NovelToon NovelToon

Akulah Orang Ketiga

Dia kekasih suamiku

Crrrrrttt

Deg

Terngiang kembali kenangan masa kecil seorang gadis, yang membuat luka begitu dalam, dimana kenangan itu telah merenggut kedua orang tua nya, kenangan kelam yang begitu gelap dan kusam.

Kenangan itu kembali terngiang saat ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan hampir menabraknya

"Nona maaf, maafkan saya, saya terburu buru barusan, maaf saya tidak sengaja," ucap wanita yang keluar dari mobil, wanita yang cantik menggunakan gaun pengantin.

Clara masih memegang pelipis nya, hatinya terasa hancur, kenangan buruk itu kembali tergores kan di hati setelah puluhan tahun lamanya.

"Woylah mbak bisa lihat jalan ga sih, untung temen gua ga kenapa Napa," Aulia berteriak dengan penuh emosi sembari membantu Clara bangun.

"Maaf saya sungguh minta maaf, mari saya bantu, kita kerumah sakit ya," ujar Alexa dengan ramah mengulurkan tangannya

"Gapap, gak perlu makasih" jawab Clara dengan berusaha menjernihkan penglihatan nya, lalu ingin beranjak pergi dari tempat kejadian, namun Clara berbalik lagi, dan melihat wajah Alexa dengan jelas, lalu mengulurkan jari telunjuk seraya berkata.

"Lain kali hati hati, nyawa anda atau nyawa orang lain sangatlah berharga," setelah mengatakan Clara berlalu pergi dari tempat itu.

"Nih minum dulu," Aulia memberikan sebotol air putih, sambil mengelus pundak Clara.

"Makasih,"

"Gua ga habis fikir dah, pake mobil ngebut bener, pengen gua gepok kepalanya,"

Clara disuguhkan Omelan Aulia yang tiada habisnya.

"Dahlah pusing tau ga kepala gua denger celotehan lu,"

"Dih, Bagong, gua sepak juga lu, lain kali hati hati lah Clara,"

"Iya makasih ya, ya udah gua balik dulu ya, bye" Clara mencium pipi Aulia dan bergegas pergi.

"Kagak mau gua anterin?," Tawar Aulia yang khawatir pada sahabat nya itu.

"Kagak!," Teriak Clara sambil memunggungi Aulia.

Hari sudah malam Clara sedang beberes di kamarnya, dan merapikan desain yang akan ia presentasikan di kampusnya esok hari, setelah lelah ia pun membaringkan dirinya di kasur lalu melihat ponselnya, dan telah menunjukkan jam 12.30 malam.

Dengan sendu Clara menghadap ke arah pintu kamarnya.

"Si Bos besar belum pulang juga ya?," Ujarnya dengan lesu. Lalu setelah beberapa detik berselang, Clara mendengar suara mobil terparkir kan di garasi halaman rumahnya. Clara bergegas bangun, dan mengintip melalui jendela.

"What the fu*k, who was that woman?," Clara bergegas turun kebawah, dan benar saja ia disuguhkan oleh pemandangan yang tak sedap, melihat suaminya pulang membawa seorang wanita dengan gaun pengantin.

"Halo tuan Davin siapakah... Yah?," Clara bersandar pada anak tangga sambil mengangkat bahunya kepada Davin Ricolas suaminya.

"Dia Alexa, istriku kita menikah hari ini, semoga kamu mengerti," ucap Davin dengan dingin terhadap Clara.

"What?!!"

Clara berjalan cepat ke arah kamarnya, mencoba untuk membuat suara setenang mungkin, menutup pintu kamar dengan rapat, lalu memasuki kamar mandi dan berendam untuk menenangkan dirinya.

"Davin apakah yang kita lakukan ini sudah benar?" Alexa memeluk sebelah tangan Davin, lalu Davin membelai lembut tangan Alexa dan tersenyum.

"Tidak, yang kita lakukan sudah benar, kita saling mencintai, dan tidak ada yang bisa menghalangi kita, bagaimanapun keadaannya kita tetap akan menikah,"

"Tapi, kalian baru menikah satu Minggu yang lalu, dan dia masih anak anak," ujar Alexa dengan perasaan iba.

