Novia adalah salah satu mahasiswi di kampus Negeri di kota A, ia terlahir dari keluarga yang cukup mampu dimana dulunya kakek nya adalah tuan tanah dikampumg tempat ia tinggal. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri sipil atau biasa disebut PNS dan ibu nya adalah ibu rumah tangga biasa.
Novia memiliki orang tua angkat yaitu kakak perempuan dari ibu nya, yang sering ia panggil dengan sebutan Mamah. Novia memiliki satu kakak kandung bernama Mutia. Novia adalah anak kedua dari dua bersaudara usia ia dan kakak nya pun tak beda jauh hanya sekitar berjarak tiga tahunan, itulah mengapa ia sangat dekat dengan kakak nya. Novia dan kakak nya tumbuh menjadi gadis dewasa dimana usia kakak nya yang menginjak 23 tahun sedangkan Novia ber umur 20 tahun.
Novia sering diperlakukan tidak adil oleh keluarga nya dimana keluarga nya lebih perhatian dengan kakak nya dibanding kan Novia.
Di suatu pagi Novia hendak pergi ke kampus dan berpamitan kepada ibunya.
"Bu Novia pergi ke kampus dulu ya mobil Novia bawa," ucap Novia.
"No, kamu naik ojol aja ya mobil mau kakak kamu bawa ke kampus," jawab ibunya dengan tegas.
"Oh okay." Memasang senyum palsu.
Novia pun dengan wajah sedih memesan ojol dan berangkat ke kampus.
"Hey sist, kok tumben muka nya sedih gitu kenapa?" tanya Caca sabahat dekat Novia.
"Eh elo ca ngagetin aja bikin jantungan,, hmmm enggak cuma lagi mikir aja," jawab Novia.
Caca adalah sahabat nya Novia yang tau sisi kehidupan Novia bahkan ia tahu bahwa Novia diperlakukan tidak adil oleh keluarga nya.
"Lebay deh, mikirin apa? mikirin pak dosen yang ganteng itu yah?" tanya Caca dengan isengnya.
"Dih, apaan si ca gak ada yang laen apa yang bisa di bahas." Memasang muka bete nya.
"Utututu............jangan ngambek dong say yuk kita ke kelas aja bentar lagi matkul bapak itu dimulai," ujar Caca sembari menarik tangan Novia.
Di dalam kelas, setengah jam kemudian dosen pun memasuki ruangan.
"Hallo bagaimana kabar kalian semua?" sapa Satrio kepada mahasiwa/i nya.
"Baik pak," jawab serentak.
"Oke kalo begitu silahkan maju untuk yang presentasi minggu ini," pinta Satrio kepada mahasiswa nya.
"Yuk maju nov," ajak Caca kepada Novia.
"Loh kita maju minggu ini ca?" tanya Novia dengan wajah polosnya.
"Ya iyalah elo pikir tahun depan?" jawab Caca dengan muka bete nya, ia tau bahwa shabatnya itu sangat pelupa.
"Mampus gue ca tamat gue belum baca sama sekali materinya, gue juga gak bawa copy an makalah nya." Dengan wajah paniknya.
"Kan suka kebiasaan deh, nih untung aja gua bawa lebihan fotocopy nya." Menyerahkan beberapa lembar kertas materi seraya memutar bola mata nya dan berwajah kesal.
"Maacih cayang." Bersikap manja kepada Caca.
Caca memasang muka bete nya. Mata kuliah pun berjalan dengan lumayan lancar sampai jam matkul pun habis.
"Baik mungkin sampai disini saja pertemuan kita minggu ini sampai berjumpa kembali minggu depan, tolong Novia bawa makalah kelompok kamu keruangan saya ya," pinta Satrio kepada Novia.
"Deg........eemmm ba......baik pak." Seketika Novia pipi nya berubah memerah.
Novia bingung karena Novia tau kalau pak Rio dosen nya suka bertingkah aneh dan menunjukkan rasa suka nya kepada Novia tetapi dia tidak pernah mengatakan nya kepada Novia karena sebagai seorang dosen ia harus tetap profesional mengajar
namun, dari tingkah laku nya bapak dosen ini menunjukkan perhatian yang lebih kepada Novia berbeda dengan cara ia memperhatikan mahasiswi lain.
Pak Satrio adalah dosen paling tampan di kampus nya, tubuh nya yang tinggi kulit putih serta badan yang gagah dan sixpack. Ia seorang dosen muda pintar dan cerdas pak Satrio juga sangat berwibawa dan karismatik. Itulah yang membuat seluruh wanita di kampus nya banyak mencari perhatian nya.
