"haah....haaah..."
nafas yang tersengal-sengal terdengar, dia kesulitan untuk menyusul sang lawan bicaranya yang terlihat tidak mau melanjutkan percakapan mereka sebelumnya.
"Kelihatannya kau habis berolahraga, Kanna?"
mendengar lawannya bicara dia langsung menengadahkan wajahnya. "Sialan, ini kulakukan demi kau. jadi ini akhir yang kau inginkan?"
dia terkekeh, "benar, mungkin ini yang terbaik. waktuku juga sudah tidak lama lagi,"
angin berhembus, membuat susana hening.
"Kau benar-benar tidak bi-"
"Inilah akhirnya, Kanna. aku tidak bisa menahannya lagi. aku ingin menghabiskan waktu ku demi melihat kau yang menikah melihat adik adik iblisku itu bahagia, tapi tidak bisa...."
lawan bicaranya terdiam, lalu menolehkan kepalanya ke arah kanna yang ada di belakangnya.
"Jadi apa kau bisa------"
kalimat yang tidak sempat dia dengar, lawannya sudah menghilang...
craash!!
"Sepertinya itu yang terakhir untuk hari ini," seseorang yang berada di ruangan itu terkekeh sembari membereskan beberapa manusia yang sedang terkapar di lantai.
Si merah, menggigit sarung tangan putihnya yang sedikit kotor di bagian telunjuk dengan mata kuningnya yang mengkilat lalu membuang sarung tangan yang digigitnya, sambil menendang salah satu mayat yang berada di dekat kakinya.
"Ya ini sudah cukup." rekannya yang lain menyahut.
"Setidaknya, kita harus cepat. perlindungan sihir dari Azura tidak akan bertahan lama," satu-satunya laki laki di ruangan itu memberi tahu sambil menghapuskan jejak jejak yang ada.
"Klien kita akan puas sekarang. tikus tikus menjijikkan kenapa harus meminta kita untuk membereskan ini sih," perempuan berambut silver yang tadi membereskan tumpukan mayat sedikit mengeluh.
"Sudah tiga tahun kita seperti ini. tidak biasanya kau mengeluh," perempuan lainnya membalas sambil membersihkan pistol kesayangannya.
"Tapi kali ini tempatnya bau dan bahkan banyak sekali tikus tikus tua mesum disini, kau ingat beberapa malam lalu kau hampir dibawa mereka," si silver bersiap membakar mayat mayat itu.
"Itu sudah biasa bukan? lagipula Kakak tidak benar benar tidur dengan mereka," balas yang laki laki.
"baiklah, jadi kita sudah selesai. Kei panggil Azura kita harus membakar tikus tikus ini segera."
Si laki laki pirang, Kei mengangguk lalu pergi keluar dan memanggil rekannya. dan kembali beberapa saat dengan perempuan bersurai biru.
"Perlukah dibakar dengan sihir tingkat dua?" Tanya si Surai biru yang baru masuk, Azura.
"Tidak, tapi jika ingin lebih efisien silahkan saja, itupun jika kau tidak mau kehabisan mana," si rambut merah menjawab.
Menghela nafas sebentar, Azura memejamkan matanya dan merapalkan mantra yang membuat tangannya mengeluarkan api magis yang di lemparkan ke tumpukan mayat itu. api yang membara melahap semua tumpukan itu secara cepat dan tidak lama api menghilang tersisa abu. sekarang tugas Kei yang mengumpulkannya kedalam sebuah guci kecil.
"Sudah selesai, kalian bisa libur seminggu karna kita sudah disini selama dua minggu," si rambut merah sang ketua langsung menutup pintu gudang kecil itu.
Tugas guild mereka akhirnya selesai dengan memanggil kereta kuda mereka langsung pulang sebelum itu mereka harus rapat dan mengambil beberapa barang mereka.
"Pastikan kalian nikmati liburannya, aku tidak ingin ada yang telat datang saat hari pertama kerja," si ketua, yang berambut merah bernama Iris menegaskan saat di kereta.