"No, she is not a child, dia sebentar lagi akan menjadi seorang sarjana, dan aku akan membiayainya, jadi jangan khawatir," Lalu Davin membawa Alexa ke kamar mereka, dimana kamarnya bersebelahan dengan kamar Clara.

Flashback on

"Clara sayang!!"

"Iya mah sebentar," Clara kecil berlari dari anak tangga menghampiri kedua orang tuanya.

"Pelan pelan sayang, kamu bisa terjatuh," ucap Olivia Jonathan yang memeluk Clara saat Clara mencapai anak tangga yang terakhir.

"Sekarang kita akan pergi, ke Pantai disana ayah sudah menyiapkan pesta yang meriah untuk ulang tahun anak ayah," Marco Jonathan mengambil dan menggendong Clara.

"Anak kita udah besar ya, Clara mamah tanya, umur Clara sekarang berapa?,"

Clara melihat jari jemarinya, lalu berhitung, dan membuat senyum sumringah di wajahnya.

"Delapan tahun," Clara menunjukkan jarinya yang mungil

"Pintarnya anak ayah," Marco mencubit pelan hidung Clara.

"Baiklah mari kita berangkat , keluarga sudah menunggu disana, hayoo," sorak ceria Marco sambil menggendong putri tercintanya.

Namun di tengah perjalan.

Crrrrtttttt Dhuar

Mobil Marco mengalami kecelakaan, karena ada pengendara mabuk yang melintas di depannya. Asap dari mobil keluar, untuk sejenak mereka tak sadarkan diri, lalu karena asap dan kurangnya udara, terlebih lagi mobilnya terbalik, dengan terbatuk batuk, Olivia mencoba keluar, saat ia berhasil keluar dari mobil ia berusaha mengeluarkan Clara secepat mungkin dari mobil. Lalu ada beberapa yang membantu untuk mengeluarkan Clara, setelah berhasil mereka berlari membawa Clara, dan saat Olivia ingin melangkah ia melihat kearah suaminya yang tak berdaya lalu. Olivia ikut terbakar oleh mobil yang meledak.

"Maa," lirih Clara melihat ibunya yang tak kunjung datang dari arah api.

"Maa!!," Teriak Clara di dalam gendongan seorang pria yang tak di kenalnya.

Ini adalah hari pemakaman kedua orang tua Clara, Clara kini tinggal bersama Tante dan om nya yang bernama, Jennifer jonathan dan Aniston Jonathan

"Sekarang Clara ga boleh bilang mama dan ayah Clara udah gada, karena masih ada om dan Tante yang jadi orang tua Clara, ya sayang ya," Jennifer memeluk Clara yang terisak tangisnya.

Mulailah pada saat itu Clara memanggil Jennifer dan Aniston dengan panggilan bapak dan ibu, Clara tumbuh tentu saja dengan perasaan rindu yang teramat sangat kepada kedua orang tua nya, namun Clara mencoba untuk bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi, dengan penuh ceria di wajahnya tanpa ada seorang pun yang tau isi hatinya. Jennifer dan Aniston tentu saja menyayangi Clara seperti anaknya sendiri, belum lagi Aniston hanya memiliki satu orang putra yang kini menjadi Kaka untuk Clara.

"happy birthday my little pony," Bisik Andrew Jonathan di telinga Clara yang hampir terlelap dalam tidurnya, Clara pun dengan sigap dan terkejut membuka matanya.

Clara menutup mulutnya terkejut dengan telapak tangannya.

"happy nine teen baby," Andrew mengecup pipi Clara.

"gua fikir Lo lupa bang," Clara memeluk Andreas, mereka sudah seperti saudara kandung bahkan lebih. Mereka pun menghabiskan malam bersenang senang.

setengah tahun berlalu, Clara kini sedang berada di ruang keluarga bersama dengan Jennifer, Aniston, dan Andrew dengan seorang pengacara. Clara terkejut ternyata yang dibicarakan adalah tentang pernikahan Clara, Clara lalu mendongak ke arah atas dimana Andrew berdiri di belakang tempat Clara duduk.

"it's ok, gue bakal jaga Lo gada yang bisa nyakitin Lo, trust me, kalo ada apa apa tinggal ngomong sama gue, ok?," Andrew menunduk dan membelai pipi Clara, Clara pun mengangguk apa lagi dengan atas bakti yang harus ia tunjukan, Clara pun memenuhi perjodohan tersebut.

