NovelToon NovelToon

ISTRI SUAMIKU

part 1 Melahirkan

18+

"Kamu kenapa Ra," sambil memegangi perut Nara, Nando memapahnya masuk ke kamar.

"Mas...Kita harus segera ke RS sekarang, HPL besok tapi kata dokter bisa mundur atau maju, cepat Mas...semua perlengkapan sudah siap, tolong ambilin di lemari kamar," Nara menyeringai kesakitan sambil memegangi pinggangnya.

Nara kesakitan, Nando pun jadi panik di tambah jalanan macet.

Thin...thin...thiinnnn," Nando menekan klakson beharap mobil di depannya mengalah.

Melihat kondisi Nara yang meringis kesakitan Nando ga tega.

Nando membuka kaca mobil dan berteriak," maaf Pak, istri saya mau melahirkan tolong kasih saya jalan.

Usaha Nando ngga sia-sia mobil di depannya mundur kasih jalan buat mobil Nando.

Nando meluncur cepat ke RS, sesampainya di RS langsung Nara di bawa pakai roda oleh suster-suster yang siaga di situ.

"Maaf, Pak...Istri Anda harus operasi caesar, karena terlilit tali pusar," lakukan yang terbaik untuk istri saya.

Hari ini adalah hari bahagia Nando dan Nara, mereka di karuniai seorang bayi tampan, Nara melahirkan secara caesar karena bayi terlilit tali pusar.

Nara adalah istri kedua Nando, mereka menikah atas persetujuan istri pertama Aura.

Aura sakit sudah cukup lama dan tidak bisa mengandung anak Nando.

Salah satu alasan yang membuat Aura ikhlas berbagi, rumah mereka berjauhan Aura di Jakarta sementara Nara di Bogor.

Nando menikahi Nara setahun yang lalu, dan di hari ultah pernikahannya dengan Nara Allah memberikan hadiah yang sangat istimewa, pasalnya anak yang di tunggu-tunggu selama ini lahir pas di hari ultah pernikahannya.

"Nara sudah melahirkan, bayinya laki-laki, kamu mau kesini kapan biar nanti aku jemput atau di anter Mang Ujang ke Bogor," suara Nando telepon Aura istri pertamanya.

"Iya Mas, syykurlah aku ikut bahagia mendengar mereka sehat semua, ya udah besok aku sana sama Mang Ujang aja, kamu temenin Nara di RS."

Nando mengakhiri panggilan teleponnya, dan bergegas masuk ke ruang perawatan, di ruangan ada dokter yang sedang memeriksa Nara dan bayinya.

"Bara Fernando...ini adalah namamu sayang, kita akan segera pulang ke rumah, liat tuh Mamah juga udah sehat, udah waktunya kita pulang," raut bahagia terpancar dari wajah Nando.

Sambutan meriah dari Ibu Yulia ( Mertua Nara ) dan Aura, banyak balon dan pernak-pernik hiasan yang indah.

"Selamat datang cucu eyang yang tampan...kamu mirip sekali sama ayah kamu, hidungnya...rambutnya...semuanya," puji bu Yulia.

Aura ikut bahagia menyaksikan kebahagian mereka,walau di sudut hatinya ada kesedihan yang sangat mendalam.

"Kenapa aku tidak seberuntung Nara, dia bisa memberikan kebahagiaan, Bara Fernando adalah buah cinta mereka, sementara aku hanya wanita yang tak berguna, yang hanya merepotkan suami saja,"

"Aura...sini liat, hidungnya mirip Nando banget ya...coba kamu gendong." Bu Yulia mendekatkan Bara ke Aura.

Air mata Aura jatuh saat dia menatap wajah Bara dalam gendongannya, sebagai seorang wanita ngga ada yang mau di madu, hatinya meronta...walau terlihat ikut bahagia.

Ibu Yulia yang sibuk ngurus cucunya seakan enggan berpisah saat mereka mau pulang ke Jakrta, Aura bersama Ibu Mertua pulang bersama Mang Ujang, sedangkan Nando masih libur.

Nando rela bolak-balik Jakarta - Bogor supaya adil menjadi Imam, seminggu sekali Nando mengunjungi Nara sama Bara, pertumbuhan Bara pun sangat pesat, anaknya aktif.