Di ruangan pak Satrio, dimana hanya ada Novia dan pak Satrio saja.
"Permisi pak, saya ingin mengumpulkan makalah yang bapak minta," ujar Novia.
"Silahkan duduk saya mau bicara." Satrio mempersilahkan Novia untuk duduk.
"Iya pak terimakasih." Novia pun duduk berhadapan dengan Satrio dan hanya ada meja yang membatasi mereka berdua, Novia pun semakin gugup jantung Novia terpacu sangat cepat ketika berhadapan dengan dosennya tersebut.
"Udah gak usah gugup, santai saja saya gak akan makan kamu kok hehe." Mencoba mencairkan suasana.
"Hehe bapak, saya gak gugup kok pak biasa aja. Hemmmm bapak mau ngomong apa ya sama saya? apa saya membuat kesalahan?" tanya Novia dengan menahan gugup yang teramat sangat.
"Enggak, sama sekali enggak. Saya cuma mau ngobrol aja sama kamu." Satrio memberi senyum ramah.
"Eh........bapak gak salah? saya mah apa atuh pak cuma remahan rengginang doang hehe. Masa iya bapak mau ngobrol sama saya, terus apa yang mau di obrolin kalo sama saya mah pak." Tertawa garing.
"Kamu nanti malem ada acara?" tanya Satrio dengan spontan.
"Nanti malem saya mau belajar pak besok saya presentasi mata kuliah pak Yuda soalnya saya takut gak nguasain materi nya ntar dikasih nilai C lagi kan sakit rasanya." Novia memasang muka sedih.
"Gimana kalo saya ajarin kamu sekalian kita ngobrol bareng di caffe x," ajak Satrio kepada mahasiswi nya tersebut.
"Hah? bapak serius?" tanya Novia dengan wajah terkejutnya.
"Iya nov, kenapa? kamu gak mau ya?" tanya balik Satrio melihat Novia yang bingung.
"Duh, bukan nya gak mau pak. Tapi saya mah takut ngerepotin bapak, bapak kan orang sibuk," ujar Novia.
"Enggak kok, kebetulan saya lagi gak ada acara." Tersenyum manis kepada Novia.
"Hem iya deh kalo emang bapak gak sibuk, kebetulan saya juga ada beberapa materi yang sulit dan saya gak faham," jawab Novia menyetujui ajakan dosennya tersebut.
"Oke nanti malem saya jemput, kamu sharelocation ya alamat rumah kamu," pinta Satrio.
"Tapi saya gak punya nomor wa bapak." Dengan wajah polosnya.
"Masa sih, unik banget satu kampus ini mahasiswi pada punya nomor saya masa kamu enggak." Dengan wajah keheranan.
"Yeee.......bapak cek aja sendiri nih hp saya, kalo ada bapak saya kasih hadiah deh." Novia menjulurkan hp nya untuk berusaha membuktikan ucapan nya.
"Yaudah sini." Mengambil hp nya dari tangan Novia, memasukkan nomor telfonnya.
"Nih udah, nanti jangan lupa shareloc okay," pinta Satrio.
"Oke pak, saya udah bolehin keluar belum pak dari ruangan bapak?" tanya nya dengan wajah polosnya.
"Hehe tentu silahkan." Satrio terkekeh melihat tingkah lucu Novia.
"Hehe okay pak terimakasih." Memasang senyuman.
Setelah keluar ruangan pak Satrio novia langsung memesan ojol untuk pulang kerumah nya.
"Assalamualaikum, Novia pulang," ujar Novia.
"Wa'alaikumsalam," jawab ibunya.
"Ibu masak apa? Novia laper belum makan nih," ucap Novia dengan wajah lelahnya sepulang kuliah.
"Ibu gak masak, kamu goreng telur aja ya kan udah gede bisa kan usaha sendiri kalo mau makan," sahut ibunya dengan cuek.
Ingin rasanya Novia menangis, ia lelah pulang dari kuliah berharap ibu nya memasak masakan yang enak seperti ibu teman teman nya tapi kenyataan nya berbanding terbalik.
"Hem yaudah deh Novia ganti baju dulu," ujar Novia dengan lemas.
Setelah berganti pakaian Novia pun masak dan makan siang tak lama ibu nya pun sibuk ingin memasak Novia pun heran melihat tingkah ibu nya lalu Novia melontarkan pertanyaan.
"Loh bu kata nya lagi gak mau masak, kok tiba tiba masak?" tanya nya dengan bingung.