Dan ternyata pengacara yang ada disana ingin memberikan surat wasiat atas warisan Clara dari kedua orang tuanya, dan akan diserahkan pada Clara saat Clara sudah menikah nanti, namun Clara menginginkan agar om dan tantenya yang mengurusnya terlebih dahulu, karena ia masih belum siap, terlebih lagi Clara memilih jurusan busana dalam kuliahnya, karena itu memang sudah hoby nya.

pernikahan yang tak diinginkan

"kamu bisa menulis apapun yang kamu mau, peraturan, and whatever you want, tapi satu hal, saat dihadapan keluarga harus tampak seperti keluarga bahagia, dan jangan mengharapkan hati saya, because saya sudah memiliki orang sepesial di hati saya, camkan itu,"

Pada malam pertama mereka Clara bukannya mendapat malam yang indah dan penuh cinta, namun ternyata Clara mendapatkan sebuah kertas putih di hadapannya, yang diberikan oleh Davin.

"maksud anda?," ucap Clara bukan karena tak mengerti namun karena permintaan yang tak masuk ke dalam pikiran.

"kamu mustahil tidak mengerti, tidak apa kamu bisa memberikan kertas itu kapanpun kamu mau, kamar ini milik kamu, saya permisi," Davin berlalu dari kamar Clara namun ia berbalik kembali.

"aaa one more, uang belanja kamu sudah saya transfer ke ATM kamu, kalau ada apa apa kamu bisa bilang sama saya," dan pergilah Davin benar benar meninggalkan Clara tanpa pernah menyentuhnya sedikit pun.

Clara sangat terkejut atas perlakuan Davin, pasal tadi sepanjang pesta pernikahan ia terlihat harmonis, hangat dan nampak begitu tulus, ditambah lagi dengan tubuh tinggi nan tampan, alis yang tebal mata yang jernih tubuh kekar berwarna putih, Meskipun umur mereka seling hampir delapan tahun, Clara sempat terpesona atas apa yang terjadi padanya.

Namun gadis berambut panjang, yang baru dewasa ini harus menerima nasibnya yang seperti ini.

Flashback off

Kini sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, Clara bangun dari tidurnya dan melihat ponselnya lalu menghubungi sahabatnya Aulia.

Untuk memberitahukan pada Aulia bahwa Clara tidak akan masuk kampus karena kurang enak badan, Aulia pada awalnya khawatir dan ingin menjenguk Clara namun Clara melarangnya dengan mengatakan ingin tenang sendiri.

Clara menuruni tangga dengan style khasnya, celana panjang longgar dengan penuh kantong, dan atasan kaos. Saat menuruni tangga Clara melihat Alexa tersenyum ke arahnya sedang menyiapkan sarapan, Clara merasa tak asing dengan wajah Alexa.

"aaah," Clara membuka mulutnya dan menunjukan senyum smirk karena ia mengenali Alexa yang hampir menabraknya kemarin, dan bodohnya ternyata Alexa terburu buru karena acara pernikahan mereka.

"Hy" sapa Alexa yang dijawab senyuman dengan alis mengangkat oleh Clara.

"Bu susu Clara mana?," Clara duduk dengan mengangkat kaki sebelah nya, ia memang sudah biasa memanggil bibi dengan sebutan ibu, karena mereka sudah akrab semenjak Clara memasuki rumah besar milik Davin ini.

"biar aku buatkan," tawar Alexa

"gapapa ga usah biar ibu aja," tolak Clara dengan halus, lalu menurunkan kakinya karena melihat Davin turun menghampiri, Clara menunduk karena pemandangan morning kiss di hadapannya, bibi hanya bisa diam memperhatikan Clara dengan perasaan iba.

"ini susunya," Alexa memberikan susu pada Clara, Davin memperhatikan Clara dengan enggan Clara meminum sedikit susu itu, namun karena rasanya tak sesuai Clara mendorong gelas susu menjauh, yang membuat Davin, bibi, dan Alexa memandang Clara, tentu saja Davin memandang tak suka, sedangkan Alexa memandang tak enak.

"what?," Clara mengangkat bahu karena melihat orang sekitar memperhatikan nya, Clara bangun dari duduknya.

"Clara," Davin memanggil dengan nada dingin, sontak Alexa merasakan amarah Davin dan memegang pundak Davin sembari menggelengkan kepalanya.