Untuk nafkah batin mungkin Nara lah yang setiap saat ada dan bisa, karena Aura kondisinya lemah harus rutin kontrol ke dokter.

Dua tahun kemuadian Nando mengajak Nara beserta Bara main ke rumah Aura, merekapun terlihat bahagia.

Sepanjang jalan Bara cerewet banget, segala apa yang di lihatnya pasti di tanyakan...Bara memang gemesin, lucu, anaknya juga cerdas.

Aura mendengar suara mobil," Apa itu Mas Nando.

Belum sempet Aura keluar, Nando sudah masuk bersama Bara dan juga Nara.

Mamah Aula, Bala dateng nih," Bara berlari-lari kecil menghambur dalam pelukan Aura, bicaranya yang masih cadel bikin semuanya ketawa.

"Bara mau bobo di sini sama Mamah," tanya Aura.

Kedua nya sangat akrab seperti Ibu kandung sendiri, dalam hati kecilnya dia menjerit kenapa dia tidak bisa memiliki anak.

Tapi Bara mampu menghibur kesedihan yang Aura rasakan.

Sementara di kantor, Nando sibuk sekali banyak berkas yang harus di tanda tangani, sementara sekretaris yang lama resign.

Hari ini Nando akan pulang malam karena ada meeting, Nando menuju ruang meeting di ikuti oleh Lina sekretaris barunya.

Di dalam ruangan sudah ada tamu dari Perusahaan yang ingin mengajak kontrak dengan Perusahaan yang Nando pimpin.

Setelah meeting selesai, Nando bergegas ke ruangannya.

"Lina, kalau sudah beres semua kamu boleh pulang," besok ada jadwal meeting apa ngga Lin?

" Besok tidak ada meeting Pak, tapi ada banyak berkas yang harus di tanda tangani Pak," jawab Lina.

Lina gadis cantik, tubuhnya yang semampai dan kulit putih yang Ia miliki terlihat sempurna, walaupun seharian di kantor bau wanginya masih menusuk hidung Nando.

Lina menaruh setumpuk berkas yang besok harus di tanda tangani Nando.

"Saya mau pulang dulu Pak," Lina berpamitan.

"Ya udah, kamu bawa mobil atau naik taksi," tanya Nando

" Naik taksi Pak," jawabnya singkat, Lina beranjak keluar meninggalkan ruangan Nando.

"Ya udah nanti Kamu bareng aja, rumah kamu di mana," tanya Nando.

"Di jln Pelita no 2, saya kos di situ Pak."

Mereka turun menaiki lift bersama, tinggal mereka berdua yang belum pulang, aroma wangi Lina masih terasa, Nando melirik Lina yang berdiri di sebelahnya.

" Cantik juga nih cewek, pulang kerja saja masih terlihat cantik dan wangi.

Kamu sudah menikah, kamu tinggal sama siapa di rumah itu,?"

"Belum Pak," jawab Lina singkat.

Lift berhenti, dan mereka keluar, Lina mengikuti di belakang Nando.

Lina pulang bareng sama Nando, dalam perjalanan mereka sudah terlihat akrab, Lina merasa ada yang aneh melihat tingkah Nando.

"Dia kan sudah beristri bahkan dua tapi kelihatannya masih kurang, Pak Nando biarpun umur sudah hampir kepala 4 tapi masih terlihat tampan.

Siapa sih yang ngga mau dengan cowok setampan Pak Nando, tajir lagi," batin Lina terus memuji.

"Udah sampai Pak, terima kasih sudah menantarkan sampai rumah.

Lina turun dari mobil, Nando memperhatikan Lina yang turun dari mobil sampai akhirnya pintu mobil di tutup, Nando langsung meluncur pulang

"Tidak, aku sudah punya istri...bahkan ada jagoan kecilku yang menunggu di rumah," Nando menghela nafas membuang pikiran kotor yang melekat di otaknya.

Nando sampai rumah sudah larut malam, dia mencari jagoan kecilnya.

"Sssttt...jangan berisik Bara udah tidur, tadi nungguin kamu sampai tertidur di sofa depan," bisik Nara.

Nando mengintip jagoan kecilnya, seharian ngg liat Bara bermain.