"Iya ibu lupa kalo kakak mu bentar lagi pulang, pasti nanti dia ngambek kalo ibu belum masak buat dia," tukas ibunya tanpa memikirkan perasaan Novia.
"Hem gitu." Novia menahan air matanya.
Novia selalu diperlakukan tidak adil oleh orang tua bahkan keluarga nya, tapi tidak sedikitpun Novia mempunyai rasa benci atau ingin membalas nya. Bahkan seringkali dia mendapatkan plerlakuan tidak adil secara terang-terangan dan selalu membuat hati nya sedih. Novia adalah anak kandung tapi sering diperlakukan seperti anak tiri.
"Bu," panggil Novia
"Ya," jawab ibu nya singkat.
"Boleh gak malem ini via pergi sama dosen Novia ?" tanya Novia sembari menuangkan air di gelas.
"Dosen?" tanya ibunya seraya menoleh ke arahnya.
"Iya bu, Novia mau belajar kok gak aneh aneh, soalnya materi presentasi besok ada yang sulit dan ada beberapa yang via kurang faham," jelasnya.
"Yaudah, tapi jangan pulang terlalu larut nanti ayah bisa marah," tukas ibu nya dengan ketus.
"Iya bu," jawab Novia dengan nada yang rendah dan terlihat sedih.
Novia langsung meninggalkan meja makan lalu menuju kamar nya.
Malam pun tiba, Novia sudah memberikan alamat rumah nya kepada Satrio. Novia pun bersiap siap untuk pergi Novia gugup bukan main karena akan bertemu bahkan kencan dengan dosen nya sendiri. Terdengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu, ibu Novia segera membukakan pintu dan melihat siapa yang datang.
"Assalamualaikum." Satrio mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam, cari siapa ya?" jawab ibu dewi ibunya Novia seraya membuka pintu rumahnya.
"Permisi ibu Novia nya ada?" tanya Satrio seraya bersalaman dengan ibu nya Novia.
"Oh, pasti dosen nya novia ya?" menebak dengan spontan.
"Iya ibu saya dosen nya novia, novia nya ada?" tanya nya dengan memasang senyum ramahnya.
Ibu Novia pun melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Seperti nya dosen Novia ini bukan orang biasa, kalau dilihat dari penampilan nya dan harga outfit nya ini bernilai sangat mahal" batin ibu Dewi.
"Bu Novia nya ada? " tanya Satrio ulang untuk memastikan.
"Ada......ada...masuk nak." Ibu Novia tersentak dari lamunan nya dan mempersilahkan Satrio untuk masuk.
"Iya ibu terimakasih." Tersenyum ramah.
Satrio pun menunggu Novia di ruang tamu.
Sedangkan ibu nya Novia menyusul anaknya yang masih bersiap di kamar.
"Nov dosen kamu udah dateng tuh. Ganteng banget loh, kamu pacaran sama dia?" tanya ibu Dewi kepada anaknya.
"Enggak ada niat buat kesitu bu, lagi pula pak Satrio juga gak mungkin mau sama Novia secara dia idola di kampus," jawab Novia.
"Kalo gitu jodohin aja dia sama kakak, mereka keliatan nya cocok kalo dijodohin." Dengan wajah yang penuh harap.
"Hemmm iya deh terserah ibu aja gimana baiknya." Novia tidak ingin meladeni pernyataan ibu nya tersebut karena jujur saja Novia sudah sangat lelah menghadapi sikap ibunya yang suka semaunya sendiri.
Novia langsung keluar kamar dan menemui satrio yang sudah sedari tadi menunggu di ruang tamu.
"Pak saya sudah siap," ucap Novia yang berdiri di persis di depan Satrio.
"Yaudah yuk kita pamitan," ajak Satrio.
"Bu saya pamit dulu ya, Novia nya saya pinjem dulu hehe." Satrio melempar candaan untuk mencairkan suasana.
"Iya nak, jangan pulang malem malem ya," tukas ibu Dewi
"Baik bu." Tersenyum manis.
Saat di dalam mobil suasana seketika hening tanpa suara.
"Kamu kok diem aja nov?" tegur Satrio yang melihat Novia hanya diam saja.
"eqh, iya pak lagi pengen diem aja abis bingung mau ngomong apa." Tertawa kecil.
"Yaudah deh saya yang nanya, kamu mau gak jadi istri saya?" tanya nya dengan spontan.