"Tentu saja, kita jarang sekali di beri libur. apa yang akan kalian lakukan saat libur?"tanya si silver.
"Tentu saja selagi libur dan para pendeta tidak membutuhkanku aku akan menemui kesayanganku," Azura segera menjawab dengan tersenyum.
Si silver, Kanna sang tangan kanan ketua tersenyum dia sudah sangat hafal dengan kebiasaan Azura. setiap libur dia akan mendatangi Harry adik Iris entah apa yang dilakukan. lalu segera Kanna menolehkan kepalanya kepada Kei, dan yang ditoleh tidak merespons karena sedang fokus dengan pemandangan di luar.
"Kei apa yang akan kau lakukan saat libur?" tanya Kanna, jika saja si lawan bicara peka sedikit dia tidak akan mau bertanya karna gengsi.
"Mengajari anak-anak," Kei sama sekali tidak menoleh.
"Ah begitu. Iris apa kau tetap akan kesana?" tanya Kanna dia menoleh menghadap iris yang sedang melepas sarung tangannya.
"kemana maksudmu? jika yang kau maksud itu tempat itu aku slalu kesana setiap akhir pekan," Iris menatap Kanna sembari tersenyum tipis.
"Ah sepertinya aku besok akan kesana juga, sedikit penasaran bagaimana dia sekarang," Kanna menunduk.
"Bawakan bunga dia tidak suka jika kau tidak membawa buah tangan," Iris menjawab.
"Sepertinya kita sudah sampai, hati hati saat turun semalam hujan di sini," Azura dengan hati hati membuka pintu kereta dan turun dan berjalan melalui halaman markas disusul tiga rekannya.
markas guild mereka adalah sebuah rumah yang agak samar karna campuran rumah orang biasa dan rumah bangsawan. disini hanya ada sekitar 45 orang anggota dan eksekutif guild ini hanya ada empat dan ya hanya mereka, Ketuanya Iris, eksekutif keamanan sekaligus tangan kanannya Kanna.
Guild mereka tidak terlalu menonjol di karenakan ini permintaan Iris sebagai ketua walau mereka menerima berbagai quest dan misi yang melibatkan pembunuhan mereka meminta para klien agar tidak terlalu menyebar luaskannya ini ditakutkan akan memberikan rasa kecurigaan dan waspada pada guild yang akan menimbulkan efek dianggapnya guild ini adalah pengkhianat kerajaan.
Untuk masalah para eksekutif di guild masihlah kurang mungkin akan cukup jika mendapatkan 2-4 eksekutif bagian lainnya. diantara guild ilegal lain guild ini termasuk sibuk dan jarang berlibur, inilah yang membuat para anggota maupun eksekutif merasa senang jika mendapat libur.
Markas guild dibagi menjadi 3 lantai, dimana untuk para anggota biasa dan pemula akan di taruh di lantai pertama disini mereka akan membuka semacam kasino atau bar kecil agar menyamarkan markas di lantai dua adalah ruangan pengintaian termasuk ruangan mengajar dan di lantai bawah hanya para eksekutif, ketua, dan juga beberapa anggota besar yang bisa masuk dan juga misi misi yang besar akan di bicarakan disana.
seperti biasa sekarang di lantai satu sedang ramai karna sedang dibukanya bar kecil tapi hari ini khusus untuk para anggota merayakan liburan mereka. kanna dan Azura menggoda mereka memperingati agar jangan sampai mabuk berlebihan dan segeralah pulang sementara Kei sibuk menolak ajakan minum umurnya baru 19 dia dilarang keras minum oleh oleh 3 teman wanitanya itu. mereka masuk melalui pintu rahasia dan duduk di kursi masing-masing.
"Dua Minggu yang menarik, apa setelah ini kita mendapat misi menarik lain?" Kanna bertanya sembari asik mengambil dessert yang di sediakan.
"Sepertinya ada, kemarin aku sempat bertegur dengan countess Aletta sepertinya beliau tidak bisa mengatasi rubah rubah yang mengganggunya sehabis Count Aletta wafat," Azura
menjawabnya sambil meminum tehnya.
