NovelToon NovelToon

Ikatan Pernikahan

Ikatan Pernikahan 1

Pada umumnya pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral bagi wanita dan pria. Di mana pernikahan tersebut menempatkan sepasang insan yang saling mencintai satu sama lain, tinggal di satu atap dan sehidup semati apa pun yang terjadi.

Namun, beda halnya dengan pernikahan yang di lakukan Sian Queensha saat ini. Dia menikah karena di paksa oleh ibunya Vivian Queensha. Karena mengingat Vivian adalah ibu satu-satunya yang dia miliki Sian menuruti permintaan ibunya untuk menikah dengan pria dari anak sahabat ibunya itu.

Setelah menikah Sian tidak pernah melihat Suaminya karena Statusnya sebagai Dokter spesialis bedah di rumah sakit ternama saat usianya menginjak 26 tahun. Begitu juga dengan Suaminya yang bernama Bara Hardynata.

Bara sendiri adalah seorang pengusaha kaya raya berusia 30 tahun yang banyak memiliki rahasia yang tersembunyi tentang dirinya. Kesibukan membuat Bara tidak memiliki waktu untuk menikmati kehidupan pernikahannya dengan Sian. Bara dan Sian bertemu pada saat pernikahan mereka berlangsung dan setelah itu mereka sibuk masing-masing dengan pekerjaan mereka. Mereka berdua pun tidak bisa mengingat wajah satu sama lain setelah menikah selama satu bulan lamanya.

Saat ini Bara tengah berada di negara lain karena bisnisnya. Sedangkan Sian sendiri tidak pernah pulang ke rumah karena selalu berada di rumah sakit. Sebagai dokter spesialis bedah Sian selalu bertempur di meja operasi menyelamatkan banyak nyawa orang dengan kedua tangannya.

Setelah Sian selesai melakukan operasi dia langsung membuka seragam operasinya dan membersihkan dirinya setelah itu dia pergi tidur di kamar tidur yang di sediakan oleh rumah sakit khusus dokter wanita.

Saat Sian mencoba untuk memejamkan matanya tiba-tiba ponselnya berdering. Sian melihat pada layar ponselnya di sana tertera jika ibunya yang menghubunginya.

Pasti mau marah-marah lagi nih, abaikan saja yang penting tidur dulu dan setelah itu baru pikirkan cara untuk menenangkan mama.

Sian meletakan ponselnya sembarangan di atas tempat tidurnya dan kemudian dia memejamkan matanya untuk tidur.

Baru beberapa menit Sian menutup matanya Vivian kembali menghubungi Sian berulang kali. Karena merasa terganggu Sian memutuskan untuk mengangkat telepon dari ibunya itu.

"Halo,"

"Sian! kenapa lama banget angkat telepon mama sih!"

"Ma jangan teriak, telingaku sakit dengar suara mama."

"Siapa suruh lama banget angkat telepon dari mama!"

Sian menghelakan nafas lelah karena mendengar Vivian terus memarahinya.

"Ya udah maaf ma,"

"Kamu ada di mana sekarang?"

"Di rumah sakit ma, baru selesai operasi memangnya kenapa?"

"Kamu ngak pulang lagi ya ke rumah?"

"Ngak ma, memangnya ada apa?" Sian terlihat lelah dan mengantuk sekali.

"Tadi siang Suamimu Baru pulang dan sekarang dia ada di rumah kalian."

"Oh...terus?" Suara Sian yang lelah terdengar mengesalkan bagi ibunya Vivian.

"Nih anak lama-lama bikin mama naik darah ya. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu!" kesal Vivian.

"Lah terus aku harus jawab apa ma?"

"Kamu ngak usah pikirkan harus jawab apa, mending kamu pulang sekarang suamimu Bara sudah lama menunggu kamu di rumah kalian sana. " Terdengar suara Vivian yang kehilangan kendali.

"Besok ya ma aku pulangnya, aku sudah sangat lelah sekali dan mau tidur sekarang Bye ma."