Pertanyaan itu langsung Novia tersentak dan lantas bengong, jantung nya berpacu saat dosen nya menanyakan pertanyaan yang menohok seperti itu.
"Hah? bapak ini apa si bercanda nya gak lucu tau." Dengan wajah nya yang seketika memerah.
Satrio menepikan mobilnya, Satrio memiringkan badan nya menghadap Novia dan langsung memegang kedua tangan nya dan menatap Novia dengan lekat.
"Maaf ya saya gak sopan, gak seharusnya saya sebagai dosen kamu seperti ini. Jujur saya gak bisa lagi pura-pura biasa aja di depan kamu nov, saya sayang sama kamu bukan sebagai mahasiswi tapi lebih dari itu. Kamu mau menikah dengan saya?" tanya nya lagi untuk memperjelas.
Novia membisu tanpa kata, ia kaget karena tiba tiba dipegang tangannya dan dipandang dengan begitu lekat. Dia tak bisa berkata apa apa, sejujurnya Novia juga memiliki perasaan kepada dosennya itu tapi hanya sebatas rasa kagum karena dia adalah dosen yang hebat di kampusnya.
"Pak, Novia rasa ini terlalu cepat. Kasih Novia waktu untuk mengenal bapak lebih jauh. Novia juga gak dibolehin sama keluarga nikah kalau belum wisuda," jelasnya.
"Baik, kita bisa saling mengenal dulu saya akan tunggu kamu sampai kamu siap jadi istri saya." Tersenyum penuh kesabaran.
"Iya pak." Membalas senyuman Satrio.
Satrio kembali melajukan mobil nya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
"Jangan panggil pak dong tua banget kaya nya aku kan calon suami kamu." Goda Satrio.
Sebenarnya Satrio bukanlah tipe lelaki yang Genit atau suka menggoda perempuan sembarangan. Tapi entah kenapa dia jatuh hati kepada Novia dan rasanya Novia lah yang pantas untuk mendapingi nya kelak untuk menjadi pasangan hidupnya.
"Hehe takut gak sopan kalo mau manggil yang macem macem," sahutnya.
"Gak masalah, kalo di luar kamu panggil saya mas aja. Kalo di kampus kamu panggil saya pak, gimana? " tutur Satrio dengan suara yang sangat lembut.
"Hemmm iya pak eh mas." Novia pun menjadi sangat gugup dan salah tingkah.
"Hehe makasih ya." Mengelus kepala Novia.
Setelah sampai di caffe, mereka berdua langsung memesan minuman dan beberapa cemilan.
"Kamu nanti mau lanjut S2 gak?" tanya nya dengan lembut.
"Gak tau deh mas, bingung." Novia menjadi salah tingkah di depan Satrio.
"Kenapa bingung? sini pegangan aku biar gak bingung." Menggoda Novia.
"Ih gak gitu mas." Seketika wajah nya yang putih mulus itu langsung memerah karena di goda oleh Satrio.
"Hemmm, kamu katanya mau belajar mana yang gak ngerti sini aku jelasin."
"Oh iya mas, sampe lupa." Sangking gugup nya Novia sampai melupakan tujuan awalnya.
"Ini loh mas agak kurang faham." Sembari menyodorkan buku yang lumayan tebal dan menunjukkan materi nya yang ia tak faham.
"Oh yang ini, sini aku jelasin." Menjelaskan.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Novia mengajak Satrio untuk pulang karena ia takut dimarah oleh ayahnya jika pulang terlalu larut malam.
"Mas pulang yuk aku takut nanti ayah marah kalau aku pulang terlalu larut malam," potong Novia di sela-sela percakapannya dengan Satrio.
"Iya ayo kita pulang," jawabnya seraya melontarkan senyuman.
Di perjalanan.
"Novia," panggil Satrio dengan kelembutan.
"iya mas," jawab Novia.
"aku sayang kamu," ucap satrio dengan spontanitas.
Novia hanya membalas dengan senyuman. Jantung nya berdegub kencang seperti ingin copot rasanya mendengar pernyataan dari Satrio.
Sesampai dirumah.
"Aku langsung pulang ya, salam sama ibu dan ayah," ucap Satrio.
"Iya mas, makasih ya hati-hati dijalan." Turun dari mobil Novia.
"Iya."
Mengetuk pintu rumah nya.
"Bu, Novia pulang." Novia mengucapkan salam.
"Pulang sampai selarut ini, anak gadis gak tau aturan!!!" jawab ayah nya Novia dengan nada membentak.