"memang benar dia meminta menyelesaikan itu, tapi ada baiknya hanya 2 dari kita yang pergi," Iris menjawab seperti biasa mengulum permen didalam mulutnya.
"Kapan di laksanakan?" Kei bertanya.
"Dua Minggu lagi," jawab Iris menaruh tangannya dimeja sembari tersenyum manis kepada para rekannya itu. oh jika dia tersenyum maka akan terjadi sesuatu yang yahh akan menimpa mereka dan dua Minggu lagi? berarti seminggu setelah libur mereka harus bekerja keras lagi pastinya.
•
•
•
Di kediaman keluarga Rupert....
Iris masuk ke kamarnya, dia ingin cepat mandi lalu tidur rasanya dua Minggu ini dia jarang bisa tidur tenang, ah bukan bahkan sejak kejadian tiga tahun lalu dia jarang bisa tidur nyenyak. dia terbaring di kasurnya dan melihat langit langit kamarnya bertanya konyol dalam hati besok apa yang akan terjadi. merasa konyol dia lebih baik memejamkan matanya sekarang, besok dia harus bangun pagi dan akan keluar pergi ke tempat itu lagi.
matahari telah muncul cahayanya muncul lewat jendela yang berada di kamar Iris. kelopak mata itu terbuka membuat manik golden itu melihat keadaan sekitarnya. helaian rambutnya yang menghalangi pemandangannya di sisipkan di belakang daun telinganya.
Iris segera bangun dari ranjangnya dan mencuci mukanya, dia menoleh ke arah meja di kamar yang sudah di siapkan buah juga air putih dia yang memesannya setiap pagi pada pelayan di sana.
membuka tirai kamarnya dan jendelanya dia melihat bahwa hari masih sangat pagi walau memang cahaya mataharinya sedikit lebih terang dan hangat dia melihat ke arah taman belakang disana adiknya sedang berlatih setelah puas melihat keadaan luar dia mengambil satu buah apel di keranjang yang disiapkan.
tok! tok! tok!
"Nona sudah bangun?" sepertinya itu salah satu pelayan yang akan mengurusku pagi ini.
"Masuk," iris menjawab
pintu kamarnya terbuka, masuklah dua pelayan muda. satu pelayan segera langsung pergi ke kamar mandi menyiapkan air hangat dan keperluan mandi dan yang lain meminta Iris untuk menunggu sembari bertanya apakah ada gaun yang ingin di pakainya.
"Hari ini aku libur. gaun yang kasual saja," Iris menolak dua gaun pesta yang di berikan pelayan itu dan memilih gaun hijau sederhana, pelayan itu mengangguk dan temannya mempersilahkan Iris masuk kamar mandi.
selesai dia mandi dan berhias, Iris memilih tetap di kamarnya dan menolak ikut sarapan bersama keluarganya,sebaliknya dia sarapan di ruang kerjanya.
"May apa hari ini persediaan bahan makanan sudah habis?" tanya Iris pada salah satu pelayan.
"Benar nona," pelayannya mengangguk.
"Aku ikut pergi ke gudang Sweeney," Iris membereskan berkas berkas yang ada di mejanya dan mulai memakan sandwich yang di jadikan sarapannya.
"Baik nona, kereta kuda yang biasa yang akan anda pakai?"pelayannya bertanya sembari membereskan peralatan makan Iris.
"Tidak, aku ingin memakai kereta pelayan. aku akan minta izin dengan ayah," Iris berdiri dan pergi menuju ruangan ayahnya.
setelah mengetuk pintu dan di perbolehkan masuk, iris duduk di kursi yang berhadapan dengan ayahnya.
"Ada apa?" ayahnya bertanya sambil menatap putri sulungnya.
"Saya ingin meminjam satu kereta pelayan," iris menjawabnya.
masih dengan melihat wajah putrinya beliau mengangguk, "pergilah,"
iris mengangguk, dia pergi dari ruangan ayahnya. ayahnya menatap Lamat kepergian putrinya lalu dia menatap langit-langit ruangan kerjanya.