Sian langsung menutup teleponnya begitu saja tanpa memperdulikan omongan ibunya Vivian. Merasa sangat mengantuk sekali Sian mengaktifkan mode hening di ponselnya supaya dia tidak mendengarkan jika ibunya Vivian meneleponnya lagi.

Setalah Sian tertidur layar ponselnya menyalah ada pesan dari Bara suaminya.

Bara :

Apakah kau sudah pulang ke rumah?  aku hanya ingin bilang jika saat ini aku sudah berada di luar dan jika kau berada di rumah jangan menungguku karena aku tidak pulang malam ini, besok aku akan kembali.

Sian yang sudah terlelap tidak mengetahui pesan tersebut dan sampai besok paginya pun Sian tidak melihat pesan tersebut karena saat terbangun Sian langsung sibuk di ruangan operasi yang berlangsung selama 7 jam. Setelah selesai pun Sian kembali mengoperasi pasien lain di ruangan operasi yang berbeda.

Karena memiliki kepintaran di atas rata-rata dan keahliannya dalam operasi Sian sudah menjadi salah satu dokter yang terpercaya dan di setiap operasi yang dia lakukan selalu berhasil sehingga dia menyandang sebagai dokter termuda yang bersaing dengan dokter-dokter tua yang sudah berpengalaman. Saat ini pun Sian sudah menyandang gelar profesor di usianya yang menginjak 26 tahun.

Setelah operasi selesai Sian pergi ke ruang ganti untuk bersiap-siap pulang ke rumahnya. Sebelum itu Sian menyempatkan dirinya untuk memeriksa ponselnya. Saat menyalakan layar ponselnya Sian melihat pesan dari Suaminya Bara.

Untung saja aku tidak mendengarkan mama tadi malam, jika saja aku pulang seperti perkataan mama mungkin aku sudah terbakar amarah karena dia tidak pulang, aku sangat beruntung sekali.

Setelah selesai membaca pesan dari Bara kemudian Sian membalas pesan tersebut.

Sian:

kau tidak perlu khawatir semalam aku juga tidak pulang ke rumah. mungkin aku juga sama sepertimu akan pulang ke rumah hari ini, tapi sedikit malam.

Lalu Sian mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Kemudian Sian mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tasnya setelah itu dia pergi ke parkiran untuk mengambil mobilnya dan menyetir untuk kembali ke rumah walaupun sudah jam 7 malam.

Saat sampai di rumah Sian langsung masuk ke dalam kamarnya yang terpisah dari kamar suaminya Bara. Saat masuk ke rumah pun Sian tidak memperhatikan Bara yang sedang duduk di sofa dengan memangku leptopnya. di sana Bara menyadari kedatangan Sian dan dia hanya memperhatikan istrinya itu tanpa menyapanya.

Bara sengaja tidak menyapa Sian saat melewatinya begitu saja dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Bara menyadari jika istrinya Sian sangat kelelahan, saat melihat Sian membuka pintu Bara memperhatikan penampilan istrinya yang masih memakai seragam biru yang sering Sian pakai saat berada di rumah sakit. Dengan melihatnya saja Bara tahu jika Sian tidak terlalu memperhatikan yang ada di sekitarnya sampai-sampai tidak melihatnya yang duduk di sofa, oleh karena itu Bara hanya memperhatikan istrinya itu tanpa bersuara.

Sebaliknya Sian langsung merebahkan tubuhnya saat sudah berada di dalam kamarnya. Tanpa membersihkan dirinya Sian langsung tertidur lelap dan berada di alam bawah sadarnya.

Sementara itu Bara menutup leptopnya dan berhenti bekerja. Dia berencana untuk masuk ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar Sian. Saat Bara berjalan menuju kamarnya Bara harus melewati kamar Sian terlebih dahulu yang mana pintu kamar Sian yang tidak tertutup rapat.