"Maafin Novia yah, Novia tadi abis belajar sama dosen kebetulan materi nya memang lumayan banyak." Novia memberi penjelasan kepada ayahnya.
"Alasan, masuk ke kamar sekarang!!! ayah gamau lagi kamu sampai keluar malam!!! bikin malu aja!!!!" bentak ayahnya kepada Novia.
"Maafin novia yah, Novia masuk ke kamar dulu," ucapnya dengan Nada lirih.
Novia menangis di kamar hingga larut malam, itu membuat mata nya bengkak. Pagi hari sebelum berangkat kuliah Novia biasanya sarapan bersama keluarga nya di meja makan.
"Novia mana?" tanya ayahnya.
"Ada yah lagi siap siap kayanya," jawab Mutia.
"Semalam ayah marahin dia." Dengan nada yang masih kesal.
"Loh kenapa yah, emang Novia salah apa?" tanya Mutia kepada ayahnya.
"Kamu jangan cotoh adikmu, dia semalam pulang larut malam, udah pergi gak izin lagi," ucap ayahnya dengan nada kesal.
"Loh yah semalam Novia kan udah izin sama ibu," sahut Novia sembari menuruni tangga.
"Mana ibu emang bilang mau ngizinin kamu," Jawab ibunya sembari meghidangkan makanan.
Ibunya lepas tangan karena takut ikut-ikutan kena marah oleh ayahnya. Padahal ibunya sendiri yang mengizinkan Novia pergi dengan Satrio.
"Tapi bu."
"Udah gausah tapi tapi, cepat sarapan!!!" Bentak ayahnya.
Selesai sarapan Novia pun berangkat ke kampus menggunakan taxi online. setelah sampai di kampus Caca pun memanggil nya dari kejauhan.
"Eh.......nov tunggu." Panggil Caca.
"Eh ca, seneng banget deh ngagetin orang," ucapnya dengan nada kesal.
"Eh nov mata elo kenapa sembab gitu? lo baik baik aja kan? jangan jangan lo ditindas lagi ya sama keluarga lo?" tanya nya.
Caca tau betul kalau setiap kali mata sahabatnya sembab pasti ulah keluarga nya.
"Iya, gue bingung kenapa ya mereka gak suka sama gue, padahal gue gapernah bikin mereka kecewa atau masalah yang bikin mereka malu." Bercerita kepada Caca dengan wajah sedihnya.
"Yaudah cuekin aja nanti juga ada saat nya mereka sadar sendiri, bahwa lo selalu berusaha buat keluarga lo bangga." Caca mencoba menyemangati sahabatnya.
"Eh iya hari ini lo ada presentasi matkul pak yuda kan? " tanya Caca.
"Iya," jawab Novia
"yaudah yuk ke kelas ntar telat lagi," ajak Caca seraya menggandeng tangan Novia.
Semua mata kuliah hari ini selesai, jam menunjukkan pukul 4 sore.
"Eh nov temenin gue ke toilet yuk kebelet nih." Sembari menggeret tangan Novia.
"Eh ca jangan geret geret dong nanti gue jatoh," tukasnya.
Toilet umum memang hanya ada di gedung khusus ruangan dosen dan kepala prodi karena toilet umum di gedung perkuliahan sedang rusak. Dimana jika ingin ke toilet harus melewati depan ruangan pak Satrio.
"Elo tunggu disini ya nov jagain siapa tau nanti ada yang ngetok-ngetok," pinta Caca.
"Iye, buruan ca males gue nunggu disini lama lama."
"Iyaa bawel banget dah, bilang aja lo takut bapak itu lewat kan haha." Ejek Caca.
"Udah sono buruan." Novia mendorong tubuh Caca untuk segera masuk ke toilet.
Saat menunggu Caca dengan kebetulan pak Satrio keluar dari ruangan nya, Novia pun jadi gugup dan tak tau harus berbuat apa.
"Aduh mampus gue." Batin Novia.
Pak Satrio pun menoleh ke arah novia.
"Eh nov ngapain disitu?" tanya Satrio.
"Enggak pak ini lagi nunggu temen lagi ke toilet" jawab Novia dengan wajah gugupnya.
"Ooo.....yaudah bapak ke kantin dulu ya mau makan siang," tukas Satrio.
"Emmm....iyaa pak silahkan." Novia mempersilahkan Satrio untuk ke kantin.
"Hehe lucu juga ya diluar kampus dia nyuruh aku panggil mas tapi di kampus dia malah dengan secara gak langsung nyuruh aku manggil dia bapak, pak satrio emang profesional banget kalo pas kerja." Batin Novia sambil senyum-senyum.