"Sebenarnya diperbaiki dari bagian mana..."
bersama kepala pelayan rumah Rupert, Zola. Iris berangkat menuju pusat kota. selama perjalanan dia sedang memikirkan tentang pembicaraan para pelayan yang dia dengar saat mereka membersihkan koridor, katanya ada kasus penggelapan uang diantara para kepala pelayan.
Iris sedikit tertarik, dan mendengar bahwa salah satu pelayan dengan tidak sopannya masuk ke ruangan mendiang ibunya. tentu saja itu membuat Iris kesal, dan dari itu dia meminta Zola yang ikut menemaninya apalagi Zola di kenal orang yang tegas dalam bertugas dan dia yang sering mengambil bahan makanan.
"Zola selama pergi ke pusat apa kau mendengar berita yang menarik?" Iris bertanya dia juga ingin mendengar beberapa berita yang menarik.
"Saya tidak terlalu tahu pasti Nona. tapi yang saya dengar dari adik saya banyak pedagang yang takut berjualan lagi," Zola menjawab.
Iris tertegun, adiknya Zola? berarti dia sempat bertemu keluarganya bukan? sementara keluarganya jarang memberikan liburan.
Iris mengangguk dia mengerti kenapa Zola sering kembali ke rumah Rupert dengan telat saat ke pusat kota dia berkunjung ke rumahnya sesekali. tapi apa berarti Zola memakai sebagian uang bahan makanan untuk keluarganya?
"Atas dasar apa? biasanya mereka selalu berdagang bahkan walau ada petugas keamanan," Iris bertanya.
"Katanya pajak Yang ada di wilayah itu terlalu di besarkan oleh Ketua disana,"
"Sebanyak apa? harusnya mereka memberi keringanan,"
"30% melebihi pajak normal,"
"Rupanya penguasa disana tidak waras. bagaimana bisa mereka memberi penanganan wilayah perdagangan kepada orang tamak seperti itu," Iris terkekeh, tamak juga ada batasnya.
"Maka dari itu biaya bahan makanan sedikit naik 5% tuan Baron tidak mau kehilangan pelanggannya dan juga wilayahnya. apa boleh buat, nona."
ahh, sekarang Iris mengerti. maksudnya penggelapan uang yang dibicarakan pelayan karna Zola meminta uang yang lebih dari harga biasanya jadi mereka mengira Zola sengaja melakukannya dan yang lebih itu untuk kepentingan pribadi.
Iris merasa agak salah karna sebelumnya mengira Zola yang benar-benar menggelapkan uang bulanan kebutuhan, kalau begitu yang harus di perbaiki adalah pajak yang membengkak dari penguasa disana.
kereta berhenti, Iris segera memakai tudungnya untuk menutupi wajahnya.
"Kita sudah sampai, nona." Zola membukakan pintu kereta dan mengisyaratkan Iris untuk mengikutinya. mereka berjalan kaki melewati gang kecil lalu di sambut pria muda yang menunggu mereka.
"Nyonya Zola dari kediaman Rupert, saya telah menunggu anda." sambut pemilik gudang itu baron Sweeney.
Zola mengangguk, memberi bayaran atas persediaan makanan bulan ini. mereka berbincang sesaat, mungkin Zola sedang menawar harga atau sedikit basa-basi.
Iris hanya melihat lihat bahan makanan yang sudah di kemas dalam kotak kayu totalnya ada 3 kotak besar berisi berbagai macam bahan makanan.
Setelah selesai berbicara dan memberikan bayaran Zola meminta untuk pergi ke rumahnya sebentar dia ingin melihat keadaan adiknya dan anaknya, Iris memberi izin. Zola mohon diri dan pergi ke rumah kediamannya sementara Iris sendiri berkeliling area pedagang.
Sempat pergi belanja permen kapas dan memakannya sambil berjalan sampai permennya jatuh karena dia ditabrak seseorang.