Sekilas Bara memasukkan kepalanya melihat Sian yang tertidur dengan posisi tengkurap di atas tempat tidurnya. Sekilas bara tersenyum tipis karena melihat posisi tidur Sian dan setelah itu Bara menutup pintu kamar Sian dengan sangat pelan dan kemudian dia masuk ke dalam kamarnya.

Ikatan Pernikahan 2

Panggilan dari rumah sakit seakan menjadi Alarm yang terpasang di ponsel Sian dan berbunyi membangunkan Sian dari tidurnya. Karena sudah terbiasa ketika mendengar ponselnya berbunyi saat pagi hari Sian langsung bangun dan langsung beranjak. Secara tidak sadar Sian melupakan jika dirinya tengah berada di rumahnya buka di rumah sakit.

"Halo,"

Sian mengangkat teleponnya dalam keadaan setengah sadar.

"Operasi, sekarang? baiklah saya mengerti."

Kemudian Sian mengakhir teleponnya dan membuka matanya lebar-lebar. Ketika sadar sepenuhnya Sian baru menyadari jika dirinya tengah berada di rumah bukan di rumah sakit.

"Astaga!! kenapa aku bisa lupa, mana operasinya sebentar lagi."

Tanpa mengganti baju dan mandi terlebih dahulu Sian meraih tasnya dan keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa. Dia tidak menyadari jika suaminya Bara sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan bersama, tapi Sian malah pergi tergesa-gesa tanpa melihat suaminya Bara.

"Apakah dia mau pergi lagi? dengan memakai seragam kemarin."

Bara langsung berdiri dari kursinya dan berjalan sampai ke pintu keluar sembari melihat Sian yang bergegas masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Rumah tanpa berpamitan.

"Tuan apakah Anda sudah selesai sarapannya?" tanya bibi pengurus rumah.

"Sudah bik, bersihkan saja meja makannya sekarang."

"Nyonya Sian tidak sarapan Tuan?"

"Tidak bik, Sian sudah pergi tanpa berpamitan dengan saya jadi bibi bersihkan saja meja makannya."

"Baik Tuan,"

Terlihat Bara begitu tidak peduli, tetapi di dalam hatinya dia sedikit kecewa karena dia sengaja mengosongkan waktunya untuk mengenal lebih dekat istrinya Sian. Namun, semua yang di rencanakan Bara gagal total karena Sian pergi begitu saja tanpa melihat dirinya.

"Tuan maaf sebelumnya kalau saya ikut campur urusan tuan dan nyonya, sejujurnya selama satu bulan tuan pergi nyonya tidak pernah pulang ke rumah karena sangat sibuk sekali di rumah sakit, setiap hari saya selalu di minta nyonya Vivian untuk membawahkan makanan dan pakai ganti nyonya Sian. Saya mengatakan semua ini supaya tuan tidak merasa kecewa dan marah pada nyonya Sian, menurut saya nyonya hanya memenuhi kewajibannya sebagai dokter dan bukan bermaksud tidak menganggap tuan di rumah ini."

Bara hanya diam saja dan meresapi apa yang di katakan oleh bibi pengurus rumah kepadanya. Sejujurnya Bara hampir saja memiliki pikiran buruk tentang perilaku Sian sebagai istrinya, tetapi setelah mendengar ucapan bibi pengurus rumah membuat Bara menghentikan pikiran buruk tentang Sian.

"Bik, kira-kira kapan Sian akan pulang?"

"Jika nyonya sudah berada di rumah sakit akan sulit bagi nyonya pulang ke rumah."

"Kenapa seperti itu bik?"

"Jika nyonya sudah di rumah sakit maka nyonya tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan bersenang-senang seperti wanita pada umumnya, bisa di bilang sebagian besar waktu yang di miliki nyonya berada di dalam ruangan operasi. Walaupun nyonya memiliki waktu senggang, nyonya Sian lebih memilih untuk beristirahat dan tidur di rumah sakit di bandingkan pulang ke rumah."

Bara hanya menganggukkan kepalanya mengerti dengan ucapan bibi pengurus rumah. Mendengar penjelasan tersebut Bara mengerti dengan pekerjaan yang di lakukan istrinya itu.