"Eh nov ngapain senyum senyum sendiri?" Caca mengagetkan novia.
"Eh ca kan kebiasaan suka banget ya ngagetin, meresahkan banget dah jadi bocah." Dengan nada kesal karena dikejutkan oleh sahabatnya itu.
"Lagian senyum-senyum sendiri kaya orang kurang waras ajaa, oooo.....gue tau." Berusaha menebak.
"Apaan?" tanya Novia dengan wajah curiga nya.
"Tadi gue denger ada suara pak Rio. Jangan jangan kalian abis ngobrol ya, cieeee......" Ledek Caca kepada sahabatnya itu.
"Apaan si ca, udah ah gue mau balik," ucap Novia dengan kesal karena digoda oleh Caca.
"Eh lu bareng gue ajee ngapa nanti dari rumah gue baru pesen ojol, kan lebih irit," ajak Caca.
"Gak ah, gue mau langsung kerumah aja," tukasnya
"Oh yaudah, hati hati dijalan nov."
"Iya lo juga ya."
Mereka pun sama sama pulang kerumah masing masing.
Ke-esokan pagi nya jam menunjukkan pukul 08.00 pagi, hari ini Novia libur jadi dia akan sangat sibuk dirumah membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah.
"Nov tolong nanti cuci piring, nyapu, sama ngepel lantai ya ibu mau pergi belanja dulu sama kakakmu." Bersiap-siap untuk pergi.
Novia hanya bisa berkata iya tanpa membantah sedikitpun. Setelah mengerjakan pekerjaan rumah novia masuk ke kamar dan mengerjakan tugas kuliah. Tiba-tiba ada yang menelfon, ternyata pak Satrio yang menelfon nya.
"Aduh pak Satrio nelfon lagi, ada apa ya dia nelfon," gumam Novia.
Panggilan mode on.
"Hallo pak," ucap Novia.
"Iya hallo nov," jawab Satrio.
"Ada apa ya pak kok tiba tiba telfon?" tanya Novia keheranan.
"Enggak cuma pengen ngajak kamu jalan keluar, kamu bisa?" ajak Satrio.
"Aduh pak, saya lagi ngerjain tugas masih banyak lagi." Keluh nya dengan tugasnya yang masih begitu banyak.
"Yaudah deh kalo gitu saya aja yang kerumah kamu boleh?" pinta Satrio kepada Novia.
"Em.......yaudah deh pak sekalian mau minta ajarin juga ada beberapa tugas yang saya gak faham."
"Oke, aku otw rumah kamu sekarang." Satrio bersiap menuju rumah Novia.
"Iya pak," jawabnya patuh.
"Eh kamu mau aku beliin apa nov buat cemilan?" tanya Satrio kepada Novia.
"Eh gak usah pak gak usah nanti ngerepotin bapak." Novia merasa tidak enak dan tak ingin merepotkan Satrio.
"Yaudah aku beliin semau aku aja ya soalnya kalo nanya kamu pasti kamu gak mau," ucapnya dengan penuh perhatian.
"Ish.........bapak orang udah dibilang gausah." Dengan nada kesalnya.
"Yaudah aku otw ya," potong Satrio.
Panggilan mode of.
Tak selang berapa lama sekitar setengah jam kemudian mobil pak satrio pun sampai di depan rumah Novia.
"Assalamualaikum." Terdengar suara ketukan pintu.
"Wa'alaikumsalam," jawab Novia seraya membukakan pintu.
"Eh pak silahkan masuk." Mempersilahkan masuk.
"Iya terimakasih, nih buat kamu." Memberikan kantong plastik berisi makanan.
"Ih bapak udah dibilang gausah malah dibeliin makanan, banyak banget lagi," tukasnya.
"Gak masalah kalo kamu butuh apa apa bilang aja ke aku, satu lagi udah dibilang berapa kali panggil aku mas aja kalo diluar kampus," ucapnya dengan nada lemah lembut.
"Hehe iya maaf pak lupa....eh.....mas maksudnya." Novia tertawa garing.
"oh ya terimakasih ya makanan nya mas," ucapnya lagi.
"Iya sama sama." Tersenyum manis.
Novia ke dapur untuk membuatkan minum untuk pak Satrio.
"Ini mas minum nya, silahkan diminum." Tawarnya kepada Satrio seraya meletakkan minuman ke atas meja.
"Iya terimakasih, kamu memang calon istri idaman." Sembari melempar senyuman manis nya.