Iris kesal dan menengadahkan kepalanya melihat siapa yang menabraknya saat dia melihat laki laki muda berambut biru muda bertudung yang berlalu saja setelah menabraknya. malas ingin mengejar iris melanjutkan jalan jalannya lalu terhenti melihat sebuah kerumunan.
Dibalik kerumunan itu ternyata ada seorang pedagang yang kiosnya di obrak abrik dan aset asetnya diambil oleh beberapa orang para pedagang itu memohon mohon agar di kembalikan, sialnya orang-orang ini hanya berkerumun untuk melihat drama atas di rampasnya pedagang ini.
Dimana lagi seorang wanita tua beserta anak laki lakinya yang masih kecil dan sama sekali tidak berkeinginan menghentikan dan ini membuat jalur pulang Iris di blokir.
"Kami akan membayarnya. tolong beri waktu satu bulan lagi." pinta wanita pedagang itu tersedu sedu.
"Hei wanita tua dari kemarin kau membicarakan pemberian waktu saja. jika tidak bisa hidup saja di jalanan," salah satu orang yang menghancurkan tempat itu mencelanya.
Iris merasa sangat kesal jalan jalan paginya rusak karena hilangnya permen kapasnya dan juga keributan tidak jelas ini lantas dia langsung maju dan menendang salah satu dari orang yang membuat keributan itu.
melihat temannya mengasuh kesakitan karna di tendang, salah satu yang mungkin ketua menghampiri iris.
"Hei nak, tidak sopan sekali kau," hardiknya. air liur si sialan ini muncrat dan membuat Iris semakin kesal apalagi di panggilnya dia dengan sebutan 'nak'.
"Apa peduliku? aku begini karna kau memblokir jalan pulangku." Iris menjawab dengan malas.
"Hahaha, memangnya apa yang bisa kau lakukan." orang itu tertawa meremehkan.
dalam hitungan detik orang itu sudah tersungkur di tanah. kerumunan itu terkesiap mereka terkejut. salah satu dari anggota dari orang yang jatuh tadi bertanya apa maksud Iris melakukan itu, Iris menatapnya dengan mata emasnya yang nyalang.
"Kalian berisik sekali. lalu bisakah kalian mengurangi pajak yang membludak itu? tamak juga ada batasnya." iris menjawab.
"Memangnya kau siapa? kami memang di beri amanat mengurus wilayah ini." jawab salah satu dari mereka.
"Siapa yang memberi amanat seperti itu?" tanya seseorang suaranya berat dan tepat di belakang Iris jelas saja dia terkejut dan menoleh, itu laki laki yang menabraknya tadi.
"Memangnya kau harus tahu itu? jelas saja yang mulia tuan Duke Sanders yang memberi izin," dengan percaya dirinya orang itu menjawab.
"Seingatku, paman tidak memberi perintah semacam itu," jawab laki laki tadi.
"Paman? memangnya kau sia--" perkataannya terputus saat laki laki tadi maju di depan Iris dan membuka tudungnya.
mereka lari cepat sekali, namu sepertinya kurang cepat dengan pasukan yang berpatroli dari arahan laki laki tadi mereka di tangkap dan di bawa pergi.
Iris tertegun sepertinya laki laki ini mempunyai jabatan tinggi di sini. iris membantu membereskan sekitar kejadian yang berantakan dibantu lelaki tadi dan di beri ucapan terimakasih dari wanita pedagang tadi.
Merasa dia sudah lama di sana dan takut Zola mencari ini saatnya Iris pulang namun dia masih penasaran dengan lelaki tadi, saat dia berbalik dia melihat laki laki itu rambutnya yang biru bersinar beserta mata sapphire yang mengkilat sedang melihatnya mereka bertatapan dan kontak mata itu di putuskan oleh laki laki tadi sambil tersenyum tipis melambaikan tangannya.
Iris seketika menyadari pria tadi menarik perhatiannya, sambil berbalik ingin pulang dia memikirkan bahwa mungkin akan menjuluki laki laki tadi 'laki laki sebiru langit'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!