"Baiklah bik terima kasih sudah mau menjelaskan semua tentang Sian pada saya. Bibi boleh lanjutkan semua pekerjaan dan satu lagi bik tolong siapkan bekal untuk Sian, nanti saya akan berkunjung ke rumah sakit tempatnya bekerja."

"Baik tuan,"

Setelah itu Bara melangkahkan kakinya menuju kamar Sian. Di sana Bara membuka lemari pakai Sian dan mengambil beberapa helai baju dan celana termasuk pakaian dalam. Kemudian semua pakaian yang dia pilih di masukannya ke dalam tas yang dia ambil di lemari pakai tersebut.

Sebelum pergi mengunjungi Sian di rumah sakit Bara terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya yang belum terselesaikan. Setelah menyelesaikan pekerjaannya Bara langsung meluncur ke rumah sakit walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Saat tiba Bara langsung berjalan memasuki rumah sakit dengan membawa tas dan bekal yang sudah di siapkan oleh bibi pengurus rumah. Setelah masuk Bara langsung menghampiri resepsionis.

"Permisi,"

"Ada yang bisa kami bantu tuan?"

"Saya ingin bertemu dengan dokter Sian Queensha."

"Tunggu sebentar tuan saya tanyakan dulu,"

"Baiklah,"

Terlihat resepsionis tersebut menghubungi departemen spesialis bedah dan setelah itu dia menutupnya.

"Maaf tuan, dokter sian lagi berada di ruangan operasi sekarang. Jika tuan ingin menitipkan sesuatu bisa melalui kami atau tuan ingin menunggu hingga dokter sian selesai dari operasi?"

"Kira-kira jam berapa operasinya akan selesai?"

"Maafkan saya tuan, operasinya akan berlangsung lama selama 5 jam dan kami tidak tahu kapan operasinya akan selesai."

"Baiklah kalau begitu saya akan menunggu sebentar dan jika operasinya belum selesai juga saya akan menitipkan semuanya pada kalian nanti."

"Baiklah Tuan, beritahu saja kami nanti."

Kemudian Bara mencari tempat duduk yang kosong untuk menunggu Sian selesai. Di sisi lain orang-orang resepsionis mulai bergosip tentang Bara, kenapa tidak Bara yang memiliki wajah tampan yang maskulin dengan postur tubuh sempurna yang di idam-idamkan banyak wanita.

Sebaliknya Sian sudah berada di ruangan operasi selama 3 jam lamanya dan sisanya tersisa 2 jam lagi operasinya akan selesai.

Selama 2 jam Bara menunggu dengan sabar sembari memperhatikan keramaian aktivitas rumah sakit yang seperti medang perang yang sesungguhnya dan di balik semua itu ada pahlawan yang berjuang mati-matian untuk menyelamatkan banyak nyawa dengan kedua tangan ajaibnya. Sekilas Bara memikirkan Sian yang berada di medan tempur yang barusan dia lihat dan ada di pikirannya saat ini.

Sementara itu Sian keluar dari ruangan operasi setelah 5 jam bertahan di medan perang. Saat keluar Sian mendapat kabar jika ada seorang yang sedang menunggunya selama dia berada di ruangan operasi. Tanpa bertanya siapa orang yang menunggunya itu Sian langsung turun ke lantai dasar untuk menemui orang tersebut dan menghampiri resepsionis untuk bertanya di mana keberadaan orang yang sedang menunggunya itu.

"Permisi, di mana orang yang sedang menunggu saya?"

"Orangnya duduk di sana dokter,"

Secara bersamaan Sian melihat ke arah jari telunjuk resepsionis tersebut dan kemudian Sian melangkahkan kakinya mendekati Bara yang sedang duduk menunggunya.

"Permisi ada perlu apa Anda ingin bertemu saya?" ujar Sian yang tidak mengenali wajah suaminya itu.

Bara yang melihat Sian datang menghampirinya langsung beranjak berdiri dan menatap wajah Sian yang polos tanpa polesan bedak apa pun.