"Ih apaan si mas orang cuma minum aja kok." Wajah Novia memerah.
"Oh iya ini orang rumah pada kemana nov? kok sepi?" tanya Satrio seraya melihat sekeliling ruangan.
"Iya nih lagi pada keluar, ibu sama kakak lagi belanja," jawab Novia dengan santai.
"Oh......kamu punya kakak?" tanya Satrio.
"Punya mas, tapi gak punya adik aku anak terakhir soalnya." Novia melempar senyuman manis.
"Oh, loh kamu kok gak ikut ibu sama kakak mu belanja?" tanya Satrio.
"Enggak aku tugas nya masih banyak."
Padahal setiap ibu dan kakaknya pergi Novia tidak pernah diajak, Novia selalu disuruh dirumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
"Nov aku mau nanya sesuatu boleh?" suasan berubah menjadi serius.
"Boleh tanya aja," jawab Novia dengan wajah imut nya.
"Kira-kira kalau aku mau menikahi kamu dalam waktu dekat ini di izinkan gak ya sama orang tua kamu? tapi semua biaya kuliah kamu aku yang tanggung hingga S2 atau S3 kalau kamu mau." Satrio bicara dengan wajah yang sangat serius.
"Em, mas serius? aku fikir kemarin cuma bercanda aja hehe." Mencoba mencairkan suasana supaya tak terlalu tegang.
"Ya serius dong, mana mungkin aku bercanda, aku ini sudah sangat dewasa, orang tua aku juga udah desek terus nyuruh aku nikah," ucap Satrio dengan lembut.
"Em.......waduh..........gimana ya mas, kalo mau si ngomong langsung ke orang tua dan keluarga aku aja gimana?" Novia mencoba memberi saran kepad Satrio.
"Iya boleh, emang harus dong bilang ke orang tua kamu. Masa mau nikahin anaknya gak bilang ke orang tua nya." Terkekeh.
Novia dan pak Satrio pun terus lanjut mengobrol dan bercanda canda selayaknya orang yang ingin saling mengenal. Mereka berdua terus mengobrol, hingga tak terasa sudah pukul 13.00.
"Hem......nov aku pamit dulu ya soalnya jam 2 nanti ada acara bersama dekan dikampus," tukas Satrio seraya menghabiskan minuman nya.
"Iyaa aku faham mas kan orang sibuk hehehe."
"Ah kamu bisa aja." Satrio selalu memberikan senyum manisnya dan bersikap lemah lembut dengan Novia.
"Yaudah gih sana nanti dicariin pak dekan loh hehe," ledek Novia.
"Kamu jaga kesehatan ya, kuliah yang bener kerjain tuh tugas nya, gak boleh menel menel sama cowo di kampus." Sembari mengelus kepala Novia.
"Oke siap bapak dosenku." Mengambil sikap hormat sembari tertawa kecil.
"Aku pergi dulu ya nov." Beramitan.
"Iya hati hati ya. " Tersenyum manis.
"Oke siap sayang" jawab Satrio dengan suara lirih.
"Eh..... bilang apa tadi?" tanya nya karena mendengar dengan samar-samar.
"Enggak kok gak apa apa." Melempar candaan.
Tak lama ibu dan kakaknya pun pulang dan berpapasan dengan mobil pak Satrio.
Ibu nya sudah merasa kalau pernah melihat mobil itu tempo hari.
"Eh nov mobil tadi siapa tamu lo?" tanya kakaknya dengan ekspresi penasaran.
"iya kak," jawab Novia singkat.
"Wih keren amat tamu lo mobil nya bagus," cetus kakaknya dengan nada yang tak enak didengar.
Novia hanya tersenyum mendengar penyataan dari kakaknya itu, sebenarnya ia sudah malas meladeninya.
"Nov itu dosen yang kemarin jemput kamu?" tanya ibunya.
"Iya bu," jawab Novia kembali dengan singkat.
"Ada hubungan apa kamu sama dia?" tanya ibunya dengan nada ketus.
"Em....gak ada kok bu cuma dosen dan mahasiswi aja," Novia malas menjelaskan kalau sebenarnya dosennya itu suka terhadapnya.
"Oh baguslah soalnya rencananya si ibu mau jodohin sama kakak kamu," ucap ibunya tanpa memikirkan perasaan Novia.
"Wah serius bu?" tanya Mutia dengn semangat.
"Iya tia, ibu mau kamu punya suami tampan, dan perkerjaan nya juga jelas." Ibunya memang selalu memihak kepada kakaknya.