" Di mana Aura, apa dia udah tidur..." tanya Nando.

" Ada di kamar Mas, barusan kita nonton tv bareng di bawah.

Antara Aura dan Nara saling memahami, jadi mereka tidak pernah bertengkar.

Tapi di hati Nando kayanya udah mulai muncul nama lain tuh, yaa Lina...apa Nando tidak cukup dengan dua istri, mungkinkah Lina akan masuk dalam biduk rumah tangga Nando?

****

Sabar ya...tunggu kelanjutannya, jangan lupa vote love nya.

Part 2 Liburan

Nando tidur di kamar Aura, sementara Nara tidur sama Bara.

Keesokan harinya, Bara bangun lebih dulu, dia menanyakan ayahnya.

" Mamah...mana ayah kok ngga ada, ayah bobo di kamal Mamah Aula ya."

" Iya sayang, semalem ayah cape takut ngganggu Bara, cup...," Nara mengecup kening Bara dan menggendongnya.

Mereka ke kamar mandi untuk membersihkan badan, selesai mandi keduanya turun ke bawah, nampak Nando dan Aura sudah duduk menunggu di meja makan untuk sarapan bersama.

"Hallo...sayangku...jagoanku...selamat pagi..." Nando membentangkan tangannya siap memeluk Bara.

" Huupp...cup...emmuah,"beberapa ciuman Nando mendarat di pipi gembul milik Bara.

"Sini duduk deket ayah kita sarapan bareng-bareng, Bara mau mam pakai apa,?" tanya Nando.

"Mamah Bala cuapin pakai itan ya," celoteh Bara membuat mereka semua tertawa.

Hadirnya Bara memang mampu mengobati kesepian yang Nando dan Aura rasakan, rumah ini hidup dengan kehadiran Bara.

Rumah berantakan penuh dengan mainan berserakan, tapi ini adalah hal yang di tunggu.

Suara teriakan Ibu sama anak ribut mainan mampu msnghangatkan rumah ini.

"Emm...Bagaimana kalo weekend besok kita liburan, ngga usah jauh-jauh kita ke Bandung aja. Kalau kalian mau nanti siap-siap, kita berangkat nanti sore, nanti ayah pesen Hotel dulu."

"Hollee...asyik...kita liburan Ayah," Bara dengan girangnya menjawab pertanyaan sang ayah, Aura dan Nara saling senyum melihat kelakuan Bara.

Nando berangkat ke kantor sebentar hanya untuk menandatangani berkas-berkas yang sudah menumpuk di meja kerjanya.

"Selamat pagi Pak," Lina menyapa.

"Pagi...Lina...kamu ke ruangan saya sebentar."

"Baik Pak," Lina mengikuti Nando masuk ke dalam ruangan Nando.

"Hari ini cuma tanda tangan berkas aja kan, nanti saya mau pulang lebih awal dan tolong kamu bantu kalau ada kerjaan yang mendadak, weekend besok saya ada acara keluarga, kalau hari senin belum pulang tolong cancel dulu jadwal yang sudah ada."

"Baik, Pak..." Jawab Lina sambil mencuri pandang ke arah Nando.

"Andaikan saja dia bisa ku taklukan, tampan kaya lagi," ucap Lina dalam hati.

"Lina...kenapa bengong, sekarang kamu keluar nanti saya panggil kalau ada yang saya butuhkan."

Nando sengaja acuh, dia takut kalau melihat Lina jadi kacau.

Nando mulai sibuk dengan pekerjaannya, sesekali istirahat untuk melemaskan otot dengan bersandar.

" Lina kamu cantik sekali pagi ini, bau parfumu masih membekas di hidungku saat mendekat tadi."

" Huuffffttt..." Nando mengusap wajahnya dengan kasar, menarik nafas dan melepaskan nafasnya pelan.

" Aku sudah punya Aura dan Nara apa yang kurang dari mereka, keduanya sudah saling melengkapi, aku bersyukur memiliki mereka, kamu jangan macam-macam Nando" batin Nando perang dengan pertanyaan sendiri.

Siang itu Nando pulang cepat, dia sudah janji ngajak liburan Bara ke Bandung.

Sesampainya di rumah koper dan keperluan lain sudah siap, Aura sedang duduk sambil nonton tv di ruang tamu, sementara Nara sedang memandikan Bara.