"Apakah kau tidak mengenaliku?"

Terlihat Bara yang sedikit kecewa saat Sian tidak mengenalinya sama sekali.

"Maaf Anda siapa?"

"Aku suami mu Bara."

Seketika Sian terkejut dan tidak menyangka jika suaminya rela menunggu lama untuk menemuinya. Yang lebih membuat Sian tidak menyaka kenapa tiba-tiba dia menyempatkan dirinya datang ke rumah sakit walaupun memiliki aktivitas yang sangat sibuk sekali.

"Aku sangat sibuk sekali sehingga tidak bisa mengingat dengan jelas wajahmu, tolong maafkan aku karena tidak bisa mengenalimu."

Sian berusaha bersikap tenang di hadapan Bara walaupun dia merasa sangat canggung sekali saat ini. Berbeda halnya dengan Bara, pria ini malah menatap Sian dengan begitu lekat sehingga kedua bola matanya menajam.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Sian merasa semakin canggung dengan tatapan Bara yang mendominansi.

Tanpa menjawab Bara melangkah mendekati Sian dan memposisikan wajahnya sangat dekat sekali dengan wajah Sian hingga kedua hidung mereka bersentuhan.

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Tatap baik-baik wajahku, dan ingat baik-baik wajah ini jangan sampai kau melupakannya lagi."

Seketika Sian menelan saliva dengan sangat tegang, dan kedua kelopak matanya berkedip beberapa kali karena sangat gugup sekali.

"Baiklah aku akan mengingatnya, tolong kau jauhkan wajah mu sekarang dari wajahku."

Sian mencoba untuk memalingkan wajahnya dari wajah Bara, tetapi Bara malah menghentikannya dengan memegang kedua sisi wajah Sian dengan kedua tangannya dan kemudian Bara mengecup pelan bibir Sian yang sedikit kering itu lalu melepaskan tautan bibirnya dari bibir Sian.

"Ingatlah ciuman ini, jangan sampai kau juga melupakannya."

kemudian Bara melangkah mundur dan berbalik mengambil tas dan bekal yang dia bawah.

"Ambil ini, aku membawakannya untuk mu."

Sian diam tidak bersuara sedikit pun. Sedangkan tangannya bergerak mengambil apa yang di berikan Bara padanya.

"Dan satu lagi, aku akan pergi melakukan perjalanan bisnis besok dan akan kembali bulan depan, jadi aku harap kau bisa menjaga dirimu baik-baik sampai aku kembali."

"Em..." angguk Sian pelan sembari menatap Bara.

"Baiklah aku pergi sekarang, jangan lupa di makan bekalnya. Selama tinggal sampai ketemu lagi bulan depan."

Perlahan Bara pergi melangkah menjauhi Sian. Sementara itu Sian terdiam di tempatnya karena sangat terkejut dengan perlakukan Bara yang tiba-tiba romantis sekali padanya setelah satu bulan pernikahan mereka.

TBC...

Ikatan Pernikahan 3

Sian duduk di kanti dengan memakan bekal yang di bawakan suaminya itu. Sembari menyuap makanan Sian terlihat masih sangat syok setelah kejadian 30 menit yang lalu. Sensasi ciuman Bara masih membekas di benaknya. Seakan tidak ingin lenyap dari ingatan, Sian masih merasakan kelembaban pada bibirnya itu.

Astaga kenapa otakku penuh dengan hal-hal kotor sih. Sadarkan dirimu Sian, kau harus sadar karena masih banyak pasien yang menunggu mu.

Tak butuh waktu lama Sian di panggil karena ada pasien yang baru saja datang akibat kecelakaan dan mengalami pendarahan yang parah di otaknya sehingga harus melakukan operasi. Sebagai dokter bedah yang berkompeten Sian selalu di percayakan untuk memimpin operasi tersulit dan serumit apa pun keadaan pasien tersebut. Operasi pun berjalan selama 6/5 jam lamanya. Setelah operasi tersebut berhasil di lakukan Sian, tapi besar kemungkinan tergantung pasien itu sendiri bisa bertahan atau tidak.