Namun Clara tak menghiraukan Davin dan menuju kulkas.

"gimana cara buatnya Bu?," Clara memberikan botol susu dan botol minum pada bibi.

"tidak apa apa non,"

"Clara Bu Clara jangan panggil saya nona, dan jangan terlalu formal sama Clara yah," Clara memberikan madu dan juga jahe pada bibi, lalu bibi mengangguk sembari membuatkan susu kesukaan Clara, dan bibi menggoreng kan roti tawar yang sudah menggulung coklat batang didalamnya untuk sarapan Clara. Setelah jadi Clara membawa roti itu dengan kotak lalu mengecup bibi dan pergi keluar Rumah. Davin kesal atas tindakan Clara.

"gapapa ga usah marah sayang," Alexa menenangkan Davin dan melanjutkan sarapan mereka.

Hari sudah sore namun Clara belum kembali pulang, Clara masih tetap di taman dan juga Clara menolak semua panggilan yang masuk, ia mendongak ke arah atas dan menyebut ayah, mamah rasa rindu nya membuat ia meneteskan air mata.

"woy bau jigong!" Clara terkejut dan langsung menoleh ke arah orang yang memanggilnya dengan sebutan tak asing itu.

"hahaha sialan Aulia, gua gepok juga pala lu," Clara melihat sahabatnya itu mendekat dan duduk di dekatnya, namun Clara bingung karena Aulia membuka tangannya lebar, seperti ingin memeluk Clara, lalu Clara terkejut dengan ucapan Aulia yang mengatakan bahwa ia mengetahui semuanya, karena tadi pagi Aulia datang ke rumah Clara dan disanalah ia tahu masalah Clara.

Clara pun sontak mengeluarkan air mata dan memeluk Aulia, saat itu ia mengeluarkan semua yang ia inginkan.

"gua rindu nyokap bokap gua lia, gua rindu bapak ibu, gua rindu abang Andrew gua mau pulang," Tangis Clara benar benar pecah selama seminggu ia menikah ia tak bahagia sekalipun.

"gini gua sih terserah lo, dimana bahagianya Lo, cuma yang gua takutkan ibu sama bapak nanti khawatir, marah dan yaa Lo tau lah, coba Lo sedikit bersabar yah, cuma itu sih saran dari gue," Clara cuma bisa mengangguk mendengar nasihat dari sahabatnya itu, lalu Aulia menyemangati Clara agar Clara bangkit dan kuat.

Kini Clara sudah sampai dirumah, dimana rumah yang terasa asing semakin asing kalau tiada bibi.

"bu Clara laper," Clara hanya mengatakan lapar namun ia biasa memasak sendiri sesuai selera sendiri, namun tentu saja bibi akan membantu Clara, mendampingi Clara.

"Clara, ibu tidak bisa apa apa, Clara anak yang baik, yang kuat, Clara bisa menghadapi ini semua, yang sabar ya," bibi membelai kepala Clara menyelipkan rambut panjang Clara kebelakang telinga Clara, seraya di jawab anggukan oleh Clara.

malam hari tiba, Clara merasa malam malam kini akan terasa gundah terlebih lagi saat malam Davin dan Alexa bercumbu akan terdengar jelas karena pintu yang mungkin lupa tertutup.

Telah berhari hari lamanya, Clara mencoba membiasakan diri, dengan suasana hati yang tak nyaman.

Clara kini akan ke kampus pada waktu sore, ia turun dari tangga lalu menemui Davin yang sedang tertidur dipangkuan Alexa, menikmati cuti mereka dengan bercumbu.

"mau kemana?" Tanya Alexa sembari membelai kepala Davin yang tak memperdulikan Clara, lalu Clara menunjukkan tasnya sebagai isyarat, karena ia malas meski hanya sekedar untuk berbicara.

"mau ku antar?," tawar Alexa yang membuat Davin membuka matanya, lalu bangun dari tidurnya.

"tidak perlu, aku terbiasa menikmati berjalan kaki lalu mungkin nanti aku akan menaiki bus dan bergurau haha," tawa Clara yang sumbang lalu berjalan pergi, Alexa hanya bergegas menaiki tangga kamarnya tanpa memperdulikan Clara dan bersiap untuk mengantar Clara, ya Alexa adalah wanita yang mandiri dewasa dan pengertian, dia lebih tua 5 tahun dari Clara, dan ia selalu berusaha mengerti situasi yang terjadi sehingga Davin sangat menyukai Alexa.