" Udah pulang Mas," sapa Aura sambil mencium tangan Suaminya, mau makan dulu apa mandi dulu Mas, biar aku siapkan.

" Ngga usah...kita siap-siap aja biar ngga kesorean, takut macet nanti Bara rewel di jalan."

" Pakaian udah siap semua,tinggal mandi ganti baju,udah deh..." Aura tersenyum.

Nara sama Bara sudah selesai mandi dan berpakaian, Nara terlihat cantik dan anggun, gaun santai yang dia kenakan sedikit melihatkan bentuk lekuk tubuhnya yang seksi.

Bara pun tak kalah modis, dia terlihat tampan di tambah tatanan rambutnya yang dibikin agak jambul menambah Keren dan sedikit macho.

" Mamah...Bala sudah ganteng apa belum nih," sambil bergaya miring ke kanan ke kiri tangan di pinggang.

" Aduh gantengnya anak mamah, emuahh...cup...cup..." ayo kita turun pasti Ayah sama mamah Aura sudah nunggu kita di bawah.

" Gleekkk," suara pintu di buka dari luar.

" Ayah...gendong Bala turun ke bawah Yah," pinta Bara.

" I...iya sini ayah gendong."

" Nara terlihat cantik sekali dengan gaun biru yang Ia kenakan," Nando bengong melihat Nara.

" Ada yang salah dengan diriku, kenapa Mas menatapku seperti itu," Nara berdiri memantaskan diri di depan cermin.

" Ngga...ngga ada yang salah kok kamu terlihat cantik sekali," puji Nando.

Nara tersenyum, "makasih Mas."

"Ayo kita turun, Aura sudah menunggu di bawah, ada yang ketinggalan apa ngga nih mainannya."

Nando turun bersama ke ruang tamu, memasukan koper-koper bawaannya ke dalam mobil, Bara di pangku Mamah Aura di depan, sementara Nara duduk di belakang.

" Bismillah...semoga kita selamat sampai tujuan...Aamiin."

Perlahan mobil pergi meninggalkan rumah, dan di rumah hanya ada Mang Ujang dan Bi Ijah.

****

Di lain tempat Lina sedang kumpul sama teman-temannya di sebuah cafe, ada Elsa dan juga Dela.

" Del...Sa...Bosku yang sekarang ganteng banget lho, istrinya udah 2 tapi matanya masih larak-lirik cewek, buktinya kalau ngliatin aku kaya mau melahapnya."

" Ah masa sih, coba kamu gaet aja siapa tau dia bisa jatuh ke pelukanmu...kan lumayan,dapet gantengnya juga uangnya," ledek Dela sambil tertawa.

" Emm...apa iya ya...aku deketin aja dia," batin Lina mulai berandai-andai.

Sekarang kan mereka sedang liburan ke Bandung, kita liburan juga ke sana ya, pura-pura tidak tau aja.

Kita cari moment yang pas biar bisa ketemu.

" Jangan, ini ide gila...!" Sergah Elsa

Kita tunggu dia pulang saja, kalau ada agenda ke luar kota aja kamu deketin dia, kalau ada sinyal hijau kamu boleh lanjut, tapi hati-hati.

Mereka bertiga kalau udah ketemu ga inget waktu, hampir seharian mereka ngerumpi di cafe.

Tidak terasa malam semakin larut, akhirnya mereka bertiga pulang...Lina di anter paling duluan, lanjut nganter Dela.

****

Dalam perjalanam Bara tertidur, perjalanan terasa sepi ga ada ocehan Bara yang biasanya cerewet dalam perjalanan.

Akhirnya sampai di Hotel tempat mereka nginap, Bara di gendong Nando, mereka masuk menemui resepsionis untuk menanyakan kamar yang mereka sewa.

Nampak Nando berbincang sebentar dengan resepsionis dan mengambil 2 konci.

"Ayo, kita naik ke atas...kamar kita ada di lantai 11 ," ajak Nando.

Mereka berjalan menuju lift, setelah mereka sampai di kamar mereka Bara terbangun.

Nara satu kamar dengan Bara sedangkan Nando se kamar dengan Aura.