Saat keluar dari ruangan operasi hari sudah menjelang siang. Langkah kaki Sian terhentikan seketika karena merasakan kedua kakinya teras sangat lemas dan tak bertenaga.

“Dokter apakah kamu baik-baik saja?” seorang perawat menghampiri Sian, perawat itu tahu jika kedua kaki Sian tidak bisa di gerakan lagi karena terlalu lama berdiri di ruangan operasi.

“Bisakah kamu membatuku berjalan?” sian merasa sudah tidak tahan lagi sehingga dia meminta pertolongan.

“Tentu saja dokter, mari biar saya bantu.”

Dengan cepat perawat tersebut membopong sian menuju tempat tidur.

“Terima kasih.” Ucap Sian dalam keadaan mengantuk berat. Sian pun langsung tertidur lelap ketika terbaring di atas tempat tidur.

“Sama-sama dokter.” Kemudian perawat tersebut pergi setelah membantu Sian.

Baru 1 jam Sian tertidur tiba-tiba ponsel berdering. Terdengar Sian mengeram kesal karena ada-ada saja yang mengganggu saat beristirahat seperti ini.

“Halo,”

Sian memaksakan dirinya mengangkat telepon tersebut sembari enggan membuka matanya.

“Halo Sian ini mama Liora,”

Liora Hardynata adalah ibu Bara atau lebih tepatnya ibu mertua Sian. Ini pertama kalinya Liora menghubungi Sian semenjak menikah dengan anaknya Bara.

“Mama Liora!” Sian terkejut dan langsung beranjak duduk dari tidurnya.

“Iya Sian ini mama Liora, Sian ada di mana sekarang?”

“Aku lagi di rumah sakit ma, memangnya ada apa?”

“Begini Sian, mama ingin Sian datang ke rumah mama hari ini, apakah Sian ada waktu?”

“Ya ma aku akan datang, kira-kira 30 menit lagi aku akan sampai.”

“Baiklah mama tunggu kedatangan Sian.”

“Baik ma”

Kemudian Sian mengakhiri teleponnya. Lalu dia beranjak menuju ruang ganti untuk bersiap-bersiap mengunjungi kediaman mama mertuanya. Setiba di sana Sian langsung di sambut dengan hangat oleh Liora.

“Selamat datang sayang, mama kangen sekali sama Sian. Bagaimana kabar Sian sekarang? Sian tidak pernah menghubungi mama lagi setelah hari pernikahan.”

“Maaf ma, bukan maksud tidak ingin menghubungi mama Liora, tetapi aku tidak memiliki waktu untuk menghubungi siapa pun termasuk mama.”

“Iya ngak apa-apa, mama mengerti jika Sian sangat sibuk. Mama tahu jika pekerjaan Sian sebagai dokter tidaklah mudah.”

Sian tersenyum karena Liora memahaminya. Sebelum menikahi Bara Sian sangat dekat sekali dengan Liora. Walaupun Sian sangat dekat dengan Liora, tetapi Sian tidak pernah bertemu Bara sebelumnya, bahkan Sian tidak mengetahui jika Liora memiliki seorang anak laki-laki yang sudah dewasa. Setelah pernikahannya dengan Bara Sian merasa sedikit ada jarak di antaranya dan Liora. Entah apa penyebabnya, tapi yang pasti ada sesuatu yang membuat Sian sedikit merasa canggung saat bertemu dan berbicara dengan Liora, seperti ada sebuah dinding yang membatasinya.

“Ma, ada apa memanggilku untuk datang kemari?” Sian sudah mulai tidak merasakan canggung lagi.

“Mama memanggil Sian datang kemari itu ingin bertanya tentang pernikahan mu dan Bara.”

“Memangnya mama mau bertanya apa tentang pernikahan kami?”

Pembicaraan Sian dan Liora mulai menjadi serius tanpa di sadari.