Tiiin

"masuk," senyum Alexa yang menemukan Clara berjalan di jalanan.

Ulang tahunku

Clara masih memandangi Alexa yang tersenyum ramah kepada nya. Yah wajah yang cantik, lemah lembut, dewasa, tinggi, tubuh yang ideal, dan berambut pirang, siapa sih yang tidak menginginkan wanita seperti itu, fikir Clara dalam benaknya lalu tersenyum kecut dan melanjutkan perjalanan nya.

"ayolah kota bisa berbicara, masuklah kumohon," ucap Alexa dengan nada lembut dan sedikit manja, Clara mendongak ke atas langit, menenteng tasnya di sebelah punggungnya, memasukan sebelah lengan nya ke dalam kantong celana dan sebelah tangannya memegang sebelah lengan tas ranselnya, Gadis berpenampilan tomboy yang cantik dan rapi dan tetap menjaga keindahan tubuhnya.

"mungkin anda tidak tau bagaimana berusaha bersikap tenang seharian, padahal hatinya begitu terganggu, risih serta gelisah, disaat itulah menikmati alam udara segar dengan berjalan kaki dan tenang sangat diperlukan," ucapnya sambil berjalan pelan masih tetap menatap awan biru yang indah di sore hari.

"kalau begitu biarkan aku menemanimu barang kali kamu butuh temen berbicara," ucap Alexa dan ingin memberhentikan mobilnya.

"justru dengan kehadiran anda nona, itu akan mengganggu ketenangan saya," Alexa terkejut dengan ucapan Clara ia pun mengerti, dan mengurungkan niatnya untuk berjalan bersama Clara meskipun dalam hatinya ia merasa bersalah dan sangat ingin menjalin hubungan yang baik dengan Clara.

jangan berbuat baik padaku nona karena itu akan menyakitimu ataupun aku, karena aku sangat tidak ingin berbuat mulia kepadamu, Clara berkata dalam hatinya seraya menarik nafas panjang.

"dorr dorr dorr happy birthday yang ke dua puluh Clara sayang!!" Clara di kejutkan oleh teman teman sekampusnya yang tiba tiba memberikan surprise kepada Clara.

"woylah gila, ga dimarahin dosen ini kelas sampe begini dong," Clara tertawa melihat tingkah teman temannya yang membuat kelas seperti perayaan hari guru saat SD.

"it's ok! ibu Shakira bersama kita," Aulia mengangkat alisnya menuju ke arah dimana Shakira dosen kesayangan mereka.

"dosen mata pelajaran kalian sepertinya tidak bisa datang, tadi ada acara sayang jangan takut, aku sudah berbicara dengannya, tapi sebagai gantinya kalian akan dapat tugas double di pelajaran ibu, karena jam ibu akan di ambil olehnya besok," ucap Shakira seraya mencium kening Clara.

"kebetulan gue ga pernah pake duit dari suami tajir gue, sekarang mari kita berpesta, gue traktir," Mereka pun bersorak atas kebahagiaan Clara, Shakira tersenyum mungkin satu satunya yang mengetahui masalah Clara adalah Aulia tapi Shakira tau di balik senyum Clara ada masalah yang tak terlihat.

Setelah hari mulai petang Clara menghabiskan waktu bersama Aulia, sedangkan teman yang lain telah pamit pulang, awalnya mereka akan merayakan ulang tahun Clara semalaman tetapi karena Clara ingin ke pemakaman orang tuanya jadi mereka mengerti dan akan melanjutkan nya esok saja.

"thanks ya udah temenin gue ke pemakaman orang tua gue," Clara menggenggam tangan Aulia, ia meneteskan air matanya, dua puluh tahun sudah orang tua clara meninggalkan Clara di dunia ini, Clara banyak bercerita di pemakaman orang tuanya untuk menuangkan rasa rindu Clara selama ini kepada kedua orang tua nya, tepat di hari ulang tahunnya lah Clara mengalami duka yang tak diinginkan.

"Eneng gelis," Rudi menghampiri Clara dan mencubit kecil pipi Clara yang sedang duduk menunggu satenya matang.