"Kamu istirahat dulu aja biar aku yang beresin pakaian kamu, Nando melihat Aura yang kecapaian dia takut Aura kenapa-napa.

"Obat-obatan kamu di bawa kan..." tanya Nando.

"Di bawa semua Mas, ya udah kamu mandi dulu aja nanti aku belakangan," Aura menyuruh Nando untuk membersihkan badannya.

Aura merebahkan tubuhnya yang nampak letih setelah 4 jam lebih menempuh perjalanan Jakarta-Bandung.

Nando terlihat masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah selesai mandi dan berpakaian Nando mendekati ranjang tempat Aura tertidur.

Nando menyelimuti tubuh mungil istrinya, tak lupa pula satu kecupan mendarat di kening Aura.

Nando mengusap rambut Aura," aku ke kamar Nara dulu ya...Nando berpamitan lirih, biarpun Aura tidak mendengarnya tapi Nando tau Aura memberinya ijin.

Nando pergi meninggalkan kamar Aura menuju kamar Nara, di dalam kamar Nara masih terjaga.

"Mba Aura udah tidur Mas, mungkin dia cape duduk lama dalam perjalanan."

"Udah...dia lama ga pergi jauh karena kondisinya yang tidak memungkinkan tapi kemarin dia pengin ikut bareng sama Bara, makanya aku biarkan dia istirahat.

"Bara masih bobo," tanya Nando.

"Dari tadi ngga bangun, pules banget kayanya," jawab Nara.

" Nara...aku pengin...aku kan udah seminggu lebih ga dapet jatah dari kamu," manja Nando.

"Hmm...kan baru seminggu lebih belum satu bulan, udah ga kuat nih," ledek Nara.

Nando memeluk Nara...mencium bibir Nara," nanti Bara bangun kalau kita berisik Mas.

"Kita jangan berisik diem aja yang penting kita bisa berbagi dan saling menikmati," bisik Nando.

Mereka melakukannya sangat tepat, karena setelah itu Bara terbangun, mungkin bobonya udah kenyang dari sore dalam perjalanan.

"Ayah bobo sama kita Mah, Mamah Aula sama siapa Yah..." tanya Bara.

"Mamah Aura udah bobo, kamu juga bobo lagi ya...ayah minta di pijitin sama Mamah malah Bara bangun, jadi batal dehh."

"Hhhh...Nara mencubit perut Nando," Nando balik menyikut Nara.

"Celananya udah di pakai belum, buruan nanti keburu Bara lompat ke ranjang kita," bisik Nara.

"Belum, aku ngga bisa pakainya ada Bara masa suruh telanjang di depannya," mereka saling berbisik tapi senyam-senyum berdua, membuat Bara curiga lompat ke ranjang mereka.

"Brugghhh, " Bara menjatuhkan badannya ke kasur, Nando sama Nara menghindar.

" Awas ada kecoa di sana," Nando teriak sambil menyelinap lari ke kamar mandi, huufft untung Bara ga liat aku lari telanjang.

Bara masuk ke pelukan Naura ketakutan, padahal ini hanya akal-akalan Nando saja supaya bisa ke kamar mandi makai baju yang belum sempet di pakai keburu Bara bangun.

Malam ini mereka tidur bertiga, Aura tidur sendiri di kamar sebelah.

Ke esokan harinya Nando bangun terlebih dahulu pindah ke kamar Aura, Bara masih tidur begitu juga dengan Nara.

"Yang...bangun, aku ke kamar Aura dulu..." Nando membangunkan Nara.

"Iya Mas...nanti siang kita jalan ke mana Mas," tanya Nara.

"Pokoknya kamu siap-siap aja yang penting jalan dan Bara suka.

Ya udah aku ke Kamar Aura dulu."

Jam 07.00 Mereka turun ke lantai bawah untuk breakfast setelah mereka selesai sarapan pagi kemudian bergegas keluar hotel.

"Enaknya kita jalan kemana ya..."tanya Nando

"Ayah, Bala pengin liat jerapah yang tinggi sekali," ucap Bara yang cadel.

"Ya udah kita ke kebon binatang saja,Ok..."

Ok...tos Yah...prok...prok...

Mereka berangkat menuju Kebon Binatang di jln Tamansari Bandung. Kurang lebih 30 menit perjalanan,mereka baru sampai.