“Mama ingin bertanya apakah kalian saling memberi kabar satu sama lain selama menikah?”

“Sepertinya tidak pernah deh ma.” Jawab Sian tanpa ragu-ragu.

“Satu kali pun tidak pernah?”

“Em...” angguk Sian tanpa ragu-ragu.

“Memang kalian tidak pernah berkomunikasi lewat telepon atau saling kirim pesan gitu selama menikah?”

“Kalu di ingat-ingat lagi kami tidak pernah berbicara lewat telepon, tetapi kami pernah saling kirim pesan satu kali.”

Terlihat Liora yang frustrasi. Liora tidak menyangka jika pernikahan anak-anaknya tidak berjalan sesuai rencana dan keinginannya dan sahabatnya Vivian.

“Sian pernah ngak ke pikiran buat pergi bulan madu bersama Bara ke Prancis atau London gitu?”

“Tidak pernah.” Jawab Sian dengan polosnya.

Liora semakin frustasi saat mendengar jawaban Sian yang seakan tidak mengerti maksud dari pertanyaannya. Sampai pada akhirnya Liora menyerah dan tidak lagi bertanya pada Sian. Jika Liora terus bertanya maka dia akan merasa kesal di buat oleh jawaban yang akan di berikan Sian padanya. Namun, karena rasa penasarannya Liora memutuskan untuk kembali bertanya.

“Sian mama mau tanya lagi boleh?”

“Boleh, mama mau tanya apa?”

“Pernah ngak Sian dan Bara bertemu?” terlihat wajah Liora yang berharap dengan jawaban dari menantunya itu.

“Pernah satu kali,”

Mendengar jawaban Sian membuat Liora sedikit lega dan merasa ada harapan.

“Kalian bertemu di mana? Apa saja yang kalian lakukan saat bertemu?” tanya Liora antusias sekali.

“Waktu itu Bara datang menghampiriku di rumah sakit dan kami juga tidak melakukan apa-apa dia hanya mengantarkan bekal makanan dan pakaian ganti untuk.” Jawab Sian yang menutupi kebenaran.

Mendengarnya saja Liora sudah sangat senang sekali. Liora sangat yakin jika anaknya Bara sangat tertarik dengan Sian, jika Bara tidak tertarik dengan Sian kenapa anaknya itu repot-repot datang ke rumah sakit hanya untuk memberikan bekal dan pakaian ganti untuk Sian, karena mengetahui karakter Bara yang sangat identik arogan dan tidak peduli dengan siapa pun Liora sangat yakin jika Bara menyukai Sian.

Setelah berbicara banyak hal, Sian dan Liora tidak sadar jika hari sudah larut malam. Menyadari akan hal itu Liora meminta Sian untuk menginap malam ini di kediamannya. Tanpa bisa menolak Sian setuju untuk menginap malam ini dan pagi-pagi sekali Sian berencana untuk kembali ke rumah sakit.

Kemudian Sian pun di antarkan Liora ke kamar Bara. Liora ingin Sian tidur di kamar Bara, Liora ingin membuat Sian lebih mengenal Bara dengan memperlihatkan kamar miliki Bara.

“Malam ini Sian tidur di kamar Bara saja,”

“Memangnya tidak apa-apa ma Sian tidur di sini?” Sian sedikit ragu-ragu.

“Tentu saja tidak apa-apa, Sian kan istrinya Bara dan tidak mungkin mama membiarkan Sian tidur di kamar tamu, sedangkan Sian adalah menantu di rumah ini.”

“Ahaha, baiklah Sian akan tidur di sini.” Ucap Sian yang canggung.

“Baiklah kalau begitu mama tinggalkan Sian sendirian, kalau ada perlu apa-apa Sian tinggal panggil saja pelayan di rumah ini.”

“Baik ma aku mengerti.”

Kemudian Liora melangkah pergi sembari tersenyum kemenangan karena secara perlahan dia bisa membuat Sian mengenal Bara dan kemudian Liora akan membuat Sian mencintai Bara seperti yang dia inginkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!