel atau di apartemen?" Ucap Arkana dengan lembut.

"Loh, kenapa nggak langsung ke rumah besar saja Mas? nantikan kita tinggal di situ Setelah menikah," jawab Laras dengan bingung.

"Ia sayang, nanti tinggal di rumah besar setelah kita menikah." Ucap Arkana lembut supaya Laras tidak marah padanya.

"Ya sudahlah Mas, antar aku ke apartemen," ucap Laras yang sebenarnya kesal, tapi berusaha menutupinya.

"Don, langsung ke apartemen ya." Kata Arkana.

"Siap bos." Jawab Doni.

"Kenapa mas Arkana tidak langsung membawaku kerumah besarnya, aku penasaran seperti apa ya rumah besar itu,batin Laras.

Mobil sampai di apartemen Laras, Doni segera membukakan pintu buat Laras dan Arkana, Doni juga mengeluarkan koper Laras, saat Doni hendak membawa koper Laras ke atas Arkana menghentikannya.

"Biar aku yang bawak Don, kamu tunggu di mobil saja," ucap Arkana.

"Siap bos," jawab Doni dengan tersenyum.

Arkana dan Laras berjalan menuju lift, tidak ada percakapan selama mereka di dalam lift keduanya sama-sama terdiam, saat sampai tujuan yaitu lantai 5, lift terbuka Arkana menarik tangan Laras supaya cepat keluar.

"Sayang, kamu istirahatlah dulu, besok aku akan menjemputmu untuk fiting baju dan mencari cincin." Ucap Arkana lalu mencium kening Laras.

"Mas Arkana enggak masuk dulu?" Kata Laras manja.

"Maaf, Mas masih ada urusan di resto," jawab Arkana.

"Ya, sudah mas hati-hati," ucap Laras langsung masuk kedalam apertemennya.

Arkana langsung meninggalkan apertemen, karena Doni sudah menunggunya, Doni yang melihat kedatangan bosnya langsung membukakan pintu mobil.

"Kita langsung kemana bos," ucap Doni.

"Ke rumah besar, Don apa barang-barang Caca sudah ada di rumah besar?" Tanya Arkana.

"Sudah bos, baru sampai, maaf bos Nyoya akan tidur di kamar mana?" Kata Doni.

"Suruh bik Yani menyusun di kamarku," jawab Arkana.

"What serius bos?" Doni terkejut dengan jawaban Arkana.

Arkana hanya tersenyum menanggapi ke terkejutan Asistennya itu.

"Bagaimana pun juga Caca adalah istriku sudah sewajarnya dia tidur bersama denganku, aku juga berhutang budi padanya, kalau tidak ada dia mungkin aku sudah mati terjun ke sungai itu, aku yakin si tuan Bangka itu mengira anak buahnya sudah menghabisiku! Kata hati Arkana.

Sesampainya di rumah besar, mobil yang di kemudikan Doni memasuki gerbang besar warna hitam, dimana setiap sudut di pasang Cctv canggih yang langsung dapat menandai setiap gerakan musuh yang akan mendekati jarak 100 m dari rumah besar milik Arkana.

Para penjaga berbadan tegap dengan pakaian warna hitam lansung memberikan hormat ke pada Arkana saat Arkana keluar dari mobil.

Laki-laki paruh baya sekitar umur 48 tahun memberikan hormat kepada Arkana dan Doni. Lelaki itu yang biasa di panggil Ayah oleh Arkana, karena dari kecil Jonilah yang selalu menemaninya di rumah besar, sedangkan Joni adalah orang tua dari Doni, Doni dan Arkana di besarkan bersama-sama oleh Ayah Joni karena ke dua orang tua Arkana sibuk di luar negeri untuk mengurus usahanya, Arkana sengaja di kirim ke Indonesia, demi ke amanan Arkana sendiri, karena Arkana ahli waris dari Perusahaan yang bernama AA nama perusahaan itu di ambil dari nama Arkana dan Ariana.

Arkana dan Ariana anak kembar, mereka sementara di pisahkan oleh orangtuanya Ayahnya bernama Adrian dan Ibunya bernama Arini.

Arkana memasuki rumah besar langsung menuju ke kamarnya yang di ikuti oleh Ayah Joni dan Doni.

"Ayah, mungkin Doni sudah menceritakan semua tentang Caca," ucap Arkana sambil duduk di sofa kamarnya.

"Ia nak, Ayah sudah tau, jadi mulai malam ini istrimu akan tinggal di sini," jawab ayah Joni sambil tersenyum tipis menatap Arkana.

"Ia Ayah, dan untuk masalah Laras biar aku sendiri yang akan membicarakannya dengan Caca, aku tau ini akan menyakiti hati Caca tapi, lebih baik Caca dengar langsung dari mulutku, karena aku yakin berita pertunangan ku akan akan terdengar olehnya, jadi sebelum aku bertunangan dengan Laras, Caca harus tau terlebih dahulu," ucap Arkana sambil menatap Ayah dan Doni.

"Ia Nak, itu lebih baik bagaimana pun juga Caca adalah istrimu sekarang, dia berhak tau. Doni jam berapa nak Caca pulang kerja," kata Ayah.

"Jam 11.00 yah," jawab Doni.

Aku yakin, ini akan membuat Caca sakit hati, bagaimana pun Caca adalah gadis yang cantik dan polos, seandainya bos mau melepaskan Caca, pasti dengan senang hati aku akan menerimanya,batin Doni sambil senyum-senyum.

Plakk

"Aduh Ayah, kenapa ayah memukul kepala ku," ucap Doni sambil meringis kesakitan.

"Kamu mikirin apa hah? Sampai senyum-senyum sendiri, dari tadi Ayah bicara tidak di dengarkan!" Ucap Ayah Joni yang kesal melihat anaknya.

Bersambung ya...

Aduh babang Doni mikirin apa sih, jangan-jangan mikirin author ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!