Aura dan Nara duduk di bawah pohon yang rindang, sedangkan Nando ngajak Bara berkeliling, Mereka terlihat bahagia.

"Nara...kamu beruntung memiliki Bara, dia pintar,cerdas dan aktif," Aura menatap kosong ke depan.

"Mas Nando sangat menyayangi Bara, kamu adalah wanita sempurna yang mampu memberikan kebahagiaan pada Mas Nando.

Nara menggenggam tangan Aura," Mba Aura jangan berfikir macam-macam yang penting mba semangat supaya cepet sehat, Mas Nando juga menyayangi Mba Aura...sayang kita semua, jangan bersedih ada kita yang selalu ada buat Mba Aura."

Bara berlarian menuju Nara dan Aura dengan menggenggam balon warna-warni di tangannya.

"Bala udah tape Mah, pengin duduk cama Mamah duyu." ucap Bara yang ngos-ngosan kecapean.

Mereka istirahat sambil menikmati jajanan khas daerah Bandung, Bara sangat menikmati liburan kali ini.

Mereka berhenti di sebuah resto untuk makan siang dan lanjut lagi ke Mall untuk shoping, ada banyak mainan di sana Bara lari menuju mainan yang terpampang di stand mainan.

Dapet deh mobil-mobilan bombom car katanya.

"Mobil udah penuh tuh kita kembali ke hotel dulu besok kita jalan lagi," ajak Nando.

Mereka pulang ke Hotel untuk isirahat, hari sudah malam...kali ini Nando tidur di kamar Aura, mereka berbincang sebentar bahas Bara yang anaknya sangat aktif, mereka tertawa setiap ingat kejadian lucu tadi siang.

"Aku ngantuk Mas, tidur duluan ya," Aura menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

" Kamu ngga pengin sayang " kita udah lama ngga melakukannya.

" Ngga Mas, badanku kurang fit...lain kali saja ya," Aura menolak halus.

" Ya udah kamu tidur duluan, aku masih buka inbox an masuk nih," Nando mengecup kening Aura.

Tidak lama setelah itu Nando pun menyusul tidur di samping tubuh istrinya.

Pagi itu mereka sibuk siap-siap menyiapkan barang bawaan mereka, karena nanti siang mereka harus sudah chek out dari hotel.

" Kali ini kita ke Lembang, di sana banyak sapi-sapi yang punya banyak susu, apa kamu pernah liat sapi di tv." tanya Nando pada Bara.

" Dengan lantang Bara menjawab, siaap Yah...!

kapan kita belangkat.

Sekarang, sekalian chek out saja biar nanti langsung pulang, soalnya besok ayah banyak banget kerjaan.

Mereka pun berangkat menuju Lembang, di peternakan sapi Bara banyak belajar tentang alam dan lingkungan, Bara terlihat bahagia.

Sore itu mereka pulang, Bara yang nampak kelelahan langsung tertidur.

" Ra...kamu pulang ke Bogornya lusa aja ya, soalnya aku sibuk banget, hari kamis lusa ada urusan ke luar kota, mungkin aku sama Lina yang akan mengwal proyek besar itu.

" Di anter Mang Ujang ga papa," jawab Nara.

Ya udah besok Mang Ujang suruh anter kamu sama Bara.

" Ngga papa, untuk sementara waktu kita bareng dulu toh Bara masih betah di Jakarta," Aura menyela obrolan Nando sama Nara.

" Ya udah kita bahas nanti aja di rumah.

****

Sementara Lina sedang gelisah karena bulan ini dia udah telat, sedangkan pacarnya di hubungi tak juga menjawabnya.

Hmm...ternyata diem-diem dia udah punya pacar, apakah pacar Lina mau bertanggung jawab, kalau tidak mau, kepada siapa dia minta pertanggung jawaban itu.

Tunggu kelanjutannya ya, jangan lupa vote love sama komentarnya.

Part 3 Tidak sadar melakukannya

" Prang...!" Lina membanting semua benda yang ada di depannya.

Dia panik, bagaimana kalau Alex tidak mau bertanggung jawab, kepada siapa dia minta pertanggung jawaban. Lina terus mondar-mandir di kamar, sambil memukul-mukul perutnya.