"Bu, kak, Novia ke kamar dulu," ucapnya dan langsung menuju kamar dan mengunci pintu kamarnya.
Novia sudah sangat lelah jika harus meladeni sikap ibu dan kakak nya itu, ia pun memilih untuk langsung masuk kamar dan mengerjakan tugas.
"ya," jawab singkat ibu dan kakaknya.
...----------------...
Keesokan harinya, Novia masih libur karena tanggal merah. Novia menjalani aktivitas seperti biasanya. Yaitu membereskan rumah dan memasak untuk keluarga nya. Rumah Novia memang tak memiliki pembatu, dikarenakan rumah nya yang tak begitu besar tapi bisa dibilang lumayan mewah.
"Nov ibu sama kakak mau pergi beli baju buat wisuda kakakmu minggu depan, kamu tolong beresin rumah ya." suruh ibu dewi kepada anak kandungnya yang ia perlakuan seperti ank tiri.
Novia pun dengan cekatan membereskan rumah dan memasak. Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 Novia pun sholat dzuhur. Setelah sholat novia bermain ponsel nya, dan tiba tiba pak Satrio menelfon nya.
"Hallo nov," ucap Satrio dengan lembut.
"iya mas," jawab Novia.
"Kamu udah makan?" tanya Satrio dengan penuh perhatian.
"Sudah," jawabnya singkat namun dengan nada imutnya.
"Emang kenapa mas?" tanya nya penasaran karena tak biasanya Satrio menanyakan hal itu.
"Gak papa si mau telfon aja, kangen soalnya." Goda Satrio.
"Hem......dasar raja gombal." Pipi Novia memerah akibat di goda oleh Satrio.
"Eh gak sopan ya kamu ngatain dosen kamu raja gombal, aku kasil nilai C kamu nanti," ledek Satrio.
"Eh jangan dong pak kan saya cuma bercanda lagian kan bapak sendiri yang ngeledek." Novia yang polos langsung panik mendengar Satrio mengatakan hal tersebut.
"Hehe iya iya aku juga cuma bercanda kok." Satrio tertawa puas mendengar Novia panik.
"Nanti malem aku mau kerumah, ayah sama keluarga kamu ada gak?" tanya Satrio.
"Hem, coba deh nanti aku bilang dulu ya," ucap Novia dengan suara lemah lembut nya.
"Oke, nanti kabarin aku ya," pinta Satrio.
"Oke siap mas," sahutnya.
"Jangan lupa makan ya mas." Novia mengingatkan dengan lemah lembut.
"Oke siap calon ibu dari anak anaku," ledek Satrio.
"Ih gak udah udah ya gombalnya." Novia yang terus diledek menjadi kesal.
"Hehe yaudah ya aku mau makan dulu sama kepala prodi."
"Iya mas." suaranya kembali lembut dan tak kesal lagi.
panggilan of.
"Aduh gimana ya cara ngomong ke ayah sama ibu, aku juga bingung gimana cara ngomong ke keluarga juga " gumam Novia.
Novia pun pergi menemui keluarga besar nya
novia bertemu dengan kakak dari ibunya dan suami nya yang iya panggil dengan mama dan papa. Novia pun bertemu dan berbincang dan akhirnya mama papa nya setuju ingin menemui pak Satrio. Setelah meminta izin kepada mamah dan papa nya Novia meminta izin kepada ayah dan ibunya
"Yah, nanti malem ada dosen Novia yang mau kerumah mau ketemu ibu dan ayah katanya mau ada perlu," ucap Novia dengan agak ragu.
"Mau apa ketemu ayah? ada perlu apa?" tanya ayahnya dengan wajah penasaran.
"Novia gatau yah kayanya si mau ada perlu penting." Novia takut berbicara yang sebenarnya kepada ayahnya.
"Yasudah suruh dosenmu datang nanti malam," tukas ayahnya.
"Iya yah," jawab Novia dengan lega.
Setelah meminta izin Novia pun memberikan kabar kepada pak Rio. Sebenarnya ibu nya kurang setuju dengan keputusan ayah nya yang setuju bertemu dengan Satrio, mengingat ia yang berencana ingin menjodohkan Mutia dengan Satrio. Tapi ibu nya tak bisa berbuat apapun karena ibu nya takut dengan ayah Novia. Ayah Novia terkenal tegas dan suka marah dengan emosi yang meledak-ledak. Oleh sebab itu ibunya tak bisa berbuat apapun untuk mencegah agar Satrio tidak bertemu dengan suaminya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!