"eh keong racun, lu jangan rusak mood sahabat gue ye, gue tampol juga Lo," Aulia mencubit tangan Rudi yang dibalas ringisan oleh Rudi.

"eh macan tutul mending lu urusin pacar lu entu ye, bilang sama dia kalau sama temen jangan pelit pelit, gue cuma pinjem jam tangannya doang elah," Rudi memanglah lelaki yang baik, ia menyukai Clara sejak lama namun ia berasal dari keluarga sederhana tapi semangatnya tak patah untuk mengejar Clara, Clara pun kadang tersipu oleh Rudi hanya saja Rudi tau diri saat Clara akan menikah dengan Davin lelaki yang tiada tandingannya.

"Lo minjem tapi di rusakin dudul pacar gue greget lah Ama lu, lu pikir itu jam murah apa, kalian emang sahabatan tapi tau diri lah Bambang," dan mereka pun mulai berdebat belum lagi Clara juga ikut serta dalam perdebatan mereka, hingga mereka tertawa bersama dari percakapan yang tiada sambung menyambungnya namun tetap menyenangkan, sampai mereka tidak menyadari bahwa sate yang dihidangkan telah habis di lahapnya.

"berapa mang?," Clara ingin membayar sate yang mereka makan, namun Rudi melarangnya Rudi mengatakan sebagai lelaki sejati, ia harus menyenangkan hati wanita pujaannya. Clara tersenyum pada Rudi dan bergumam andaikan Davin seperti Rudi pasti Clara akan bahagia.

"waduh sial dompet gua," Rudi melupakan dompetnya yang tertinggal di tas ranselnya belum lagi ternyata ranselnya di bawa Farel pacarnya Aulia.

"eh Abang dudul, kalok gak ada jangan sok gengsi Ama temen sendiri juga lu, gua tampol juga ntar," Clara menepuk pundak Rudi.

"yakan gua cowok Ra," Rudi menunduk kali ini dia benar benar malu dan serius.

"lu teman gua jangan sungkan oke," Clara lalu membayar makanan yang mereka makan dan ingin pulang, sebagai gantinya Rudi menawarkan tumpangan pada Clara, meskipun motor butut tapi itu berharga untuk Rudi, Clara menerimanya sedangkan Aulia pulang bersama farel yang menjemput nya.

"thanks ya," Clara melambaikan tangan pada Rudi dan memasuki rumahnya.

Saat akan menaiki anak tangga Clara terkejut dengan Davin yang sudah berdiri di hadapannya, dan Alexa mengamati dari atas.

"kamu tau ini jam berapa?," tanya Davin dengan dingin.

"12" jawab Clara singkat, bibi masih di dapur dan dapat mendengar pembicaraan Clara dan Davin karena bibi memang sedang mengkhawatirkan Clara.

"dengan santainya kamu menjawab saya? apa kata orang kalau melihat anak gadis pulang tengah malam, terlebih lagi kamu adalah istri dari seorang pria,"

"saya tidak merasa bahwa saya adalah istri disini,"

"Clara! jaga baik baik nama keluarga ini, apakah kamu senang dianggap wanita murahan diluar sana hah!" Davin menaikkan suaranya membuat Clara menelan Saliva nya, membuat tubuhnya sedikit panas dingin, menahan air matanya.

"Anda tidak tau bagaimana kehidupan saya, bagaimana saya didepan dan dibelakang anda, bahkan selama ini anda tidak pernah perduli pada saya. Anda tidak memiliki hak untuk menghina saya tuan," dengan gemetar Clara mengeluarkan suaranya, lalu berjalan menaiki anak tangga, membanting pintu membuat Davin dan Alexa sedikit terkejut dan memandang ke arah pintu.

Davin pun berjalan menuju kamarnya dan menemukan Alexa duduk di kasur, lalu dengan lembut Davin duduk di sebelahnya, dan dengan lembut juga Alexa berbicara pada Davin.

"seharusnya kamu tidak berbicara seperti itu,"

"sayang please," Davin tidak ingin berdebat dan memilih membaringkan tubuhnya.

"aku tau kamu khawatir pada Clara, tapi kamu juga harus mengerti dia, nasihati dia dengan baik, aku sayang sama kamu," Alexa membelai lembut pundak Davin. Lalu mereka pun tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!