"Alex...aku ngga mau punya anak, kenapa waktu itu kamu menolak memakainya," Lina terus menangis meratapi dirinya.

Alex di hubungi nomernya tidak aktif, ntah lagi ngapain dia di sana.

Karena hari sudah pagi Lina beranjak ke kamar mandi, dia harus tetap bekerja, ngga mau gara-gara ini kariernya hancur.

Pulang kerja nanti dia ke rumah Alex berharap dia mau bertanggung jawab.

07.30 Lina datang seperti biasa sebelum jam masuk kerja sudah sampai kantor.

****

Pagi ini Nando sibuk, banyak agenda yang harus beres secepatnya, karena proyek besar segera terealisasi.

Dia buru-buru sekali, bahkan Bara belum bangun Nando sudah berangkat.

" Mang Ujang, tolong keluarin mobil dulu," panggil Nando.

" Iya Tuan," jawab Mang Ujang.

" Nanti kalau nyonya Nara sama Bara maksa minta pulang tolong antar ke Bogor ya, hari ini saya sibuk banget ngga sempet antar Bara pulang.

"Baik, Den...nanti saya antar Den Bara pulang," jawab Mang Ujang.

Nando berpamitan dengan kedua istrinya, Ia bergegas menuju mobil yang sudah terparkir di halaman.

Nando melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang,biasa hari senin jam kerja jalanan pasti macet.

"Selamat Pagi Pak," sapa Lina.

" Pagi...," jawab Nando.

Nando langsung masuk ke ruang kerja, di meja kerjanya sudah numpuk berkas yang harus di tanda tanginya.

Berapa kali juga harus mengangkat telepon, ini memang proyek besar, butuh waktu dan harus fokus.

" Lina...masuk ke ruangan saya sebentar," Nando menghubungi Lina sang sekretaris.

" Baik Pak," jawab Lina.

Glek...suara pintu di buka, Nando menoleh ke arah sumber suara.

" Lina...duduk sebentar, mungkin lusa kamu nemenin saya ke Kalimantan, kamu cek semua kelengkapan berkasnya jangan sampai ada yang ketinggalan. Hari ini kita lembur sampai malam supaya besok bisa beres secepatnya. Sekarang kamu keluar dari ruangan saya kerjakan tugasmu."

" Baik, Pak," Lina berjalan keluar.

Nando menatap kepergian Lina, dia memang cantik dan sangat menggoda tapi aku udah punya 2 bidadari yang selalu menungguku.

" Derrttt...derrtt..." Nando menatap benda pipih di sampingnya yang bergetar, ternyata Nara.

 " Hallo...Nara, ada apa..." 

" Ayah...Bala mau pulang cama Mang Ujang, ayah ngga pengin peluk Bala lagi," suara yang memekakan telinga tapi juga yang Nando rindukan.

" Iya...hati-hati ya, bilangin Mang Ujang jangan ngebut nyetirnya ya, emmuuach...cup...cup..." Nando membalas sang putra yang bawel.

Nando menutup ponselnya dan melanjutkan kerjaan lagi hingga lupa makan siang, target dia malam ini beres.

Semua karyawan dan bawahannya sudah pulang semua, tinggal Lina sama Nando yang belum pulang.

" Lina...bikinin aku kopi, antarkan ke ruangan saya.

" Iya Pak, sebentar..."

****

Lina pergi ke pantry kantor, memasak air sebentar mencari tempat kopi dan gula. Lina ingat tadi padi dia membawa serbuk seperti kopi yang sering di seduh Alex sebelum mereka bergulat di ranjang, kali ini Lina hanya memasukan sedikit saja karena takut Nando fatal. Lina sudah tau bakalan lembur makanya dia udah siapkan rencana busuknya.

Selesai membuatkan kopi Lina mengantarkannya ke ruangan Nando dan menyerahkannya.

" Ini Pak kopinya," Lina menyerahkan kopi itu ke hadapan Nando.

" Terima kasih Lina...kamu ngga bikin kopi juga," tanya Nando.

" Ngga Pak," jawab Lina.

Nando menyesep kopi itu, selang beberapa menit kemuadian Nando merasakan kepalanya pusing dan berat sekali.

Lina mengintip dari balik pintu, ia melihat Nando sempoyongan ke sofa sambil memanggil namanya.

"Kenapa aku seperti ini, kenapa badanku terasa panas...Lina...sini kamu, bantu aku ke kamar."

Lina segera lari memapah Nando, Lina membuka pakaian Nando yang mulai hilang kesadaran. Tiba-tiba Nando menghambur memeluk Lina.

"Serbuk itu telah reaksi," batin Lina.

Nando tetap sadar tapi dorongan untuk melakukan itu sangat kuat, dia ngga kuat akhirnya Lina jadi sasaran Nando.

Mereka melakukannya karena bubuk kopi yang di campurkan oleh Lina.

Nando mengakhiri permainan, Lina pasrah karena ini memang tujuannya, supaya nanti kehamilannya ada yang bertanggung jawab.

Lina pura-pura menangis di depan Nando.

" Kenapa Pak Nando merusak masa depan saya, tega sekali Pak Nando melakukannya padaku.

Ingatan Nando mulai sadar, ia kaget kenapa Lina bisa ada di kamar ini dan kenapa kita telanjang seperti ini.

Nando mengingat kajadian barusan. Dia langsung beranjak dari tempat tidurnya, Ia melihat Lina menangis dengan selimut yang menutupi tubuhnya.

" Maaf kan aku Lina, aku ngga sengaja melakukannya, aku tidak menyadarinya. Sekarang bangun, pakai kembali pakainmu kita pulang saja."

" Besok kita bahas, sekarang sudahi saja pekerjaanmu.

Nanti aku antar kamu sampai rumah."

Keduanya segera memakai kembali pakaian mereka, Lina yang selesai duluan bergegas keluar kamar.

Nando mengikutinya dari belakang.

"Aku antar kamu sampai rumah, untuk yang tadi besok kita bahas, kita ketemuan di Cafe sebrang jalan jam istirahat.

Lina hanya menganggukan kepalanya.

Mereka terdiam tak ada suara yang keluar dari mulut mereka.

Akhirnya sampai di depan kontrakan rumah sederhana yang di tempati oleh Lina, setelah Lina turun dari mobil Nando langsung beranjak pergi.

" Kenapa aku sebodoh ini, kenapa aku sampai melakukan hal memalukan seperti ini, dia memang cantik sangat menggairahkan, dalam keadaan kurang sadarpun aku merasakan permainannya yang sangat liar.

Nando mengacak-acak rambutnya sendiri menarik nafas panjang dan melepasnya dengan kasar itu pertanda dia sedang gelisah.

****

Sementara itu di rumah Aura masih menunggu kepulangan Nando, Aura tertidur di sofa ruang tamu.

Malam sudah semakin larut, Aura gelisah menunggu sng suami yang belum pulang juga.

"Sudah dini hari Nando belum juga pulang ponsel nya di hubungi ga aktif. Kemana dia Ya Allah...Lindungi dia...

"Suara mobil masuk ke halaman rumahnya, apa itu Mas Nando pulang. Aura segera keluar rumah dan melihat siapa yang datang. Benar, itu Mas Nando."

" Mas...kenapa pulang selarut ini, udah jam 2 pagi lho.'

"Iya...banyak yang harus di selesaikan malam ini juga, jadi terpaksa lembur sampai pagi.

" Ya udah, kamu mandi pakai air anget ya, biar aku siapkan makanan untukmu.

" Ngga usah, aku ga laper...aku cape pengin istirahat.

Keduanya masuk ke dalam kamar untuk istirahat, Aura mematikan tv dan semua lampu yang tidak perlu.

**** 

" Yess...kamu sudah masuk perangkap Nando, untung obatnya aku kasih sedikit kalau kebanyakan malah kamu ngga bisa beraksi.

" Sebentar lagi aku akan jadi Nyonya Fernando Raharja, aku bakalan jadi orang kaya," Lina tertawa bahagia.

" Hari yang melelahkan, aku cape mau tidur, selamat tinggal dunia miskin..." 

Lina membaringkan tubuhnya dan akhirnya terlelap dal buaian mimpinya.

****

Kira-kira apa yang akan terjadi dengan mereka ya...ikuti terus kelanjutannya ya, jangan lupa like komen dan vote love nya ya...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!